Anda di halaman 1dari 26

WRAP UP

BLOK NEOPLASIA
NYERI PERUT KANAN ATAS

Kelompok: A-15
Ketua
Sekretaris

: Julia
: Fathan Ihtifazhuddin

1102010137
1102010096

Anggota

: Hadiyana Arief Hafiz


Akmal Nugraha
Ariqo Alala
Berthariyanti
Devy Andika S
Dicha Oseanni A
Fara Fariha
Icha Sukmatriani

1102009125
1102009015
1102010035
1102010047
1102010068
1102010076
1102010093
1102009135

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2013/2014
0

SKENARIO 2
NYERI PERUT KANAN ATAS
Seorang karyawan berumur 54 tahun, berobat ke poli penyakit dalam. Pasien
mengeluhkan nyeri pada perut kanan atas yang dialami sejak 6 bulan lalu, hilang timbul namun
dua bulan terakhir nyeri semakin sering. Merasa mual dan selera makan berkurang sejak 4 bulan
yang lalu sehingga berat baannya 15 kg. Dari anamnesis diketahui pasien pernah terkena
hepatitis 15 tahun yang lalu dan sering mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB 45 kg dengan TB 165 cm. Tekanan darah dan
tanda vital lainnya normal. Pemeriksaan abdomen hepatomegali, dengan permukaan hati
bernodul, tepi tumpul dan nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan serum transaminase SGPT dan SGOT dengan bilirubin normal. Alpha Feto-Protein
(AFP) 1000 U/L ( normal : <10 U/L ), anti-HCV positif. Setelah dilakukan pemeriksaan USG
dan biopsi hati pasien didiagnosis karsinoma hepatoseluler. Pasien dianjurkanuntuk menjalani
transplantasi hat. Pasien meminta waktu berkonsultsi dengan seorang ulama.

SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.3 Memahami dan Menjaslakan Etiologi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hepatoceluler Carsinoma
LO 1.12 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hepatoceluler Carsinoma
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Hukum Transplantasi Menurut Pandangan Agama
Islam

LI 1 Memahami dan Menjelaskan Hepatoceluler Carsinoma


LO 1.1Memahami dan Menjelaskan Definisi Hepatoceluler Carsinoma

Karsinoma hepatoselluler (hepatocelluler carcinoma = HCC) merupakan tumor ganas hati


primer yang berasal dari hepatosit.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi HCC

Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) adalah salah satu keganasan


yang paling umum di seluruh dunia. Insiden global setiap tahunnya ialah sekitar 1 juta kasus,
dengan perbandingan laki-laki dan wanita sekitar 4:1. Tingkat kejadian sama dengan tingkat
kematian. Di Amerika Serikat, terdapat 19.160 kasus baru dan 16.780 kematian yang tercatat
pada tahun 2007. Tingkat kematian pada laki-laki di negara-negara kejadian rendah seperti
Amerika Serikat adalah 1,9 per 100.000 per tahun; di daerah-daerah dengan insidensi menengah
seperti Austria dan Afrika Selatan, angka kematian tahunan berkisar 5,1-20,0 per 100.000, dan
pada daerah dengan insidensi yang tinggi seperti di Asia (Cina dan Korea), angka kematian 23,1150 per 100.000 per tahun. Di Indonesia (khususnya Jakarta) HCC ditemukan antara 50 dan 60
tahun, dengan predominasi pada laki-laki. Rasio antara kasus laki-laki dan perempuan berkisar
antara 2-6 : 1.

Angka Insidensi Penyakit Karsinoma Hepatoseluler Berdasarkan Jenis Kelamin Dan


Wilayah Geografis.
100.000 Orang Per Tahun
Negara

Laki-Laki

Perempuan

2.5

Brazil, Recife

9.2

8.3

Brazil, Sao Paulo

3.8

2.6

Mozambique

112.9

30.8

South Africa, Cape: Black

26.3

8.4

South Africa, Cape: White

1.2

0.6

Senegal

25.6

Nigeria

15.4

3.2

Gambia

33.1

12.6

Burma

25.5

8.8

Japan

7.2

2.2

Korea

13.8

3.2

China, Shanghai

34.4

11.6

India, Bombay

4.9

2.5

India, Madras

2.1

0.7

Great Britain

1.6

0.8

France

6.9

1.2

Italy, Varese

7.1

2.7

Norway

1.8

1.1

Spain, Navarra

7.9

4.7

Argentina

LO 1.3 Memahami dan Menjaslakan Etiologi Hepatoceluler Carsinoma

Hepatocellular carcinoma adalah bentuk dominan dari kanker primer hati dan secara
histologi maupun etiologi berbeda dari bentuk kanker primer hati lainnya. Rata-rata 70% - 90%
dari pasien hepatocellular carcinoma memiliki latar belakang penyakit hati kronis dan sirosis
yang nyata, dengan faktor risiko utama yang menyertai seperti infeksi kronis dengan virus
hepatitis B, virus hepatitis C, penyakit hati alkohol, dan non alcoholic steatohepatitis (NASH).
Tambahan faktor risiko lain adalah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan
aflatoxin, diabetes, obesitas, kondisi herediter tertentu seperti hemochromatosis dan beberapa
kelainan metabolisme.
Beberapa mekanisme utama yang diduga berkaitan dengan hepatokarsinogenesis dan
bagaimana perbedaan mekanisme karsinogenesis menurut etiologi dan faktor risiko yang
berbeda.
SIROSIS
Faktor risiko utama penyebab HCC adalah sirosis, penyebab-penyebab utama sirosis
adalah infeksi virus hepatitis B dan infeksi virus hepatitis C.

