Anda di halaman 1dari 33

ATONIA UTERI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askeb IV


Pembimbing : Tarsikah, M.Keb

KELOMPOK 1
Aini Ramdhayani

(0802100050)

Anita Shelawati

(0802100051)

Anna Nasyiatul

(0802100052)

Annisaa

(0802100053)

Antena Maya

(0802100054)

Antin Pristiani

(0802100055)

Charity Hartika L

(0802100056)

Citra Permana

(0802100057)

Deni Arika

(0802100058)

Dennyk Septyandini

(0802100059)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MALANG
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
(http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/04/askep-atonia-uteri/)
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih
tinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%
hingga 85% kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat
perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan secara teratur, namun 70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya,
sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat
keadaan darurat ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian
ibu dapat ditekan.
Maka dari itu penulis ingin mengangkat permasalahan ini dalah asuhan
kebidanan agar dapat memberikan asuhan yang tepat bagi pasien.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan dan memahami ilmu pengetahuan secara
teoritis dan praktis mengenai asuhan kebidanan pada persalinan denagn atonia
uteri melalui pendekatan menajemen kebidanan.

b. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data

Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah

Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial

Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera

Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan

Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, wawancara, observasi
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I

Pendahuluan

BAB II

Tinjauan Teori

BAB III

Tinjauan Kasus

BAB IV

Pembahasan

BAB V

Penutup

DAFTAR PUSTAKA

BABII
TINJAUAN PUSTAKA

Banyak masalah yang kini diwaspadai pakar kesehatan Indonesia berkaitan dengan
terus berlangsungnya krisis multidimensial di negeri ini. Diantara masalah itu adalah,
bangkitnya kembali angka kesakitan dan kematian akibat TB Paru, "lost generation" akibat
kurang gizi pada anak, dan kematian ibu - anak dalam proses kelahiran.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi.
Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesibilitas penanganan kelahiran, 75 persen hingga
85 persen kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan.
Padahal, 90 persen dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan secara teratur, namun 70 persen persalinan masih terjadi di rumah. Masalahnya,
sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosa dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan
"darurat" ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat
ditekan
Dalam buku "Panduan Kesehatan Keluarga" disebutkan, batasan perdarahan pasca
persalinan adalah setiap perdarahan yang lebih dari 500 cc (perdarahan abnormal atau
patologik), yang terjadi dua hingga empat jam pertama setelah anak lahir. Perdarahan
dianggap normal (fisiologik) manakala darah yang keluar kurang dari 500 cc.
I. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
(http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html)

Sumber: http://www.google.co.id

II. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
1.Verdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2.Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus.

III. Patofisiologi

IV. Manifestasi klinis

a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek


b. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
V. Pencegahan atonia uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan,
anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat,
dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen
kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu
pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika
untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat
long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan
oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin
bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
VI. Manajemen resusitasi
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah
dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
a. Jika uterus berkontraksi

Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa


apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
b. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
- Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan
perlahan- lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
- Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai
melakukan

kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-

lahan; Berikan ergometrin

0,2

mg

hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum

LM

(jangan

ukuran 16

berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml

diberikan
atau

18

jika
dan

pertama secepat

mungkin; Ulangi KBI.


a. Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
b. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
VII. Uterotonika
Yang dimaksud pencegahan dengan obat adalah pemberian obat uterotonika setelah
lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi
lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III
dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan
pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu.
Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan
pasca persalinan. Yaitu;
1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2. Grande multipara (lebih dari empat anak).
3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4. Bekas operasi Caesar.

5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.


Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik, ibu seyogyanya melahirkan
dirumah sakit, dan jangan di rumah sendiri.
2. hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum,
forsep.
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak
besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inersia uteri primer dan sekunder.
Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin.
Caranya, disuntikkan intra muskuler atau intravena (bila diinginkan kerja cepat), setelah
anak lahir.
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.
Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan
meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah
oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi
menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin
sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan
tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat
diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung
pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat
menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan
vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.
Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,
intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang

setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai
untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 g = 1 g). Prostaglandin ini
merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping
prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme
yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral,
sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang
disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi
oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan
kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya
jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus
penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan
atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian
besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika
ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.

