Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Tumor medula spinalis atau radiks mirip dengan tumor intrakranial tipe seluler.
Tumor ini berasal dari parenkoim medula, radiks, meningen, pembuluh darah intraspinal,
saraf simpatis atau vertebre. Metastasis mungkin timbul dari tumor yang tersembunyi. Tumor
medula spinalis dibagi berdasarkan 3 lokasi, yaitu intra medular, intradural, atau ekstradural.
Kadang-kadang, tumor ekstradural meluas melalui foramen intervertebralis yang sebagian
berada di dalam dan sebagian lagi berada di luar kanalis vertebralis.1
Tumor medula spinalis terbagi menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Dimana
tmor primer merupakan tumor yang berasal dari medulla spinalis sendiri. Tumor seunder
merupakan metastase dari tumor yang berasal dari bagian tubuh lainnya. 2 Prevalensi tumor
intramedular jarang, yaitu sekitar 10% dari semua tumor medula spinalis. Sebaliknya,
benigna, encapsulated tumor, meningioma, dan neurofibroma menjadi 65% dari semua
tumor tulang belakang primer. Tumor intramedulla lebih sering terjadi pada anak-anak, dan
tumor extramedullary lebih sering terjadi pada orang dewasa.1
Jumlah penderita tumor di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Di
amerika serikat jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat mencapai 15 %dengan
perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya. Jumlah antara
pria dan wanita hampir sama dan paling banyak terjadi pada usia 30 tahun hingga 50 tahun.2
Gejala tersering dari tumor spine baik jinak maupun ganas adalah nyeri pada wilayah
yang terkena. Gejala neurologis yang terjadi adalah akibat dari penekanan terhadap medula
spinalis dan radiks. Derajat gangguan neurologis dapat bervariasi dari kelemahan ringan,
refleks yang meningkat maupun paraplegia. Hilangnya kontrol terhadap fungsi kandung

kemih dan usus besar adalah akibat kompresi langsung dario tumor atau merupakan akibat
dari efek massa dari suatu tumor di daerah sakrokoksigeal. Gejala sistemik atau
konstitusional jelas terlihat pada keganasan atau proses metastasis 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau
isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akarakar saraf. Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi
juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor.4
2.2 Epidemiologi
Jumlah penderita tumor di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Di
amerika serikat jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat mencapai 15 %dengan
perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya. 2
Tumor medula spinalis jauh lebih sedikit daripada tumor intrakranial, dengan
perbandingan 1: 4, perbandingan intrakranial dan medula spinalis dari astrocytoma adalah 10:
1, dan perbandingan untuk ependymoma bervariasi dari 3: 1 sampai 20: 1. Jumlah antara pria
dan wanita hampir sama, kecuali meningioma yang lebih sering terjadi pada wanita dan
ependymoma lebih sering terjadi pada laki-laki. Tumor medula spinalis terjadi terutama pada
orang dewasa muda atau setengah baya dan jarang pada anak-anak atau usia lebih dari 60
tahun.1,2
Prevalensi tumor intramedular jarang, yaitu sekitar 10% dari semua tumor medula
spinalis. Sebaliknya, benigna, encapsulated tumor, meningioma, dan neurofibroma menjadi
65% dari semua tumor tulang belakang primer. Tumor intramedulla lebih sering terjadi pada
anak-anak, dan tumor extramedullary lebih sering terjadi pada orang dewasa.1