Sirosis adalah akibat dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan penurunan proliferasi
hepatosit, peningkatan jaringan fibrosa, dan kerusakan sel-sel hati. Saat ini banyak penelitian
yang meneliti kemungkinan-kemungkinan mekanisme dalam perkembangan HCC pada pasien
dengan sirosis hati. Beberapa mekanisme yang diduga mempercepat pembentukan kanker adalah
disfungsi dan perubahan telomer. Pemendekan telomer menghambat proliferasi sel hepatosit, dan
disfungsi telomer akan mempercepat onset tumor bila bergabung dengan mutasi p53.
Karakteristik lain dari sirosis hati adalah pengaktivan sel-sel stellate yang mana sel ini akan
meningkatkan produksi dari sitokin, growth factors, dan produk-produk oxidative stress. Jalurjalur onkogenik utama yang terlibat dalam HCC adalah phosphoinositol-3-kinase/Akt, myc,
Wnt/-catenin, c-Met, dan hedgehog.
0

INFEKSI HBV
Infeksi HBV menyebabkan penyakit hati kronik maupun akut, dan hal ini meningkatkan
faktor risiko memiliki kanker hati. HBV menyebabkan HCC bisa dengan cara indirek maupun
direk, Indirek sperti, infeksi HBV akan menyebabkan kerusakan hepatosit dan
necroinflammation, kemudian diikuti dengan proliferasi hepatosit, fibrosis, dan sirosis hati.
Kemudian perkembangan yang berkelanjutan dari sirosis akan menyebabkan peningkatan
turnover sel hati dan akumulasi mutasi genome host yang berujung perubahan gen dan
kromosom, aktivasi onkogen, dan inaktivasi tumor suppressor genes. Secara langsung, HBV
dapat menyebabkan HCC dengan cara menggabungkan DNA-nya ke sel host sebagai mutagen
dan menyebabkan perubahan kromosom.
INFEKSI HCV
Berbeda dengan HBV, HCV merupakan virus RNA yang sangat tidak mungkin
bergabung dengan DNA genome host. Maka dari itu, HCV menyebabkan HCC dengan
mekanisme indirek. Seperti contohnya, core protein dari HCV diduga masuk ke dalam sel host,
tepatnya pada membran luar mitokondria dan mendorong pembentukan oxidative stress. Hal ini
menyebabkan pengaktivan sinyal seperti contoh p38 mitogen-activated protein kinase dan jalur
faktor nuklear kappa B yang berujung pada pembentukan sitokin dan inflamasi yang
berkelanjutan, perubahan jalur apoptosis, dan pembentukan tumor.
Menariknya adalah, infeksi HCV juga ditemukan menginduksi resisten insulin yang
secara dekat merupakan link pembentukan fibrosis dan diabetes tipe 2.
KOINFEKSI DENGAN HIV
Infeksi HIV memperpendek angka kehidupan pada pasien dengan HCV related chirrosis.
Sebagai tambahan, hepatokarsinogenesis dapat berlangsung lebih cepat dan proses agresif pada
pasien koinfeksi HIV/HCV.

AUTOIMMUNE HEPATITIS
0

Autoimmune hepatitis (AIH) adalah kondisi yang ditandai dengan penghancuran


progresif dari parenkim hati dan berakhir dengan pembentukan fibrosis dan sirosis hati. Tetapi
penelitian menunjukkan bahwa kejadian HCC pada pasien AIH sangat jarang terjadi.
NONALCOHOLIC FATTY LIVER DISEASE (NAFLD) DAN NASH
NAFLD terdiri atas spektrum dari lemak sendiri smapai lemak ditambah peradangan,
lemak ditambah degenerasi balon, dan NASH, yang terakhir menjadi bentuk paling serius dari
NAFLD. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa NAFLD memiliki keterkaitan dengan
sindrom metabolik, khususnya diabetes mellitus tipe 2 dan obesitas. Selain itu, hubungan NASH
dengan komponen miltiple dari sindrom metabolik diduga meningkatkan risiko memiliki
penyakit hati kronis, sirosis, dan HCC.

FAKTOR RISIKO LAIN


Salah satu penyebab HCC non-sirosis adalah kontaminasi makanan dengan aflatoxin B1.
Aflatoxin b1 adalah mycotoxin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang hidup pada
makanan yan berada di tempat hangat dan kondisi yang lembap. Ketika dicerna oleh tubuh,
Aflatoxin B1 dimetabolisme menjadi bentuk aktif yaitu AFB 1-exo-8,9-epoxide, yang mana akan
berikatan dengan DNA host dan menyebabkan kerusakan termasuk produksi mutasi p53 tumor
suppressor gene.
Faktor risiko lain adalah alcoholic liver disease. Mengonsumsi alkohol dalam jumlah
banyak (50-70g/hari) adalah penyebab umum sirosis hati tersering dan terbukti merupakan faktor
risiko HCC.
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi HCC
0

Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus berlanjut merupaka
proses khas dari cirrhosis hepatic yang juga merupakan proses dari pembentukan hepatoma
walaupun pada pasien pasien dengan hepatoma, kelainan cirrhosis tidak selalu ada. Hal ini
mungkin berhubungan dengan proses replikasi DNA virus dari virus hepatitis yang juga
memproduksi HBV X protein yang tidak dapat bergabung dengan DNA sel hati, yang merupakan
host dari infeksi Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA. RNA ini
akan berkembang dan mereplikasi diri di sitoplasma dari sel hati dan menyebabkan suatu
perkembangan dari keganasan yang nantinya akan mengahambat apoptosis dan meningkatkan
proliferasi sel hati. Para ahli genetika mencari gen gen yang berubah dalam perkembangan sel
hepatoma ini dan didapatkan adanya mutasi dari gen p53, PIKCA, dan -Catenin.
Sementara pada proses cirrhosis terjadi pembentukan nodul nodul di hepar, baik nodul
regeneratif maupun nodul diplastik. Penelitian prospektif menunjukan bahwa tidak ada progresi
yang khusus dari nodul nodul diatas yang menuju kearah hepatoma tetapi, pada nodul
displastik didapatkan bahwa nodul yang terbentuk dari sel sel yang kecil meningkatkan proses
pembentukan hepatoma. Sel sel kecil ini disebut sebagai stem cel dari hati.
Sel sel ini meregenrasi sel sel hati yang rusak tetapi sel sel ini juga berkembang
sendiri menjadi nodul nodul yang ganas sebagai respons dari adanya penyakit yang kronik
yang disebabkan oleh infeksi virus.nodul nodul inilah yang pada perkembangan lebih lanjut
akan menjadi hepatoma.

