Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN HEPATITIS B

PADA NY ”R” G1P0A0Ah0 UK 24 MINGGU


DI KLINIK WIDURI

LaporanTugas Presus

Di susun oleh :

PROGRAM STUDI D lV KEBIDANAN PENDIDIK


VAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018/2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim

Penguji dalam Ujian presus Program Pendidikan DIV Kebidanan Pendidik

Universitas Respati Yogyakarta.

Yogyakarta pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

( )

NIK

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Presus Program Pendidikan D IV
Kebidanan Pendidik Universitas Respati Yogyakarta

Hari :

Tanggal :

Penguji I penguji II penguji III

( ) ( )( )

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan seminar ini dapat terselesaikan.

Laporan yang berjudul “Ibu Hamil dengan Hepatitis” ini disusun sebagai tugas

seminar PKK IV yang dilaksanakan di KLINIK WIDURI.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan

proposal ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan pada:

1. Pimpinan KLINIK WIDURI

2. Kepala Ruangan VK

3. Ketua Prodi Kebidanan D IV Kebidanan Pendidik

4. Koordinator PKK IV D IV Kebidanan Pendidik

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembimbing

lapangan maupun dosen pembimbing akademik.

Yogyakarta, 29 Desember 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 7

1.1 Latar Belakang 7


1.2 Rumusan Masalah 10
1.3 Tujuan 10
1.4 Manfaat 11
1.5 Sumber Data dan Metode 11

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Hepatitis 12

2.1.1 Definisi 13

2.1.2 Etiologi 13

2.1.3 Jenis-jenis 14

2.2 Hepatitis dalam Kehamilan 17

2.2.1 Hepatitis dalam masa Kehamilan 17

2.2.2 Hepar dalam Kehamilan 19

2.2.3 Pengaruh Hepatitis dalam Kehamilan 20

2.2.4 Pencegahan 23

2.2.5 Pengobatan 23

2.2.6 Penanganan 24

v
2.2.7 Resiko Hepatitis terhadap Ibu dan Janin 24

2.3 Teori Asuhan Kebianan 27

2.4 Data Perkembanan SOAP 40

2.5 Landasan Hukum 41

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Data Subyektif 45
B. Data Obyektif 50
C. Analisa 52
D. Penatalaksanaan 52

BAB IV PEMBAHASAN 54

BAB V PENUTUP 58

a. Kesimpulan 58
b. Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu organ yang cukup penting dalam tubuh manusia adalah

hati. Hati mempunyai fungsi dan peran penting dalam mengatur berbagai

fungsi kerja tubuh, mulai sebagai pembentukan, penyimpanan sampai

menyaring makanan, vitamin dan mineral yang kita konsumsi. Bahkan hati

pulalah yang mengatur serta mengendalikan produksi vektor, protein,

kolesterol darah sampai menetralisir racun tubuh. Hati juga mempunyai

peran penting untuk melindungi tubuh. Dengan demikian hati sangat

rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit hati adalah Hepatitis,

penyakit ini berdampak pada rusaknya fungsi hati dan selanjutnya

menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem metabolisme tubuh.

Faktor penyebabnya antara lain vektor, obat-obatan, bahan kimia dan

infeksi virus Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-

nya tergolong banyak. Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal

Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa tahun lampau (1996). Hal

ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh meminta

vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur

tertular Hepatitis sudah sekian banyak dan kian tak terkontrol pula. Masih

banyak masyarakat kita yang belum tahu bahwa hubungan seks bebas juga

7
bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Pada wanita hamil kemungkinan

untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada

usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah

terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan

higiene sanitasi yang kurang baik.

Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan

angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5% hepatitis virus

terjadi pada trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58.5% terjadi pada

trimester III. Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah

ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya

absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama 60-90% dari kasus-

kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Oleh karena

itu, penulis berkeinginan untuk memberikan informasi mengenai penyakit

Hepatitis agar dapat menambah pengetahuan baik untuk penulis maupun

pembaca tentang penyakit hepatitis terutama pada wanita hamil.

Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia

termasuk di Indonesia, yang terjadi dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis

A dan E sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal

oral dan biasanya berhubungan dengan prilaku hidup bersih dan sehat,

bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D

(jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan

8
cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2

milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap

Hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia

diperkirakan sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia

meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis.

Indonesia merupakan negara dengan endemisistas tinggi Hepatitis B,

terbesar kedua di Negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.

Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Studi dan uji saring

darah donor PMI maka diperkirakan diantara 100 orang Indonesia, 10

diantaranya telah terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga saat ini diperkirakan

terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi Hepatitis B dan C, 14

juta diantaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan dari yang kronis

tersebut 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita penyakit hati. Besaran

masalah tersebut tentunya akan berdampak sangat besar terhadap kesehatan

masyarakat, produktifitas, umur terhadap hidup, dan dampak social ekonomi

lainnya.

Melihat kenyataan bahwa Hepatitis merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang serius baik di tingkat nasional maupun global, maka pada

tahun 2010 pada siding WHA (World Health Assembly) ke 63 di Geneva

tanggal 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brazil dan Colombia menjadi

Hepatitis adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi acut atau kronis dan dapat pula

9
menyebabkan radang hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian (Ling dan

Lam, 2017). Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi

bukannya tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita.