2.3 Klasifikasi
Tumor medula spinalis dibagi atas 2 jenis menurut asal dan sifat selnya, yaitu:2
1. Tumor primer
Tumor primer dapat bersifat jinak maupun ganas, contoh tumor primer yang
bersifat ganas ialah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma
2. Tumor sekunder
Tumor sekunder selalu bersifat ganas karena berasal dari proses metastasis seperti
kanker paru-paru, mammae, kelenjar prostat atau limfoma
Menurut lokasinya, tumor medula spinalis terdiri dari 2 kelompok, yaitu:2
1. Tumor intradural
Tumor intradural dibagi menjadi tumor intramedular dan ekstra medular
2. Tumor ekstradural
2.4 Manifestasi Klinis
Tumor ekstramedular menyebabkan gejala dengan mengompresi radiks atau sumsum
tulang belakang. Gejala tumor intramedulla merupakan manifestasi langsung dari
struktur intrinsik dari medula spinalisyang merupakan efek massa, edema, atau
pertumbuhan syringomyelia.1
1. Tumor ekstradural
Cenderung tumbuh pesat, sering menimbulkan manifestasi yang berat dan
progresif akibat kompresi medula spinalis seperti paresis spastik dari bagian tubuh
yang disuplai oleh medula spinalis di bawah lesi, dan, kemudian, disfungsi
kandung kemih dan usus. Nyeri adalah gejala umum. Tumor pada vertebrae
menyebabkan gangguan sensorik; kompresi lateral dari medula spinalis dapat
2.

menimbulkan sindrom Brown Squard.5


Tumor ekstramedular intradural
Paling sering muncul dari sekitar radiks posterior. Awalnya menimbulkan
nyeri radikuler dan paresthesia. Kemudian, saat tumbuh, menyebabkan
peningkatan kompresi radiks posterior dan sumsum tulang belakang, pertama
kolum posterior dan kemudian saluran piramida di funiculus lateral. Hasilnya

adalah paresis semakin parah spastik pada ekstremitas bawah, dan parestesia di
kedua tungkai bawah, disertai dengan gangguan dari kedua sensasi, pada awalnya
ipsilateral dan kemudian bilateral. Gangguan sensorik biasanya naik dari ujung ke
kranial hingga mencapai tingkat lesi. Rasa sakit meningkat jika batuk atau bersin.
Rasa sakit yang disebabkan oleh keterlibatan kolum posterior awalnya muncul di
ujung distal dari tungkai. Hyperesthesia dipengaruhi dermatom yang terkena; ini
mungkin berguna untuk lokalisasi klinis tingkat lesi. Akhirnya mengarah pada
3.

disfungsi kandung kemih dan usus


Tumor intramedular intradural
Tumor intramedular memiliki gejala yang bervariasi karena dapat melibatkan
beberapa segmen spinal ataupun meluas ke seluruh medula spinalis. Gejala
tergantung area spesifik medula spinalis yang terkena. Apabila lesi terbatas hanya
pada satu atau dua segmen, gejala dan tanda menyerupai tumor ekstramedular.
Gangguan

sensorik

yang

tidak

berhubungan

mengindikasikan

adanya

syringomyelia.5,6
Jika lokasinya berada di cervical maka gejala yang akan muncul
adalah nyeri pada leher atau parestesia, nyeri radikular, kebas atau kelemahan
pada ekstremitas bawah. Jika lesi berada di torakal maka seringkali dengan
kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan
kemudia mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit
dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin akan dikacaukan dengan
nyeri akibat intratorakal dan intra abdomen. Jika lesi berada di lumbosakral akan
muncul nyeri radikular, kebas atau kelemahan pada ekstremitas bawah. Lesi pada
cauna equida gejala akan muncul adalah nyeri pada punggung, rectal dan kaki,
terdapat saddle anesthesia dan disfungsi pencernaan atau kandung kemih. Lesi
pada foramen magnum, maka akan muncul gejala pada nervus cranial (XII,XI,
kadang-kadang IX dan X. 5,6

