PROTARIH
PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ketersediaan listrik di Kabupaten Jaya Wijaya saat ini belum optimal dan merata, hal ini
disebabkan oleh susunan letak antar distrik yang cenderung tidak merata dan tersebar,
sehingga pencapaian listrik oleh PLN sangat terbatas.
Namun secara potensi khususnya untuk potensi pengembangan PLTMH di Kabupaten Jaya
Wijaya sangatlah besar, hal ini didukung oleh melimpahnya sumber daya air berupa sungai
sungai yang cukup besar dengan tinggi jatuh yang mencukupi.
Studi ini dilaksanakan di Distrik Biri dan Koragi, dimana di lokasi tersebut sama sekali belum
tersentuh listrik, untuk itu diperlukan suatu kajian potensi pengembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Mini-Hidro (PLTMH) dengan melihat kondisi sungai disekitar.
Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik di Indonesia serta dalam usaha
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, Pemerintah membuat program
peningkatan pembangunan pembangkit listrik alternatif non minyak antara lain dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam berupa air sungai yang banyak terdapat di seluruh
Indonesia.
Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah
pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTMH)
merupakan sejenis pembangkit tenaga listrik yang mirip dengan PLTA, hanya sekalanya lebih
kecil. Air dari sungai menggerakan pemutar kincir secara alami dan disambung ke generator
untuk menghasilkan listrik. Untuk itu telah diadakan survai lapangan yang dilanjutkan dengan
penyusunan studi kelayakan dan rancang dasar (basic design) pada lokasi pekerjaan.
Bab I - 1
PENDAHULUAN
Biri dan Koragi yang sangat membutuhkan pasokan tenaga listrik agar dapat mendukung laju
perkembangan wilayah serta perekonomian diwilayah sekitarnya.
Bab I - 2
PENDAHULUAN
Melakukan survai dan pengumpulan data (primer dan sekunder) dari berbagai aspek,
antara lain teknis, ekonomi/bisnis, keuangan dan lingkungan;
b.
c.
Membuat Basic Design Engineering (sipil, elektrikal, mekanikal), termasuk pemilihan dan
penentuan letak lokasi pembangkit, kapasitas dan jenis pembangkit, sistem instalasi
pembangkit, serta kemungkinan interkoneksi dengan jaringan PLN Distribusi;
d.
Menghitung dan Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Proyek berdasarkan real price
saat ini di lokasi pekerjaan.
e.
Bab I - 3
PENDAHULUAN
Bab I - 4
Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak
salju abadinya, antara lain: Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak
Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan
Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng
pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas
pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem
Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena).
Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim
sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah
ketinggian antara 2.0002.500 m di atas permukaan laut.
Orang Dani di lembah Baliem biasa disebut sebagai "Orang Dani Lembah". Rata-rata kenaikan
populasi orang Dani sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, salah satu
penyebabnya adalah keengganan pada ibu untuk mempunyai anak lebih daripada dua yang
menyebabkan rendahnya populasi orang Dani di Lembah Baliem. Sikap berpantang pada ibu
selama masih ada anak yang masih disusui, membuat jarak kelahiran menjadi jarang. Hal ini
Bab II - 12
selain tentu saja karena adat istiadat mereka, mendorong terjadinya poligami. Poligami terjadi
terutama pada laki-laki yang kaya, mempunyai banyak babi. Babi merupakan mas kawin
utama yang diberikan laki-laki kepada keluarga wanita. Selain sebagai mas kawin, babi juga
digunaklan sebagai lambang kegembiraan maupun kedukaan. Babi juga menjadi alat
pembayaran denda terhadap berbagai jenis pelanggaraan adat. Dalam pesta adat besar babi
tidak pernah terlupakan bahkan menjadi bahan konsumsi utama.
Sebelum tahun 1954, penduduk Kabupaten Jayawijaya merupakan masyarakat yang homogen
dan hidup berkelompok menurut wilayah adat, sosial dan konfederasi suku masing-masing.
Pada saat sekarang ini penduduk Jayawijaya sudah heterogen yang datang dari berbagai
daerah di Indonesia dengan latar belakang sosial, budaya dan agama yang berbeda namun
hidup berbaur dan saling menghormati.
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
(2012)
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan Jumlah
Wamena
26.514
22.126
48.64
Trikora
3.453
2.783
6.235
Napua
1.512
1.438
2.95
Walaik
1.98
2.02
3.999
Wouma
1.901
1.736
3.636
Hubikosi
4.281
3.75
8.031
Hubikiak
4.174
3.444
7.618
Pelebaga
3.752
3.305
7.057
Ibele
4.286
4.142
8.428
Tailarek
1.774
1.444
3.218
Walelagama
998
1.015
2.013
Itlay Hisage
3.307
3.574
6.881
Siepkosi
1.938
1.909
3.874
Kurulu
4.919
5.161
10.08
Usilimo
2.885
3.17
6.055
Wita Waya
1.384
1.626
3.01
Libarek
1.134
1.16
2.294
Wadangku
1.211
1.113
2.325
Pisugi
1.978
2.44
4.418
865
835
1.7
Yalengga
Koragi
455
420
857
Bolakme
1.239
1.298
2.536
Tagime
1.137
1.127
2.264
669
692
1.361
Tagineri
1.035
980
2.015
Asologaima
4.371
4.714
9.085
5.585
5.957
11.543
Pyramid
6.841
6.62
13.462
Molagalome
Bab II - 22
Muliama
4.278
4.404
8.682
Wollo
632
681
1.314
Bugi
472
440
912
Bpiri
646
624
1.270
Asolokobal
1.825
1.776
3.602
Walesi
1.468
1.46
2.927
Asotipo
2.607
2.638
5.246
Maima
2.879
2.828
5.716
4.18
4.035
8.215
Wame
Popugoba
Musatfak
Wesaput
JAYAWIJAYA
114.566
108.877
223.443
Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian
tradisional. Makanan pokok masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung
sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis tanaman makanan pokok ini.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berusaha memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti
berbagai jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan
sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis
komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai
berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah.
Begitupun komoditas perkebunan lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.
Luas (Km2)
Persentase (%)
Wamena
249,31
1,79
Trikora
190,07
1,36
Napua
246,64
1,77
Walaik
176,33
1,27
Wouma
243,09
1,75
Hubikosi
547,90
3,93
Hubikiak
541,70
3,89
Pelebaga
514,18
3,69
Ibele
333,13
2,39
Tailarek
320,79
2,30
Walelagama
412,33
2,96
Itlay Hisage
498,95
3,58
Bab II - 32
Siepkosi
354,72
2,55
Kurulu
292,33
3,54
Usilimo
321,58
2,31
Wita Waya
217,24
1,56
Libarek
213,23
1,53
Wadangku
219,90
1,58
Pisugi
336,03
2,41
Yalengga
689,06
4,95
Koragi
465,94
3,35
Bolakme
429,07
3,08
Tagime
406,26
3,08
Molagalome
228,67
1,64
Tagineri
291,59
2,09
Asologaima
182,37
1,31
309,75
2,22
Pyramid
297,18
2,13
Muliama
337,83
2,43
Wollo
339,67
2,44
Bugi
463,83
3,33
Bpiri
348,12
2,50
Asolokobal
375,51
2,70
Walesi
250,21
1,80
Asotipo
319,57
2,29
Maima
188,61
1,35
Musatfak
994,85
7,14
Wame
168,16
1,21
Popugoba
160,30
1,15
Wesaput
JAYAWIJAYA
249,31
1,79
13.925,31
100,00
Transportasi Kabupaten Jayawijaya hingga saat ini masih mengandalkan perhubungan udara,
trayek komersil Wamena-Jayapura yang (pada tahun 2011) dilayani oleh dua maskapai
penerbangan yaitu Trigana dan Nusantara Air Charter. Dahulu trayek ini pernah dilayani oleh
antara lain oleh Merpati Nusantara, Manunggal Air, dan Aviastar. Trayek Wamena-Biak
maupun Wamena-Merauke biasanya dilayani oleh penerbangan TNI AURI dengan pesawat
Hercules C130 nya.
Semua jenis barang, baik barang kebutuhan pokok masyarakat, bahan bangunan seperti
semen, besi beton, kendaraan seperti mobil, truk, bus hingga alat berat seperti buldozer
maupun excavator serta kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) diangkut ke
Wamena menggunakan pesawat terbang.
Bab II - 42
Sedangkan transportasi darat yang menghubungkan Wamena dengan empat puluh distrik
(hasil pemekaran distrik tahun 2011) di kabupaten Jayawijaya, sudah dapat dijangkau dengan
kendaraan beroda empat atau setidaknya dengan kendaraan roda dua. Jalan darat
menghubungkan Wamena dengan ibu kota kabupaten hasil pemekaran yaitu ke Tiom
(kabupaten Kabupaten Lanny Jaya), Karubaga (Kabupaten Tolikara), Elelim (Kabupaten
Yalimo). Jalan darat hingga ke Distrik Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada, namun
kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat bagian jalan ini tidak selalu dapat
dilalui dengan kendaraat beroda empat.
Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan Wamena dengan Kenyam
(Kabupaten Nduga) sedang dibangun, namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman
Nasional Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda menunggu kajian
lebih lanjut.
Bab II - 52
Antusiasme masyrakat
Bab II - 62
Tracking GPS
Bab II - 72
Penelusuran Sungai
Bab II - 82
Penelusuran Sungai
Penelusuran Sungai
Bab II - 92
Tracking GPS
Bab II - 102
Dari hasil pengamatan lapangan didapat potensi tinggi jatuh total adalah 56 meter, yang
dibagi mencadi dua tingkatan (casecade), masing-masing adalah 36 meter dan 20 meter.
Penerapan PLTMH bertingkat direkomendasikan untuk lokasi ini mengingat kondisi topografi
yang bervariasi sehingga lebih ekonomis untuk membuat dua tingkatan PLTMH untuk
mengurangi biaya konstruksi pembangunan saluran hantar (waterway) yang cukup panjang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bab Desain PLTMH.
Bab II - 112
Bab II - 12
PENGENALAN PLTMH
Bab III - 1
PENGENALAN PLTMH
Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan
yang memadai
sepanjang
tahun merupakan potensi yang luar bisa untuk
pengembangan PLTMH.
PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang
atau malam.
Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industriindustri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.
PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan
daerah terpencil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi
masyarakat desa.
Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat, air sebagai sumber energi berubah
secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya
angin.
Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha
produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.
Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan yang harus dipertimbangkan ketika
membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik
dengan :
Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya
operasinya rendah.
Bab III - 2
PENGENALAN PLTMH
Terlepas dari sejumlah klasifikasi teknis yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya,
pembangkit listrik tenaga air di kelompokan berdasarkan ukuran kapasitasnya. Walaupun
ada sejumlah definisi yang berbeda, dalam hal ini kita akan memakai klasifikasi berdasarkan
standard UNIDO dan Permen ESDM tahun 2002.
Definisi tenaga air berdasarkan kapasitas daya
Istilah
Power Output
Pico Hydro
< 500 W
Micro Hydro
500 W hingga
M ini Hydro
100 kW hingga 1
MW
Small Hydro
1
MW to 10 MW
Full
-scale
> 10 MW
(large) hydro
Bab III - 3
PENGENALAN PLTMH
1.
Dalam suatu lokasi potensi pembangin energi minihidro dapat dipetakan sebagai suatu skema
sistem (gambar) yang terdiri dari bererapa komponen bangunan sipil seperti bendungan
(weir), saluran pengambil (intake), saluran pembawa, bak pengendap, saluran pembawa, bak
penenang, pipa pesat (penstock), rumah pembangkit dan saluran pembuang.
Bab III - 4
PENGENALAN PLTMH
Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai atau kolam untuk dialirkan ke
dalam saluran, penstock atau bak penampungan. Tantangan utama dari bangunan intake
adalah ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah sampai banjir. Juga sering
kali adanya lumpur, pasir dan kerikil atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang
terbawa aliran sungai.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi bendungan (weir) dan
intake, antara lain :
Bab III - 5
PENGENALAN PLTMH
2.
Tujuan bangunan saluran pembawa air (headcare/canal) adalah untuk mengalirkan air dari
intake/settling basin ke bak penenang, dan untuk memelihara volume air.
Saluran air untuk sebuah pembangkit skala kecil, cenderung untuk memiliki bangunan yang
terbuka. Ketika sebuah saluran terbuka dibangun pada sebuah lereng bukit maka beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan :
Bab III - 6
PENGENALAN PLTMH
3.
Tujuan bangunan bak penenang (forebay) adalah sebagai penyaring terakhir seperti settling
basin untuk menyaring benda-benda yang masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan
tempat permulaan pipa pesat (penstock) yang mengendalikan aliran menjadi minimum sebagai
antisipasi aliran yang cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan
dan menyebabkan arus baik pada saluran.