VIII. Uterine lavage dan Uterine Packing


Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam cavum
uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2 liter salin
47C-50C langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan operator
tidak boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan salin keluar.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya
adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan tekanan
maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi sekuat mungkin,
anestesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum harus
diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan resusitasi
cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan jika tidak tersedia fasilitas
operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan operasi.
IX. Operatif

Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 8090%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus
setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm
dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik
yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya
vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika
langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina
bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai
sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Ligasi arteri Iliaka Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya
harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.
Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri
2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang
arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas
berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri
iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu
dan kondisi pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan brace suture, ditemukan oleh Christopher B
Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan
pospartum akibat atonia uteri.
Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi


perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi
mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan
abdominal dibandingkan vaginal.
X. Penanganan Atonia Uteri
A.Penanganan Umum
1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak
terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat
memburuk dengan cepat.
4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan
cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
6. lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10
unit oksitosin IM
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan
perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa
kadarHemoglobin:
1. Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah
sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per
oral sekali sehari selama 6 bulan;
2. Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
B. Penanganan Khusus

Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.


Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang
menghentikan perdarahan.
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan
jahit atau rujuk segera.
Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah
kosong
XI. Kompresi Bimanual Uterus Atonia

Sumber : http://www.google.co.id/images
Peralatan :
- sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang
yang telah

dicuci

Teknik :
- Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak
diperlukan
- Eksplorasi dengan tangan kiri
- Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina

a. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap
uterus dari

belakang atas

b. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar


- Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen
sehingga

menyempitkan lumennya.

- uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
- Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan

secara sempurna.

- Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi
bimanual, maka

histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir!

Lampiran
Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum2
Gejala dan tanda
Uterus tidak berkontraksi dan

Penyulit

Diagnosis Kerja

Syok

lembek
perdarahan segera setelah anak

Bekuan darah pada serviks atau

lahir

posisi telentang akan

Atonia uteri

menghambat aliran darah keluar


Darah segar mengalir segera

Pucat

setelah bayi lahir


uterus berkontraks dan keras

Lemah

plasenta lengkap

Menggigil

Plasenta belum lahir setelah 30


menit

Tali pusat putus akibat traksi


berlebihan

perdarahan segera

Inversio uteri akibat tarikan

uterus berkontraksi dan keras

Prdarahan lanjutan

Robekan jalan lahir

Retensio plasenta

Plasenta atau sebagian selaput


tidak lengkap

Uterus berkontraksi tetapi tinggi


fundus tidak berkurang

Retensi sisa plasenta

perdarahan segera
Uterus tidak teraba
lumen vagina terisi massa

Neurologenik syok
Inversio uteri

Tampak tali pusat (bila plasenta


belum lahir)

Pucat dan limbung

Sub-involusi uterus
nyeri tekan perut bawah dan
pada uterus

Anemia

Perdarahan sekunder

Demam

Endometritis atau sisa fragmen


plasenta (terinfeksi atau tidak)

Jenis uterotonika dan cara pemberiannya


Jenis dan Cara
Dosis dan cara
pemberian awal

Dosis lanjutan

Oksitosin

Ergometrin

Misoprostol

IV: 20 U dalam 1 L
IM atau IV (lambat): 0,2 Oral atau rektal 400 mg
mg
larutan garam fisiologis
dengan tetesan cepat
IM: 10 U
IV: 20 U dalam 1 L
Ulangi 0,2 mg IM
larutan garam fisiologis
setelah 15 menit
dengan 40 tetes/menit Bila masih diperlukan,

400 mg 2-4 jam setelah


dosis awal

beri IM/IV setiap 2-4


jam

Dosis maksimal per hari

Tidak lebih dari 3 L


larutan fisiologis

Total 1 mg (5 dosis)

Kontraindikasi atau
hati-hati

Pemberian IV secara
cepat atau bolus

Preeklampsia, vitium
kordis, hipertensi

Konsep Manajemen Kebidanan

Total 1200 mg atau 3


dosis
Nyeri kontraksi
Asma

I. Pengkajian Data
Tanggal .........bulan. ....tahun..............
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. nama

: untuk mengetahui identitas ibu

b. umur

: untuk mengetahui ibu dalam resiko tinggi atau tidak

c. agama

d. pendidikan

: untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat diberi

asuhan
e. pekerjaan

: untuk mengetahui kegiatan/ aktivitas selama hamil

f. penghasilan

: untuk mengetahui keadaan ekonomi ibu

g. alamat

: bila sewaktu-waktu ada masalah bias menghubungi keluhan di

rumah
2. Riwayat Kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah ibu pernah sakit parah/ dirawat di RS/ pernah
menderita penyakit menular/ menurun seperti penyakit kuning, sesak, tekanan
darah tinggi, kencing manis.
5. Riwayat Haid
Amenorhea : untuk mengetahui UK
Menarche