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Hepatoceluler Carsinoma

IA:

Tumor tunggal berdiameter < 3 cm, tanpa emboli rumor,


t a n p a metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

IB :

Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan


<5cm,d i s e p a r u h h a t i , t a n p a e m b o l i t u m o r, t a n p a m e t a s t a s i s k e l
e n j a r limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

IIA :

Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan < 10cm, di
separuh hati, atau dua tumor dengan diameter gabungan < 5 c m , d i
k e d u a b e l a h a n h a t i k i r i d a n k a n a n , t a n p a e m b o l i t u m o r, tanpa
metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

IIB :

Tumor tunggal atau multipel dengan diameter gabungan > 10 cm,di separuh hati,
atau tumor multipel dengan diameter gabungan >5 c m , d i k e d u a b e l a h a n
0

h a t i k i r i d a n k a n a n , t a n p a e m b o l i t u m o r , tanpa metastasis kelenjar


limfe peritoneal ataupun jauh; Child A. Terdapat emboli tumor di
percabangan vena portal, vena hepatik atau saluran empedu dan/atau Child
B.
IIIA : Tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama
vena porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfeperitoneal atau jauh,
salah satu daripadanya; Child A atau B.
IIIB : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis;Child
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Hepatoceluler Carsinoma

Hepatoma fase subklinis


Yang dimaksud hepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah pasien yang tanpa
gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan melalui pemeriksaan AFP dan
teknik pencitraan. Caranya adalah dengan gabungan pemeriksaan AFP dan pencitraan, teknik
pencitraan terutama dengan USG lebih dahulu, bila perlu dapat digunakan CT atau MRI. Yang
dimaksud kelompok risiko tinggi hepatoma umumnya adalah: masyarakat di daerah insiden
tinggi hepatoma; pasien dengan riwayat hepatitis atau HBsAg positif; pasien dengan riwayat
keluarga hepatoma; pasien pasca reseksi hepatoma primer.
Hepatoma fase klinis
Hepatoma fase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut, manifestasi utama yang sering
ditemukan adalah:
Nyeri abdomen kanan atas
Hepatoma stadium sedang dan lanjut sering datang berobat karena kembung dan tak
nyaman atau
nyeri
samar
di
abdomen
kanan
atas.
Nyeri umumnya bersifat tumpul( dullache) atau menusuk intermiten atau kontinu,
sebagian merasa area hati terbebat kencang, disebabkan tumor tumbuh dengan cepathingga
menambah regangan pada kapsul hati. Jika nyeri abdomen bertambah hebatatau timbul akut
abdomen harus pikirkan ruptur hepatoma.

Massa abdomen atas

Hepatoma lobus kanan dapat menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan
fisik menemukan hepatomegali di bawah arkus
kostae berbenjol
benjol;
hepatoma segmen inferior lobus kanan sering dapatlangsung teraba massa di bawah arkus
kostae kanan; hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah prosesus xifoideus atau massa
di bawah arkus kostae kiri.

Perut kembung: timbul karena massa tumor sangat besar, asites dan gangguanfungsi
hati.
0

Anoreksia: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran


gastrointestinal, perut tidak bisa menerma makanan dalam jumlah banyak karena terasa
begah.

Letih, mengurus: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan berkurangnya
masukan makanan dll, yang parah dapat sampai kakeksia.

Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi dan metabolit tumor, jikatanpa
bukti infeksi disebut demam kanker, umumnya tidak disertai menggigil.

Ikterus: tampil sebagai kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena gangguanfungsi
hati, biasanya sudah stadium lanjut, juga dapat karena sumbat kanker di saluranempedu
atau tumor mendesak saluran empedu hingga timbul ikterus obstruktif.

Asites: juga merupakan tanda stadium lanjut. Secara klinis ditemukan perutmembuncit
dan pekak bergeser, sering disertai udem kedua tungkai.

Lainnya: selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu belakang
kanan, udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga manifestasi sirosis
hati seperti splenomegali, palmar eritema, lingua hepatik, spider nevi, venodilatasi
dinding abdomen dll. Pada stadium akhir hepatoma sering timbul metastasis paru, tulang,
dan banyak organ lain

LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Hepatoceluler Carsinoma


Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik umumnya ditemukan pembesaran hepar yang berbenjol, keras dan kadang
nyeri tekan. Karena karsinoma ini kebanyakan berhubungan dengan sirosis maka sering pada penderita
ini didapatkan pula tanda sirosis misal caput medusae, spider nevi, splenomegali, eritema palmaris dan
ginekomasti.
Auskultasi diatas benjolan kadang menemukan suara bising aliran darah (bruit) karena
hipervaskularisasi tumor. Gejala ini menunjukan fase tumor sudah lanjut.
Nyeri perut, kehilangan berat badan serta massa pada perut merupakan tanda yang paling sering
ditemukan. Pada lebih dari separuh pasien anak, tanda awal adalah tumor abdomen.
Adanya nyeri mendadak, hemoperitoneum dan/atau syok tanpa adanya riwayat trauma
mengindikasikan ruptur tumor. 3-5% pasien datang dengan tanda-tanda peritonitis oleh karena tumor
ruptur secara spontan

Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan majupesat, maka berkembang
pula cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini. Kanker hati selular yang
kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal terutamanya dengan pendekatan radiologi yang
akurasinya 70 95%1,4,8 dan pendekatan laboratoriumalphafetoprotein yang akurasinya 60
70%. (9)
Kriteria diagnosa HCC menurut PPHI Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu:
0

1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.


2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear
Medicine, Computed
Tomography
Scann (CT
Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission
Tomography (PET) yang menunjukkan adanya HCC.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya HCC.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan HCC.
Diagnosa HCC didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu
kriteria empat atau lima.
Pemeriksaan Penunjang
Penanda Tumor
Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal, sel
yolk sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal. Rentang normal AFP serum adalah
0-20 ng/ml. Kadar AFP meningkat pada 60% -70% dari pasien HCC, dan kadar lebih dari 400
ng/ml adalah diagnostik atau sangat sugestif untuk HCC. Nilai normal juga dapat ditemukan juga
pada kehamilan. Penanda tumor lain untuk HCC adalah des-gamma carboxy prothrombin (DCP)
atau PIVKA-2, yang kadarnya meningkat pada hingga 91% dari pasien HCC, namun juga dapat
meningkat pada defisiensi vitamin K, hepatitis kronis aktif atau metastasis karsinoma. Ada
beberapa lagi penanda HCC, seperti AFP-L3 (suatu subfraksi AFP), alfa-L-fucosidase serum, dll,
tetapi tidak ada yang memiliki agregat sensitivitas dan spesifitas melebihi AFP, AFP-L3 dan
PIVKA-2.
Gambaran Radiologis
A. Gambaran Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG hati merupakan alat skrining yang sangat baik. Dua karakteristik
kelainan vaskular berupa hipervaskularisasi massa tumor (neovaskularisasi) dan trombosis oleh
invasi tumor. (1) Perkembangan yang cepat dari gray-scaleultrasonografi menjadikan gambaran
parenkim hati lebih jelas. Keuntungan hal ini menyebabkan kualitas struktur eko jaringan hati
lebih mudah dipelajari sehingga identifikasi lesi-lesi lebih jelas, baik merupakan lesi lokal
maupun kelainan parenkim difus. (7)
Pada hepatoma/karsinoma hepatoselular sering diketemukan adanya hepar yang
membesar, permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intrahepatik dengan struktur eko
yang berbeda dengan parenkim hati normal.
.
B. Computed Tomography (CT) Scan
Di samping USG diperlukanCT scan sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh
segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat
sebagian-sebagian saja. CT scan yang saat ini teknologinya berkembang pesat telah pula
menunjukkan akurasi yang tinggi apalagi dengan menggunakan teknik hellicalCT
scan, multislice yang sanggup membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga kanker yang
paling kecil pun tidak terlewatkan.
Untuk menentukan ukuran dan besar tumor, dan adanya invasi vena portal secara akurat,
CT / heliks trifasik scan perut dan panggul dengan teknik bolus kontras secara cepat harus
dilakukan untuk mendeteksi lesi vaskular khas pada HCC. Invasi vena portal biasanya terdeteksi
0