Pemilihan lokasi bak penenang untuk pembangkit listrik skala kecil seringkali berada pada
punggung yang lebih tinggi, beberapa yang dapat dipertim-bangkan antara lain :
a. Keadaan topografi dan geologi lokasi.
b. Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya relatif stabil. Dan jika
umumnya terdiri dari batuan keras maka sedapat mungkin dapat mengurangi
jumlah pekerjaan penggalian.
c. Walaupun ditempatkan pada punggung, dipilih tempat yang relatif datar.
d. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yang lebih tinggi.
4.
Tujuan bangunan pipa pesat (penstock) adalah sebagai saluran tertutup (pipa) aliran air yang
menuju turbin yang ditempatkan di rumah pembangkit. Saluran ini yang berhubungan dengan
peralatan mekanik seperti turbin.
Kondisi topografi dan pemilihan skema sistem PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat
(penstock). Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang secara benar sesuai
kemiringan (head) sistem PLTMH.
Bab III - 7
PENGENALAN PLTMH
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema sistem PLTMH, beberapa
pertimbangan pemilihan lokasi pipa pesat (penstock) antara lain adalah :
a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang memenuhi persyaratan
dimana rute pipa pesat harus berada di bawah minimum garis kemiringan hidraulic,
seperti digambarkan berikut.
b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati
c. Penmanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia.
5.
Beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi dan membangun rumah pembangkit ini, antara
lain :
a. Konstruksi harus berada di atas struktur tanah yang sangat stabil, tidak di lereng
yang curam, dan umumnya di pinggir daerah aliran sungai yang relatif rendah dan
datar.
b. Memiliki akses jalan yang cukup lebar untuk transportasi peralatan elektriralmekanikal yang akan dipasang.
c. Di lokasi yang relatif rata dan kering, sedikit luas sehingga dapat digunakan untuk
tempat kerja seperti pada saat perbaikan dan perawatan peralatan.
d. Elevasi lantai rumah pembangkit ini harus berada di atas elevasi muka air saat banjir
yang paling besar dalam beberapa tahun terakhir.
e. Karena berupa bangunan, harus memiliki ventilasi udara, jendela untuk cahaya
masuk tetapi diberikan seperti kasa untuk melindungi serangga masuk.
f.
Ruangan yang dibangun juga cukup untuk digunakan seperti penyimpanan peralatan
dan atau suku cadang peralatan elektrikal dan mekanikal.
Bab III - 8
PENGENALAN PLTMH
g. Kondisi pondasi harus cukup kuat untuk menahan pemasangan beberapa peralatan
yang memiliki berat yang cukup.
6.
Saluran Pembuang
Tujuan saluran pembuang ini adalah sebagai saluran pembuang aliran air yang masuk kedalam
rumah pembangkit dan menggerakkan turbin. Saluran ini bersatu dengan rumah pembangkit
dan aliran sungai.
Dalam hal penempatan rute saluran pembuang ini, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
antara lain :
a. Perkiraan tinggi genangan air pada rumah pembangkit ketika terjadi banjir besar.
b. Menghindari penggenangan bantaran sungai dan permukaan tanah di sekitar rumah
pembangkit.
c. Fluktuasi dasar sungai pada daerah saluran pembuang.
d. Saluran pembuang harus diarahkan sesuai arah aliran sungai.
Panel kontrol
Turbin
Generator
Bab III - 9
PENGENALAN PLTMH
1.
Turbin
Merupakan peralatan mekanik yang mengubah energi potensial air menjadi energi
mekanik (putaran). Air yang memiliki tekanan dan kecepatan tertentu menumbuk sudu
sudu turbin dan memutar runner turbin sehingga berputar dengan daya yang sebanding
dengan daya dari potensi air.
Turbin crossflow
Turbin propeller
Ada beberapa jenis turbin yang digunakan dalam pemanfaatan PLTMH yang disesuaikan
dengan besarnya debit air dan tinggi jatuh. Turbin yang paling banyak digunakan untuk
PLTMH di Indonesia adalah :
Turbin crossflow : cocok untuk aplikasi tinggi jatuh medium 10 100 meter, daya 1 kW
250 kW.
Turbin propeler (open flume) : cocok untuk tinggi jatuh yang rendah 2 10 meter
dengan debit air yang besar.
Turbin Pelton : cocok untuk tinggi jatuh yang tinggi lebih dari 80 meter.
Bab III - 10
PENGENALAN PLTMH
2.
Generator
3.
Panel listrik merupakan tempat dimana sambungan kabel (terminal) dan peralatan
pengaman listrik (MCB) serta meter listrik ditempatkan. Berikut fungsi panel listrik dan alat
kontrol :
Sebagai alat pengaman generator dan peralatan listrik dari hubung singkat, arus
beban lebih, tegangan lebih/kurang (over/under voltage), frekuensi lebih/kurang
(over/under frequency) dan lain- lain.
Bab III - 11
PENGENALAN PLTMH
kontrol, dimana frekuensi pada ELC dan tegangan pada IGC. Cara paling mudah untuk
membedakannya adalah adanya kapasitor pada IGC dan sedangkan pada ELC tidak ada.
4.
Beban ballast hanya digunakan pada PLTMH dengan pemakaian kontrol beban (ELC/IGC)
sedangkan pada PLTMH tanpa kontrol tidak menggunakan beban ballast. Pada PLTMH tanpa
menggunakan kontrol, tegangan dan frekuensi akan naik dan turun sesuai dengan
perubahan beban konsumen, hal ini akan mengakibatkan lampu dan peralatan elektronik
akan cepat rusak.
Beban ballast digunakan
untuk membuang energi listrik yang dibangkitkan oleh
generator tetapi tidak terpakai oleh konsumen. Sehingga daya yang dihasilkan generator
dengan daya yang dipakai akan seimbang, hal ini dimaksudkan untuk menjaga tegangan dan
frekuensi generator tetap stabil.
Bab III - 12
PENGENALAN PLTMH
Kabel Penghantar
2.
Tiang Listrik
Tiang listrik digunakan untuk menyangga dan menarik kabel penghantar supaya menjaga
jarak aman dari tanah dan tidak mengganggu lalulintas manusia dan barang dibawahnya.
Tiang listrik yang dipakai harus kuat menyangga beban kabel, beban karena angin dan
hujan dan beban tarikan kabel. Untuk itu digunakan material yang kuat dan ditanam di
dalam tanah, seperti beton dan besi. Tetapi karena beton dan besi di anggap cukup
mahal sering juga digunakan kayu dan bahkan bambu. Untuk transmisi tegangan rendah,
tiang listrik yang digunakan memiliki ketinggian minimum 7 meter.
3.
Instalasi Rumah
Instalasi rumah biasanya terdiri dari tiga titik lampu dan satu stop kontak. Pembatas arus
menggunakan MCB 1 Ampere untuk daya 220 Watt dan 0,5 Ampere untuk daya 110 Watt.
Bab III - 13
DESAIN PLTMH
Bab IV - 1
DESAIN PLTMH
B. Faktor sekunder
a. Kondisi geografis dan resiko teknis
idak dapat dihindari bahwa kebanyakan lokasi PLTMH adalah didaerah terpencil
dengan akses transport terbatas dan kondisi geografis yang biasanya ekstrim. hal ini
meningkatkan resiko teknis dari suatu PLTMH, oleh karena itu sebaiknya dipilih lokasi
dengan tingkat resiko teknis yang lebih minim terutama terhadap kondisi bencana
seperti tanah longsor dan banjir atau dengan tindakan pencegahan (preventif) dari
kondisi alam yang ekstrem.
b. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Setiap wilayah memiliki karakter sosial dan kondisi ekonomi yang berbeda, sehingga
hendaknya dalam pembangunan suatu proyek PLTMH juga dipertimbangkan hal ini
mengingat pendekatan yang berbeda diperlukan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat. Misalnya dalam tahap keterlibatan masyarakat selama
pembangunan, tahap pengoperasian, pengeloaan dan besaran tarif listrik. Jangan
sampai dengan adanya PLTMH dapat menimbulkan konflik sosial dalam masyarakat.
c. Jenis konsumen/ kepadatan
Tipe konsumen dan peralatan yang digunakan juga memerlukan pertimbangan
dalam perencanaan awal suatu PLTMH, misalnya jika PLTMH akan digunakan
untuk penerangan saja atau digunakan untuk mesin - mesin produksi akan
memerlukan spesifikasi generator dan sistem kontrol yang berbeda. Selain itu
kepadatan konsumen memperngaruhi dalam hal faktor beban pembangkit dan
biaya untuk jaringan dan sambungan rumah.
d. Status pemilikan lahan
Dalam tahap studi kelayakan seharusnya dilakukan penelitian mengenai kepemilikan
lahan dan bagaimana mengatasinya. Tentunya hal ini akan mempengaruhi komponen
biaya proyek jika lahan harus mendapatkan ganti rugi atau di hibahkan. Selain itu
untuk menghindari konflik dimasa yang akan datang mengenai status lahan dan
kepemilikannya yang akan mengggangu operasional PLTMH.
e. Pemanfaatan air
Apakah air yang akan dipakai untuk PLTMH menggangu kepentingan pemakain
air yang lain misalnya pertanian, perikanan, air bersih dan lain lain? Ini merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, dibeberapa tempat
PLTMH hanya dapat dipergunakan pada malam hari karena siang hari air dipakai
untuk irigasi sawah. Pertimbangan semacam ini mempengaruhi pola operasi dan
pemanfatan PLTMH.
f.
Lingkungan
Apakah
habitat
Bab IV - 2
DESAIN PLTMH
lingkungan? bisa saja PLTMH yang direncanakan berada dalam disuatu lokasi
konservasi yang dapat mengganggu hewan dilindungi atau dimungkinkan untuk
merusak lingkungan, sehingga sebaiknya perlu dilakukan penelitian sebelum proyek
dilaksanakan.
Optimasi tata letak PLTMH dilakukan untuk menganalisa beberapa alternatif lokasi bendung,
waterway, penstock dan power house yang dibuat, dengan menggunakan debit potensi
Pembangkit PLTMH yang kemudian akan dipilih lokasi yang paling baik ditinjau dari segi teknis
dan ekonomi. Dengan membandingkan beberapa alternatif tata sehingga diharapkan akan
mendapatkan desain dengan harga yang ekonomis dengan tingkat pelaksanaan yang paling
mudah.
Adapun tahapan pembuatan alternatif tata letak adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Menentukan lokasi kolam penenang (head pond) dan jalur pipa pesat (penstock)
Bab IV - 3
DESAIN PLTMH
7.
PLTMH bekerja ketika air dalam jumlah dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui
pipa pesat (penstok) dan menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran
turbin di kopel (dihubungkan) dengan generator sehingga generator berputar dan
menghasilkan energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke rumahrumah penduduk atau konsumen lainnya. Jadi PLTMH mengubah energi potensial yang
berasal dari air menjadi energi listrik. Untuk memanfaatkan energi air dengan tepat dan
menghasilkan energi listrik yang baik, diperlukan peralatan yang sesuai dan perencanaan
yang baik.
Bab IV - 4
DESAIN PLTMH
Power House
Penstock
Tenaga air merupakan salah satu cara untuk membangkitkan listrik yang telah dimanfaatkan
sejak jaman dulu oleh penduduk Indonesia, dan dikenal dengan istilah kincir. Secara
prinsip kerja, kincir dengan PLTMH adalah sama, tetapi secara teknologi PLTMH jauh lebih
modern dan lebih efisien. Adapun beberapa keunggulan pemanfaatan PLTMH dibandingkan
dengan teknologi lain adalah :
Kondisi geografis sebagian besar wilayah Indonesia yang berbukit dan curah hujan
yang memadai
sepanjang
tahun merupakan potensi yang luar bisa untuk
pengembangan PLTMH.
PLTMH dapat beroperasi penuh 24 jam setiap hari, karena air tidak tergantung siang
atau malam.
Lebih dari 80% komponen PLTMH telah dapat dibuat di dalam negeri oleh industriindustri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh negeri.
PLTMH sangat cocok untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat pedesaan, dan
daerah terpencil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi
masyarakat desa.
Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat, air sebagai sumber energi berubah
secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya
angin.
Bab IV - 5
DESAIN PLTMH
Energi listrik atau energi mekanik yang dihasilkan dapat digunakan untuk usaha
produktif dan meningkatkan produktivitas ekonomi di daerah terpencil.
Meskipun demikian ada juga sejumlah kekurangan yang harus dipertimbangkan ketika
membandingkan PLTMH dengan sumber energi lain. Pembangkit listrik air skala kecil identik
dengan :
Biaya investasi yang relatif besar untuk pembangunan PLTMH, meskipun biaya
operasinya rendah.
Bab IV - 6
DESAIN PLTMH
dimana:
P
kW
1,0 kg/m3
= efisiensi turbin
= percepatan gravitasi
9.81 m/det2
= debit pembangkit
m3/det
Hnetto
meter
Dari hasil survey didapat potensi elevasi tertinggi untuk PLTMH adalah di elevasi +1935,
sedangkan elevasi terndah adalah + 1874 sehingga ada potensi tinggi jatuh (head) sebesar 61
meter.