Sebagian ibu hamil akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan

sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidk nyamanan,

ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya.

Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, uri

tertinggal, partus tak maju/partus lama serta infeksi (Djuhaida saadong,

2013).

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana Penanganan pada Ny. R umur 25 tahun G1 P0 A0 dengan Hepatitis

B.

1.3 Tujuan Penulis

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penulisan

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan ibu

hamil dengan hepatitis B.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu:

1. Untuk mengetahui definisi hepatitis

2. Mengetahui etiologi hepatitis

10
3. Mengetahui jenis-jenis hepatitis B

4. Mengetahui hepatitis dalam kehamilan

5. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan ibu hamil dengan

hepatitis.

E. Manfaat penulisan

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hepatitis dengan

manajemen kebidanan menurut varney (SOAP).

F. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu

melalui anamnesa secara langsung dengan mewawancarai ibudan melakukan

langsung pemeriksaan fisik pada ibu dengan cara palpasi, pemeriksaan dalam,

pemeriksaan laboratorium dan observasi. Data sekunder merupakan sumber

data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat pihak lain) yaitu melalu register di Klinik Widuri.

11
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Hepatitis
2.1.1 Definisi Hepatitis

Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin,

seperti kimia, obat atau agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan

oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan

serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis adalah peradangan

hati karena berbagai sebab seperti virus sampai dengan obat-obatan,

termasuk obat tradisional. Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit

hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit-penyakit lain yang

menyerang hati.

Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus dan ditandai oleh

perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi

kekuningan. Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan

pigmen bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing

penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh.

Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut,

hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

12
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis

A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G.

2.1.2 Etiologi

Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab

hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab

tersebut antara lain:

a. Infeksi virus; hepatitisA, hepatitisB, hepatitisC, hepatitis D,

hepatitisE, hepatitisG.

b. Nonvirus; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan

kimia atau zat kimia, penyakit autoimun.

Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai

dengan nama virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis

A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak yang sering dijumpai.

Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli pun masih

memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri

atau tidak. Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil

dengan hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya

disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh

kehamilan berupa perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis

intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu

13
kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan

hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500

kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus, 21% oleh karna

kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karena obtruksi saluran

empedu di luar hati.

2.1.3 Jenis-jenis Hepatitis

1. Hepatitis A

2. Hepatitis B

3. Hepatitis C

4. Hepatitis D

5. Hepatitis E

6. Hepatitis G

Berikut adalah penjelasan mengenai masing – masing jenis

Penyakit Hepatitis:

1) HEPATITIS A

Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang

ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A

(VHA=Virus Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh

virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya dengan

penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

14
(fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.

Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C).

Penyebaran melalui tinja/kotoran terjadi akibat buruknya tingkat

kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah

yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. Sebagai

contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang

dicemari oleh kotoran manusia penderita.

2) HEPATITIS B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang

tergolong berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus

Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus pada

sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker

hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut

atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat

menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Penyebab

Hepatitis ternyata tak semata-mata virus.

Keracunan obat dan paparan berbagai macam zat kimia seperti

karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor dan

zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern,

bisa menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja

15
tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan

suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika

banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati

bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun

lain. Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B

berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah

menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah

menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.

3) HEPATITIS C

Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

hepatitis C (VHC). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan hati

atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik

yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.

4) HEPATITIS D

Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan

virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih

berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu

obat. Hepatitis D menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit

16
ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi dengan

hepatitis B sebelumnya.

Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah

pengguna obat-obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-

sama. Penderita hepatitis B juga berisiko terkena jika berhubungan

seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D, atau jika mereka

tinggal dengan orang yang terinfeksi. Untuk mencegahnya adalah

dengan mencegah terkena hepatitis B, yaitu dengan imunisasi

hepatitis B; selain itu dengan menghindari terkena darah yang

terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi

penderita (sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku).

5) HEPATITIS E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang

menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara - negara

terbelakang. Hepatitis E adalah virus hepatitis (peradangan hati)

yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). HEV

memiliki rute transmisi fecal-oral (kotoran ke mulut). Infeksi

dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955

selama wabah di New Delhi, India.

2.2 Hepatitis Dalam Kehamilan

17
2.2.1 Hepatitis dalam masa Kehamilan

Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan

wanita tidak hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki

klasifikasi usia yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan

langsung dengan peristiwa kehamilan ialah:

1. Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)

2. Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy.

Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung

dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan

khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu

maupun janin. Hepatitis merupakan peradangan hepar yang disebabkan

oleh banyak hal namun yang terpenting diantaranya adalah karena infeksi

virus yang sampai saat ini telah diidentifikasi 6 tipe virus hepatitis yaitu

virus hepatitis A, B, C, D, E dan G. Hepatitis juga merupakan penyakit

hepar yang paling sering mengenai wanita hamil.