sebagai hambatan dan ekspansi dari pembuluh darah. CT scan dada digunakan untuk
menghilangkan diagnosis adanya metastasis.
Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan
angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang
kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran
sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang
sebenarnya.
D. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CT
scann yang meragukan atau pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada
penderita yang ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga
pemeriksaan CT angiography tak memungkinkan padahal diperlukan gambar peta pembuluh
darah.
Sistem Staging
Meskipun TNM (tumor primer, kelenjar regional, metastasis) yang merupakan sistem
staging yang dibentuk oleh the American Joint Commission for Cancers (AJCC) kadang-kadang
masih digunakan, saat ini sistem the Cancer of the Liver Italian Program (CLIP) yang lebih lebih
populer digunakan karena memasukan sirosis dalam salah satu hal penilaiannya, seperti halnya
sistem Okuda (Tabel 2.4 dan 2.5). Prognosis terbaik adalah stadium I, tumor soliter <2>(1)
Tabel 2.4 Klasifikasi Cancer of the Liver Italian Program (CLIP) (1)
Variables
i. Jumlah Tumor
Ukuran tumor pada Hepar yang
menggantikan hepar normal (%)a
ii. Nilai Child-Pugh
iii. -Fetoprotein level (ng/mL)
iv. Trombosis Vena Porta (CT)

Points
0
Single
<50

1
2
Multiple
<50
>50

A
<400
No

B
400
Yes

a = Luas tumor pada hati


Stadium CLIP : CLIP 0, 0 points; CLIP 1, 1 point; CLIP 2, 2 points; CLIP 3, 3 points.
Tabel 2.5 Klasifikasi Okuda (1)
Ukuran Tumora

Ascites

50%
(+)

+
(+)

<50
()

()

Albumin (g/L)

Bilirubin
(mg/dL)

3
(+)

3
(+)

>3
()

<3
()

Stadium Okuda: Stadium 1= semua (-), Stadium 2= 1 atau 2 (+), Stadium 3 = 3 atau 4 (+).
a = Luas tumor pada hati
0

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Hepatoceluler Carsinoma

Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Karsinoma Hepatoseluler
1. Diagnosis banding hepatoma dengan AFP (+)
Hepatoma dengan AFP positif harus dibedakan dari kehamilan, tumor embrional kelenjar
reproduktif, metastasis hati dari kanker saluran digestif dan hepatitis serta sirosis hati
dengan peninggian AFP. Pada hepatitis, sirosis hati, jika disertai peninggian AFP agak
sulit dibedakan dari hepatoma, harus dilakukan pemeriksaan pencitraan hati secara
cermat, dilihat apakah terdapat lesi penempat ruang dalam hati, selain secara berkala
harus diperiksa fungsi hati dan AFP, memonitor perubahan ALT dan AFP.
2. Diagnosis banding hepatoma dengan AFP (-)
Hemangioma hati paling sulit dibedakan dari HCC dengan AFP negatif, hemangioma
umumnya pada wanita, riwayat penyakit yang panjang, progresi lambat, bisa tanpa latar
belakang hepatitis dan sirosis hati, zat petanda hepatitis negatif, MRI dapat membantu
diagnosis. Pada tumor metastasis hati, sering terdapat riwayat kanker primer, zat petanda
hepatitis umumnya negatif pencitraan tampak lesi multipel tersebar dengan ukuran
bervariasi. Adenoma hati, umumnya pada wanita, sering dengan riwayat minum pil KB
bertahun-tahun, tanpa latar belakang hepatitis, sirosis hati, petanda hepatitis negatif.
Hiperplasia nodular fokal, pseudotumor inflamatorik sering cukup sulit dibedakan dari
HCC.
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hepatoceluler Carsinoma

Strategi Ablasi Lokal


Ablasi radiofrekuensi (Radiofrequency ablation=RFA) menggunakan panas untuk ablasi
tumor. Ukuran maksimum dari array probe dapat dilakukan untuk zona nekrosis 7-cm, yang akan
cukup untuk tumor berukuran 3-4 cm.
Pengobatan tumor yang dekat dengan pedikel portal utama dapat menyebabkan cedera
duktus empedu dan obstruksi. Hal ini membatasi terapi tumor yang secara anatomi cocok untuk
teknik ini. RFA dapat dilakukan secara perkutan dengan panduan CT atau USG, atau dengan
laparoskopi dengan panduan USG.

Terapi Injeksi Lokal


Sejumlah agen telah digunakan untuk dilakukannya injeksi lokal ke dalam tumor, yang
paling sering, ethanol (PEI). HCC lunak relatif dengan riwayat sirosis hati keras memungkinkan
untuk dilakukan injeksi etanol volume besar ke dalam tumor tanpa terjadi difusi ke dalam
parenkim hati atau kebocoran keluar dari hati. PEI menyebabkan kerusakan langsung dari sel-sel
0