Namun karena pertimbangan panjangnya saluran hantar diakibatkan oleh kondisi topografi,
maka diusulkan membangun 2 unit PLTMH di Sungai Nagi dengan susunan sebagai berikut :
+ 1935
+ 1905
- Tinggi Jatuh
30 m
27 m
- Debit air
220 liter/detik
40 kilowatt
+ 1894
+ 1874
- Tinggi Jatuh
20 m
19.5 m
- Debit air
300 liter/detik
40 kilowatt
Bab IV - 7
DESAIN PLTMH
Bendung
Tipe bendung yang biasa digunakan dalam pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:
Bab IV - 8
DESAIN PLTMH
Dengan melihat kondisi lapangan dan sulit dan mahalnya harga semen, maka tipe bendung
yang sesuai adalah tipe nomor 4 dan nomor 6 yaitu bendung urugan batu atau bendung batu
bronjong. Tipe ini sangat sesuai dengan keadaan lokasi karena material dasarnya berupa batu
yang dapat diperoleh dari sekitar sungai dan tidak memerlukan semen sebagai campuran
konstruksi. Kelemahan dari konstruksi ini adalah kestabilan struktur dalam menerima aliran
air disaat banjir besar, namun proses perbaikan juga sangat sederhana dan dapat dilakukan
sendiri oleh masyarakat setempat.
Untuk lebih lengkapnya gambar desain PLTMH Bpiri Koragi dapat melihat gambar berikut.
Bab IV - 9
+264.50
18.00
5.00
0.80
1:2
0.15
1:3
Skala 1 : 350
DENAH
4.00
27.50
+267.00
20.00
0.80
Box Culvert
07. 262
0.15
0.40
+266.50
+264.00
+266.50
0.80
1.00
3.00
0.75
20.00
+265.70
0.50
+263.50
0.30
+266.50
10.00
0.40
0.80
+266.50 +264.50
+262.00
1.00
0.40
8.15
+258.00
DESAIN PLTMH
Bab IV - 10
09. 962+ ba M
DESAIN PLTMH
Bab IV - 11
0.30
0.30
0.30
1.00
2.20 1.60
1.00
+ 196 .80
0.30
0.30
13.94
12.94
0.30
1.00
0.12
0.25
2.04
2.24
3.75
3.25
0.20
0.25
0.403.62
DESAIN PLTMH
Bab IV - 12
2.00
0.80
1.00
+ 192.30
0.60
4.20
0.50+ 191.80
3.09
5.50
1.03
0.40
1.00
1.00
1.00
1.00
0.50
0.40
1.00
5.31
+ 196.80
+ 197.80
3.23
0.45
0.20
5.27
1.20
0.25
0.70
Pip a. Pembuang
+ 198.00
2.00
1.70
0.30
+ 196.50
0.20
0.20
GENERATOR
TURBIN
PANEL
+ 201.48
0.45
0.20
0.08
0.40
1.17
0.90
0.25
0.05
0.60
1.03
PIPA PESAT 35 c m
0.05
0.60
1.03
DESAIN PLTMH
Bab IV - 13
RAB
Bab V - 1
RAB
upaya untuk mendukung pengembangan mikrohidro, baik secara langsung ataupun tidak.
Bentuk-bentuk pembiayaan tersebut diantaranya adalah :
a. Pemberian dana secara langsung, bisa dalam bentuk :
b. Penyediaan perlengkapan fisik, mencakup pemberian secara langsung alat dan bahan
untuk membangun PLTMH dan berbagai teknologi yang mendukung.
c. Pendampingan, termasuk di dalamnya fasilitasi, advokasi kebijakan, pembentukan
jaringan, kerjasama atau asosiasi. Bentuk pembiayaan ini banyak diberikan oleh lembaga
donor dan organisasi nirlaba/non-pemerintah dalam hal pembentukan organisasi
masyarakat, pembuatan atau perbaikan kebijakan, pengembangan jaringan pemasaran
hasil industri rumah tangga, dan lainnya.
d. Peningkatan kapasitas, yaitu peningkatan kemampuan dan sumberdaya individu,
organisasi dan komunitas dalam mengatasi perubahan pembangunan, termasuk di
dalamnya adalah pembentukan kesadaran, keterampilan, pengetahuan, motivasi,
komitmen dan kepercayaan diri.
e. Pengkajian, dalam bentuk studi atau saran di bidang mikrohidro dan energi baru
terbarukan. Bentuk pembiayaan ini terutama dilakukan oleh lembaga pemerintah,
lembaga donor serta beberapa organisasi nirlaba/non-pemerintah.
Bentuk pembiayaan yang disediakan setiap sumber pembiayaan perlu diketahui pemohon
agar dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya masing-masing, baik pemohon
secara kelompok ataupun individu. Pemilihan
tersebut termasuk juga melihat
kemungkinan kerjasama pembiayaan dari berbagai sumber dengan bentuk pembiayaannya
masing-masing.
Sebagai contoh sumber pembiayaan A diminta untuk memberikan pinjaman dalam
pembelian bahan-bahan instalasi PLTMH, sedangkan sumber pembiayaan B diminta untuk
memberikan penguatan masyarakat sejak perencanaan hingga paska pembangunan PLTMH
dan sumber pembiayaan C diminta untuk membantu proses pembuatan regulasi yang
mendukung di lokasi terkait, dan seterusnya.
Bab V - 2
RAB
b.
Lingkungan hidup, yaitu berbagai upaya untuk menjaga kelestarian alam pada
dan di sekitar wilayah PLTMH, serta memberikan penyadaran serta pendidikan kepada
masyarakat mengenai manajemen sumberdaya alam. Sumber pembiayaan di bidang ini
contohnya dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan tentang penjagaan
daerah tangkapan air, penyadaran masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang
ramah lingkungan, dan lainnya.
c.
Ekonomi, yaitu segala kegiatan yang ber tujuan untuk menyediakan modal,
menciptakan mata pencarian dan meningkatkan pendapatan masyarakat, termasuk juga
penyediaan layanan finansial. Sumber pembiayaan di bidang ini dapat membantu
program-program mikrohidro untuk penyediaan modal, penyiapan dan pengelolaan
usaha produktif berbasis mikrohidro; pembukaan akses masyarakat terhadap lembaga
keuangan; dan lainnya.
d. Sosial, yaitu segala hal yang berkaitan dengan hubungan masyarakat, gejala dan
perilakunya. Contohnya adalah pembangunan PLTMH di daerah-daerah tertinggal dalam
rangka pengentasan kemiskinan, pendampingan masyarakat dalam menyerap teknologi
PLTMH, fasilitasi pembentukan organisasi pengelola listrik, pembentukan dan penguatan
jaringan masyarakat dan pengusaha, dan lainnya.
e.
Pemerintahan dan kebijakan, yaitu berbagai upaya advokasi dan penyusunan peraturan
serta anggaran negara (tingkat pusat dan lokal) yang dapat mewakili kebutuhan
pengembangan energi mikrohidro. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat
dimanfaatkan untuk membantu penyediaan kebijakan yang mendukung di suatu daerah,
pengalokasian dana pembangunan PLTMH oleh pemerintah, penguatan kapasitas
pemerintah daerah dalam melakukan studi kelayakan, dan lainnya.
f.
Pendidikan, yaitu memberikan bantuan pendidikan formal atau informal, baik kepada
masyarakat, organisasi atau individu, yang berkaitan dengan pengembangan energi
mikrohidro, termasuk di dalamnya beasiswa dan pelatihan. Sumber pembiayaan di bidang
Bab V - 3
RAB
Jender, yaitu memastikan adanya kesetaraan antara peran laki-laki dengan perempuan
dalam segala aspek. Sumber pembiayaan di bidang ini contohnya dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi pengambilan keputusan pembangunan PLTMH dan penentuan tarif
yang
mengedepankan
keseimbangan
jender,
ser ta pengembangan usaha
perempuan berbasis mikrohidro.
Bidang cakupan dari masing-masing sumber pembiayaan perlu diketahui sebelum
mengajukan
permohonan pembiayaan agar pemohon dapat memilih sumber
pembiayaan yang sesuai dengan arah program yang akan dikembangkan. Selain itu,
dengan
mengetahui cakupan
sumber pembiayaan ini pemohon juga dapat
menggabungkan berbagai sumber pembiayaan berdasarkan spesifikasi kegiatan yang
akan dilaksanakan, sehingga pembangunan dapat direncanakan dan dilakukan
secara menyeluruh mulai dari persiapan hingga paska pembangunan PLTMH.
Bab V - 4
RAB
penerima, daerah sasaran, bidang cakupan atau prioritas sektoral, termasuk keterkaitan
dengan pengembangan energi mikrohidro, jumlah dan bentuk pembiayaan yang
diberikan, waktu dan proses pengajuan proposal permohonan pembiayaan.
Beberapa contoh sumber pembiayaan, antara lain :
c.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi (DJLPE)
Departemen Pekerjaan
Sumber Daya Air (Pusair)
Umum
Pusat
Penelitian
dan Pengembangan
d. Penyusunan Proposal
Bab V - 5
RAB
akurat.
ii.
iii.
Penjelasan singkat dan padat mengenai dampak dan pihak- pihak yang akan
mendapatkan keuntungan dari kegiatan atau program tersebut.
iv.
v.
Anggaran biaya yang diperlukan dan disediakan pihak lain (jika ada). Anggaran
ini disusun secara rinci berdasarkan kegiatan atau program yang diajukan.
Penjelasan
detil mengenai anggaran dapat dimasukkan dalam lampiran
proposal.
vi.
Bentuk laporan
pendukung dijabarkan
secara
PenyusunanLaporan Studi Kelayakan Teknis Buku 3.
lengkap
pada Pedoman
Proposal Bisnis
Pembangunan PLTMH di Indonesia umumnya masih dibiayai dengan dana hibah,
namun penggunaan dana pinjaman atau dana investasi dapat digunakan untuk
membiayai program- program pengembangan energi mikrohidro. Proposal untuk
mengajukan investasi pendirian PLTMH atau pengembangan usaha berbasis
mikrohidro biasa disebut dengan proposal bisnis (business plan).
Proposal ini menggambarkan secara sistematis suatu usulan usaha sehingga setiap
tahapan kegiatan usaha dapat dilakukan secara teratur dan terjadual dengan baik.
Selain menjadi salah satu alat untuk mencari pembiayaan, baik dari investor ataupun
lembaga keuangan, adanya proposal ini akan mempertajam rencana-rencana usaha
yang diharapkan. Secara umum, proposal ini mencakup hal :
i.
ii.
iii.
Bab V - 6
RAB
v.
Penjelasan rinci tentang situasi keuangan perusahaan yang mencakup dana yang
dikumpulkan, berkaitan dengan jumlah penanam modal, asal pendanaan dan
daftar
pemegangsaham
rencana keuangan yaitu cash flow y a n g
memproyeksikan untung dan rugi perusahaan idealnya untuk 35 tahun ke
depan. Penjelasan ini pada akhirnya akan menunjukkan nilai investasi usaha
yang diajukan.
vi. Penjelasan rinci mengenai jumlah pembiayaan yang diminta, jangka waktu
pengembalian, tenggat waktu (gross periode) dan apabila ada, alternatif jaminan
beserta nilai taksirannya. Mengenai
bentuk
dan
nilai jaminan
bisa
dikonsultasikan kepada sumber pembiayaan terkait.
lengkap
pada Pedoman
e. Kelengkapan Dokumen
Setiap sumber pembiayaan umumnya meminta pemohon untuk melengkapi
proposalnya dengan dokumen terkait. Dokumen yang diminta bisa berbeda antar
sumber pembiayaan dan harus dicek kembali kepada sumber pembiayaan yang
dipilih. Dokumen yang umumnya diminta sumber pembiayaan sebagai kelengkapan
permohonan adalah
Bab V - 7
RAB
f.
Pembuatan studi potensi atau pra studi kelayakan, studi kelayakan dan
rencana rinci ini dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak lain sebelum
mengajukan proposal atau diajukan sebagai salah satu bentuk pembiayaan.
Pengiriman Proposal
Proposal yang sudah selesai dan dilengkapi dengan dokumen- dokumen yang diminta
dapat dikirimkan melalui pos, internet atau diserahkan langsung, tergantung
ketentuan dari sumber pembiayaan yang dipilih. Sebelum dikirim, mohon
diperhatikan kembali batasan waktu pengiriman proposal, proses penyeleksian dan
pengumuman penerimaan proposal. Pemohon dapat mengirimkan proposal kepada
beberapa sumber pembiayaan. Mengingat besarnya jumlah biaya dan beragamnya
kegiatan yang diperlukan untuk mengembangkan energi mikrohidro secara
berkesinambungan maka pemohon bisa membagi pengajuan permohonan dana atas
beberapa kegiatan ke beberapa sumber pembiayaan.
g. Kegiatan
Setelah melakukan penilaian kelayakan, sumber pembiayaan umumnya akan
menginformasikan secara langsung proposal yang diterima, namun demikian ada
baiknya pemohon juga mengecek proses penerimaan tersebut. Jika proposal
diterima, maka segera koordinasikan langkah-langkah yang harus dilakukan dengan
sumber pembiayaan terkait. Jika proposal tidak diterima, ada baiknya pemohon
menanyakan sebab atau alasan penolakan tersebut sebagai bahan perbaikan
pembuatan proposal kembali
Bab V - 8
RAB
Bab V - 9
RAB
Biaya diatas hanya untuk konstruksi PLTMH saja, sedangkan untuk biaya pemasangan jaringan
listrik baik jaringan Transmisi, Distribusi dan Sambungan Rumah diperlukan perhitungan
terpisah karena konstruksinya tidak bersambungan, artinya bisa dibangun sesudah maupun
sebelum pelaksanaan konstruksi PLTMH.