Hepatitis virus merupakan komplikasi yang mengenai 0,2 % dari

seluruh kehamilan. Sejauh ini, diketahui bahwa transmisi virus hepatitis

oleh ibu hamil terhadap janinnya sangat mungkin terjadi. Namun, untuk

penularan vertikal virus hepatitis tersebut sebenarnya dipengaruhi oleh

banyak faktor yang melibatkan kekhasan dan karakter dari masing-

18
masing virus hepatitis itu sendiri. Selain itu, faktor individu dan

lingkungan serta pola hidupnya juga dapat menentukan kemungkinan

terjadinya vertical transmision virus tersebut. Sampai saat ini diketahui

bahwa virus hepatitis B dan E adalah virus hepatitis yang paling mungkin

dan memiliki resiko tinggi penularan dari ibu hamil terhadap janinnya.

Hasil penelitian, diantara wanita hamil yang terinfeksi virus

hepatitis, memungkinkan terjadinya defek koagulasi, kegagalan organ,

dan peningkatan mortalitas maternal dan bayi baru lahir, namun hanya

hepatitis B dan E yang diyakini mampu menularkan infeksi dari ibu ke

janin. Simpulan: infeksi virus hepatitis E yang dapat menimbulkan

mortalitas dan morbiditas pada neonatal yang mana virus hepatitis E

dihubungkan dengan komplikasi hepatitis anikterik, hipoglikemia,

hipotermia, dan kematian neonatal.

2.2.2 Hepar dalam Kehamilan

Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal

ini bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan

bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah

mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar,

karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim.

19
Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat

dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang

sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat

kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak

mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok

pada sistem kardio vaskuler.

Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya

penyakit - penyakit hepar, misalnya: spider naevi dan palmarerythema,

yang wajar pada kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua

protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada

waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada

trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan

fibrinogen justru mengalami kenaikan.

2.2.3 Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin

Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II

maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita

tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan

dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun

penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.

20
Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang

lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant.

Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan

menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada trimester III,

adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang

meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute

hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan

prognose.

Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat

tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi

protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk

pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan

memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.

Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan

dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor

pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan

mudah terjadi DIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Penularan

virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu:

1. Melewati placenta

2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan

21
3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan ibunya

4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi

Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga

terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin

mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan

dapat menembus placenta, ialah virus type B.

Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta

ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada

janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin

yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil

autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai

dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.

Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi

bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang

ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini

membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat

terjadi secara hematogen. Angka kejadian penularan virus hepatitis dari

Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara

timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang

menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan

22
menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan

dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas,

48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang

hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya

mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas

pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa

kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai

hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan

kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated

bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami

hemolitik jaundice.

Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu

persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga

bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa

hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenital

janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai

hepatitis, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya

ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in

utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan

kehamilan berikutnya.

23
2.2.4 Pencegahan

Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin,

karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk

kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang - kurangnya enam bulan

setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala

dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal. Setelah persalinan,

pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium

dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

2.2.5 Pengobatan

Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan

wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai

gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan

diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi protein dan

karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.

Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis

virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi

perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K. Janin baru

lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan

pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen

24
secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila

tidak mengalami penyulit-penyulit lain.

2.2.6 Penanganan

a. Rawat inap dan tirah baring

b. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik

c. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein

d. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang

berlebihan dan demam

e. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma

f. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin

g. Penatalaksanaan neonatal

h. Evaluasi sistem pembekuan darah

i. Dirujuk ke laboratorium parahita

j. HbSAg reaktif

k. Hb, gol

l. Rujuk ke rsud sleman poli penyakit dalam

m. Follow up kembali 1 mgg setelah pemeriksaan membawa hasil lab,

apabila positif akan di rujuk k rsud

2.2.7 Risiko Hepatitis terhdap Ibu dan Neonatus

Resiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu

terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas; dan resiko ini jauh lebih

25
rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar

infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan

kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, dari pada secara transplasental.

Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus

ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini

dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma

hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang

terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa.

Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, resiko kematian dari

sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%.

Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun,

terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi

dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu

penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak

mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus,

atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan

peningkatan insidens prematuritas.

2.3 Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

2.3.1 Pengertian

Proses penatalaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan

masalah klinis, membuat suatu keputusan dan member perawatan yang

26
telah berakar pada tindakan perawat- kebidanan di awal tahun 1970- an

(Varney, 2006)

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Mufdilah, 2012)

2.3.2 Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney

Menurut Varney (2006) proses penatalaksanaan terdiri dari tujuh

langkah berurutan, yang secara periodik disempurnakan. Proses

penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini mencakup seluruh

kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada setiap situasi. Kemudian,

setiap langkah dapat dibagi menjadi tugas- tugas yang lebih spesifik dan

bervariasi untuk dapat disesuaikan dengan kondisi ibu dan siapapun yang

ibu inginkan terlibat atau dalam kolaborasi dengan orangtua bayi baru

lahir. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Langkah I: Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi

keadaan pasien. Data ini termasuk riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif

dan data obyektif serta data penunjang (Varney, 2006).

1) Data subyektif

27
Data subyektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

situasi dan kejadian. Misalnya penjelasan klien tentang nyeri, lemah, frustasi,

mual atau malu (Nursalam, 2008).

a) Biodata

(1) Nama

Untuk mengenal dan mengetahui pasien. Nama harus jelas dan

lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam

memberikan pelayanan.