2.5 Diagnosis
Terdapat 3 gejala klasik yang menggambarkan adanya suatu lesi pada medula
spinalis diantaranya : 12
- Mielopati tranversa
- Mieloradikulopati
- Central cord (syringomyelia)
Adanya tumor medulla spinalis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang.
MRI dengan kontras gadolinium intravena dapat mengidentifikasi lesi dan efek
penekanan relatifnya dengan resolusi tinggi. Plain radiografi memperlihatkan
abnormalitas pada sebagian kecil kasus. 1,6,9,11
CT Scan tidak akan memperlihatkan hasil sebaik level MRI. walaupun, kedua
pencitraan ini sangat berguna untuk menilai elemen struktur dari kolumna spinalis dan
untuk menetapkan jumlah tulang yang mengalami destruksi. Biopsi dan eksisi
surgikal merupakan penentu akhir

diagnosis pada banyak kasus tumor medula

spinalis.1,6,9,11
2.6 Diagnosis banding8
1. ALS
2. Lumbar disk disorders
3. Mechanical back pain
4. Brown sequard syndrome
5. Infeksi medula spinalis
6. Cauda equina syndrome
2.7 Tatalaksana
penatalaksanaan pada tumor medula spinalis bertujuan untuk mencegah terjadinya
kompresi medula spinalis.7 Berikut penatalaksanaan tumor medula spinalis berdasarkan
lokasi lesi :
A. Tumor intramedular
Tumor intramedular diobati hanya dengan reseksi pembedahan. Tidak terdapat
aturan tetap mengenai kemoterapi atau radioterapi adjuvant post operatif pada
pengobatan tumor medula spinalis ini. Ependymoma dapat diobati dengan reseksi

total dan sekitar setengah dari seluruh astrocytoma dapat dipotong semuanya. Tipe
lain yang jarang dari tumor medula spinalis (seperti : hemangioblastoma, tumor
metastasis atau kista dermoid) sebaiknya juga diobati dengan reseksi pembedahan.1,6
B. Tumor intradural, ekstramedular
Tumor intradural, ekstramedular merupakan tumor jinak tersering yang daoat
menyebabkan gejala melalui penekanan pada elemen saraf. Pengobatan sebaiknya
dilakukan reseksi pembedahan. Tumor ini tumbuh lambat dan dapat menghabiskan
waktu bertahun-tahun untuk menjadi simptomatik ataupun berulang.1,6
C. Tumor ekstradural
Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, lesi ekstradural mengakibatkan
kompresi medula spinalis lebih sering dibandingkan lesi metastasis dari kanker
secara sistemik ditemukan di korpus vertebra dan ruang epidural. Manajemen pasien
dengan lesi ini harus ditetapkan dari awal. Radioterapi biasanya merupakan terapi
inisial pilihan, tetapi reseksi pembedahan menjamin pada kasus yang belun
terdiagnosis, kondisi klinis yang stabil, defisit neurologis yang progresif secara
cepat, instabilitas kolumna spinalis dan penyakit yang radioresisten. Pada beberapa
kasus, terapi tidak akan memperpanjang lama bertahan, namun dapat memperbaiki
kualitas hidup, memungkinkan pasien dapat berjalan dan merasakan nyeri yang
berkurang.4,10
2.8 Komplikasi
komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:1
1. Paraplegia
2. Luadriplegia
3. Infeksi saluran kemih
4. Kerusakan jaringan lunak
5. Komplikasi pernapasan
Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:1

1. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada
anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang
tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
2. Setelah pembedahan pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen luschka
sehingga menyebabkan hidrosefalus

3. BAB III
4. ILUSTRASI KASUS
5.

Seorang pasien perempuan berumur 48 tahun masuk bangsal Neurologi

RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 19 November 2015 dengan :


6. ANAMNESIS
7. Keluhan Utama :
8.

Lumpuh kedua tungkai

9. Riwayat Penyakit Sekarang :

Lumpuh kedua tungkai sejak 2 bulan sebelum masuk RS. Kelemahan terjadi
secara berangsur-angsur, awalnya kedua tungkai terasa berat untuk digerakkan
dan pasien bisa untuk berjalan dengancara menyeret. Kelemahan semakin
bertambah hingga pasien tidak mampu untuk berjalan lagi dan hanya terbaring

ditempat tidur.
Keluhan diawali dengan nyeri pinggang yang sudah dirasakan sejak 5 bulan yang
lalu. Nyeri pinggang dirasakan seperti diikat dan disertai rasa baal di pusat hingga
tungkai bawah.
10. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien dengan bengkak pada payudara kiri sejak 1 tahun yang lalu, oleh dokter

dianjurkan untuk operasi namun pasien menolak


Riwayat batuk lama tidak ada, riwayat demam sebelumnya tidak ada, riwayat

trauma tidak ada


Riwayat tumor dibagian tubuh lain tidak ada.

11. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota kelurga pasien yang menderita sakit seperti ini
Tidak ada riwayat keganasan payudara, paru, saluran cerna maupun prostat dalam

keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita hipertensi, penyakit jantung dan stroke.
12. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktifitas sehari-hari sedang.


13.
14. PEMERIKSAAN FISIK
15. Status Generalis :
16. Keadaan umum

: sedang

17. Kesadaran

: komposmentis kooperatif

18. Tekanan darah

: 130/80 mmHg

19. Nadi

: 81 x / menit

20. Nafas

: 20 x/menit

21. Suhu

: 36,7oC

22. Status Internus :


23. KGB

Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

24. Leher

JVP 5-2 CmH20

25. Thorak : Paru


26.
kanan

: Inspeksi

Palpasi

simetris kiri dan kanan


fremitus normal kiri sama dengan

27.

Perkusi

28.

Auskultasi :

29.

sonor
vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

Mammae sinistra : tampak massa sebesar kelereng, peau de orange (+),

terfiksir, nyeri
30.
31.

Jantung

32.

: Inspeksi

iktus tidak terlihat

Palpasi

iktus teraba 1 jari medial LMCS

Perkusi

batas-batas jantung dalam batas

RIC V
33.
normal
34.

Auskultasi :

irama teratur, bising (-)

35.
36. Abdomen

: Inspeksi

Tidak tampak membuncit

37.

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)

38.

Perkusi

: Timpani

39.

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

40. Corpus Vertebrae :


41.

Inspeksi

: Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)

42.

Palpasi

: Nyeri tekan (-)

43. Status Neurologis :


1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
44.

- Kaku kuduk (-)

45.

- Brudzinsky I (-)

46.

- Brudzinsky II (-)

47.

- Kernig (-)

3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :


48.

- muntah proyektil (-)

49.

- sakit kepala progresif (-)

4. Nn Kranialis :
50.

-NI :

penciuman baik

51.

- N II:

visus 5/5, lapangan pandang dalam batas normal.

52.

- N III, IV, VI

pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola

mata bebas ke segala arah


53.

-NV

bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke

kiri dan ke kanan


54.

- N VII

bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris

55.

- N VIII

fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

56.

- N IX, X

arcus faring simetris, uvula di tengah, perasaan

1/3 lidah baik

57.

- N XI

bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan

- N XII

lidah tidak ada deviasi

kanan
58.
59.

5.

Motorik : 5 5 5 5 5 5

60.

000 000

61.

Tonus : hipotonus

62.

Trofi : disuse atropi

63.

Tungkai kanan dan kiri

Laseque

(-),

Cross

Laseque (-), Naffziger (-), Patrick (-), Kontra Patrick (-)


64. 6.

Sensorik

65.

Hiperestesi setinggi dermatom thorakal X ke bawah

66. 7. Fungsi otonom :


67.

- Miksi

: reflex bladder (+)

68.

- Defekasi

: terganggu

69.

-Sekresi keringat : berkurang setinggi dermatom Th.X ke bawah

8. Reflek fisiologis :
- Reflek biceps ++/++
- Reflek triceps ++/++
- Reflek KPR +/+
- Reflek APR +/+
9. Reflek patologis :
- Reflek dinding perut (-)
- Reflek Hoffman Trommer -/- Reflek Babinsky Group -/-

70. Laboratorium
71.

Hb

12 gr%

72.

Leukosit :

9100/m3

73.

Trombosit

74.

Ht

34%

75.

Na

140 mg/dl

76.

K:

3,1 mg/dl

77.

Cl

78.