Untuk Perhitungan kebutuhan jaringan untuk pemenuhan listrik di sekitar Distrik Bpiri dan
Koragi dapat melihat perhitungan sebagai berikut.
Bab V - 10
RAB
Perkiraan anggaran biaya untuk pemasangan jaringan listrik di Distrik Bpiri dan Koragi Secara
optimal adalah sekitar 1,57 Milyar Rupiah belum termasuk PPN. Tentunya tidak semua KK
akan teraliri listrik mengingat penyebaran penduduk di kedua Distrik kurang merata,
diutamakan untuk desa - desa dengan keramaian terpusat.
Bab V - 11
KAJIAN LINGKUNGAN
a. Tahap Prakonstruksi
Dampak yang akan terjadi pada tahap prakonstruksi cenderung terhadap komponen
lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Dampak tersebut terjadi dengan adanya kegiatan
survai lapangan, pengadaan dan pembebasan lahan untuk bangunan air dan daerah
penyangganya. Melalui kegiatan survai lapangan dan rencana kegiatan pengadaan dan
pembebasan lahan diperkirakan akan timbul beberapa dampak mendasar yaitu :
Apabila tidak terjadi kesepakatan yang baik antara pihak pemilik konstruksi dan
penduduk pemilik/penggarap lahan yang diperlukan konstruksi maka akan
menimbulkan ketidakpuasan penduduk yang pada gilirannnya akan menimbulkan
persepsi yang kurang baik dan masyarakat terhadap pembangunan pembangkit
tenaga listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
b.
Tahap Konstruksi
Dampak yang akan terjadi pada tahap konstruksi dengan adanya kegiatan konstruksi yang
diperkirakan akan dilaksanakan yaitu mobilisasi peralatan berat dan material, rekrutmen
tenaga kerja, pengadaan material dan pekerjaan sipil lainnya. Dampak terhadap komponen
Iingkungan yang diperkirakan akan terjadi pada tahap konstruksi, yaitu
Bab VI - 1
KAJIAN LINGKUNGAN
c.
Tahap Pascakonstruksi
Mengacu pada semua potensi yang dimiliki, terutama dan aspek sumberdaya lahan,
penduduk serta areal pertanian dan ketersediaan sarana, maka daerah studi dinilai
memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan daerah yang dimaksudkan
adalah meningkatkan perekonomian lainnya. Dampak ini lebih bersifat positif
terhadap peningkatan kualitas daerah tersebut, serta pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Prakiraan dampak-dampak lingkungan yang diprakirakan akan terjadi akibat kegiatan
pengembangan daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Bab VI - 2
KAJIAN LINGKUNGAN
No
A
1
B
1.
Tahapan Kegiatan
Konstruksi dan Komponen
Kegiatan Sumber Dampak
Prakonstruksi
Pengadaan/Pembebas an
Lahan
Konstruksi
Mobilisasi peralatan berat dan
material
Komponen Lingkungan
dan Perkiraan Prediksi
Dampak Terjadi
Dampak terhadap
komponen lingkungan
sosial, ekonomi dan
budaya
a. Keberatan
penduduk
untuk
menyediakan lahan
sempadan sungai
b. masalah nilai ganti
rugi
untuk
pembebasan lahan
sungai
c. Persepsi masyarakat
terhadap konstruksi
Sebaran Dampak
Dampak terhadap
komponen lingkungan
fisika - kimia
Pekerjaan Sipil
3.
Dampak terhadap
komponen lingkungan
sosial, ekonomi dan
sosial
Terbukanya kesempatan
kerja bagi penduduk
setempat Kesempatan
kerja bagi pendu duk
dari luar daerah
Interaksi
tenaga
pendatang penduduk.
Konflik sosial
Bab VI - 3
KAJIAN LINGKUNGAN
Pembangunan bangunan
PLTMH
Pembangunan bangunan
PLTMH yang mengganggu
sistem irigasi dan atau
drainase
Pekerjaan
pembangunan
bangunan PLTMH
Dampak
terhadap lingkungan
komponen lingkungan kota/pemukiman
fisika kimia
penduduk
a. Perubahan iklim mikro
(temperatur dan
arah/kecepat - an
Dampak akan terjadi
angin)
pada bangunan
pendayaguna sumber
b. Dampak terhadap
air
fisiologi dan geologi
Perubahan sempadan
Dampak akan terjadi di
sungai
seluruh bangunan
pendayaguna sumber
Kerusakan top soil
air Dampak akan terjadi
tanah
di seluruh bangunan
pendayaguna sumber
a. Dampak terhadap
air
hidrologi
Terganggunya sistem
aliran sungai/ saluran
dan pembuangan air
Peluang terjadi
genangan/banjir di
bagian darat dari
bangunan
Penurunan kualitas
air sungai
Komponen
Lingkungan Biologi
Pekerjaan pem
a. Terganggunya
vegetasi
bangunan bangunan yang
menimbulkan permukiman
b. terganggunya biota
penduduk
perairan di sekitar
Ceramah dan gang
- guan
tapak konstruksi
kegiatan pem
- bangunan
bangunan
Dampak terhadap
Komponen Lingkungan
Sosial, Ekonomi, dan
Budaya a. Tergang gunya
estetika
kenyamanan
lingkungan
b. terganggunya
kesehatan
Bab VI - 4
KAJIAN LINGKUNGAN
penduduk
c. konflik sosial
antara tenaga kerja
konstruksi dengan
penduduk
C
Pascakonstruksi
Pemeliharaan bangun - an dan
sempadan sungai/saluran
Dampak terhadap
komponen lingkungan
sosial, ek onomi dan
Aktivitas pembangunan
budaya
perumahan penduduk
a. Terbentuknya
lingkungan yang
kumuh di sekitar
bangunan
Penggunaan daerah sempadan
pendayaguna sumber
sungai/ saluran menjadi
air
prasarana pembangun- an
b.Penurunan sanitasi
kebersihan sampah dan
lingkungan dan
sarana sanitasi lainnya
kesehatan masyarakat
c. Konflik sosial antara
petugas pemeliharaan
bangunan dan
sempadan
sungai/saluran dengan
penduduk sektiar
Bab VI - 5
KAJIAN LINGKUNGAN
yang ada di desanya; desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf
berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang
yang mencukupi, berubah menjadi desa sedang berkembang yang mulai menggunakan
dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan
sumber keuangan atau dana; belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa dan
masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai
petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong. Tahapan
akhir yang diharapkan menuju desa maju yaitu desa yang berkecukupan dalam hal sdm /
sumber daya manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat
memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal.
Atau yang dikenal sebagai kehidupan desa swasembada sudah mirip kota yang modern
dengan pekerjaan mata pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang
cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju. Mengoptimalkan
sustainabilitas pemantaatan sumber daya energi lokal sebagai faktor input bagi keunggulan
wilayah perdesaan ini salah satu jalan yang harus ditempuh.
Jumlah desa tertinggal masih banyak, tersebar dari timur hingga barat Indonesia. Untuk
meningkatkan status desa tertinggal itu menjadi desa maju, melalui penanganan terpadu
antara departemen, pemda, dan swasta, maka desa tertinggal itu cepat berubah bentuknya
menjadi daerah maju sehingga dijadikanlah desa model. Desa model itu yang sebelumnya
selalu gelap gulita jika malam hari, kini sudah terang benderang. Listrik tidak saja menerangi
rumah-rumah penduduk, tetapi juga melancarkan roda industri kecil yang bermunculan.
Akibatnya, terjadilah mobilitas yang tinggi dan tumbuhnya semangat masyarakat untuk
berlomba meningkatkan derajat kesejahteraan mereka dengan cara memberdayakan potensi
daerahnya. Kini keseharian kegiatan masyarakat desa model itu tidak saja bertani, tetapi
juga membudidayakan ternak unggulan yang bernilai ekonomis.
Prototipe Desa tertinggal di kabupaten yang tidak memiliki jaringan listrik, tidak memiliki akses
transportasi yang memungkinkan kendaraan umum keluar masuk untuk membeli hasil
peternakan, pertanian, dan perkebunan. Juga memiliki banyak keterbatasan lain. Setelah
ditangani secara terpadu, dalam lima tahun kemudian jumlah kabupaten yang punya
desa tertinggal berkurang. Jika sinergi lintas kementerian, pemda, dan swasta berjalan
lancar, maka pada 2015 sudah tidak ada lagi desa tertinggal di Indonesia. Untuk
melancarkan target itu, departemen dan desa dapat merancang program pembentukan
lembaga Kader Penggerak Pembangun.
Melalui lembaga itu para kader pembangunan desa tidak saja mengkoordinasi
masyarakat desa tertinggal agar bersatu meningkatkan kualitas desanya, tetapi juga
memberi pengetahuan secukupnya tentang syarat yang distandarkan untuk memiliki desa
maju. Departemen sendiri sejak pencanangan desa model diberlakukan, terus-menerus
mengusulkan dana alokasi khusus dalam bentuk peningkatan sarana dan prasarana pedesaan
tertinggal.
Upaya bersama antara masyarakat desa dan pemerintah atau stake holder lainnya dalam
memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan dan keberlanjutan mikrohidro adalah dimensi
Bab VI - 6
KAJIAN LINGKUNGAN
sebuah
Bab VI - 7
KAJIAN LINGKUNGAN
Bab VI - 8
KAJIAN LINGKUNGAN
ditegaskan dalam UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa
aspek perilaku manusia merupakan bagian yang integral dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Bentuk pengintegrasian konservasi yang menarik dikemukakan adalah inisiatif masyarakat
suatu daerah dalam penghijauan. Penanaman ini dimaksudkan untuk melindungi kampung
dan bukit masyarakat setempat dari longsor. Mereka membuat aturan penebangan pohon
yang dilakukan dalam siklus tujuh tahunan. Usaha ini melahirkan dampak ekonomis, di mana
penduduk dapat
memperoleh tambahan pendapatan ekonomi keluarga dengan
mengumpulkan kayu yang sudah mati untuk kebutuhan kayu bakar rumah tangga. Namun,
belakangan usaha ini melahirkan konflik yang melibatkan masyarakat menyangkut status
kepemilikan antar Dinas kehutanan yang memiliki otoritas untuk mengatur penebangan, dan
Dinas Pertanian yang memiliki wewenang menebang kayu lalu ditanam untuk dijadikan lahan
pertanian.
Contoh yang dikemukakan terakhir ini menegaskan kembali kepada kita tentang perlunya
penguatan kearifan lingkungan. Sebuah upaya yang secara konseptual memerlukan adanya
sinergi antara religi, pengetahuan, dan teknologi, dan secara praktikal membutuhkan
kesepahaman antara pemerintah pusat dan daerah serta antarsektoral, perguruan tinggi,
LSM, tokoh-tokoh agama, dan pelaku di masyarakat. Tujuannya adalah membangun
agenda rencana aksi yang bermuara pada pelaku pembangunan yang arif lingkungan.
6.4 KONSERVASI
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan
servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita
punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang
mengemukakan tentang konsep konservasi.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi
juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi
ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari
segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang
akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan,
sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar
secara sosial (Randall, 1982).
Bab VI - 9
KAJIAN LINGKUNGAN
6.6 DEFORESTASI
Deforestasi merupakan suatu kondisi saat tingkat luas area hutan yang menunjukkan
penurunan secara kualitas dan kuantitas. Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia
yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui
atau mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan
25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat
ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan
yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya
sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang
tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis
secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per
Bab VI - 10
KAJIAN LINGKUNGAN
tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini
menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan
tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000
terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta
hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]. Pada abad ke-16
sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar.
Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7
persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal
4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter
kubik setiap tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat
terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin
seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim
penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian
masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi
dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan
merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha
pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan
dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses
terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang
korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk
kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah
dimulai sejak akhir tahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang
melakukan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970.
Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri di
tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga
dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan
pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi
kawasan pengembangan perkotaan. Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah
daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak
pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas
penebangan hutan tanpa izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang
dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.
Bab VI - 11
KAJIAN LINGKUNGAN
dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan
yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat,
kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya
kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan
pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal. Untuk saat ini,
penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya penegakan hukum yang terjadi
saat ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak langsung pada semakin berkurangnya
habitat orangutan secara signifikan. Penyebab kerusakan tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Hak Penguasaan Hutan Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan
untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH yang
melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan lahan. Kurangnya
pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti pengawasan terhadap pengelolaan
hutan sangat lemah dan, lama kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi
secara berlebihan. Menurut klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari
konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah terdegradasi". Areal
konsesi HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di
bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan
untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka
hutan tersebut akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tanaman industri
atau perkebunan.