(2) Umur

Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum amtang, mental,

psikisnya belum siap dan ditulis dalam tahun.

(3) Agama

Untuk memberikan motivasi dorongan moral sesuai dengan agama

yang dianut.

(4) Suku bangsa

Untuk mengetahui factor bawaan atau ras serta pengaruh adat istiadat

atau kebiasaan sehari- hari.

(5) Pendidikan

Perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada

pengetahuan sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.

28
(6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga karena dapat

mempengaruhi pemenuhan gizi pasien tersebut.

(7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah pemantauan

bila diperlukan.

b) Alasan datang atau keluhan utama

Alasan wanita tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor, kamar gawat

darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit atau rumahnya seperti

yang diungkapkan dengan kata- katanya sendiri yang dapat berhubungan

dengan sistem tubuh (Varney, 2006).

c) Riwayat kesehatan

Menurut Sujiyatini (2009), berikut ini adalah anamnesa riwayat kesehatan

kepada klien:

(1) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini.

(2) Riwayat penyakit sistemik

Untuk menngetahui apakah pasien menderita penyakit seperti jantung,

ginjal, asma, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi atau penyakit

lainnya.

(3) Riwayat penyakit keluarga

29
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jantung

dan DM.

(4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga.

(5) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani.

d) Riwayat haid/ menstruasi

Untuk mengetahui menarche, haid teratur atau tidak, siklus, sifat darah,

banyaknya, lama, disminorhoe atau tidak (Wiknjosastro, 2009).

e) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan

(Sujiyatini, 2009)

f) Riwayat kehamilam, persalinan dan nifas yang lalu

(1) Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan

kehamilan (Wiknjosastro, 2009)

(2) Persalinan

Untuk mengetahui persalinan spontan atau lahir buatan, aterm atau

premature, ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh

siapa dan dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2009).

(3) Nifas

30
Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah

dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau

intervensi pada masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui

penyebabnya (Wiknjosastro, 2009).

(4) Anak

Dikaji untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati,

jika meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan

dan panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2009).

(5) Laktasi

Adakah untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui, adakah

keluhan atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2009).

g) Riwayat Kontrasepsi

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan

berapa lama memakai alat kontrasepsi dan adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Varney, 2006).

h) Pola kebiasan sehari- sehari sebelum dan selama hamil

(1) Nutrisi

Dikaji untuk mengetahui status gisi pasien sebelum dan selama hamil

apakah mengalami perubahan, frekuensi makan, jenis makanan,

kualitas dan kuantitas makanan serta berapa banyak ibu minum

dalam satu hari.

(2) Eliminasi

31
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum

dan selama hamil, BAB meliputi frekuensi, konsistensi dan bau serta

kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna dan jumlah.

(3) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam dan berapa jam

ibu istirahat atau tidur siang (Sujiyatini, 2009).

(4) Pola aktivitas

Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas pasien sehari- hari.

(5) Seksualitas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual

dalam seminggu, ada keluhan atau tidak (Manuaba, 2012).

(6) Personal hygiene

Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas,

ganti pakaian.

i) Kebiasaan sosial budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat

yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya

padaakseptor misalnya pada kebiasaan pantangan makanan.

2) Data obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam,

2008) meliputi:

a) Pemeriksaan fisik

32
(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang dan jelek.

(2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran apakah composmentis, apatis

atau somnolen (Alimul, 2006).

(3) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas

normalnya 120/ 80 mmHg (Alimul, 2006).

(4) Suhu

Untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris atau

infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius. Suhu badan

wanita batas normalnya adalah 35,6 – 37,6 0C (Alimul, 2006).

(5) Nadi

Untuk mengetahui nasi pasien yang dihitung dalam 1 menit, denyut

normal 70x/menit sampai 88 x/menit (Alimul, 2006).

(6) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1

menit, batas normalnya 18- 24 x/menit (Alimul, 2006).

(7) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan ibu (Alimul, 2006).

(8) Berat badan

Untuk mengetahui berat badan ibu, malnutrisi atau tidak.

33
b) Pemeriksaan sistematis

(1) Inspeksi

(a) Rambut

Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai warnanya,

kelebatan dan karakteristik rambut (Alimul, 2006).

(b) Muka

Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, muka pucat atau tidak,

ada oedem (Wiknjosastro, 2009).

(c) Mata

Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan konjungtiva pucat

atau merah muda, warna sclera putih atau kuning, mata cekung atau

tidak.

(d) Hidung

Untuk mengetahui keadaan hidung, ada polip atau tidak, ada serumen

atau tidak (Alimul, 2006).

(e) Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada serumen

atau tidak (Alimul, 2006).

(f) Mulut

Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak,

keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor dan berbau aseton atau

tidak.

34
(g) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau

pembesaran kelenjar limfe (Wiknjosastro, 2009).

(h) Dada dan axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, putting

susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, keadaan

axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak dan ASI sudah keluar atau

belum (Alimul, 2006).

(i) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau

tidak (Wiknjosastro, 2009).