: untuk mengetahui kesiapan dan kematangan organ-organ

reproduksi
Siklus haid

: untuk mengetahui haid teratur apa tidak

Lama haid

: untuk mengetahui siklus haid

Keluhan

: untuk mengetahui apakah ibu dismenore/ tidak

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Untuk mengetahui apakah ada penyulit pada persalinan yang lalu


a. riwayat obtetri yang jelek
b. persalinan yang lalu dengan tindakan
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Kehamilan
Untuk mengetahui apakh selama hamil ibu mengalami tanda bahaya kehamilan
yaitu, air ketubn keluar sebelum waktunya, perdarahan pervaginam pada hamil
muda mapun hamil tua, bengkak pada kaki, tangan atau wajah disertai sakit
kepala yang hebat atau kejang, demam atau panas tinggi, batuk lama, jantung
berdebar-debar, lemah.
Persalinan
Untuk mengetahui jenis persalinan (normal, dengan alat, operasi),bayi lahir
langsung menangis (AS), BBL, kelahiran placenta normal/ manual.
10. Riwayat KB
Metode KB yang pernah dikuti serta rencana KB setelah melahirkan.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola nutrisi

(makan dan minum terakhir)

- Pola eliminasi (BAB dan BAK terakhir)


12. Keadaan Psikososial
- Psikologis : adakah kekhawatiran ibu terhadap keadaan diri dan janinnya
Ibu ingin ditemani oleh siapa untuk menghadapi kala III dan Kala IV
13. Latar Belakang
Tradisi/kebiasan selama hamil, kebiasaan berobat/pertolongan persalinan
dimana.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
-

KU

: baik/cukup/lemah

Kesadaran

: composmentis/ada reaksi terhadap rangsang/ tidak

TD

: normal (100/60-130/90 mmHg)

Nadi

: normal (60-90x/mnt)

suhu

: normal (36,5-37,55 C)

Pernafasan

: normal (16-24x/mnt)

TP

: tafsiran persalinan

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Muka

oedema/tidak, pucat/tidak, gembira/sedih/cemas.

Mata

konjungtiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak.

Leher

ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak, pembesaran vena


ada/tidak.

Perut

ada bekas operasi/tidak

Genetalia

ada penyakit kelamin/tidak

Ekstremitas

oedema/tidak, varises/tidak

Perut

mengukur TFU

Kandung kemih

kosong/tidak

b) Palpasi

II. Indentifikasi Diagnosa / Masalah


Dx : P. Ab partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
Ds : - Ibu mengatakan ini persalinannya yang ke-...
Ibu senang bayinya lahir selamat, dan ari-ari lahir tanpa dirogoh.
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules.
Do : - Ibu partum spontan pervaginam pukul ..
Jenis kelamin bayi : laki-laki/ perempuan, lahir langsung menangis/ tidak
Plasenta lahir lengkap/ tidak, pukul.
TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik dilakukan masase
setelah lahirnya plasenta.
- Perdarahan 400 cc
Masalah : cemas
DS : Ibu merasa khawatir akan kondisinya saat ini yang telah mengeluarkan darah banyak dan
DO : - Nadi cepat (>100 x/menit)
- Perdarahan pervaginam ( 500 1000 cc)

- Tensi menurun secara tiba-tiba (<110/70 mmHg)

III. Identifikasi Masalah/Diagnosa Potensial


Dx Potensial : syok hipovolemik
Masalah Potensial : -

IV. Identifikasi kebutuhan segera


Kebutuhan
Perbaiki k/u ibu (pasang infus)
Hentikan perdarahan
Segera rujuk kefasilitas yang lebih tinggi (RS)

V. Intervensi
Dx

: P. Ab. partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri

Tujuan : Kontraksi baik, perdarahan segera berkurang, kebutuhan cairan terpenuhi.