2. Hutan tanaman industri Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besarbesaran dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi
industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan
terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar adalah hutan alam, telah
dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah
ditebang habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta
ha yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang
terlantar dan tidak produktif.
3. Perkebunan Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit,
merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah disetujui
untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun 1997 dan hutan ini hampir
dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar dikonversi
menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha, sementara
perkebunan baru untuk tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta
ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam keadaan
terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga
memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup berkembang, dimana para pengusaha
mengajukan permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis hutan dan
menggunakan kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah
lagi, sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.
Bab VI - 12
KAJIAN LINGKUNGAN
4. llegal logging - Illegal logging adalah merupakan praktek langsung pada penebangan
pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang
lingkup illegal logging terdiri dari :
5. Rencana penebangan, meliputi semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan akses ke
dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan prasarana untuk melakukan
penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal.
6. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara
illegal. Produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi
hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku kayu yang
diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor relatif kecil, dan
kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian kayu dalam skala yang
sangat besar dan yang terorganisasi sekarang merajalela di Indonesia; setiap tahun antara
50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total
hutan yang hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan
Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru
ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan ilegal telah menghancurkan
sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.
7. Konvensi Lahan Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab
deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang besar. Tidak ada
perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani skala
kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan yang dapat dipercaya pada tahun
1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas
sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan
lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.
8. Program Transmigrasi Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999,
yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau
lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka lahan hutan
hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Disamping itu, para petani kecil
dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab
deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan, khususnya kelapa
sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang
skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk
pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau
untuk menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang dapat
dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional
belum pernah dibuat.
9. Kebakaran Hutan Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk
membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau
kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas
dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar
pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98.
Bab VI - 13
KAJIAN LINGKUNGAN
Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan
oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk
memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif. Pada
kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai
spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan
musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi
lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau
pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu. Pada musim kemarau,
lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar.
Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan,
sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan
dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit dipadamkan
sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan, baru bisa mati total setelah
adanya hujan yang intensif.
Bab VI - 14
Bab VII - 1
7.2.2.
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi atau
didampingi oleh Tim PM. Dalam Kajian Partisipatif diberikan kesempatan kepada
masyarakat
untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pengetahuannya.
Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan secara partisipatif, adalah
'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang
mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa
pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat
membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang
terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat
Bab VII - 2
PLA (Participatory Learning and Action). Belajar dan Bertindak secara Partisipatif.
Walaupun tidak persis sama, inti pendekatan-pendekatan tersebut dengan PRA sama,
yaitu suatu proses pembelajaran partisipatif. Satu pendekatan yang memang berbeda
dengan PRA adalah RRA (Rapid Rural Appraisal / Pemahaman Desa secara Cepat).
Perbedaan-perbedaan utama meliputi:
Sifat Proses
PRA
Cara Melakukan
Penggalian/Pe
Ngumpulan Informasi
PRA
Saling Berbagi
Pemberdayaan
Penyelidik
Fasilitator
Sumber
Pelaku/Subyek
Info rmasi/Obyek
Info rmasi dimiliki,
Orang luar
Masyarakat setempat
Perencanaan Proyek
Kelembagaan
Publikasi
tindakan masyarakat
dianalisa dan
digunakan oleh
Hasil jangka panjang
dan
lokal yang
berkelanjutan
PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat dipakai untuk mengkaji
keadaan pedesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh
masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang
keadaan mereka sendiri serta lingkungannya. Beberapa teknik yang terkenal meliputi:
Pemetaan desa;
Kalender musim;
Bab VII - 3
Diagram alur.
Teknik-teknik PRA sudah lebih banyak dari pada yang disebut di atas. PR biasanya sudah
diawali dengan proses sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat. Penting sekali bahwa
masyarakat serta aparat desa telah memiliki pengertian yang baik terhadap
pendekatan partisipatif ini. Kualitas informasi yang digali dengan PRA biasanya tinggi,
namun kuantitatif kadang-kadang kurang tepat. Walaupun kita tidak tahu apakah
informasi seratus persen benar, yang penting bahwa informasi itu cenderung
mendekati
kebenaran. Untuk
itu,
dimanfaatkan
prinsip triangulasi atau
pengecekan kembali dan pemeriksaan ulang.
TRIANGULASI
Dalam kajian informasi tidak semua sumber informasi senantiasa bisa dipercaya
ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang benar bisa diandalkan dengan
menggunakan prinsip 'triangulasi' informasi, yaitu pemeriksaan dan periksa ulang,
melalui:
Bab VII - 4
bahwa dia mengutamakan 'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun sering kali kami tidak
sadar. Untuk menghindari bahwa kepentingan fasilitator akan menentukan temuan
PRA, lebih baik membentuk Tim 'multi-disiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang terdiri
dari orang dengan latar belakang, keahlian, jenis kelamin yang berbeda.
Prinsip-prinsip PRA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Prinsip triangulasi
g.
h.
i.
j.
k.
Prinsip terbuka
Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau instansi, terbatas sebagai
fasilitator proses PRA. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena masih sering ada
anggapan bahwa masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap
rendah hati serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga
masyarakat sebagai pelaksana dan nara sumber utama dalam memahami keadaannya.
muncul
beda
pendapat dan
bisa menyebabkan
Bab VII - 5
7.2.3.
Menentukan tempat;
Menentukan waktu;
Membina suasana;
Bab VII - 6
7.2.4.
Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua
hasil PRA perlu dirumuskan pada suatu laporan. Kemudian suatu presentasi perlu
disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya dilakukan oleh Tim Fasilitator
bersama beberapa wakil masyarakat, misalnya yang aktif dalam pelaksanaan PRA.
Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas
besar sebagai bahan presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat
memiliki informasi tersebut. Isu-isu yang penting dalam laporan dan presentasi
meliputi:
Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik maupun sosial);
Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat;
Potensi yang ada di desa serta peluang pembangunan.
7.2.5.
7.2.6.
kemungkinan
Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua
hasil PRA perlu dirumuskan pada suatu laporan. Kemudian suatu presentasi perlu
disiapkan. Pengumpulan dan persiapan ini biasanya dilakukan oleh Tim Fasilitator
bersama beberapa wakil masyarakat, misalnya yang aktif dalam pelaksanaan PRA.
Data yang sudah terkumpul dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas
besar sebagai bahan presentasi yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat
memiliki informasi tersebut. Isu-isu yang penting dalam laporan dan presentasi
meliputi:
-
Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia,
Fisik maupun sosial);
Bab VII - 7
Reliabilitas Mikrohidro
Bab VII - 8
7.2.2.
Proses ini dapat dimulai dengan penilaian terperinci terhadap perilaku atau mekanisme
kerja turbin, transmisi mekanik dan generator, termasuk biaya komponen dan praktik
perawatan. Ini akan menentukan masalah- masalah utama dalam sistem pembangkit,
dan memungkinkan pembuatan sebuah program perbaikan perawatan sehingga
kinerjanya bisa bagus. Proses perawatan dilakukan secara aktif sehingga keandalan
sistem makin terjaga. Analisa strategi perawatan perlu dilakukan di sini pada seluruh
subsistem pembangkit
mikrohidro dan di setiap sub sistem pembangkit, akan
memungkinkan pembangkit untuk berfungsi kembali ke tugas-tugas utamanya, sehingga
memastikan bahwa aktivitas perawatan dapat menambah nilai kepada realibilitas
pembangkit sebagai kualitas yang dituju. Itu adalah sebuah sistem perawatan yang
dilakukan dengan kemampuan mengamati subsistem secara prediktif dan terencana
dengan efektif.
Melalui proses yang telah ditetapkan, termasuk aktivitas pemantauan kondisi praktik
kerja terbaik dalam perawatan, akar masalah dapat didiagnosa dan diambil tindakan
Bab VII - 9
perbaikan, sehingga kejadian itu tidak terulang. Proses yang secara bertahap dapat
mengurangi masalah dan bergerak maju menuju praktik terbaik sebagai aktivitas yang
berkelanjutan dalam mengadopsi pengembangan teknologi mikrohidro untuk sedapat
mungkin meningkatkan kinerja sistem pembangkit. Antara lain mencakup:
Rekayasa ulang di masing-masing subsistem, dengan solusi perancangan komponen;
sistem kebersihan minyak untuk memperlama usia pelumasan, dan meminimalkan
dampak kontaminasi; penggunaan alat bantu pemantauan kondisi.
Sebenarnya penilaian tampak fisik, weir, intake, headrace, forebay , penstock, power
house, turbin, generator, panel, controller, ballast, transmission system, tailrace dapat dijadikan
ukuran kualitas dari standar komponen yang dipakai dan bagaimana mekanisme
perawatan yang telah dilakukan selama ini. Kehandalan ini terlihat dari pengamatan di
lapangan terutama terkait dengan dokumentasi kerusakan yang terjadi dan tingkat
kerusakan apakah bersifat fatal atau minor. Sistem penilaian yang diambil berdasarkan
pandangan subsistem dan komponen itu baik selama ia melakukan fungsinya (berfungsi)
dan tidak ada indikasi bahwa itu akan mengalami kerusakan. Penilaian ini dapat ditelusuri
dari masing- masing subsistem atau menggunakan output yang diharapakan dari sistem itu
secara keseluruhan. Dari hal tersebut kita dapat menilai bahwa sistem itu berjalan baik
dengan kualitas baik.
Bab VII - 10
tempat produksi yang dilakukan akibat adanya sistem pembangkit mikrohidro yang
menghasilkan energi.
Ini terkait dengan uraian tentang teori pembangunan seimbang (Balanced growth) dan tidak
seimbang (unbalanced growth). Dalam hubungannya dengan pembangunan daerah, yang
dimaksudkan dengan pembangunan seimbang adalah pembangunan yang dilakukan secara
merata di berbagai daerah, sehingga setiap daerah mencapai tingkat kelajuan pembangunan
yang sama. Ada pula pendapat yang berbeda yang memaksudkan pembangunan seimbang itu
sebagai usaha pembangunan yang menumpahkan perhatian yang seimbang terhadap sektor
usaha maupun sektor pertanian, sehingga kedua sektor tersebut bukan saja dapat
berkembang
dengan
baik, tetapi juga saling mendorong perkembangan lainnya.
Pembangunan seimbang adakalanya diartikan pula sebagai pembangunan yang bukan saja
menitik beratkan pengembangan kegiatan ekonomi, tetapi juga menumpahkan perhatian
yang sama pentingnya kepada pengembangan berbagai aspek dari kehidupan pendidikan,
kesehatan, dan sosial.
Kalau berbagai pandangan yang mengemukakan tentang perlunya pembangunan seimbang
diperhatikan, maka pada hakekatnya alasan utama yang menimbulkan perlunya
pembangunan seimbang adalah menjaga agar pembangunan tersebut tidak menghadapi
hambatan- hambatan dalam (i) memperoleh bahan mentah, tenaga manusia, sumber tenaga
(air dan listrik), dan fasilitas-fasilitas untuk mengangkut hasil-hasil produksi ke pasar maupun
(ii) memperoleh pasaran untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksikan.
Dengan demikian pembangunan seimbang itu dapatlah didefinisikan sebagai usaha
pembangunan yang berusaha mengatur program penanaman modal secara sedemikian
rupa, sehingga sepanjang proses pembangunan tidak akan timbul hambatan-hambatan
yang bersumber
dari penawaran maupun permintaan. Keadaan yang sebaliknya
merupakan definisi dari pembangunan tidak seimbang. Istilah tersebut digunakan untuk
menyatakan bahwa program pembangunan disusun secara sedemikian rupa sehingga
dalam perekonomian tersebut akan timbul kelebihan dan kekurangan dalam berbagai
keperluan di berbagai sektor sehingga menimbulkan distorsi-distorsi dan ketidakstabilan
dalam perekonomian. Kalau perekonomian ingin dipertahankan supaya terus maju ke depan,
tugas dari kebijaksanaan pembangunan adalah
untuk mempertahankan kestabilan
terhadap goncangan-goncangan, disproporsi dan ketidakseimbangan-ketidakseimbangan.
Bab VII - 11
Keterampilan
Sumber Daya
manusia
Peningkatan
Modal Publik
Prioritas
Program
Respon
Teknologi
Prioritas
Fiskal
Pengembangan
Teknologi
Penambahan
Modal
Bab VII - 12
Pola on-grid dilakukan di desa-desa atau daerah-daerah yang sudah terjangkau oleh jaringan
PLN sehingga listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN. Penjualan listrik Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro/Minihidro ke PLN telah ditentukan oleh Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No.
1122K/30/MEM/2002 tanggal 12 Juni 2002, yaitu hal Pembangkit Skala Kecil Terbesar /
PSK Tersebar. Masyarakat, baik itu perorangan, perusahaan kecil dan koperasi, dapat
berpartisipasi membangun pembangkit listrik skala kecil energi terbarukan (termasuk
energi air) dengan kapasitas maksimum 1 MW.