(j) Genetalia

Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui apakah ada

pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui pengeluaran yaitu

perdarahan dan flour albus (Wiknjosastro, 2009)

(k) Ekstremitas atas dan bawah

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices, reflek

patella positif atau negatif, turgor kulit berkurang betis merah lembek

atau keras (Wiknjosastro, 2009).

(l) Abdomen

(2) Perkusi

35
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau membandingkan

kanan- kiri pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan

menghasilkan suara dan mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan

konsistensi jaringan seperti pada reflex patella kanan- kiri, negative atau

positif (Wiknjosastro, 2009).

c) Pemeriksaan penunjang

Dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan

laboratorium, rontgen, ultrasonografi dan lain- lain.

a. Langkah II : Interpretasi Data

Langkah kedua bermula dari data dasar menginterpretasikan data untuk

kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis

sama- sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan

sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam

mengembangkan rencana perawatan yang menyeluruh (Varney, 2006)

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan (Mufdilah, 2012).

2) Masalah

Masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi

kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering kali bisa diidentifikasi

36
berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang

(Varney, 2006).

3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapatkan dengan

analisa data (Varney, 2006).

b. Langkah III: Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah dan

diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika

memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh dan persiapan terhadap

semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang

sangat penting salam memberi perawatan kesehatan yang aman (Varney,

2006).

c. Langkah IV: Antisipasi dan Tindakan Segera

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses

penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau

kunjungan prenatal periodik tetapi juga sat bidan melakukan perawatan

berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia menjalani persalinan.

Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa

data mengindikasikan situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan

mengambil tindakan secara cepat (Varney, 2006).

d. Langkah V: Perencanaan

37
Mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh ditentukan dengan

mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini

maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

Sebuah rencana kesehatan harus menguntungkan kedua belah pihak, baik

bidan maupun ibu atau orang tua supaya dapat member perawatan kesehatan

yang efektif (Varney, 2006)

e. Langkah VI: Pelaksanaan atau Implementasi

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang

dilaksanakan semua oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya (Varney, 2006).

f. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ini kefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar- benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnose

dan masalah. Langkah- langkah proses evaluasi umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis karena proses penatalaksanaan

tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terkahir

tergnatung pada klien dan situasi klinik (Varney, 2006).

38
2.4 Data Perkembangan (SOAP)

Menurut Varney (2006), pendokumentasian data perkembangan asuhan

kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP, yaitu:

1) S: Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa.

2) O: Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assessment.

3) A: Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa atau

masalah serta antisipasi masalah potensial.

4) P: Planning

Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assessment.

39
2.5 Landasan Hukum dan Kewenangan Asuhan Kebidanan Kehamilan

Permenkes RI No. 52 tahun 2017 tentang eliminasi penularan Human

Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak.

Menimbang:

a. Bahwa penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis

B pada anak dari ibu yang terinfeksi berdampak pada kesakitan,

kecacatan, dan kematian dan memerlukan pelayanan kesehatan jangka

panjang dengan beban biaya yang besar;

b. Bahwa dalam rangka upaya eliminasi penularan Human

Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, perlu

dilakukan penanggulangan yang terintegrasi, komprehensif

berkesinambungan, efektif, dan efisien;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang

Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan

Hepatitis B dari Ibu ke Anak;

40
Dalam BAB I Pasal 2

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:

a. Memutus penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak;

b. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat HIV, Sifilis,

dan Hepatitis B pada ibu dan anak; dan

c. Memberikan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, tenaga

kesehatan, dan pemangku kepentingan lain dalam penyelenggaraan

Eliminasi Penularan.

Dalam BAB II Pasal 3

(1) Pemerintah Pusat menetapkan target program Eliminasi Penularan pada

tahun 2022.

(2) Target sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan indikator berupa

infeksi baru HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B pada anak kurang dari atau

sama dengan 50/100.000 (lima puluh per seratus ribu) kelahiran hidup.

(3) Untuk mewujudkan target program Eliminasi Penularan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan:

a. Penetapan dan pelaksanaan strategi Eliminasi Penularan;

b. Penetapan dan pelaksanaan peta jalan; dan

41
c. Intensifikasi kegiatan Eliminasi Penularan.

Dalam BAB II Pasal 4

Strategi program Eliminasi Penularan meliputi:

a. Peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi ibu dan anak

sesuai dengan standar;

b. Peningkatan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam penatalaksanaan

yang diperlukan untuk Eliminasi Penularan;

c. Peningkatan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan;

d. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan serta kerja sama lintas program

dan lintas sektor; dan

e. Peningkatan peran serta masyarakat.

Para bidan yang menangani pasien hamil dengan hepatitis dilakukan

dengan asuhan dan perencanaan dengan seksama agar bidan mengetahui

dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan. Jika dalam memberikan

asuhan belum ada penanganan yang tepat, maka bidan sebaiknya melakukan

kolaborasi dengan dokter spesialis. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

(catatan perkembangan SOAP) terdapat pula dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VII/2007 Standar VI

tentang Pencatatan Asuhan Kebidanan menyatakan bahwa:

42
1. Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

2. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir

yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA). Ditulis

dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

a. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

b. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan

d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

43
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN HEPATITIS


PADA NY ”R” G1P0A0 UK 24 MINGGU
DI KLINIK WIDURI

Tempat praktik/Ruang : Klinik Widuri


Tanggal dan waktu : 29 Desember 2018 Pukul: 10.00 WIB
Pembimbing Lapangan :
Sumber Data : Auto anamnesa

I. PENGKAJIAN
Tanggal: Pukul: 10.00 WIB
A. SUBYEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 25 Tahun 27 Tahun
Suku : Jawa Jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru Honorer Swasta
Alamat : jl. Lektol subadri
2. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Keluhan Utama : Ibu mengatakan khawatir dengan kehamilannya karena
masih sering merasa mual, lemah, pusing, nyeri perut, dan berkurangnya
nafsu makan.

