Laporan Kasus Dengue Shock Syndrome PDF
Laporan Kasus Dengue Shock Syndrome PDF
Pembimbing
dr. James Alvin Sinaga, Sp.A
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan dipresentasikan Laporan Kasus dengan judul :
Disusun oleh :
Mengetahui,
Ketua SMF Anak
Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.
ii
DAFTAR ISI ..
iii
A. Identitas.......
B. Anamnesis................................................................................
C. Pemeriksaan Fisik.....
D. Pemeriksaan Penunjang....
E. Resume...............
F. Diagnosis.........
G. Tatalaksana.............................................................................
H. Prognosis.................................................................................
I. Catatan Kemajuan....................................................................
BAB II Pembahasan...........
13
18
3.2 Etiologi..............................
18
3.3 Epidemiologi..........................................................................
18
3.4 Penularan................................................................................
20
3.5 Patogenesis..............................................................................
21
3.6 Diagnosis.................................................................................
24
3.7 Penatalaksanaan......................................................................
29
BAB IV Kesimpulan............................................................................
34
Daftar Pustaka.....................................................................................
35
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama
: Anak RZ
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
Umur
: 11 tahun
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Melayu
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Tanggal Rawat
: 9 September 2011
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dan autoanamnesis dengan Ibu pasien dan
pasien sendiri pada tanggal 11 September 2011.
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
Empat hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalami demam. Demam
dirasakan timbul mendadak dan terus menerus. Demam terkadang disertai menggigil.
Pasien berkeringat ketika demam dan setelah demam namun tidak sampai membasahi
baju. Menurut Ibu pasien demam yang dialami pasien cukup tinggi, namun suhunya
tidak diukur. Keluhan demam disertai dengan rasa pegal-pegal pada tungkai dan sakit
kepala. Riwayat batuk dan pilek disangkal. Sudah minum obat penurun panas
sebelumnya dan demam turun namun kemudian demam timbul lagi.
Karena keluhan demamnya pasien kemudian di bawa ke Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso (IGD RSDS) oleh keluarganya dan oleh dokter
jaga IGD pasien disarankan untuk dirawat inap akan tetapi keluarga pasien menolak
dan memilih untuk dirawat jalan dengan alasan jarak tempat tinggal dan rumah sakit
yang relatif dekat. Oleh dokter jaga di IGD diberi obat penurun panas dan antibiotik
dan diberikan saran agar segera kembali ke rumah sakit apabila keadaan pasien
semakin memburuk.
Satu hari sebelum
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, tidak terdapat badan biru
maupun kuning saat lahir. Berat badan lahir sekitar 3400 gram dengan panjang badan
Ibu tidak ingat.
Riwayat Makanan
Pasien mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Saat ini pasien makan tiga kali
sehari. Pasien makan nasi dengan berbagai lauk setiap harinya, namun pasien tidak
suka makan sayur-sayuran. Pasien terkadang minum susu instan tetapi tidak rutin.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib pasien lengkap
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pada tanggal 11 September 2011:
Tanda Vital :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 96/78 mmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu tubuh
Status Antropometri :
Berat badan
: 42 kg
Tinggi badan
: 148 cm
BB Persentil 50-75
PB Persentil 75
BB/U
= 42/36 x100%
TB/U
= 148/143 x100%
BB/TB
= 42/40 x 100%
= 105% (normal)
Kepala
Wajah
Mata
: Pupil bulat isokor diameter 3 mm/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+,
conjunctiva anemis -/- sklera ikterik -/-
Telinga
Hidung
Mulut
: Lidah kotor (-), tonsil dan faring tidak hiperemis, mukosa bibir
kering, sianosis perioral (-)
Leher
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
Palpasi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 10 September 2011
o
10/09/2011 18:32
Leukosit 8.500 / L
Eritrosit 6.400 K/ L
Trombosit 60.000 / L
Hb 16,6 g/dL
Ht 49,8 %
Kesan: terjadi penurunan trombosit (trombositopenia), peningkatan Hb
dan Ht
E. RESUME
Anak RZ usia 11 tahun dengan berat badan 42 kg datang dengan keluhan utama
demam tinggi sejak empat hari SMRS. Demam dirasakan timbul mendadak dan terus
menerus. Menggigil (+), Kejang (-). Batuk (-). Mencret, (-) sesak (-), Mual (+),
muntah (+). Sakit kepala (+), sakit perut (+), pegal (+). Riwayat perdarahan dari
hidung, gusi, saluran cerna, dan tempat lain disangkal. Kaki dan tangan dingin (+),
Buang air kecil pasien masih seperti biasanya kemudian menjadi semakin sedikit.