Sektor energi, khususnya penyediaan listrik, memiliki kedudukan strategis dalam
mendukung percepatan pembangunan di wilayah perdesaan, terutama dalam upaya
melakukan transformasi atau perubahan dari masyarakat yang bersifat agraris menjadi
masyarakat yang lebih bersifat agroindustri. Ketersediaan listrik di perdesaan sebagai
salah satu bentuk energi yang siap pakai akan mendorong:
Permasalahannya saat ini, kemampuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai ujung
tombak pelayanan kebutuhan listrik memiliki keterbatasan. Besarnya investasi
pengembangan jaringan, terbatasnya kapasitas pembangkitan tenaga
listrik dan
terbatasnya kemampuan berinvestasi menjadi kendala utama. Dengan kesadaran adanya
keterbatasan Perusahaan Listrik Negara (PLN), kegiatan promosi pengembangan listrik
perdesaan telah meluas melibatkan banyak pihak, baik departemen pemerintahan,
pemerintah daerah, swasta bahkan kelompok swadaya masyarakat. Salah satu sumber
energi yang berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik adalah
tenaga
air skala kecil yang lebih dikenal sebagai
Pembangkit
Listrik Tenaga
Mikro/Minihidro.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro merupakan bentuk pemanfaatan tenaga air
dalam skala kecil, yang biasanya dibangun di daerah terpencil yang tidak terjangkau
oleh jaringan listrik nasional.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro memasok kebutuhan untuk keperluan
penerangan masyarakat
perdesaan dan juga melayani kebutuhan industri kecil
perdesaan dalam hal penyediaan energi listrik. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro/Minihidro, lebih dikenal dengan Mikrohidro, beranjak dari pemanfaatan energi air
yang melimpah agar dapat dilakukan penghematan sumber energi lain seperti minyak
bumi dan kayu bakar. Penggunaan listrik yang dihasilkan diarahkan untuk pemakaian yang
bersifat produktif agar dapat mendorong aktivitas ekonomi perdesaan. Penggunaan dan
pengelolaan khususnya Mikrohidro oleh masyarakat perdesaan merupakan media bagi
usaha pengembangan masyarakat.
Bab VII - 13
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi permanen pasokan listrik
bagi suatu lokasi seyogyanya dipandang dengan dua cara :
7.3.1.
Keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya dan Keberlanjutan layanan
listrik setelah itu.
Keberlanjutan operasi suatu PLTMH sampai berakhir umur pakainya sangat ditentukan
oleh kemampuan masyarakat pengguna untuk membiayai operasional dan perawatan.
Selanjutnya jika diinginkan layanan listrik tetap berlanjut setelah berakhirnya umur pakai
PLTMH tersebut, maka harus ada mekanisme yang memungkinkan masyarakat pengguna
mampu membangun PLTMH baru.
Akan lebih baik lagi jika dalam pembangunan
berikutnya juga memperhitungkan peningkatan kebutuhan listrik di masa mendatang.
Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PLTMH harus dapat
dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya bersumber dari iuran listrik yang
dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh karena itu besarnya iuran atau tarif listrik
seharusnya ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
Pada akhirnya, keberlanjutan PLTMH akan bergantung pada kemampuan bayar masyarakat
pengguna. Untuk dapat meningkatkan kemampuan bayar, adanya layanan listrik PLTMH
seharusnya dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.
7.3.2.
A.
Pembiayaan Pembangunan
Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar.
Pada umumnya biaya pembangunan berasal dari luar masyarakat pengguna karena
terbatasnya kemampuan pembiayaan oleh masyarakat.
Tetapi kontribusi masyarakat
juga tetap diperlukan untuk menekan kebutuhan biaya.
Biaya dari luar dapat berbentuk:
(1) Hibah,
(2) Pinjaman,
(3) Investasi.
Sedangkan kontribusi dari masyarakat bisa berbentuk:
(1) Materi,
(2) Tenaga,
(3) Uang.
Sampai saat ini, sebagian besar dana dari luar untuk pembangunan PLTMH
berbentuk hibah. Artinya masyarakat pengguna tidak perlu mengembalikan dana
pembangunan. Meskipun demikian, bukan berarti masyarakat tidak perlu membayar
Bab VII - 14
biaya penyusutan nilai asset. Demi keberlanjutan PLTMH, biaya penyusutan perlu
diperhitungkan dalam penetapan iuran listrik sehingga pada saat PLTMH selesai umur
pakainya telah tersedia dana yang cukup untuk membangun PLTMH baru sebagai
pengganti.
Pada kasus dana pembangunan berasal dari pinjaman, kemampuan masyarakat
dalam mengembalikan pinjaman dapat menjadi indikasi untuk diperolehnya lagi
pinjaman serupa di waktu mendatang. Begitu juga jika dana pembangunan merupakan
investasi, kembalian investasi yang diperoleh dapat menjadi indikasi kelayakan
investasi serupa. Persoalannya, pembiayaan pembangunan PLTMH menggunakan
dana- dana komersial cenderung tidak layak secara ekonomis. Untuk itu perlu
diupayakan skema-skema khusus agar PLTMH dapat dibangun menggunakan dana
pinjaman atau investasi.
Berkaitan dengan
program pembangunan perdesaan, pengembangan PLTMH
seharusnya dapat mendorong pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini perlu
diupayakan agar muncul swadaya masyarakat di dalam komponen pembiayaan.
Bantuan bersubsidi penuh idealnya hanya digunakan pada kondisi tertentu. Besarnya
kontribusi masyarakat dalam pembangunan PLTMH juga akan semakin meningkatkan
rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun. Rasa memiliki ini pada akhirnya dapat
meningkatkan partisipasi dari masyarakat.
B.
Pembiayaan Pengelolaan
Selintas biaya operasional PLTMH terkesan murah karena energi primernya adalah
air yang praktis tidak perlu dibeli. Tetapi biaya perawatan instalasi pembangkit
(bangunan sipil maupun
pembangkit listrik) dan
jaringan
transmisi/distribusi
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Apalagi jika terjadi kerusakan yang
mengharuskan perbaikan besar.
yang
besar
biayanya seharusnya
C.
Keberlanjutan PLTMH akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan yang diperoleh dari
iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu
tarif listrik perlu ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total
Bab VII - 15
pendapatan yang diharapkan. Tarif listrik yang terlalu rendah pada akhirnya akan
merugikan masyarakat sendiri.
Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PLTMH secara garis besar yaitu:
a. Biaya modal,
b. Biaya operasional dan pemeliharaan.
Jika PLTMH dibangun menggunakan dana pinjaman, maka biaya modal yang harus
dibayar berupa angsuran dan bunga pinjaman. Jika PLTMH dibangun menggunakan
dana investasi, maka biaya modal yang harus dibayar berupa penyusutan dan
kembalian (return) untuk investasi Sedangkan PLTMH yang dibangun menggunakan
dana hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna, sehingga
biaya penyusutan dan kembalian investasi tersebut menjadi milik masyarakat. Akumulasi
uang dari penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat
mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk
investasi kembali ketika PLTMH yang ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah
habis umur pakainya.
Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin, biaya
pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan- perbaikan yang tidak
terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu dijelaskan
kepada masyarakat pengguna agar masyarakat bisa bersikap lebih bijaksana pada pada
saat
musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga perlu
mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat, pemerataan dan
rasa keadilan.
D.
Pada umumnya pemanfaatan listrik PLTMH oleh masyarakat perdesaan adalah untuk
penerangan dan hiburan (televisi, radio, dsb) di malam hari. Sedangkan penggunaan
pada siang hari hampir tidak ada. Bahkan kebanyakan PLTMH hanya dioperasikan pada
malam hari.
Bab VII - 16
Penggunaan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya bukan
berarti tidak memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Setidaknya
masyarakat bisa menghemat pengeluaran jika dibandingkan dengan penggunaan lampu
minyak tanah atau generator diesel untuk penerangan. Namun dampak positif PLTMH
akan semakin meningkat jika adanya layanan listrik juga mendorong berkembangnya
kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan energi listrik pada siang hari.
Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga
iuran listrik juga lebih lancar. Bagi pengelola PLTMH sendiri, termanfaatkannya energi
pada siang hari akan semakin meningkatkan peluang untuk memperoleh pendapatan.
Bab VII - 17
kesehatan di puskesmas,
sterilisasi susu yang dikelola
secara
komunitas
menggunakan pemanas listrik, kegiatan posyandu terkait dengan alat peraga
kesehatan ibu dan anak lewat multimedia, senam pagi lansia dengan media pengeras
suara, kulkas pendingin untuk melindungi vaksin dari kerusakan, dan memberikan rasa
nyaman untuk perawat, bidan, dan dokter untuk bertugas di desa tersebut. Untuk utilitas
lain misalnya pendidikan antara lain: penggunaan komputer di sekolah, penggunaan
internet,
laboratorium bahasa,
laboratorium keterampilan, laboratorium IPA,
laboratorium multimedia, dan kegiatan- kegiatan sekolah lainnya yang dilakukan pada
malam hari. Kegiatan ini bersumber pada
cara mempermudah anak didik untuk
memahami pelajaran tertentu dengan menggunakan alat non verbal maupun non
literer. Ini membuktikan bahwa mikrohidro akan merubah banyak terhadap utilitas
publik.
Inilah peran mikrohidro paling utama adalah percepatan peningkatan ulilitas publik
sebagai upaya peningkatan standar hidup. Penerapan mikrohidro berarti bahwa
rencana peningkatan utilitas publik terkait dengan sumber energi akan memicu untuk
tujuan-tujuan besar utilitas publik terkait dengan pengentasan kemiskinan dan perbaikan
penyediaan layanan-layanan umum. Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut,
kesenjangan ekonomi dan sosial lintas daerah dapat diatasi dengan menggunakan
pembangkit mikrohidro.
Desa tempat mikrohidro dibangun dapat memperkuat budaya lokal dan juga dapat
merubah perilaku orang desa menjadi perilaku urban. Karena ada masalah pergeseran nilai ini
maka mikrohidro juga diharapkan untuk dapat melestarikan perilaku orang desa seperti
yang telah diatur dalam lingkup sosialnya denga mengandalkan kearifan budaya lokal
dalam mengembangkan semua potensi desa termasuk pengembangan sektor industri kecil.
Meski desa
memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, masyarakatnya tetap
mengutamakan kearifan budaya lokal dalam membangun desa ini. Masyarakat diharapkan
memegang tradisi dan mempertahankan kearifan budaya lokal, melestarikan kesenian
tradisional serta menjaga tata dan perilaku hidup untuk dipegang teguh oleh masyarakat
setempat.
Tata kehidupan yang baik dan potensi daerah yang mendukungan akan mendorong
perekonomian masyarakat akan berjalan dan tumbuh dengan baik. Ini akan memudahkan
pemberdayaan masyarakat sebagai faktor utama pengerak pembangunan. Ini disebabkan
oleh masuknya pertimbangan tentang menerapkan kearifan budaya lokal dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya lokal masih dirasakan dalam kehidupan warga masyarakat masih
bergotong-royong, bahkan sikap empati dan simpati selalu ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kearifan budaya lokal dalam membangun desa perlu dipelihara sehingga bangsa
ini tetap memiliki kepribadian dan jati diri yang kuat.
Bentuk-bentuk kearifan lokal selain kesenian, budaya, dan tata kehidupan, terdapat satu
bentuk kearifan lokal yang patut mendapatkankan apresiasi diantaranya pelestarian hutan.
Masyarakat desa yang berpola hidup sangat sederhana, yang memiliki pandangan
berdasarkan nilai agama dan nilai adat biasanya sangat arif dan bijaksana dalam menjaga
memelihara serta melindungi kelestarian hutan belantaranya. Karena adat istiadat
Bab VII - 18
mengajarkan hutan adalah asal usul kehidupan yang kadang kadang dikeramatkan, dengan
tata cara ziarah sangat khusus sehingga seluruh kawasan hutan tidak bisa sembarang dijamah
siapapun. Ini akan menjadikan wilayah perdesaan di Indonesia sebagai wilayah pemukiman
yang lebih berkualitas dengan tetap menjunjung kearifan budaya lokal.
Bab VII - 19
Bab VII - 20
book)
dan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga Pengelola. Kelembagaan akan
memberikan impak pada kegiatan assessment usaha produktif di perdesaan sehingga
dimungkinkan pengkajian potensi kegiatan produktif berupa pengumpulan data dan
identifikasi usaha produktif yang dapat
dikembangkan. Dan juga, identifikasi
teknologi/peralatan dengan input energi PLTMH yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
produktif secara efisien dan ekonomis. Menilai dimensi kualitas kelembagaan adalah faktor
penting dalam upaya pemilihan demosite untuk pembangkit mikrohidro. Kualitas
kelembagaan yang baik tercermin dari proses kelembagaan yang sesuai dan fungsional seperti
penjelasan di atas.