KH

: - Kontraksi uterus (+)


- Perdarahan pervaginam < 200 cc

Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang rahim
agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Ibu mendapat informasi yang tepat, ibu lebih kooperatif.
2. Hentikan perdarahan dengan melakukan KBI selama 5 menit.
R/ Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
2. Evaluasi keberhasilan. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam
vagina dan pantau kondisi ibu secara ketat selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.
Selama suami/keluarga melakukan KBE, berikan suntikan ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 600 -1000 mcg per rectal. Pasang infuse dengan jarum ukuran 16 atau 18,
berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur dalam waktu 10 menit.

R/ Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
peredarahan. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
3. Siapkan surat rujukan
R/ Sebagai informed consent
3. Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI.
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi.
4. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
R/ Pemantauan kala IV secara seksama dapat mengetahui kondisi ibu dan seberapa banyak
ibu kehilangan darah. Serta dapat digunakan sebagai acuan tindakan selanjutnya.
5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan
dampingi ibu ketempat rujukan. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc/jam
hingga tiba di tempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus. Kemudian berikan 125
cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 55 cc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Selama dalam perjalanan merujuk, dapat pula
dilakukan tindakan alternatif yaitu kompresi aorta abdominalis.
R/ Rujukan yang tepat dapat mengantisipasi terjadinya komplikasi.

VI. Implementasi
Dx : P Ab. partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
1.

Memberitahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu


tindakan dengan memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim
untuk merangsang rahim agar berkontraksi.

2. Menghentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5


menit dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3. Memersihkan bagian bawah ibu dan mengganti duk dengan yang bersih.
4. Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5. Membersihakn vulva dengan cairan antiseptik
6. Mencelupkan tangan kedalam cairan antiseptik
7. Dengan lembut memasukkan tangan dengan cara menyatukan kelima ujung jari
melalui introitus ke dalam vagina ibu.

8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolaholah tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
10. Menekan kuat uterus diantara kedua tangan
11. Mengajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksterna karena uterus
tetap tidak berkontraksi:
12. Meletakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan
diatas simpisis pubis.
13. Meletakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Mengusahakan memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
14. Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan
belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara
manual.
15. Memberikan ergometrin 0,2 mg IM saat suami/keluarga melakukan KBE.
16. Memasang infus dengan jarum ukuran 18, dan memberikan infus RL 500 + 20 unit
oksitosin dan digrojok dalam waktu 10 menit.
17. Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.
18. Memantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.

VII. Evaluasi
Tanggal .. pukul . WIB.
Dx : P.... Ab.... partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
S : Ibu mengatakan senang tidak sampai dirujuk
O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 82 x/menit

Pernafasan

: 23 x/menit

Suhu

: 36,85 C

TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra


A : P. Ab.. partus spontan pervaginam kala IV normal
P : - Melanjutkan pemantauan kala IV

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. S P4004 Ab000
PERSALINAN KALA IV DENGAN ATONIA UTERI
DI POLINDES KARANGKATES
22 September 2010

I.

Pengkajian Data

Pengkajian data pada tanggal 22 September 2010.


1. Data Subyektif
1. Identitas/Biodata
Nama

: Ny. S

Nama suami : Tn. S

Umur

: 35 tahun

Umur

: 37 tahun

Pendidikan

: SMU

Pendidikan

: SPG

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Karangkates

1. Riwayat kesehatan yang lalu


- Ibu tidak pernah mengalami sakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis,
malaria, penyakit menular seksual, atau yang lain.
- Ibu mengatakan tidak pernah operasi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit yang mempengaruhi persalinan
seperti tekanan darah tinggi, jantung, kencing manis, sesak nafas.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita suatu penyakit menular
maupun menurun, seperti jantung, kencing manis, TBC, darah tinggi dll, serta tidak ada
riwayat kembar.

5. Riwayat Haid

Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 5-7 hari

Banyaknya

: sedang, ganti pembalut 2x sehari

Flour albus

: (-)

Keluhan waktu haid : (-)


HPHT

: 18 Desember 2009

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


Anak ke-

II

III

Kehamilan

Mual muntah
pada 3 bulan
pertama.
Periksa
di
bidan secara
rutin,
mendapat
vitamin, tablet
besi,
dan
suntik TT 2x.

Mengalami mual
muntah pada 3
bulan
pertama.
Periksa di bidan
secara
rutin,
mendapat
vitamin,
dan
tablet besi.

Tidak mengalami
keluhan apapun.
Periksa di bidan
secara
rutin,
mendapat
vitamin,
dan
tablet besi.