Selama empat hari pasien belum buang air besar. Riwayat ke luar kota sebelumnya
(-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, tanda vital
didapatkan Tekanan darah 98/76 mmHg, Frekuensi nadi 120x/menit, regular, isi
kurang, teraba lemah, Frekuensi nafas 24x/menit,Suhu tubuh 36,9 C, hepatomegali,
nyeri tekan epigastrium (+), pulsasi arteri perifer teraba lemah dan hasil uji rumple
leed (+). Status gizi baik. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan Hb,
Ht dan terdapat trombositopenia.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
: Malaria
Rencana diagnostik
Pemeriksaan darah perifer lengkap setiap 6-8 jam.
Monitor tanda vital setiap 15-30 menit
Pemeriksaan Malaria Kuantitatif (Hapus darah tebal dan tipis)
G. Tatalaksana
o Medikamentosa
O2 2L/menit, nasal
IVFD RL 20 cc/kgBB/30 mnt 840 cc/30 mnt 560 tetes/menit (makro)
kemudian bila syok teratasi dilanjutkan IVFD RL 10 cc/KgBB/jam 420
cc/jam atau 140 tetes/menit makro, bila tidak teratasi maka lanjutkan IVFD RL
840 cc/jam atau 280 tetes/menit makro. Jika kondisi tetap stabil dan membaik
maka cairan diturunkan menjadi 210 cc/jam atau 70 tetes/menit makro. Jika
dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi
126 cc/jam atau 42 tetes/menit makro.
Paracetamol 3 x 500 mg PO bila suhu > 38oC
Ranitidine 2 x 50 mg IV
10
H. PROGNOSIS
Quo Ad vitam
: Ad bonam
Quo Ad functionam
: Ad bonam
CATATAN KEMAJUAN
Senin, 12/09/11
S
: Perut terasa sakit, demam (+), nafsu makan kurang, Belum BAB (-),
kaki dan tangan masih terasa dingin
O
11
Selasa, 13/09/11
S
: Perut sakit berkurang, demam (-), kaki dan tangan tidak terasa
dingin, kencing banyak
O
12
Paru : vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, Hepar teraba 3 jari
BACD dan 3 jari BPx, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tajam,
NT (+), NT epigastrium (+)
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT <2 detik, Petekie (-).
Pemeriksaaan laboratorium pukul 06:53
Leukosit 13.300 /L, Eritrosit 5.510 /L, Trombosit 97.000 /L, Hb
14,9 g/dl, Ht 42,3 %
Kesan : Penurunan Ht,Hb dan trombositopenia
A
: - RL 27 tpm (maintenance)
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Inj Cefotaxime 3x500 mg iv
- Rencana pemeriksaan Foto Thoraks AP dan Right Lateral
Decubitus (RLD)
Rabu, 14/09/11
S
: Sakit perut (-) , demam (-), nafsu makan (+), BAB (+), kaki dan
tangan terasa hangat, muntah (-), BAK lancar dan banyak,
O
13
Kamis, 15/09/11
S
: Sakit perut (-), demam (-), nafsu makan (+) baik, BAB (+), kaki dan
tangan terasa hangat, BAK banyak
O
: - Boleh pulang
Jumat, 16/09/11
Pasien pulang
14
BAB II
PEMBAHASAN
Diagnosis demam berdarah dengue derajat III ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
Penegakan diagnosis DBD pada pasien ini berdasarkan adanya lebih dari dua kriteria,
yang memenuhi kriteria klinis dari WHO yakni demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, pembesaran hati, terdapat
manifestasi perdarahan berupa uji tourniquet positif serta dari pemeriksaan fisik
didapatkan pasien dalam keadaan syok (terdapat kegagalan sirkulasi), yaitu keadaan
umum yang buruk, gelisah, dengan tekanan darah 98/76 mmHg, nadi yang cepat dan
halus, frekuensi nafas 28 x/menit, akral dingin dan perfusi jelek.
Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil
leukosit yang berada dalam batas normal, nilai hemoglobin dan hematokrit yang
cenderung meningkat serta didapatkan trombositopenia yaitu sebesar 60.000/mm3
(pemeriksaan pada tanggal 10/09/2011), 30.000/mm3 dan 23.000/mm3 (pemeriksaan
pada tanggal 11/09/2011). Hal ini merupakan salah satu dari kriteria laboratories
DBD. Hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan adanya
hemokonsentrasi. Peningkatan kadar hematokrit merupakan bukti adanya kebocoran
plasma. Hal ini memperkuat diagnosis demam berdarah dengue. Selain itu pada
pasien ini juga didapatkan tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti nadi yang lemah,
perfusi perifer yang menurun dan akral yang dingin dan lembab. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien ini mengalami DBD derajat III.
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada sindrom syok
dengue, setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum pasien
dapat tiba-tiba memburuk, yang biasannya terjadi pada saat atau setelah demam
menurun, yakni antara hari sakit ke 3 7. Pada sebagian besar kasus ditemukan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba lembab dan dingin, serta nadi menjadi
cepat dan halus. Pasien seringkali akan mengeluh nyeri di daerah perut sesaat
sebelum syok. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya akan ditemukan adanya
hemokonsentrasi (peningkatan kadar hematokrit 20%) dan trombositopenia
15
Beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnostik klinik
pada penderita DSS menurut Wong adalah sebagai berikut.
1. Clouding of sensorium
2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun.
3. Nyeri perut.
4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis,
hematemesis, melena, hematuri dan hemoptisis.
5. Trombositopenia berat.
6. Adanya efusi pleura pada toraks foto.
7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG
16
17
klinis memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan
koloid (dekstran 40 atau plasma) 10-20 ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30
ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan
kristaloid dengan tetesan 20 ml/kgBB. Pada pasien kondisi membaik setelah
dilakukan pemberian cairan awal sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi
menjadi 420 ml dalam 1 jam (10 ml/kgBB/jam). Jika kondisi tetap stabil dan
membaik maka cairan diturunkan menjadi 210 ml/jam (5 ml/kgBB/jam) atau Jika
dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi 126
ml/jam (3 ml/kgBB/jam) atau 42 tpm makro dan dalam 48 jam setelah syok teratasi
pemberian terapi cairan dapat dihentikan.
Oleh karena perembesan plasma tidak konstan (perembesan plasma terjadi
lebih cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan
dengan kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan
kadar hematokrit. Penggantian volume yang berlebihan dan terus menerus setelah
plasma terhenti perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika
memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali
ke dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan
menyebabkan edema paru dan distres pernafasan
Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan parasetamol untuk
mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 500 mg PO (apabila suhu > 38 C).
Karena pasien ini mengeluhkan adanya nyeri perut terutama di ulu hati maka juga
diberikan ranitidine dengan dosis 50 mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali
sehari. Diberikan antibiotik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder yang mungkin terjadi akibat manipulasi yang dilakukan terhadap pasien
seperti pemasangan jalur infus untuk pemberian cairan, pemasangan Douwer
Catheter dan pengambilan sampel darah yang secara rutin dilakukan. Kesemuanya itu
mempunyai resiko untuk terjadinya infeksi pada pasien ini. Selain itu berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 11 September 2011 didapatkan
kecenderungan terjadinya peningkatan leukosit meskipun hanya meningkat sedikit
(dari 11.700 /L menjadi 13.600/L).