Bab VII - 21
Bab VII - 22
Partisipasi Masyarakat
Bab VII - 23
mekansime proyek yang mendukung pola partisipatif. Untuk itu perlu perencanaan yang
matang dan panduan proses yang tepat sesuai konteks lokal. Adanya fasilitator dari luar
desa juga direkomendasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Pola partisipatif
akan berjalan baik jika ada dukungan dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dan
institusi lokal.
Partisipasi masyarakat
dalam suatu program PLTMH meliputi aspek perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan proyek. Keberhasilan suatu proyek PLTMH sangat ditentukan
oleh partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan, pelaksanaan,
mobilisasi
sumberdaya, pemanfaatan bersama dan evaluasi.
Partisipasimasyarakatdalam pembangunanPLTMH
B.
Listrik sangat dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan dalam memenuhi energi perdesaan
untuk menunjang kegiatan
pembangunan perdesaan. Listrik diharapkan tidak saja
memberikan manfaat sosial bagi masyarakat, tetapi
juga
mampu
memberikan
keuntungan ekonomi melalui pemanfaatan untuk kegiatan usaha ekonomi produktif
yang dapat memberikan peningkatan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin.
Perencanaan energi listrik oleh masyarakat sendiri perlu dilakukan agar energi listrik yang
tersedia bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Untuk itu perlu dirancang suatu kerangka
kerja dalam rangka penyusunan kesepakatan yang memungkinkan masyarakat
perdesaan mengemukakan kebutuhan mereka dan memutuskan bagaimana jalan terbaik
untuk memenuhinya sesuai dengan kapasitas pasokan listrik PLTMH yang ada.
Permintaan daya listrik oleh konsumen akan cenderung meningkat seiring dengan semakin
membaiknya kesejahteraan masyarakat. Sedangkan potensi
pasokan
daya
listrik
Bab VII - 24
cenderung tetap, kecuali ada investasi tambahan pembangkit. Agar pasokan daya listrik
tetap terjaga, maka pola perencanaan penggunaan listrik yang sesuai dengan kebutuhan
(bukan keinginan) masyarakat perlu disosialisasikan secara matang. Peningkatan permintaan
daya listrik perlu dikendalikan misalnya dengan menerapkan tarif listrik yang lebih tinggi
untuk konsumen yang menggunakan lebih banyak.
Pengalaman juga menunjukkan bahwa setelah adanya PLTMH masyarakat perdesaan
cenderung memanfaatkan listrik untuk kebutuhan konsumtif (seperti membeli TV, parabola,
stereo set dan lain-lain), dan bukan untuk kegiatan produktif yang menghasilkan peningkatan
pendapatan. Untuk itu, sejak awal perlu dilakukan peningkatan pemahaman masyarakat
tentang pemanfaatan listrik untuk peningkatan pelayanan sosial kemasyarakatan dan
pemberdayaan usaha ekonomi produktif.
C.
Pengembangan Kelembagaan
Bab VII - 25
badan usaha milik desa berbadan hukum yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh pasal 213 dalam UU No. 32 Tahun 2004. Keputusan
menjadi BUMD harus sesuai kesepakatan dan aspirasi masyarakat desa itu sendiri dengan
tetap memperhatikan aspek peningkatan keswadayaan masyarakat.
Secara teknis, kemampuan masyarakat dalam mengelola PLTMH ditentukan oleh kapasitas
SDM yang ada di daerah tersebut. Selain itu, sejarah pengelolaan listrik desa yang pernah
ada juga ternyata menjadi bahan pelajaran penting bagi masyarakat dalam mengelola
listrik secara mandiri. Dalam hal ini, karakteristik sosial budaya masyarakat akan sangat
mempengaruhi pola kepemilikan dan manajemen PLTMH. Beragam pilihan kelembagaan
pengelola dan manajemen dapat dipertimbangkan disesuaikan dengan konteks program dan
kesepakatan dengan masyarakat.
Keberlanjutan ekonomi dari PLTMH juga ditentukan oleh rancangan pola manajemen PLTMH
dan kemampuan sumber daya manusia/SDM. Bentuk kelembagaan badan pengelola
dalam hal ini tidaklah terlalu penting akan tetapi harus ditunjang oleh manajemen yang
berorientasi
bisnis.
D.
Dukungan Kelembagaan
Kesuksesan listrik perdesaan pola desentralisasi, dalam hal ini PLTMH mensyaratkan
pendekatan kelembagaan yang terkoordinasi antara kebijakan pemerintah yang kondusif
dengan organisasi di tingkat lokal yang didukung oleh kelembagaan fasilitasi di tingkat
regional maupun nasional (intermediasi) yang memiliki kemampuan beragam fungsi yang
terkoordinasi. Dukungan kelembagaan tersebut terbagi atas tiga tingkat, yaitu:
a. Tingkat nasional (pusat), yang merumuskan kebijakan dan perencanaan listrik
perdesaan untuk memberikan dasar hukum dan pengaturan kerangka kerja
pengembangan sektor ketenagalistrikan perdesaan.
b. Tingkat lokal, yaitu desa tempat pembangkit listrik tersebut berada.
c. Tingkat intermediasi, yang memfasilitasi keterkaitan antara institusi nasional dan
institusi lokal yang akan menjamin bahwa perencanaan dan kebijakan yang
ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat perdesaan. Intermediasi bisa jadi
dilakukan oleh LSM lokal, aparat pemerintah atau perusahaan swasta (konsultan) yang
dikontrak oleh pemerintah. Dalam banyak kasus, lembaga intermediasi akan
memberikan
bantuan
teknis
dalam
hal penerangan,
fasilitasi
dan
perencanaan bagi masyarakat perdesaan.
Gagalnya keberlanjutan PLTMH oleh masyarakat perdesaan lebih banyak karena faktor non
teknis yaitu lemahnya dukungan institusi. Kegagalan institusi tersebut terutama karena
fungsi intermediasi yang memfasilitasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat
yang
menekankan aspek Social preparation berjalan kurang baik.
Bab VII - 26
E.
Dukungan Pemerintah
F.
Dorongan
kepada
instansi teknis yang menangani program PLTMH agar
memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek social engineering yang
melibatkan konsultan teknis bidang pemberdayaan masyarakat maupun lembaga
swadaya masyarakat (LSM) lokal.
Bab VII - 27
Kelembagaan lokal yang ada pada masyarakat perdesaan dapat dipandang sebagai:
Seperangkat aturan atau sistem nilai yang menjadi pedoman dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan di perdesaaan.
Dukungan kelembagaan lokal yang didapatkan di sini berbentuk sistem sosial
budaya
dan
pola kepemimpinan di desa
yang kondusif bagi proses
pemberdayaan masyarakat dalam rangka persiapan sosial pengembangan PLTMH.
G.
Fungsi Intermediasi
Dukungan institusi melalui fungsi intermediasi diberikan melalui kegiatan pendampingan dan
bantuan teknis.
Masyarakat perdesaan sangat membutuhkan dukungan intermediasi,
karena lemahnya kapasitas SDM dan akses terhadap sumberdaya (informasi, teknologi,
permodalan, dan lain-lain). Fungsi intermediasi ini dapat dilakukan oleh aparat pemerintah
(instansi terkait), LSM lokal atau konsultan dalam bentuk bantuan teknis sebagai persiapan
sosial.
Peran LSM dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah akan sangat membantu proses
pemberdayaan masyarakat. Pada penguatan kapasitas kelembagaan lokal diperlukan pihak
luar yang mampu memerankan diri sebagai katalisator. Pihak luar itu bisa berupa orangorang atau institusi sektor ketiga yang tidak berkaitan langsung dengan sektor publik dan
sektor swasta. Pihak yang berada di sektor ketiga adalah koperasi, LSM atau lembaga adat.
Pengalaman menunjukkan bahwa masyarakat tidak dapat ditinggalkan begitu saja
mengelola PLTMH tanpa bantuan kelembagaan lain di luar masyarakat desa yang bertindak
sebagai fasilitator. Perlu adanya suatu kelembagaan pendamping untuk melakukan
penguatan kelembagaan sosial di tingkat lokal.
Bab VII - 28
O &M
Operator harus selalu memeriksa kondisi fasilitas dan alat-alat pembangkit. Ketika
dia menemukan suatu kerusakan atau keganjilan dia harus melaporkan kepada orang
yang bertanggungjawab dan mengatasinya jika dianggap mampu.
tidak ada sediment atau lumpur yang berlebihan sehingga menghambat aliran
air.
Bab VIII - 1
O &M
b. peralatan electro-mechanic
pastikan turbin pada posisi yang benar, periksa dan kencangkan kembali baut-baut
pada Angkor.
periksa kabel jaringan trasnmisi dalam keadaan baik (tidak ada yang putus atau
tertimpa pohon, dll).
periksa tiang penyangga kabel masih dalam kondisi bagus, tidak miring, roboh atau
keropos
B. Pengoperasian
Berikut ini adalah langkah-langkah pengoperasian PLTMH (pada umumnya) :
1. Pastikan kondisi berikut ini (Persiapan)
katup utama turbin telah dibuka sampai pressure gauge menunjukan angka
optimalnya (sesuai dengan head yang tersedia).
2. Buka guide vane / katup turbin perlahan lahan, sampai kondisi berikut ini :
arus ke ballast load mencapai kira-kira 1/3 dari beban nominal (jika pakai kontrol).
3. tambahkan bukaan guide vane turbin sampai pada posisi optimalnya dan arus ke ballast
menunjukan 80 % dari arus maksimum.
4. pada panel nyalakan MCB ke beban (posisi ON), maka kondisi berikut seharusnya tercapai
ampere meter
tersambung.
beban
menunjukan sesuai
dengan
beban
yang
Bab VIII - 2
O &M
Periksa struktur sipil dan saluran pembawa air dalam kondisi baik Bersihkan sampah
pada trashrack yang menghalangi aliran air masuk penstock
Periksa katup utama turbin dan bukaan guide vane turbin sesuai dengan besarnya
beban sehingga tegangan dan frekuensi listrik pada batasan nilai yang ditetapkan.
Periksa getaran dan suara dari generator dan turbin, jika getaran dan suaranya
melebihi ambang
batas
normal, hentikan pembangkit dan perbaiki
kerusakan/kejanggalan.
Periksa temperature bearing generator dan turbin, body generator dan control panel
pada range yang normal dan aman.
Periksa setiap kondisi yang tidak normal, lakukan tindakan penanggulangan dan
perbaikan, hentikan pembangkit jika dirasa perlu.
D. Menghentikan Pembangkit
Untuk mencegah kondisi yang berbahaya bagi peralatan pembangkit dan konsumen,
diperlukan prosedur penghentian pembangkit yang benar. Kondisi berbahaya dapat berupa
pelepasan beban secara tiba-tiba yang mengakibatkan overspeed pada turbin dan generator.
Berikut prosedur penghentian pembangkit :
1. Tempatkan semua circuit breaker beban pada posisi OFF
2. Tutup guide vane turbin pelan-pelan sampai pada posisi tutup maksimum.
3. Tutup kembali pintu air intake dan buka pintu air penguras. Hal ini dilakukan terutama jika
pembangkit akan dihentikan cukup lama atau saluran air (sungai) akan digunakan
untuk keperluan lain, seperti irigasi dan keperluan rumah tangga.
Bab VIII - 3
O &M
A.
Banjir
Hampir semua pembangkit mikro hidro pada kebanyakan lokasi dapat dioperasikan pada
keadaan banjir. Bagaimanapun pada saat banjir dimana banyak lumpur dan sampah yang
terbawa mungkin dapat masuk waktu dengan menutup pintu masuk intake. Setelah banjir
mereda, operator harus mengecek kondisi saluran, pintu air dan membersihkan sampah
dan lumpur yang masuk ke saringan dan saluran pembawa.
B. Gempa bumi
Gempa bumi dapat mempengaruhi hampir semua komponen pembangkit. Dari mulai struktur
sipil, elektro mekanik dan jaringan transmisi. Oleh karena itu setelah terjadi gempa bumi
operator harus melakukan tindakan berikut ini :
1. Tutup pintu utama intake menuju saluran.
2. Periksa kemungkinan kerusakan pada struktur sipil dari retak, longsor, bocor dan
kerusakan lainnya, segera perbaiki jika ada kerusakan!
3. Periksa kesejajaran shaft turbin dan generator dari kemungkinan pergeseran.
4. Periksa baut-baut dari kemungkinan longgar.
5. Periksa peralatan listrik dari kemungkinan kerusakan.
6. Periksa tiang listrik dan kabel dari kemungkinan roboh atau miring.
7. Lakukan perbaikan dan penanggulangan jika dianggap perlu dan dapat mengganggu
operasional pembangkit.
C. Kekeringan
Turbin air dirancang untuk dapat beroperasi pada daerah range debit tertentu. Debit
minimum yang dijinkan untuk operasional turbin telah ditentukan sehingga turbin masih
dapat beroperasi dengan baik. Pada tahap perencanaan seharusnya telah ditetapkan debit
minimum air yang tersedia sepanjang tahun (musim kemarau), dimana dijadikan sebagai
acuan dalam perencanaan dan pemilihan turbin dan komponen lainnya. Bagaimanapun jika
pada keadaan dimana air yang tersedia sangat kurang dan melebihi batas minimum yang
diijinkan, sebaiknya operator menghentikan operasi pembangkit. Karena operasional terus
menerus pada kondisi tersebut efisiensi turbin akan jatuh dan bahkan dapat merusak
turbin.