GDS

: 83 mg/dl

253.000/mm3

111 mg/dl

79. Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Sekunder

:
:
:
:

Paraplegi inferior tipe UMN fase syok spinal


Segmen medula spinalis setinggi vertebrae thorakal VII, IX
Tumor medula spinalis ekstradural
Ca. Mammae Sinistra

80.
81. Rencana Pemeriksaan Tambahan :

Laboratorium : Kimia klinik, Laju Endap Darah


Rontgen foto vertebrae sentrasi Th X
MRI
CT Myelografi

82. Terapi :
83. Umum

84.

Bed rest

85.

MB 1900 kkal

86.

IVFD NaCl 0,9% 12 jam/ kolf

87.

Urine Kateter

88. Khusus :

89.

Inj. Dexametasone 3 x 2 amp IV

90.

Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV

91.

Duragesic patch

92.

Anjuran :

Radioterapi (setelah hasil pemeriksaan penunjang dipastikan suatu tumor


ekstramedular)
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.

DISKUSI

101.
102.

Telah

dilaporkan

ilustrasi

kasus

seorang

pasien

perempuan berumur 48 tahun. Pasien masuk ke bangsal neuro RSUP. DR.


M. Djamil Padang dengan diagnosis klinis paraplegi inferior tipe UMN

fase syok spinal. Diagnosis ini ditegakkan dari anamnesa yaitu adanya
kelumpuhan kedua tungkai, dari pemeriksaan fisik ditemukan motorik
tungkai kiri dan kanan bernilai 0, hipotonus dan disuse atrofi, reflex
fisiologis KPR dan APR positif menurun, reflex patologis negatif.
Diagnosis topik Medula spinalis kolumna vertebralis thorakal X.
Diagnosis ini ditegakkan dari BAK, BAB, sekresi keringat terganggu dan
hipoestesi setinggi dermatom thorakal X kebawah. Diagnosis etiologi
diduga adalah tumor medula spinalis ekstradural.
103.

Pada pasien ini dianjurkan dilakukan pemeriksaan

Rontgen Vertebrae uuntuk memastikan adanya tanda metastasis ke


Vertebrae. Untuk memastikan adanya tumor di medula spinalis sebaiknya
dilakukan pemeriksaan MRI ataupun CT Myelografi.
104.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah injeksi

deksametason 3 x 2 ampul (iv), injeksi ranitidin 2 x 50 mg (iv), duragesic


patch. Radioterapi dianjurkan jika sudah ditegakkan suatu tumor medula
spinalis.
105.
106................................................................................................

107.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rowland LP, et al. 2005 Merritts neurology 11th edition. Lippincott williams &
wilkins, new york
2. Hakim, AA. 2006. Permasalahan serta penanggulangan tumor otak dan sumsum
tulang belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara
3. Sama A.A., 2004, eMedicine Journal, Spinal Tumors.
4. Price and wilson. 2006. Patofisiologi. Elsevier
5. Baehr M, Frotscher M. Duus topical diagnosis in neurology. New York : Thieme.
2005.
6. Brust JCM. Current diagnosis and treatment neurology. New York : The McGraw
Hill Companies. 2012, hal. 162-4.
7. Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology Fourth Edition.

Massachusetts :

Blackwell Publishing . 2005, hal. 156.


8. Harrop, DS and Sharan, 2009. Spinal Cord Tumors- Management Of Intradural
Intramedullary Neoplasma
9. Gates P. Clinical neurology a primer. Australia : Elsevier. 2010, hal. 286
10. Manji H, Connoly S, Kitchen N, Lambert C, Mehta A. Oxford handbook of neurology
2nd edition. New York : Oxford University Press. 2014, hal. 497.
11. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RF. Clinical neurology 5th edition. San
Fransisco : Mc Graw Hill. 2002, hal. 69.
12. Lauser SL, Josephson SA. Harrisons neurological in clinical medicine. New York :
McGraw Hill Education. 2013, hal. 86.
108......................................................................................

Anda mungkin juga menyukai