kanker, tetapi juga akan menghancurkan sel-sel normal di sekitarnya. Hal ini biasanya
memerlukan beberapa suntikan (rata-rata tiga), berbeda dengan satu untuk RFA. Ukuran
maksimum tumor terpercaya diperlakukan adalah 3 cm, bahkan dengan beberapa suntikan.
Terapi Adjuvant
Peran kemoterapi ajuvan bagi pasien setelah reseksi atau OLTX masih belum jelas. Telah
ditemukan bahwa tidak ada manfaat yang jelas dalam kelangsungan hidup dalam keadaan bebas
penyakit atau secara keseluruhan baik untuk pendekatan adjuvant maupun neoadjuvant,
meskipun suatu meta-analisis beberapa percobaan menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam keadaan bebas penyakit dan secara keseluruhan. Analisis dari uji coba kemoterapi ajuvan
pasca operasi sistemik tidak menunjukkan manfaat ketahanan hidup dalam keadaan bebas
penyakit atau secara keseluruhan, namun studi tunggal TACE dan neoadjuvant 131I-ethiodol
telah menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup setelah dilakukan reseksi.
Terapi untuk kanker hati disesuaikan dengan stadium kanker hati dan keseluruhan
kondisi dari pasien. Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan
ukuran tumor, serta derajat pemburukan hepatic. Untuk menilai status klinis, sistem skor Childpugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kondisi pasien. Terapi pada kanker hati
meliputi:
Kemoterapi Sistemik
Kemoterapi sistemik dapat meningkatkan masa survive pasien. Banyak studi melaporkan
penggunaan antimetabolit seperti 5-fluorouracil (5 FU), 5-fluoro-2-deoxyuridine (FUDR), dan
methotrexate mempunyai efikasi sebaik doxorubicin. Doxorubicin memberikan efek lebih baik
bila diberikan secara sistemik. Terapi diberikan melalui infus intra-arteri karena suplay darah
pada sel kanker hati didominasi dari arteri hepatic. 5-FU dan FUDR merupakan terapi utama,
dan dapat ditambahkan dengan methotrexate dan doxorubicin. Infuse ini dimasukkan dalam
arteri hepatic secara langsung dengan kateter maupun secara perkutan melalui arteri brachialis
kiri. Kateter ini akan memasukkan agen kemoterapi secara kontinyu dalam periode yang telah
ditentukan. Agen kemoterapi dapat menyebabkan efek samping yang serius, oleh karena itu
perlu pertimbangan serius dalam pemilihan agen kemoterapi maupun cara pemberiannya.
Penelitian yang baru menyarankan penggunaan tamoxifen atau octreotid tapi beberapa studi
belum menunjukkan efektivitas yang berarti.
Terapi Non Farmakologi

Bedah
Risiko hepatectomi utama adalah tinggi (mortalitas 5-10%) diakibatkan oleh penyakit hati yang
mendasari dan potensi untuk menjadi gagal hati. Oklusi vena portal preoperative kadang-kadang
dapat dilakukan untuk menyebabkan atrofi lobus HCC yang terlibat dan hipertrofi kompensasi
dari hati yang masih normal.Pada pasien sirosis, operasi hati besar dapat mengakibatkan
kegagalan hati. Klasifikasi Child-Pugh dari gagal hati dapat menentukan prognosis untuk
toleransi operasi hati yang dapat diandalkan, dan hanya Child A yang dapat dipertimbangkan
untuk reseksi bedah. Pasien dengan Child B dan C dengan tahap I dan II HCC harus dirujuk
untuk OLTX jika sesuai, seperti pada pasien dengan asites atau riwayat pendarahan varises.
Meskipun terapi bedah eksisi terbuka merupakan terapi yang paling dapat diandalkan, namun
0

pasien mungkin lebih baik ditawarkan dengan pendekatan secara laparoskopi untuk reseksi,
menggunakan RFA atau injeksi etanol perkutan (percutaneous ethanol injection=PEI).(
1) Reseksi
Secara umum diterima sebagai terapi awal terpilih
a) Syarat dan Indikasi
Tindakan bedahhanya dipertimbangkan pada pasien tanpa sirosis hati atau dengan sirosis
ringan (Childs Acirrhosis),
Dengan tekanan vena portal normal, dan
Dengan kadar bilirubin normal pula.
b) Kontra indikasi
Pasien dengan HCC bilobi (kedua lobus terkena)
Metastasis jauh,
Trombosis vena porta utama, atau adanya trombosis vena cava inferior.
c) Hasil
Hasilyang baik dicapai apabila kriteria tadi ditambah dengan adanya unifokalitas, tak
adanyainvasi ke vaskuler, ukuran tumor kurang daripada 5 cm, dan progresivitas penyakit
yangrelatif rendah. Dengan menggunakan seluruh kriteria tersebut, diperkirakan hanya
5% pasienHCC dengan sirosis hati yang dapat menjadi kandidat bagi reseksi bedah
d) Penyebab mortalitas pascaoperasi
Kegagalan hati, perdarahan, serta komplikasi sepsis
Pengembangan teknik operasi memungkinkan diangkatnya jaringan hepar yang
mengandung nodul HCC secara selektif dengan teknik segmentektomi, atau bahkan
secara superselektif dengan subsegmentektomi (tindakan ini dapat dikerjakan dengan
panduan USG intraoperasi, yang dikenal sebagai prosedur Makuuchi)
2) Transplantasi
Kriteria seleksi yang ketat merupakan kunci bagi hasil tadi. Hanya pasien yang dirasa dapat
bertahan pada periode perioperatif yang dipertimbangkan untuk transplantasi. Pasien tersebut
juga harus cukup kuatmenjalani pengobatan dan follow-up yang intens bagi penerima transplan.
Ketergantunganterhadap alkohol ataupun obat-obatan harus disingkirkan. Yang paling penting,
calonpenerima transplan harus tidak sedang menjalani pengobatan bagi penyakit serius
yangdiperkirakan secara nyata dapat memperburuk harapan hidup. Semua proses intrinsik di
heparyang menuju ke dekompensasi atau kegagalan hati secara teoretis merupakan
kontraindikasibagi transplantasi hepar.
Secara umum segala bentuk penyakit hepar stadium akhir yangireversibel dan dapat
ditangani dengan transplantasi hepar dianggap sebagai indikasi. Apabila ada penyakit sistemik
yang melibatkan hepar, terapi sistemiknya harus dicapai dengan transplantasi hepar atau
setidaknya efek sistemik transplantasi hepar tidak malahan memperburuk keadaan.
Untuk seleksi pasien HCC calon penerima transplan, secara umum digunakan kriteria
Milan, yaitu pasien dengan lesi tunggal berukuran 5 cm, atau lesi kurang dari 3 buah dan
masing-masing berukuran 3 cm. Di Eropa, Barcelona Clinic Liver Cancer Staging
andTreatment Approach telah menyusun bagan alur klasifikasi HCC beserta penatalaksanaannya
0