Bab VIII - 4
O &M
D. Kecelakaan
Jika terjadi kecelakaan selama operasional pembangkit, misalnya ada bagian yang lepas
atau konsleting listrik dll. Operator sebaiknya segera menghentikan pembangkit. Langkahlangkah yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
1. Hentikan pembangkit dengan segera.
2. Berikan bantuan atau pertolongan jika kecelakaan menimpa orang.
3. Laporkan kejadian kepada orang yang bersangkutan (ketua, lurah,dll).
4. Selidiki penyebab kecelakaan dengan teliti.
5. Kembali operasikan pembangkit jika operator dapat
penyebab kecelakaan dan kerusakan.
6. Hubungi pembuat peralatan jika operator tidak dapat menemukan dan memperbaiki
kerusakan, minta petunjuk dan jika tidak yakin minta mereka untuk memperbaikinya
8.3. PERAWATAN
Dalam operasional sebuah PLTMH sangat perlu untuk diketahui mengenai hal-hal
dasar yang terkait dengan tata cara pengoperasian, perawatan dan perbaikan sistem secara
menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi masalah yang mungkin timbul serta
perawatan sistem PLTMH secara mandiri oleh operator yang ditugaskan maupun
masyarakat secara umum sebagai pengguna. Adapun hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
dalam opersional dan perawatan sebuah PLTMH adalah sebagai berikut :
A. Bangunan Sipil
Bangunan sipil mempunyai beberapa bagian
penting yang perlu diperhatikan
pemeliharaannya untuk memastikan lancarnya operasional dan kesinambungan suplai air ke
pembangkit. Adapun bagian-bagian penting yang perlu diperhatikan adalah :
Periksa sisi bendungan dan intake dari gerusan air, terutama pada musim hujan untuk
menghindari kebocoran dan retaknya bendungan.
Pastikan level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak berlebihan ataupun
kurang terisi).
Tambahkan pelumas pada roda gigi dan ulir pintu air sebulan sekali.
Gunakan kunci pengaman pada pemutar pintu air jika sedang tidak digunakan untuk
mencegah orang yang iseng.
Bab VIII - 5
O &M
Bersihkan sampah dan kotoran yang menyumbat saringan untuk memperlancar jalan
masuk air secara rutin (minimal 1 hari sekali).
Saluran Pembawa
Periksa kondisi tanah disekitar saluran pembawa dari kemungkinan longsor terutama pada
musim hujan.
Lakukan penyemenan ulang jika ditemukan kebocoran dan keretakan pada badan
saluran.
dan
Bak Penenang
Periksa level permukaan air dalam kondisi yang aman (tidak melebihi batas minimum
dan maksimum yang diperbolehkan).
Pastikan tidak ada sampah dan kotoran dalam bak penenang yang dapat terbawa masuk
kedalam pipa pesat dan turbin.
dan
keretakan
berkala,
pada
terutama
Bab VIII - 6
O &M
Periksa baut dan sekrup pada sambungan dan dudukan penstock (anchor) untuk
menghindari kelonggaran dan pergeseran posisi.
Lakukan pengecatan pada penstock paling lama tiga tahun untuk menghindari kerusakan
akibat perkaratan.
Rumah Pembangkit
Bersihkan lantai dan dinding power house dari sampah dan Bersihkan peralatan dan
perlengkapan dalam power house seperti turbin, generator dan panel. (hati-hati jangan
menyentuh bagian yang ada tegangan!!! matikan pembangkit jika perlu).
Periksa saluran pembuangan turbin (tailrace) bersihkan jika ada lumpur dan sampah.
Periksa atap power house dari kebocoran, terutama pada musim hujan dimana air
dapat berbahaya jika membasahi panel dan peralatan listrik lainnya.
Periksa mur dan baut yang ada pada turbin! Pastikan dalam keadaan kencang.
Berikan pelumas grease secara teratur (2-3 minggu sekali) pada bagian-bagian yang
berputar dan ulir, terutama bearing dan guide vane dengan
spesifikasi yang
dianjurkan oleh pembuat/manufaktur Cek dan bersihkan bagian dalam turbin secara
berkala 3-6 bulan sekali. Pastikan tidak ada benda padat yang masuk ke dalam
turbin.
Bersihkan bagian luar turbin dari kotoran dan air untuk mencegah perkaratan.
Periksa baut pengunci pulley (transmisi mekanik) kencangkan jika terasa longgar, jaga
belt agar tidak terkena grease atau air.
Kontrol tingkat ketegangan belt tiga bulan sekali, kencangkan atau kembalikan
kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor terasa longgar, jaga belt agar
tidak terkena grease atau air.
Bab VIII - 7
O &M
Kontrol tingkat ketegangan belt tiga bulan sekali, kencangkan atau kembalikan
kekondisi semula jika kendor. Belt yang terlalu kendor belt yang terlalu kencang akan
menyebabkan bearing generator cepat rusak
Generator
Generator merupakan alat yang merubah energi mekanik putaran dari turbin menjadi energi
listrik. Generator dapat dihubungkan langsung dengan turbin atau melalui perantara sabuk
transmisi (belt). Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan generator
adalah sebagai berikut :
Kontrol generator setiap hari untuk tingkat pemanasan yang berlebihan. Badan
generator boleh hangat, tetapi jika telapak tangan tidak dapat diletakan dengan
santai diatas permukaan hal itu sudah di luar kewajaran.
Periksa akan adanya kebisingan, getaran yang berlebihan dari generator dan bau
yang tidak normal
Bersihkan ventilasi dan kipas generator dari kotoran dan debu (pada saat sistem
berhenti).
Periksa tingkat ketegangan sabuk transmisi (belt), kencangkan jika terasa kendor
dengan menggeser posisi roda gila.
Generator menghasilkan tegangan dan arus listrik yang berbahaya bagi keselamatan
manusia. Jangan menyentuh atau mengubah hubungan listrik pada saat generator
bekerja.
Periksa sambungan dan ikatan kabel, kencangkan bila longgar dan perbaiki/ganti jika
terjadi kerusakan.
Bersihkan panel dari kotoran dan debu. Pastikan tidak ada air yang dapat masuk
kedalam rangkaian panel.
Bab VIII - 8
O &M
Kontrol kabel pentanahan apakah masih tersambung dengan baik pada kotak metal,
badan generator, penstok dan komponen logam lainnya.
No
Penyebab
Penanggulangan
1 Suara atau
getaran
berlebihan dari
dalam turbin
Dudukan bearing
turbin longgar
Turbin
terhambat
kotoran
2 Putaran pulley
tidak seimbang
Baut pada
chasis/base frame
ada yang longgar
3 Putaran turbin
dan generator
tidak stabil
(menyentak
nyentak) atau
belt berbunyi
lebih keras dari
biasanya
4 Temperatur
bearing melebihi
biasanya (tidak
tahan dipegang
oleh tangan)
Stempet/pelumasa
n kurang
Terjadi pergeseran
pada dudukan
turbin atau
generator
Masalah dengan
sistem kontroler
Banyak
kotoran/stempet
lama yang
menumpuk
pada bearing
5 Laher poros
Dudukan laher
generator pulley terlepas
Konsultasikan dengan
pembuat alat kontrol
mengenai penanganan
masalah
Beri tambahan
stempet/pelumas
secukupnya
Buka rumah bearing, buang
stempet lama, bersihkan
dengan minyak tanah dan isi
dengan stempet baru
Kontrol kedudukan baut
dan kencangkan
Bab VIII - 9
O &M
terlalu panas
Suara atau
getaran dari
laher turbin
Ganti laher
oleh tumbuhan. Seperti pohon roboh dan ranting yang menghalangi jaringan
distribusi terutama jika menggunakan kabel telanjang.
Periksa kerusakan yang mungkin terjadi pada tiang penyangga kabel akan adanya
kemungkinan roboh, keropos dll.
Periksa kabel-kabel penghantar terhadap kemungkinan kendor atau putus. Ganti jika
dianggap perlu dengan jenis yang sama
Pastikan masih bagus, tidak ada pencurian daya dan instalasi ilegal.
No
Penyebab
Kelebihan beban
Beberapa
elemen diballast
rusak
Penanggulangan
Bab VIII - 10
O &M
8 Pada rumah
bearing keluar
air
Baut coupling
lepas/longgar
Karet fleksible
bearing rusak
B. Peralatan Elektrikal
Dalam hal ini diasumsikan bahwa pembangkit menggunakan peralatan load controller (ELC
atau IGC)
No
Gangguan/
Kerusakan
Penyebab
Penanggulangan
Saat dinyalakan
lampu fuse ada
yang menyala
Saat dinyalakan
tidak keluar
tegangan
V-PH tetap
pada nol
Suara
generator
terdengar
lebih keras
AVR rusak
Jalur generator
ada yang konslet
Sikat arang
generator (brush)
habis
Saat dinyalakan
Ampere ballast
tidak mau naik
Freq.
lebih dari
52 Hz
Ballast/HRC fuse
konslet/putus
Saat dinyalakan
control tidak
berfungsi
Freq >53 Hz
V-PH > 230V
Module controller
(mainboard) rusak
atau kabel pada
mainboard
kendor
Matikan pembangkit,
test resistansi pada HRC
fuse ganti jika rusak
Jalankan turbin lebih
cepat tegangan 220-230 V,
tahan
Matikan pembangkit.
Kencangkan baut pada
mainboard, jika kesulitan
hubungi manufaktur
pembuat
Bab VIII - 11
O &M
Saat dinyalakan
lampu PL ready
menyala, tetapi
kontaktor tidak
mau dinyalakan
Kabel PUSH
Matikan pembangkit,
BUTTON
kencangkan baut yang kendor
kendor/putu
s
Coil kontaktor putus Ukur resistansi coil, ganti coil
jika rusak
Saat dinyalakan
kontrol dan
kontaktor
normal, saat
MCB beban
dinyalakan
kontaktor selalu
lepas
Beban konsumen
terlalu banyak
Matikan pembangkit,
kurangi/tertibkan
beban dikonsumen
Konslet di jaringan
Lakukan pengukuran
resisitansi masing2 fasa dan
fasa netral. Temukan konslet
sebelum dinyalakan kembali
Saat dinyalakan
kontrol dan
kontaktor
normal, saat
MCB beban
dinyalakan MCB
selalu jatuh
kontaktor tidak
lepas
Konslet di jaringan
Saat pembangkit
dinyalakan,
beban
konsumen
padam
Terjadi overvoltage
MCB pada AVR
jatuh pada posisi
OFF. Turbin
runaway speed
Ballast konslet
Bab VIII - 12
O &M
Komponen
pemanas pada
ballast terbakar
A. Struktur Sipil
1. Pastikan saluran air dan kolam penenang tidak dijadikan arena bermain anak-anak
karena sangat berbahaya jika sampai terjadi kecelakaan.
2. Pastikan pintu-pintu air dikunci untuk mencegah orang yang iseng membuka atau menutup
pintu air sehingga dapat menggangu atau membahayakan fasilitas PLTMH.
B. Rumah Pembangkit
1. Kunci rumah pembangkit dan pastikan hanya orang yang berkepentingan yang
memasuki rumah pembangkit,
jangan sampai ada anak-anak yang masuk tanpa
diketahui.
2. Pastikan semua bagian yang berputar seperti pulley, shaft turbine dan generator dilindungi
oleh sangkar/pagar pengaman.
3. Pastikan semua bahan bahan metal/logam seperti panel listrik, turbin, generator telah
di tanahkan (di grounding) untuk mencegah sengatan listrik (ke setrum) jika terjadi
kebocoran arus listrik.
4. Rumah pembangkit harus dilengkapi dengan peralatan kebersihan dan pastikan rumah
pembangkit selalu dalam keadaan bersih.
5. Simpanlah sampah atau sisa-sisa oli, stempet/gemuk, plastik dan lain lain pada tempat
yang telah disediakan dan buang ditempat pembuangan yang aman. Jangan dibuang
Bab VIII - 13
O &M
sembarangan ke sungai atau tanah!. Hal ini akan mencemari lingkungan dan kesehatan
manusia.
6. Pasang tanda-tanda atau peringatan keselamatan pada tempat- tempat atau komponen
yang dianggap berbahaya.
C. Instalasi Rumah
1. Pastikan bahwa hanya kabel yang standar yang digunakan untuk instalasi di rumah,
jangan biarkan kabel sembarangan yang digunakan oleh konsumen.
2. Pastikan konsumen tidak mengganti MCB tanpa diketahui pengelola/operator,
dan hanya MCB dengan kapasitas dan merk standar bersertifikat yang boleh digunakan.
3. Periksa instalasi rumah rumah setiap bulannya untuk memastikan tidak ada instalasi
illegal dan perubahan dari instalasi standar.
Bab VIII - 14