44
4. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit keturunan seperti jantung,
asma, diabetes, hipertensi.
b. Kesehetan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit keturunan seperti jantung,
asma, diabetes, hipertensi.
c. Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga
yang pernah menderita hepatitis yaitu suami.
5. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1x, umur 24 tahun dengan suami umur 26
tahun, lama pernikahan 1 tahun, status pernikahan sah.
6. Riwayat Obstertri
a. Riwayat menstruasi
Menarche : ± 14 Tahun
Siklus haid : 28-30 hari
Lamanya : 5-6 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut per hari
Flour albus : Menjelang menstruasi
Disminorea : Hari pertama menstruasi
HPHT : 01-08-2018
b. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas yang lalu
Anak Tahun Jenis AN Penolo Tempat Penyulit/ Keadaan
ke lahir Persalina AK ng Komplikasi Laktasi
n ibu/bayi

45
L/ H/ BB/PB
P M
1 Hamil ini

c. Riwayat kehamilan sekarang


1) Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, G1P0A0.
2) HPHT : 01 Juli 2018
3) HPL : 08 April 2019
4) ANC 8x di Puskesmas :
TM 1: 2x. Keluhan mual, pusing.
Terapi: tablet Fe, multivitamin, vit.C, B6.
TM 2: 3x. Keluhan pegal-pegal.
Terapi: tablet Fe, kalk, vit.C, paracetamol.
TM 3: 3x. Keluhan sering BAK, nafsu makan berkurang, lemas.
Terapi: tablet Fe, kalk, paracetamol, vit.C.
5) Obat-obatan yang di konsumsi: B6, tablet Fe, multivitamin, kalk
Vit.C
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi jamu,
tidak minum minuman berakohol dan tidak merokok.
6) Pergerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan ± 5 bulan.
Gerakan janin sekarang lebih banyak, >15x dalam sehari di bagian
kiri perut ibu.
7) Imunisasi TT Lengkap 5x
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

46
8. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
a) Sebelum hamil
Frekuensi : 3 x sehari
Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk-pauk
Porsi : 1 piring sedang
Keluhan : Tidak ada
b) Selama hamil
Frekuensi : 2 x sehari
Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk-pauk
Porsi : 1 piring sedang
Keluhan : Mual saat awal kehamilan dan 3 hari
terakhir
Pantangan : Tidak ada
2) Minum
a) Sebelum hamil
Frekuensi : 5-6x sehari
Jenis minuman : Air putih, teh
Porsi : 5-6 gelas sedang
Keluhan : Tidak ada
b) Saat hamil
Frekuensi : 8-9x sehari
Jenis minuman : Air putih, teh, susu
Porsi : 1 gelas sedang
Keluhan : Tidak ada

47
b. Eliminasi
1) BAK
a) Sebelum Hamil
Frekuensi : 4x sehari
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
b) Saat Hamil
Frekuensi : 6 - 7x sehari
Warna : Kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
2) BAB
a) Sebelum hamil
Frekuensi : 1 x sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada
b) Saat hamil
Frekuensi : 3-4 x seminggu
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Agak keras
Keluhan : Terkadang konstipasi
c. Istrahat / tidur
1) Sebelum hamil
Lamanya tidur siang : ± 1 jam
Lamanya tidur malam : ± 7- 8 jam
2) Selama hamil
Lamanya tidur siang : ± 30 menit - 1 jam
Lamanya tidur malam : ± 6-7 jam

48
d. Personal hygiene
1) Mandi : 2 x sehari
2) Keramas : 2-3x seminggu
3) Gosok gigi : 2 x sehari
4) Ganti baju : 2 x sehari
5) Ganti pakaian dalam : 2x sehari
9. Data Psikososial Spiritual
1) Dukungan keluarga terhadap kehamilan:
Suami dan keluarga mendukung
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga:
Suami sebagai pengambil keputusan
3) Ketaatan beribadah:
Ibu dan suami taat beribadah
4) Adat-istiadat setempat yang berkaitan dengan kehamilan:
Tidak ada adat istiadat yang bertentangan dengan kehamilan
10. Kesehatan Lingkungan
a. Hewan peliharaan : Tidak ada
b. Kebiasaan kontak dengan hewan peliharaan : Tidak

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 370C
d. BB sebelum hamil : 52kg

49
e. BB Sekarang : 60 kg
f. TB : 152 cm
g. LILA : 24,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, rambut hitam, tidak ada ketombe, tidak ada
nyeri tekan
b. mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
c. Hidung : Bersih, simetris, tidak ada polip
d. Telinga : Bersih,tidak ada serumen
e. Mulut : Warna bibir merah, integritas jaringan baik
Lidah : bersih
Gangguan pada mulut : tidak ada
Gigi tidak caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe, tidak ada
pembesaraan kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran
vena jugularis.
g. Dada : Payudara simetris, puting menonjol, tidak ada
benjolan,
tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen :
1) Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi
2) Palpasi :
Leopold 1 : TFU setinggi pusat, (23 cm) dengan
menggunakan Mc. Donald. Pada bagian fundus uteri
teraba bagian lunak, besar dan tidak melenting.
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin, pada bagian kiri terasa
tahanan memanjang dari atas ke bawah.