Persalinan

Melahirkan
tahun 2001 di
bidan secara
normal, bayi
lahir pada usia
kehamilan
9
bulan berjenis
kelamin lakilaki.

Melahirkan
di
2004,
berjenis
kelamin laki-laki.
bayi
lahir
langsung
menangis. Ari-ari
tidak dirogoh, ibu
tidak diinfus.

Melahirkan
di
2007,
berjenis
kelamin
perempuan, BBL
3200 gr, PBL 51
cm, bayi lahir
langsung
menangis. Ari-ari
tidak dirogoh, ibu
tidak diinfus

Nifas

Masa
berjalan

nifas Masa
berjalan

nifas Masa
normal berjalan

nifas
normal

normal tanpa
komplikasi,
menyusui
selama
3
bulan.

tanpa komplikasi,
menyusui sampai
bayi berumur 1
tahun.

tanpa komplikasi,
menyusui sampai
bayi berumur 9
bulan.

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang


- Kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang keempat. Selama hamil, ibu tidak mengalami
tanda bahaya kehamilan yaitu, air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan
pervaginam pada hamil muda mapun hamil tua, bengkak pada kaki, tangan atau wajah
disertai sakit kepala yang hebat atau kejang, demam atau panas tinggi, batuk lama,
jantung berdebar-debar, lemah.
Persalinan
Ibu senang bayi perempuannya lahir dan langsung menangis, ari-ari lahir tanpa dirogoh.
Ibu mengatakan tidak merasa mules pada perutnya.
8. Pola nutrisi dan eliminasi
a. Pola Nutrisi
Ibu terakhir makan pukul 11.00 di Polindes dengan porsi sedang. Selama persalinan, ibu
hanya minum minuman manis.
b. Eliminasi
Ibu telah BAB 1 kali pada pagi hari setelah bangun tidur pukul 05.00 WIB dan BAK
terakhir pukul 12.30 WIB.
9. Keadaan psikososial
Ibu mengatakan sudah lega karena bayi dan ari-ariny telh lhir dengan lancar dan selamat.
Ibu merassa saat ini lebih tenang karena ada suami yang menemaninya.

B. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu : baik
Kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda vital
TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 90 x /menit

RR

: 24 x / menit

Suhu

: 37,20 C

TP

: 25 September 2010

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Muka

: tidak pucat, tidak ada oedema.

Mata

: konjungtiva merah muda, fungsi penglihatan baik, sclera putih, dan tidak
ada oedema.

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jugularis

Perut

: tidak ada bekas luka operasi

Vulva

: tidak ada varises, perdarahan pervaginam 400 cc, tidak terdapat robekan
jalan lahir.

Ekstremitas : oedem (-), varises (-)


Palpasi
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta
lahir uterus tidak berkontraksi.
Kandung kemih : kosong
Data Penunjang:
Ibu partum spontan pervaginam pukul 14.20 WIB
Jenis kelamin bayi : perempuan, lahir langsung menangis.
Plasenta lahir lengkap pukul 14.30 WIB

II. Identifikasi Masalah/Diagnosa


Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
Ds : - Ibu mengatakan ini persalinannya yang keempat.

Ibu senang bayi perempuannya lahir selamat, dan ari-ari lahir tanpa dirogoh.

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.

Do : - Ibu partum spontan pervaginam pukul 14.20 WIB

Jenis kelamin bayi : perempuan, lahir langsung menangis.

Plasenta lahir lengkap pukul 14.30 WIB

TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta lahir
uterus tidak berkontraksi

Perdarahan 400 cc

Masalah : III. Identifikasi Masalah/Diagnosa Potensial


Dx Potensial : syok hipovolemik
Masalah Potensial : -

IV. Identifikasi kebutuhan segera


1. Penghentian perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI), kalau tidak
timbul kontraksi lakukan kompresi bimanual eksternal (KBE).
2. Pemenuhan kebutuhan cairan

V. Intervensi
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
Tujuan : Kontraksi baik, perdarahan segera berkurang, kebutuhan cairan terpenuhi.
KH : - Kontraksi uterus (+)

Perdarahan pervaginam < 200 cc

Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang
rahim agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Ibu mendapat informasi yang tepat, ibu lebih kooperatif.