Terapi prinsip Ablasi lokal


1. Injeksi Etanol Perkutan (PEI - Percutaneous Ethanol Injection)
PEI digunakan untuk terapi HCC yang kecil dan terlokalisir. HCC berukuran kurangdari 3 cm
dan berjumlah kurang dari 3 nodul merupakan kandidat yang sesuai bagi PEI. PadaPEI, etanol
steril disuntikkan ke nodul tumor dengan panduan USG atau CT. Destruksi seltumor oleh alkohol
absolut steril yang diinjeksikan diperkirakan dihasilkan oleh kombinasidari dehidrasi sel,
nekrosis koagulasi, serta trombosis vaskuler yang diikuti iskemia jaringan. Hasil nekrosis yang
dicapai bergantung pada ukuran nodul. Nodul kecil kurang dari 3 cm biasanya dapat dihancurkan
secara total, sedangkan nodul yang lebih besar hanya parsial saja. Tindakan PEI dapat diulang
beberapa hari kemudian bila diperlukan Komplikasi PEI yang dapat muncul adalah timbulnya
nyeri abdomen yang dapat terjadi akibat kebocoran etanol ke dalam rongga peritoneal.
Kontraindikasi PEI meliputiadanya asites yang masif, koagulopati, atau ikterus obstruksi, yang
semua dapat meningkatkan risiko perdarahan dan peritonitis bilier pasca-tindakan. Angka
survival 3 tahun bagi pasien sirosis dengan nodul tunggal HCC yang ditangani dengan PEI
dilaporkan sebesar 70%
2. Ablasi radiofrekuensi (RFA Radiofrequency Ablation)
Dibandingkan dengan sel-sel normal, sel-sel ganas ternyata lebih tahan terhadapkerusakan
letal akibat pembekuan, namun lebih rentan terhadap kerusakan hipertermik. Berdasarkan sifat
ini, saat ini telah dikembangkan suatu metoda ablasi dengan radiofrekuensi,yang merupakan
metoda termal lokal untuk menghancurkan tumor dengan memasukkansuatu probe penghantar
panas ke dalam tumor (dengan panduan pencitraan, laparoskopik ataulaparotomi) yang kemudian
dipanaskan hingga mencapai suhu 60oC atau lebih Pada suhu tersebut, protein intrasel akan
mengalami denaturasi, membran lipid akan meleleh, dan kematian sel akan segera terjadi.
Prosedur ini terbatas penggunaannya, yakni untuk lesi-lesi subkapsuler dan relatif jauh dari
pembuluh darah yang besar (bila terlalu dekat dengan pembuluh darah akan menyulitkan
tercapainya temperatur yang cukup tinggi bagi nekrosis komplit tumor) Sebuah studi yang
membandingkan RFA dengan PEI pada pasien-pasien dengan HCC berukuran lesi hingga 4 cm
menunjukkan bahwa RFA unggul dalam hal angka survival 3 tahun pasien (74% dibanding
51%). Penelitian yang lain menunjukkan manfaat RFA sama saja dengan PEI. Secara umum,
hanya sedikit saja penggunaan RFA yang mencapai nekrosislengkap tumor, tanpa perbedaan
bermakna dalam morbiditas dan peningkatan ketahananhidup pasien.
3. Kryoterapi/Kryoablasi (Cryotherapy/Cryoablation)
Kryoterapi atau juga dikenal dengan kryoablasi merupakan salah satu metodapenggunaan sifat
termal untuk mengablasi suatu tumor. Kryoterapi ditempuh dengan menggunakan
pendinginan/pembekuan yang cepat, biasanya menggunakan gas nitrogen,penghangatan yang
lambat, lalu pengulangan siklus pembekuan-penghangatan (freeze-thawcycles) tadi hingga
mencapai titik ablasi yang ditandai oleh terbentuknya kristal es pada intradanekstrasel,
penggabungan kristal es yang terbentuk (sebagai bola es), dan kerusakanvaskuler setempat. Efek
kryoterapi meliputi kerusakan vaskuler, kerusakan organela dandinding sel, dehidrasi sel, serta
perubahan pH dan osmolaritas intrasel. Pengulangan sikluspembekuan-penghangatan tadi akan
0

menghasilkan kerusakan jaringan sel tumor target yanglebih luas karena sel tumor dihadapkan
pada paparan termal berulang yang merusak.
Kerusakan unsur dan dinding sel selama siklus pembekuan-penghangatan sebelumnya
akanmenyebabkan meningkatnya konduktivitas termal dan berakibat pendinginan yang lebih
cepat serta pembesaran volume jaringan yang dibekukan. Teknik kryoterapi intraoperatif
(cryosurgery) dikerjakan pascareseksi segmental, dengan menempatkan suatu cryoprobe dengan
panduan ultrasonografi intraoperatif (intraoperative ultrasonography/IOUS) sehingga ujung
probe tadi mencapai tengah/pusat lesi tumor yang dituju Indikasi kryoterapi dalam konteks HCC
adalah untuk pasien dengan tumor multipel yang bilobi yang tidak memungkinkan bagi tindakan
reseksi subsegmental yang multipel.

a.
b.
gbr 2.1 a Cryosurgery suatu kryoterapi saat operasi
Zhou dkk. melaporkan angka survival 1, 3, dan 5 tahun pasien HCC yang ditanganidengan
kryoablasi berturut-turut sebesar 74%, 48%, dan 32%.
Komplikasi pasca-tindakan yang harus diwaspadai cukup banyak, meliputi sindroma
cryoshock (merupakan sindroma kegagalan multiorgan yang ditandai oleh koagulopati berat,
disseminated intravascularcoagulation/DIC, acute adult respiratory distress syndrome (ARDS),
kegagalan hati, kegagalan hepar, hipotensi atau syok, perdarahan akibat pecahnya bola es yang
meluas ke kapsul hepar, trombositopenia, pireksia aseptik, aritmia kordis, abses subfrenik
atauintrahepatik, fistula bilier, dan komplikasi pulmonal berupa efusi pleura, atelektasis,
kolapsparu serta infeksi paru
4. Ablasi
dengan
Ultrasonik
Intensitas
Tinggi
Terfokus
(High
Intensity
FocusedUltrasound/HIFU)
Dikembangkan pada tahun 1990-an merupakan metodapenanganan tumor dari luar tubuh
dengan memanfaatkan sifat fisika gelombang USG denganmengarahkan, mempenetrasikan, serta
memfokuskan energi rendah gelombang ultrasonik diluar tubuh pada area tumor sehingga
menjadikan jaringan target tumor suatu fokus nekrosiskoagulasi, tanpa merusak jaringan
sekitarnyaKonsep ini dapat dianalogikandengan memfokuskan sinar matahari dengan kaca
pembesar untuk menghasilkan api.
Mekanisme utama perusakan sel tumor oleh HIFU adalah secara termal, yakni lewat
1. Denaturasi protein oleh suhu tinggi yang dihasilkan oleh pemfokusan energi ultrasonik tadi
pada tumor (temperatur di dalam fokus tumor dinaikkan hingga melebihi 80oC). Mekanisme
lainnya adalah penghancuran jaringan oleh efek kavitasi akustik. Gelombang ultrasonik
HIFU menyebar ke dalam jaringan sebagai gelombang bertekanan. Oleh karena cairan
0

