Atonia Uteri
Atonia Uteri
KELOMPOK 1
Aini Ramdhayani
(0802100050)
Anita Shelawati
(0802100051)
Anna Nasyiatul
(0802100052)
Annisaa
(0802100053)
Antena Maya
(0802100054)
Antin Pristiani
(0802100055)
Charity Hartika L
(0802100056)
Citra Permana
(0802100057)
Deni Arika
(0802100058)
Dennyk Septyandini
(0802100059)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
(http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/04/askep-atonia-uteri/)
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih
tinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%
hingga 85% kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat
perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan secara teratur, namun 70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya,
sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat
keadaan darurat ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian
ibu dapat ditekan.
Maka dari itu penulis ingin mengangkat permasalahan ini dalah asuhan
kebidanan agar dapat memberikan asuhan yang tepat bagi pasien.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan dan memahami ilmu pengetahuan secara
teoritis dan praktis mengenai asuhan kebidanan pada persalinan denagn atonia
uteri melalui pendekatan menajemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, wawancara, observasi
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Teori
BAB III
Tinjauan Kasus
BAB IV
Pembahasan
BAB V
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak masalah yang kini diwaspadai pakar kesehatan Indonesia berkaitan dengan
terus berlangsungnya krisis multidimensial di negeri ini. Diantara masalah itu adalah,
bangkitnya kembali angka kesakitan dan kematian akibat TB Paru, "lost generation" akibat
kurang gizi pada anak, dan kematian ibu - anak dalam proses kelahiran.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi.
Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesibilitas penanganan kelahiran, 75 persen hingga
85 persen kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan.
Padahal, 90 persen dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan secara teratur, namun 70 persen persalinan masih terjadi di rumah. Masalahnya,
sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosa dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan
"darurat" ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat
ditekan
Dalam buku "Panduan Kesehatan Keluarga" disebutkan, batasan perdarahan pasca
persalinan adalah setiap perdarahan yang lebih dari 500 cc (perdarahan abnormal atau
patologik), yang terjadi dua hingga empat jam pertama setelah anak lahir. Perdarahan
dianggap normal (fisiologik) manakala darah yang keluar kurang dari 500 cc.
I. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
(http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html)
Sumber: http://www.google.co.id
II. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
1.Verdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2.Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus.
III. Patofisiologi
0,2
mg
LM
(jangan
ukuran 16
diberikan
atau
18
jika
dan
pertama secepat
setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai
untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 g = 1 g). Prostaglandin ini
merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping
prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme
yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral,
sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang
disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi
oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan
kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya
jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus
penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan
atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian
besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika
ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 8090%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus
setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm
dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik
yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya
vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika
langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina
bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai
sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Ligasi arteri Iliaka Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya
harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.
Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri
2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang
arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas
berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri
iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu
dan kondisi pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan brace suture, ditemukan oleh Christopher B
Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan
pospartum akibat atonia uteri.
Histerektomi
Sumber : http://www.google.co.id/images
Peralatan :
- sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang
yang telah
dicuci
Teknik :
- Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak
diperlukan
- Eksplorasi dengan tangan kiri
- Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
a. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap
uterus dari
belakang atas
menyempitkan lumennya.
- uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
- Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan
secara sempurna.
- Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi
bimanual, maka
Lampiran
Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum2
Gejala dan tanda
Uterus tidak berkontraksi dan
Penyulit
Diagnosis Kerja
Syok
lembek
perdarahan segera setelah anak
lahir
Atonia uteri
Pucat
Lemah
plasenta lengkap
Menggigil
perdarahan segera
Prdarahan lanjutan
Retensio plasenta
perdarahan segera
Uterus tidak teraba
lumen vagina terisi massa
Neurologenik syok
Inversio uteri
Sub-involusi uterus
nyeri tekan perut bawah dan
pada uterus
Anemia
Perdarahan sekunder
Demam
Dosis lanjutan
Oksitosin
Ergometrin
Misoprostol
IV: 20 U dalam 1 L
IM atau IV (lambat): 0,2 Oral atau rektal 400 mg
mg
larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat
IM: 10 U
IV: 20 U dalam 1 L
Ulangi 0,2 mg IM
larutan garam fisiologis
setelah 15 menit
dengan 40 tetes/menit Bila masih diperlukan,
Total 1 mg (5 dosis)
Kontraindikasi atau
hati-hati
Pemberian IV secara
cepat atau bolus
Preeklampsia, vitium
kordis, hipertensi
I. Pengkajian Data
Tanggal .........bulan. ....tahun..............
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. nama
b. umur
c. agama
d. pendidikan
asuhan
e. pekerjaan
f. penghasilan
g. alamat
rumah
2. Riwayat Kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
5. Riwayat Haid
Amenorhea : untuk mengetahui UK
Menarche
reproduksi
Siklus haid
Lama haid
Keluhan
KU
: baik/cukup/lemah
Kesadaran
TD
Nadi
: normal (60-90x/mnt)
suhu
: normal (36,5-37,55 C)
Pernafasan
: normal (16-24x/mnt)
TP
: tafsiran persalinan
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Muka
Mata
Leher
Perut
Genetalia
Ekstremitas
oedema/tidak, varises/tidak
Perut
mengukur TFU
Kandung kemih
kosong/tidak
b) Palpasi
V. Intervensi
Dx
Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang rahim
agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Ibu mendapat informasi yang tepat, ibu lebih kooperatif.
2. Hentikan perdarahan dengan melakukan KBI selama 5 menit.
R/ Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
2. Evaluasi keberhasilan. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam
vagina dan pantau kondisi ibu secara ketat selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.
Selama suami/keluarga melakukan KBE, berikan suntikan ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 600 -1000 mcg per rectal. Pasang infuse dengan jarum ukuran 16 atau 18,
berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur dalam waktu 10 menit.
R/ Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
peredarahan. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
3. Siapkan surat rujukan
R/ Sebagai informed consent
3. Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI.
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi.
4. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
R/ Pemantauan kala IV secara seksama dapat mengetahui kondisi ibu dan seberapa banyak
ibu kehilangan darah. Serta dapat digunakan sebagai acuan tindakan selanjutnya.
5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan
dampingi ibu ketempat rujukan. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc/jam
hingga tiba di tempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus. Kemudian berikan 125
cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 55 cc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Selama dalam perjalanan merujuk, dapat pula
dilakukan tindakan alternatif yaitu kompresi aorta abdominalis.
R/ Rujukan yang tepat dapat mengantisipasi terjadinya komplikasi.
VI. Implementasi
Dx : P Ab. partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
1.
8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolaholah tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
10. Menekan kuat uterus diantara kedua tangan
11. Mengajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksterna karena uterus
tetap tidak berkontraksi:
12. Meletakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan
diatas simpisis pubis.
13. Meletakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Mengusahakan memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
14. Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan
belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara
manual.
15. Memberikan ergometrin 0,2 mg IM saat suami/keluarga melakukan KBE.
16. Memasang infus dengan jarum ukuran 18, dan memberikan infus RL 500 + 20 unit
oksitosin dan digrojok dalam waktu 10 menit.
17. Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.
18. Memantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
VII. Evaluasi
Tanggal .. pukul . WIB.
Dx : P.... Ab.... partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
S : Ibu mengatakan senang tidak sampai dirujuk
O : Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 23 x/menit
Suhu
: 36,85 C
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S P4004 Ab000
PERSALINAN KALA IV DENGAN ATONIA UTERI
DI POLINDES KARANGKATES
22 September 2010
I.
Pengkajian Data
: Ny. S
Umur
: 35 tahun
Umur
: 37 tahun
Pendidikan
: SMU
Pendidikan
: SPG
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Karangkates
5. Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 5-7 hari
Banyaknya
Flour albus
: (-)
: 18 Desember 2009
II
III
Kehamilan
Mual muntah
pada 3 bulan
pertama.