50
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu, teraba
bagian keras, bundar, dan melenting.
TFU MC. Donald : 23 cm
TBJ : (23-11) x 155 = 1860 gram
3) Auskultasi : DJJ 142x/menit
4) His : 1x/10 menit, 30 detik
i. Ekstremitas : Tangan dan kaki dapat bergerak aktif, tidak
oedema, tidak ada varises.
j. Genetalia : Tidak ada odema tidak ada pembesaran
kalenjar
bartolini
3. Data Penunjang
Laboratorium :
-Ig M +
-Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT dan AST meningkat.
- Kadar alkalin fosfate, gamma glutamil transferase dan total bilirubin
meningkat

C. ANALISA
Ny ‘’R” umur 25 tahun, G1 P0 A0 hamil 24 minggu hamil dengan hepatitis.

D. PENATALAKSANAAN Pukul: 10.00 WIB


1. P : Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu tanda-tand vital
Tekanan Darah :120/80mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 370C
E : Ibu mengetahui kondisinya
2. P : Menjelaskan pada ibu hasil laboratorium yaitu HbsAg Reaktif

51
E : Ibu mengetahui kondisinya dan sedikit cemas
3. P : Menganjurkan ibu agar istirahat yang cukup
E : Ibu bersedia
4. P : Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan agar tetap makan walaupun
mual dengan makan sedikit-sedikit tapi sering.
E : Ibu mengerti dan bersedia
5. P : Menganjurkan ibu agar menyediakan ruangan khusus dan alat makan
khusus supaya tidak menular ke orang lain.
E : Ibu mengerti dan bersedia
6. P : Memberikan vitamin K dan kurkuma rhizoma
E : Ibu bersedia meminumnya
7. P : Kolaborasi dengan dokter umum dalam pemberian terapi, tindakan dan
pemeriksaan laboratorium ulang yang dirujuk ke laboratorium parahita
E : Ibu mengerti dan bersedia
8. P : Follow up kembali 1 minggu setelah pemeriksaan dengan membawa
hasil lab, apabila positif akan di rujuk ke RSUD sleman poli penyakit
dalam
E : Ibu mengerti dan bersedia
9. P : Memberikan dukungan atau motivasi kepada ibu, melibatkan suami
10. P : Dokter dibantu tim medis lain telah melakukan pemeriksaan dan
memberikan terapi obat-obatan yaitu pemberian vaksin Hepatitis B
dan imuno-γ globulin (0,02mg/kgBB).
11. P : Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan. Memberikan diit tinggi
kalori, rendah lemak. Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani hepar. Mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-
3 liter/hari.
E : Ibu mengerti dan bersedia.

52
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulisakan menjelaskan tentang kesenjangan yang

terjadi antara praktek yang dilakukan di klinik WIDURI dengan teori yang ada. Di

sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah- langkah dalam

manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini

dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari

kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut

dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:

A. Langkah I: Pengkajian dan Pengumpulan Data Dasar

Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian dan pengumpulan data

dasar yang merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang ditunjukkan

untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik, psikososial, dan

spiritual. Pengumpulan data juga dilakukan melalui anamnesis meliputi

identitas ibu yaitu Ny. R umur 25 tahun, keluhan utama yaitu ibu mengatakan

lemas dan nafsu makan berkurang.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. I. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan praktiknya. : Leopold 1: TFU : 2 jari dibawah px bagian atas perut ibu

teraba 2 bagian bulat, lunak tidak melenting, leopold II: bagian kiri perut ibu

teraba bagian keras, memanjang, seperti papan, bagian kanan perut ibu teraba

53
bagian kecil-kecil janin, leopold III :bagian bawah perut ibu teraba bagian

bulat, keras, melenting, leopold IV :bagian terbawah janin masih bisa

digoyangkan, TFU MC.Donald : cm, TBJ : gram. DJJ 140 x/menit

B. Langkah II: Menegakkan Diagnosa Kebidanan

Dalam menegakkan diagnosa atau masalah aktual maupun potensial harus

berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh

beberapa data baik subjektif maupun objektif yang diperoleh dari hasil

pengkajian Langkah III Menegakkan Diagnosa/Masalah Potensial

Masalah potensial yang diidentifikasikan penulis pada kasus ini adalah

penulis tetap mengacu pada teori yang ada untuk menegakkan

diagnosa/masalah yang mungkin timbul jika tidak ditangani dengan segera

yaitu ibu yang cemas dan takut. Dalam tahap ini penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan kebidanan yang

diberikan pada klien Ny. R

C. Langkah III: Melaksanakan Tindakan Segera, Konsultasi dan Kolaborasi

Tindakan segera yang diberikan kepada Ny. R adalah dilakukan

kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Dalam tahap ini penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Langkah IV: Merencanakan Tindakan Asuhan Kebidanan

Dari diagnosa masalah yang ada maka penulis menyusun rencana asuhan

kebidanan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh klien dengan

54
menetapkan tujuan dan kriteria yang ingin dicapai, penetapan tujuan ini

dimaksudkan untuk pedoman dalam melakukan tindakan.