18
Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non medikamentosa, yaitu
minum air yang banyak, mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan
pencegahan DBD dengan 3M menutup, menguras, mengubur barang-barang yang
dapat menampung air; menganjurkan agar pasien memakai repellan untuk mencegah
gigitan nyamuk, khususnya saat berada di lingkungan sekolah; dan menjaga asupan
nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun kuantitasnya.
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil,
tiga hari setelah syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung
meningkat, serta tidak dijumpai adanya distress pernafasan.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit pada
pasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam, karena
organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat adanya
manisfestasi perdarahan. Untuk quo ad sanactionam bonam karena kekambuhan pada
DBD hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan edukasi
yang tepat, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus
dengue.
19
BAB III
SINDROM SYOK DENGUE
Spektrum klinis infeksi virus dengue bervariasi tergantung dari faktor yang
mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi
virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang
bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak
spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih
berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD). (1,2,3)
2.1 Batasan dan Uraian Umum
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria
DBD disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah
kelanjutan dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus
dengue, derajat paling berat, yang berakibat fatal. (1,2,3)
Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock
syndrome (DSS).
2.2 Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN4; dengan serotipe DEN-3 yang dominan di Indonesia dan paling banyak berkaitan
dengan kasus berat. Terdapat reaksi silang antara serotipe Dengue dengan Flavivirus
lainnya. Infeksi oleh salah satu serotipe Dengue akan memberikan imunitas seumur
hidup, namun tidak ada imunitas silang dengan jenis serotipe lain.
2.3 Epidemiologi
Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan kematian
paling banyak dibandingkan dengan infeksi arbovirus lainnya. Setiap tahun, di seluruh
dunia, dilaporkan angka kejadian infeksi dengue sekitar 20 juta kasus dan angka
20
kematian berkisar 24.000 jiwa. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh
propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.
Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk (1989-1995). Mortalitas DBD cenderung
menurun hingga 2% tahun 1999. (1,2,3,4,5)
21
22
2.5 Patogenesis
Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua
teori yang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection) dan hipotesis immune enhancement. (1,2,3)
Halstead (1973) menyatakan mengenai hipotesis secondary heterologous
infection. Pasien yang mengalami infeksi berulang dengan serotipe virus dengue yang
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat.
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan
menginfeksi dan membentuk kompleks antigen antibodi kemudian berikatan dengan
Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi
heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
melakukan replikasi dalam sel makrofag (respon antibodi anamnestik)(1,2,3)
Dalam waktu beberapa hari terjadi proliferasi dan transformasi limfosit dengan
menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus kompleks
antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen (C3 dan C5), melepaskan C3a dan
C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga
plasma merembes ke ruang ekstravaskular. Volume plasma intravaskular menurun
hingga menyebabkan hipovolemia hingga syok. (1,2,3)
23
24
(fibrinogen
degradation
product)
sehingga
terjadi
penurunan
faktor
(2,3)
pembekuan.
26
Kriteria klinis :
1)
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah,
nyeri pada punggung, tulang, persendian , dan kepala, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2)
3)
Hepatomegali
4)
Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi 20 mmHg, atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
* Uji bendung dilakukan dengan membendung lengan atas menggunakan manset pada
tekanan sistolik ditambah diastolik dibagi dua selama 5 menit. Hasil uji positif bila
ditemukan 10 atau lebih petekie per 2.5 cm2 (1 inci).
Kriteria laboratoris :
1) Trombositopenia ( 100.000/l)
2) Hemokonsentrasi (kadar Ht 20% dari orang normal)
Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratoris dianggap cukup untuk
menegakkan diagnogsis kerja DBD.
Hipotensi
Kulit dingin-lembab.