2. Hentikan perdarahan dengan melakukan KBI selama 5 menit.


R/ Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
3. Evaluasi keberhasilan. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari
dalam vagina dan pantau kondisi ibu secara ketat selama kala IV. Jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi
bimanual eksterna. Selama suami/keluarga melakukan KBE, berikan suntikan
ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600 -1000 mcg per rectal. Pasang infuse
dengan jarum ukuran 16 atau 18, berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur
dalam waktu 10 menit.
R/ Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
peredarahan. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
4. Siapkan surat rujukan
R/ Sebagai informed consent
5. Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI.
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu
uterus berkontraksi.
6. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
R/ Pemantauan kala IV secara seksama dapat mengetahui kondisi ibu dan seberapa
banyak ibu kehilangan darah. Serta dapat digunakan sebagai acuan tindakan
selanjutnya.
7. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan
dampingi ibu ketempat rujukan. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500
cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus. Kemudian
berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 55 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Selama dalam perjalanan
merujuk, dapat pula dilakukan tindakan alternatif yaitu kompresi aorta abdominalis.
R/ Rujukan yang tepat dapat mengantisipasi terjadinya komplikasi.

VI. Implementasi
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
1. Memberitahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan
dengan memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk
merangsang rahim agar berkontraksi.
2. Menghentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5
menit dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3. Memersihkan bagian bawah ibu dan mengganti duk dengan yang bersih.
4. Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
5. Membersihakn vulva dengan cairan antiseptik
6. Mencelupkan tangan kedalam cairan antiseptik
7. Dengan lembut memasukkan tangan dengan cara menyatukan kelima ujung jari
melalui introitus ke dalam vagina ibu.
8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolah-olah
tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
10.

Menekan kuat uterus diantara kedua tangan

11.

Mengajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksterna


karena uterus tetap tidak berkontraksi:

12.

Meletakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan


korpus uteri dan diatas simpisis pubis.

13.

Meletakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang


korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Mengusahakan memegang
bagian belakang uterus seluas mungkin.

14.

Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan


depan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit
secara manual.

15.

Memberikan ergometrin 0,2 mg IM saat suami/keluarga melakukan


KBE.

16.

Memasang infus dengan jarum ukuran 18, dan memberikan infus RL


500 + 20 unit oksitosin dan digrojok dalam waktu 10 menit.

17.

Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.

18.

Memantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.

VII. Evaluasi
Tanggal 22 September 2010 pukul 14.43 WIB.
Dx : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri
S : Ibu mengatakan senang tidak sampai dirujuk
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg


Nadi

: 82 x/menit

Pernafasan

: 23 x/menit

Suhu

: 36,8 0 C

TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra


A : P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV normal
P : - Melanjutkan pemantauan kala IV

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada NyS P4004 Ab000 partus spontan
pervaginam kala IV dengan atonia uteri, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dengan praktek. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil
bahwa uterus tidak berkontraksi dan lembek dan terjadi perdarahan segera setelah
anak lahir (post partum primer). Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ny.S
yaitu dengan melakukan kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual
eksterna (KBE) yang prosedurnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan
kebidanan sehingga atonia uteri dapat teratasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada Ny.S didapatkan kesimpulan antara lain:
1.

Pengkajian data yang dilakukan petugas cukup mudah karena


klien mudah mengerti dengan penjelasan dan pertanyaan- pertanyaan yang
diajukan petugas sehingga lebih kooperatif. Didapatkan data bahwa Ibu tidak
sedang menderita suatu penyakit yang mempengaruhi kehamilan seperti tekanan
darah tinggi, jantung, kencing manis, sesak nafas. Persalinan berjalan normal.

2.

Dari pemeriksaan yang dilakukan didaatkan diagnose Ny.S


P4004 Ab000 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri

3.

Intervensi yang dilakukan adalah dengan kompresi bilmanual


interna (KBI) dan kompresi bilmanual eksterna (KBE)

4.

Implementasi dilakukan sesuai intervensi

5.

Evaluasi didapatkan ibu senang karena tidak sampai dirujuk.


Keadaan ibu dan bayi baik.

B. Saran
-

Bagi bidan

1.

Hendaknya semua bidan mampu mengenali manifestasi


kliniis dan pencegahan atonia uteri

2.

Hendaknya terampil dalam penatalaksanaan atonia uteri


secara cepat dan tepat

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad
martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.James R Scott, et al. Danforth buku
saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.
http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
FK Unpad. Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran
Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.

Anda mungkin juga menyukai