Rencana yang dilakukan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktiknya karena penulis melakukan intervensi asuhan kebidanan

berdasarkan konsep pelaksanaan dasar, tindakan lebih lanjut dilakukan oleh

dokter spesialis kandungan yang memiliki wewenang dan bidan yang sudah

berpengalman, dalam memberikan intervensi pada ibu hamil dengan hepatitis.

E. Langkah V: Pelaksanaan Asuhan Kebidanan/ Implementasi

Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan ini sesuai dengan apa yang telah

direncanakan oleh penulis sebelumnya yaitu mengatasi masalah yang dialami

oleh pasien. Penanganan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan

klien sehingga tujuan dapat tercapai. Hal ini ditunjang pula oleh klien yang

kooperatif dalam menerima semua anjuran dan tindakan serta adanya dukungan

dan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang ada di Klinik Widuri

maupun dari pihak keluarga pasien. Dalam hal ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan praktiknya di lapangan.

F. Langkah VI: Evaluasi Asuhan Kebidanan

Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memberi nilai terhadap hasil

intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya. Tekhnik evaluasi dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik

yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk memperoleh data

hasil perkembangan klien serta data penunjang.

55
Pada langkah terakhir yaitu evaluasi hasil asuhan yang telah diberikan

pada Ny. R tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktiknya. Tujuan

dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hepatitis yaitu mengatasi

masalah pasien sesuai dengan wewenang bidan. Hal ini menandakan bahwa

penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktiknya di lapangan.

56
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian dilakukan dengan cara anamnese, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa. Dari studi kasus pada Ny.
“R” ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu “Ny. R. G1P0A0Ah0 umur 25 tahun
UK 24 minggu dengan hepatitis, berdasarkan data subjektif berupa keluah
utama ibu mengatakan Ibu datang dengan keluhan \ Ibu mengatakan khawatir
dengan kehamilannya karena masih sering merasa mual, lemah, pusing, nyeri
perut, dan berkurangnya nafsu makan.. Data penunjang yaitu HbsAg Reaktif.
Diagnosa/masalah potensial yaitu kehamilan dengan hepatitis. Tindakan
antisipasi segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter SpOG.
Perencanaan disusun sesuai dengan masalah atau kebutuhan klien. Penanganan
atau penatalaksanaan yang dilakukan terhadap kasus yang ditemukan pada
Ny.R sesuai dengan perencanaan yang disusun. Setelah melakukan
implementasi atau intervensi, langkah selanjutnya yaitu melakukan evaluasi.
Dalam evaluasi tersebut Ny.R mampu memahami semua konseling yang
diberikan dan bersedia melakukan hal yang dianjurkan.
Dari hasil Asuhan yang telah diberikan kepada Ny. ”R” yaitu dapat
disimpulkan bahwa asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan hepatitis
yang telah diterapkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktiknya.
Proses Manajemen yang dilakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah varney (SOAP) dalam
memecahkan masalah. Sehingga alur kerja dari pengorganisasian pikiran dan
bertindak sebagai suatu langkah-langkah yang logis dan menguntungkan baik
bagi klien maupun bagi bidan.

57
B. Saran
1. Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan
a. Sikap bidan senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
b. Profesi bidan harus mampu mengambil keputusan klinik secara
cepat dan tepat untuk menghindari keterlambatan dalam tindakan
agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan
anak.
2. Bagi Pemerintah/Institusi
a. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
b. Bagi Institusi pendidikan yaitu agar penerapan manajemen
kebidanan dengan pendekatan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam
membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia
yang berpotensial dan profesional.
3. Bagi Klien
Melakukan pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan agar masalah yang
muncul dalam kehamilan dapat diketahui lebih dini dan ditangani segera.

58
DAFTAR PUSTAKA

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1186

https://indahtirtya1.wordpress.com/2014/06/23/makalah-kehamilan-dengan-penyakit-

hepatitis/

https://dokumen.tips/documents/laporan-kasus-hepatitis-5652cc61400cb.html

Bari Saiffudin, Abdul, dkk. 2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.

Cahyono SB. Hepatitis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2010.

Floreani A. Viral hepatitis and pregnancy. Current Women’s Health Reviews. 2009;
24(4):107-09

M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid


Press. Yogyakarta

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi Pustaka Pelajar.

Nugraheny, Esti, S.ST. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).


Trans Info Media. Jakarta

Shukla S, Mehta G, Manoj J, Singh A. A prospective study on acute viral hepatitis in


eregnancy; Seroprevalence and Fetomaternal Outcome of 100 cases. J Bio Tech.
2011; 23(3):279-85.

Yulianti, Lia, A.Md. Keb, MKM, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi.
Jakarta:Trans Info Media

59

Anda mungkin juga menyukai