27
DD
DBD
DBD
II
DBD
DSS
III
DBD
DSS
IV
LABORATORIUM
Leukopenia
Trombositopeni
Kebocoran Plasma (-)
Trombositopeni
(<100.000/ul)
Kebocoran Plasma (+)
:
Peningkatan Ht > 20
%
Penurunan Ht > 20 %
setelah pemberian
cairan yang adekuat.
Serologi
Dengue
Positif
Kasus tipikal dari DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinik mayor : demam
tinggi,
fenomena
perdarahan,
hepatomegali,
dan
kegagalan
sirkulasi.
28
29
Pertumbuhan
virus
ditunjukan
dengan
adanya
antigen
yang
2. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi dan USG, Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang
dapat dideteksi yaitu :
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali dan efusi perikard
4. Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati
5. Caran dalam rongga peritoneum
Diagnosis Banding
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri
maupun virus, seperti bronkopneumonia, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.
2. Adanya ruam yang akut perlu dibedakan dengan morbili.
3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.
4. Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae, leukemia
pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.
5. Syok endotoksin.
6. Demam Chikunguya.
30
PENATALAKSANAAN
1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20
ml/kgBB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2
lt/mnt. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak
terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama koloid. Observasi tensi
dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa
elektrolit dan gula darah.
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap
dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(HES) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid diberikan pada
jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi
keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa
hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan gula darah. Pada
syok berat (tekanan nadi < 10 mmHg), penggunaan koloid (HES) sebagai
cairan resusitasi inisial memberi hasil perbaikan peningkatan tekanan nadi
lebih cepat.
3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/hematokrit,
tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi
10ml/kgBB. Volume 10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24
jam atau sampai klinis stabildan hematokrit menurun <40%. Selanjutnya
cairan diturunkan menjdi 7ml/kgBB sampai keadaan klinis dan hematokrit
stabil
kemudian
secara
bertahap
cairan
diturunkan
5ml
dan
31
32
1. Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
2. Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FFP
3. Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Ht tetap tinggi/naik
Koloid 20 ml/kgBB
33
34
4-8 jam, sedangkan larutan 6% HES 200/0,6 dan 6% HES 450/0,7 menetap selama 812 jam. Gangguan mekanisme pembekuan tidak akan terjadi bila diberikan kurang
dari 1500cc/24 jam, dan efek ini terjadi karena pengenceran dengan penurunan hitung
trombosit sementara, perpanjangan waktu protrombin dan waktu tromboplastin
parsial, serta penurunan kekuatan bekuan.(2)
35
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dirawat pasien an. RZ, 11 tahun masuk dengan keluhan utama demam 4
hari SMRS dan didiagnosis sebagai dengue shock syndrome berdasarkan kriteria
klinis dan laboratories dari WHO.
Tatalaksana pada pasien ini berupa suportif dan simptomatik yang berupa
pemberian terapi cairan yang disesuaikan dengan bagan pemberian terapi cairan pada
DSS (sesuai dengan literatur). Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan
parasetamol untuk mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3 x 500 mg PO (apabila
suhu > 38 C). Karena pasien ini mengeluhkan adanya nyeri perut terutama di ulu hati
maka juga diberikan ranitidine dengan dosis 50 mg untuk sekali pemberian yang
diberikan 2 kali sehari. Diberikan antibiotik dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder yang mungkin terjadi akibat manipulasi yang dilakukan
terhadap pasien.
Pasien pulang dalam kondisi kesehatan yang membaik. Dengan demikian
penegakan diagnosis dan tatalaksana kasus pada pasien ini telah sesuai dengan
tinjauan literature mengenai penanganan pada dengue shock syndrome.
Untuk memutuskan
paling memadai saat ini. Maka, diberikan penjelasan dan mengedukasi keluarga
pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup, menguras,
mengubur barang-barang yang dapat menampung air; menganjurkan agar pasien
memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk.
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Dengue Virus Infection. Centers for Disease Control and Prevention. Division of
Vector Borne and Infectious Diseases. Atlanta : 2009
5.
6.
37