Periksa
di
bidan secara
rutin,
mendapat
vitamin, tablet
besi,
dan
suntik TT 2x.
Mengalami mual
muntah pada 3
bulan
pertama.
Periksa di bidan
secara
rutin,
mendapat
vitamin,
dan
tablet besi.
Tidak mengalami
keluhan apapun.
Periksa di bidan
secara
rutin,
mendapat
vitamin,
dan
tablet besi.
Persalinan
Melahirkan
tahun 2001 di
bidan secara
normal, bayi
lahir pada usia
kehamilan
9
bulan berjenis
kelamin lakilaki.
Melahirkan
di
2004,
berjenis
kelamin laki-laki.
bayi
lahir
langsung
menangis. Ari-ari
tidak dirogoh, ibu
tidak diinfus.
Melahirkan
di
2007,
berjenis
kelamin
perempuan, BBL
3200 gr, PBL 51
cm, bayi lahir
langsung
menangis. Ari-ari
tidak dirogoh, ibu
tidak diinfus
Nifas
Masa
berjalan
nifas Masa
berjalan
nifas Masa
normal berjalan
nifas
normal
normal tanpa
komplikasi,
menyusui
selama
3
bulan.
tanpa komplikasi,
menyusui sampai
bayi berumur 1
tahun.
tanpa komplikasi,
menyusui sampai
bayi berumur 9
bulan.
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu : baik
Kesadaran
: composmentis
Tanda-tanda vital
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 90 x /menit
RR
: 24 x / menit
Suhu
: 37,20 C
TP
: 25 September 2010
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Muka
Mata
: konjungtiva merah muda, fungsi penglihatan baik, sclera putih, dan tidak
ada oedema.
Leher
Perut
Vulva
: tidak ada varises, perdarahan pervaginam 400 cc, tidak terdapat robekan
jalan lahir.
Ibu senang bayi perempuannya lahir selamat, dan ari-ari lahir tanpa dirogoh.
TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta lahir
uterus tidak berkontraksi
Perdarahan 400 cc
V. Intervensi
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
Tujuan : Kontraksi baik, perdarahan segera berkurang, kebutuhan cairan terpenuhi.
KH : - Kontraksi uterus (+)
Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang
rahim agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Ibu mendapat informasi yang tepat, ibu lebih kooperatif.
VI. Implementasi
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
1. Memberitahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan
dengan memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk
merangsang rahim agar berkontraksi.
2. Menghentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5
menit dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3. Memersihkan bagian bawah ibu dan mengganti duk dengan yang bersih.
4. Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5. Membersihakn vulva dengan cairan antiseptik
6. Mencelupkan tangan kedalam cairan antiseptik
7. Dengan lembut memasukkan tangan dengan cara menyatukan kelima ujung jari
melalui introitus ke dalam vagina ibu.
8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolah-olah
tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.
18.
VII. Evaluasi
Tanggal 22 September 2010 pukul 14.43 WIB.
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
S : Ibu mengatakan senang tidak sampai dirujuk
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran
: composmentis
: 82 x/menit
Pernafasan
: 23 x/menit
Suhu
: 36,8 0 C
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada NyS P4004 Ab000 partus spontan
pervaginam kala IV dengan atonia uteri, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dengan praktek. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil
bahwa uterus tidak berkontraksi dan lembek dan terjadi perdarahan segera setelah
anak lahir (post partum primer). Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ny.S
yaitu dengan melakukan kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual
eksterna (KBE) yang prosedurnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan
kebidanan sehingga atonia uteri dapat teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada Ny.S didapatkan kesimpulan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
B. Saran
-
Bagi bidan
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad
martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.James R Scott, et al. Danforth buku
saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.
http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
FK Unpad. Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran
Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.