interseluler sekitar fokus menjadi bertekanan negatif, suatu waktu akan timbul gelembung
gelembung udara di sana. Gelembung-gelembung udara tadi akan bertumbukan dan
kemudian menyatu menjadi gelembung yang lebih besar. Saat mencapai diameter yang
beresonansi dengan gelombang ultrasonik yang dipancarkan (sekitar 3 m pada frekuensi 1
MHz), gelembung-gelembung tadi akan sangat membesar kemudian kolaps dengan cepat.
2. Suhu yang amat tinggi danpergeseran tekanan yang terjadi diteruskan ke sekitar gelembung
yang kolaps tadi, berakibat kerusakan lokal akibat mekanik dan termal yang terlokalisir.
Secara histologis akan jaringan tumor akan tampak mengalami nekrosis koagulasi, dan akan
didapatkan lubang-lubang transparan pada lokasi gelembung terjadi. Ablasi menggunakan
HIFU dewasa ini membawahasil yang cukup menggembirakan, khususnya untuk penanganan
tumor hati, uterus, ginjal, payudara dan pankreas. Di dunia barat, ablasi menggunakan HIFU
masih pada tahap clinicaltrial. Li Chuan-Xing dkk. pada tahun 2003 meneliti manfaat klinis
ablasi dengan HIFU pada tumor hati primer dan metastasis, menyatakan bahwa HIFU dapat
menjadi pilihan terapi yang cukup aman dan efektif untuk kanker hati. Lebih lanjut, Feng Wu
dkk. (2005) menyatakan bahwa kombinasi ablasi dengan HIFU dan TACE merupakan
pendekatan terapi yang cukup menjanjikan.

Gambar
3.
Skema
HIFU(High
IntensityFocusedUltrasound)Dikutip
andMueller,Interventional ofRadiologicalTreatment of LiverTumour, 2008
5.

dari:Adam

Kemoembolisasi Transarterial (=Transarterial Chemoembolization/TACE)

Terapi TACE yang menggunakan kateterisasi selektif arteriahepatika untuk memasukkan


kemoterapi regional,kemudian mengembolisasi arteria yangmemberi suplai darah bagi tumor
(tumor-feeding artery)Pemberiankemoterapi secara selektif ini bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi bahan kemoterapi pada tumor dan untuk mengurangi paparan sistemik. Kemoterapi
(yang sering digunakan adalah preparat cisplatin, doxorubicin, mitomycin C, atau kombinasi
dari bahan-bahan ini)mula-mula disuntikkan, seringkali dalam bentuk campuran dengan
lipiodol, suatu senyawaminyak yang cenderung terakumulasi di dalam jaringan tumor HCC.
Akumulasi ini kemungkinan akibat peningkatan permeabilitas pada pembuluh darah dan retensi
akibat terganggunya aliran limfatik. Tindakan tadi disusul dengan embolisasi feeding
arterymenggunakan satu atau beberapa bahan embolik (lipiodol selain sebagai bahan pembawa
obat, juga merupakan bahan embolik; bahan lain meliputi alkohol polivinil, gelfoam, serta
0

butiran pelepas-obat/drug-eluting beads seperti DC/LC Beads, Hepasphere/Quadrisphere,


microsphere) .
Untuk kemoembolisasi yang aman, suplai darah bagi jaringan hati non-tumor dari vena
porta haruslah adekuat. Karena itu, adanya trombosis cabang utama vena porta merupakan
kontraindikasi. Kontraindikasi lain meliputi metastasis ekstrahepatik, tumor hati yang besar
(>50% ukuran hepar), sirosis hati yang lanjut, dan kondisi umum yang buruk (skor Child-Pugh
8, kadar bilirubin serum >50 mol/L). Keluhan pasien yang mengikutitindakan embolisasi
meliputi sindroma yang terdiri atas nyeri abdomen, demam, keluhan yang menyerupai flu,
kelemahan umum, ataupun mual, yang biasanya membaik spontan dalam 2 4 hari, walaupun
pada beberapa pasien dapat berlanjut menjadi abses hati.
Komplikasi meliputi komplikasi pada tempat injeksi (<5% tindakan, meliputi hematoma,
perdarahan, trombosis) dan komplikasi terkait tindakan (1-5% tindakan, meliputi
infeksi/abses, gagal hati akut, netropenia)

Gbr. 4 Suplai vaskuler HCC. Angiogram sesaat sebelum TACE (A) yang dibuat melalui suatu
mikrokateter selektif yang ditempatkan pada satu cabang dari arteria hepatika dekstra (ujung
panahhitam) menunjukkan adanya kondisi disorganisasi pada arteriola hepatika yang menyuplai
tumor (ujung panah putih). Citra pasca-TACE (B) menunjukkan pooling atau konsentrasi dari
senyawa campuran lipiodolkemoterapi di dalam vascular bed yang abnormal dari tumor (ujung
panah)

Skema 2. Alur Tatalaksana HCC menurut BCLC


LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hepatoceluler Carsinoma

Gagal hati
adalah kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan sel hati untuk beregenerasi,
menyebabkan kerusakan hati dan hilangnya fungsi hati. Hal ini biasanya terjadi secara
bertahap selama bertahun-tahun. Gagal hati dini sulit dideteksi akibat gejalanya yang umum,
seperti mual, kehilangan nafsu makan dan rasa lelah. Ketika penyakit berlanjut, gejala lebih
serius timbul, seperti ikterus (penguningan pada kulit), pembengkakan perut, mudah
berdarah dan timbul disorientasi mental.
Melena
adalah pengeluaran faeses atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas.
Haematemesis
adalah muntah darah.
Koma hepatikum
adalah koma radang hati akibat fungsi hati terganggu serta perdarahan dan infeksi saluran
pencernaan.
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah
perdarahan varises esofagus
0

adalah proses yang panjang dimulai dari peningkatan tekanan vena portal,
pembentukan kolateral yang kemudian menjadi varises, dilatasi progresif dari
varises, dan berakhir dengan rupture dan pendarahan
Terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang(pada sirosis hepatis ataupun gagal
jantung kongestif) Aliran tersebut akan mencari jalan lainke pembuluh darah di
esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak
imbangnya antara tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh darah
mengakibatkan pembesaran pembuluh darah (varises).
koma hipoglikemi
adalah koma atau penurunan kesadaran karena glukosa darah < 30 mg/dl.
Ruptur tumor
Infeksi sekunder
Metastase ke organ lain.
(Sjamsuhidajat, 2000 : hlm 796).
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 301) komplikasi dari kanker hati adalah:
a. Perdarahan berhubungan dengan perubahan pada faktor pembekuan .
b. Fistulabiliaris.
c. Infeksi pada luka operasi.
d. Masalah pulmonal.
e. Anoreksia dan diare merupakan efek yang merugikan dari pemakaian agens kemoterapi
yang spesifik 5-FU dan FUDR.
f. Ikterik dan asites jika penyakit sudah pada tahap lanjut.
LO 1.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hepatoceluler Carsinoma

Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum terpapar
faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan antara lain :1,27
a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
b. Hindari makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan pengawet/ pewarna.
c. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat antioksidan, peningkat
daya tahan tubuh.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang sudah terpapar
faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain dengan :20,27,30
a. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga pada generasi
berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktor-faktor risiko
kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat.
0

c. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena alkohol akan semakin
meningkatkan risiko terkena kanker hati.
d. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko mengandung jamur
Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kanker hati.
e. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan perkembangan sel kanker dan
meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai pelawan kanker sekaligus mangandung zat gizi
pemacu kekebalan tubuh.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sudah sakit agar
lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat.
2.8.4 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap penderita kanker hati
melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen pendukung penyembuhan kanker, dan cara
hidup sehat agar dapat mencegah kekambuhan setelah operasi.

LO 1.12 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hepatoceluler Carsinoma

Pada umumnya prognosis kanker hati adalah jelek. Tanpa pengobatan terjadi kematian
rata-rata sesudah 6-7 bulan sejak keluhan pertama. Dengan pengobatan hidup penderita dapat
diperpanjang sekitar 11-42 bulan. Menurut penelitian Hadi penderita kanker hati yang ditemukan
pada stadium dini, masa hidup penderita dapat lebih dari 6 tahun. Manifestasi terakhir sebelum
kematian dapat berupa koma hepatikum, perdarahan masif berupa hematemesis dan melena,
syok yang didahului oleh perasaan nyeri yang hebat di daerah hati. Nyeri yang hebat tersebut
bisa disebabkan oleh pecahnya tumor.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Hukum Transplantasi Menurut Pandangan Agama Islam

Ketika masih hidup, darah dan anggota badan, harta dan kehormatan manusia secara
keseluruhan, bahkan setelah mati haram diganggu. Islam mengharamkan menyakiti diri sendiri
dan orang lain, misalnya disebutkan dalam ayat Al-Quran:
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar dan barangsiapa yang membunuh secara
zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan(Q.s. Al-Isra(17): 33)
0

Karena kemuliaannya itu, maka semua tindakan yang berarti tidak memuliakannya haram
secara syari. Ibnu Qudamah (tokoh ulama Mazhab Hanbali) menyatakan, memotong atau
mengambil sebagian atau seluruh tubuh manusia diharamkan secara syari, meskipun
mendapatkan izin dari pemiliknya. Ulama Hanafiyah juga menyatakan bahwa anggota tubuh
manusia dianggap sebagai milik pemiliknya, karena itu tidak boleh bunuh diri, atau melakukan
sesuatu yang dapat mengancam eksistensinya dan keutuhan fisiknya.
Jika salah satu cara pengobatan hanya dengan menggunakan transplantasi menggunakan
organ tertentu dari manusia, hidup atau yang telah mati, maka dokter bedah akan dihadapkan dua
hal kontradiksi, di satu sisi syariat Islam mengharamkan menggunakan organ manusia, disisi lain
dianjurkan untuk berobat namun tidak ada obat lain kecuali hanya dengan menggunakan organ
manusia.
Majma al-Fiqh al-Islami merupakan ulama kontemporer telah mengeluarkan fatwa tentang
hukum transplantasi menggunakan organ manusia, yaitu sebagai berikut:
1. Boleh hukumnya memanfaatkan organ tubuh yang tidak berfungsi lagi, karena sakit
misalnya , untuk orang lain. Seperti mengambil kornea dari mata seseorang yang tidak
berfungsi lagi untuk orang lain.
2. Haram hukumnya memindahkan organ tubuh yang sangat vital, seperti jantung, dari
seseorang yang masih hidup kepada orang lain.
3. Boleh hukumnya memindahkan organ tubuh mayit kepada orang hidup yang sangat
bergantung kseselamatan jiwanya dengan organ tubuh tersebut, atau fungsi organ vital
sangat tergantung dengan organ tersebut. Dengan syarat si mayit atau ahli warisnya
mengizinkan. Atau dengan syarat persetujuan pemerintah muslim jika si masyit seorang
yang tidak dikenal identi\tasnya dan tidak memiliki ahli waris.
4. Perlu diperhatikan bahwa kesepakatan bolehnya nenindahkan organ tubuh yang telah
dijelaskan sebelumnya, di isyaratkan tidak dilakukan dengan cara jual beli organ tubuh,
karena jual-beli organ tubuh tidak diperbolehkan sama sekali.

Daftar Pustaka

Lee

W-C,

Chen

M-F.

2010.Epidemiology,

Etiology,

and

Natural

History

of

HepatocellularCarcinoma. In Clavien P-A, et al. editors. Malignant Liver Tumors, 3rd ed.,
Chichester: Blackwell Publishing Ltd ; P 52-54
Hassan MM, Kaseb AO. 2011. Epidemiology and Pathogenesis of Hepatocellular Carcinoma.In
McMasters KM, Vauthey J-N. editors. Hepatocellular Carcinoma Targeted Therapyand
Multidisciplinary Care, Springer, New York; P 1-20
Roberts LR, Gores GJ. 2009. Hepatocellular Carcinoma. In Yamada T, et al. editors:
Textbookof Gastroenterology, 5th ed., Blackwell Publishing Ltd., Chichester; P 2386-2390
Ho C-L, et al.
2007.Dual Tracer PET/CT Imaging in Evaluation of Metastatic
HepatoccellularCarcinoma. J Nucl Med June vol. 48 no.6 902-909
Livraghi T, et al. Small Hepatocellular Carcinoma: Treatment with RadiofrequencyAblation
versus Ethanol Injection. Radiology 1999;210:655-661
Setiyohadi dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Interna Publishing. Jakarta
Sulaiman,Ali dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Penerbit Ib press. Jakarta
Zuhroni. 2010.Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Bagian Agama
Universitas YARSI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai