BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PT Anugerah Sakti Utama, Unit Bisnis Pertambangan merupakan salah satu
perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan bijih nikel yang berlokasi
di Kecamatan Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
Penambangan bijih nikel di daerah tersebut dilakukan dengan tambang
terbuka (Surface Mining) yaitu menambang dari punggung bukit kebawah (Open Cut)
dengan membuat Bench (jenjang) sehingga terbentuk bukaan-bukaan. dengan
langkah-langkah
kegiatan
penambangan
antara
lain:
penggalian
stockfile dapat dianalisis kadarnya. Namun untuk memenuhi standar ekspor tersebut,
pihak manajemen perusahaan diperhadapkan pada suatu kenyataan dimana hasil
analisis menunjukkan bahwa, kadar bijih nikel setelah ditambang (kadar produksi)
berbeda dengan hasil tumpukan Ore pada stockpile.
Untuk mendapatkan bijih dengan kadar yang sesuai permintaan pabrik dan
ekspor, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut
dilakukan dengan sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai
dengan kadar yang diinginkan.
Alasan untuk melakukan selective mining adalah bahwa bila seluruh material
bijih dengan kadar yang tidak merata di tambang maka kadar bijih tersebut akan
berada dibawah COG (Cut Of Grade).
Disamping itu tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan
diangkut ke stockpile sesuai dengan titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah
sampai di stockpile akan diadakan pengecekan ulang atau recheking kadar untuk
mengetahui ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan.
Setelah recheking kadar diketahui dan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan kadar selective mining maka akan diadakan pemindahan tumpukan
sesuai dengan kebutuhan pabrik ataupun untuk ekspor.
Namun pada pengamatan yang ada di lapangan kenyataannya masih sering terjadi
perbedaan antara data kadar dari front penambangan dengan realisasi yang ada di
stockpile, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui masalah utama atas
problem tersebut, dengan mengambil hipotesa pengamatan yaitu adanya ketidak
konsistenan dalam mekanisme sampling. Sehingga terjadi perbedaan hasil analisa
kadar dari front penambangan dengan realisasi yang ada di stockpile. Berdasarkan
pola pikir di atas, penulis mengambil tema Analisis kadar nikel laterit pada PT
Anugerah Sakti Utama Kecamatan Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi
Sulawesi Tengah.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang di atas maka terdapat beberapa masalah yang dapat
Dari masalah yang diambil pada Tugas Akhir ini adalah tentang pengambilan
dan preparasi conto dari lokasi penambangan, dan di area stockpile serta analisis
kadar nikel laterit pada PT. Anugerah Sakti Utama.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan Penelitian ini adalah :
1.
kadar
dari
hasil
1. Data Primer
a.
b.
c.
2. Data Sekunder
a.
b.
c.
d.
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik dan analisis,
pengolahan secara statistik untuk mendapatkan nilai rata-rata dari suatu data dan
selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui presentase perbedaan yang
terjadi.
3. Analisis data
Dalam penelitian ini kita dapat membandingkan antara data front penambangan
dengan data stockpile serta dapat mengetahui faktor faktor penyebab perbedaan
tersebut.
1.6 Pemecahan Masalah
Adapun pemecahan masalah yaitu :
1. Melakukan evaluasi tehadap data kadar produksi di front penambangan dengan
data kadar pada stockpile.
2. Membandingkan antara data kadar data produksi di front penambangan dengan
data kadar pada stockpile.
3.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
2.1.1
Lokasi eksplorasi tersebar pada beberapa Desa yang berada dalam area IUP PT.
Astima yaitu : Desa Nain, Asaan, Pinapuan, Sinampangnyo, dan Hion. Jarak lokasi
daerah penyelidikan bervariasi antara 7 10 km dari area Jety yang ditempuh dengan
kendaraan roda empat maupun roda dua dan selanjutnya perjalanan kaki menuju
lokasi.
Pada lokasi dan kesampaian daerah kita dapat mengetahui wilayah kerja
perusahaan yang akan ditambang berdasarkan hasil eksplorasi pada (Gambar 2.1).
2.1.2 Morfologi
Secara umum bentuk morfologi di daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi dua
satuan morfologi : Morfologi perbukitan bergelombang
bergelombang kuat.
A. Satuan perbukitan bergelombang lemah
Satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah menempati sekitar 40 % dari
daerah penyelidikan, yaitu pada bagian tengah area project blok II dan pada
umumnya masih merupakan hutan dan semak belukar. Lembah-lembah yang terdapat
di satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah ini umumnya berbentuk U
yang menandakan bahwa tahap erosi mencapai tua dan dibeberapa tempat berbentuk
V yang mencirikan bahwa tahap erosi muda.
60 %
tinggi, sedangkan musim kemarau sangat jarang. Rata-rata curah hujan tahunan
maksimum daerah Pagimana, diukur di Stasiun Pengukuran Pagimana Tahun 19842005 adalah sebesar 154,37 ml dengan rata-rata hari hujan 10 hari(Tabel 2.1).
Terdapat sebelas bulan basah, satu bulan lembab tanpa bulan kering, karenanya.
Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmit dan Fergusson Daerah Pagimana memilki
tipe iklim A. Daerah Pagimana beriklim basah.
Hujan
Maret
211,5
April
115,75
Mei
13
172,3
Juni
16
123,5
Juli
35,95
Agustus
312
September
20
256
Oktober
21
286,34
November
12
96,45
10
Desember
176,20
11
Januari
12
Februari
0,5
Total
120
1698.04
Rata rata
10
154.37
Sumber :
2.1.4
Bulan
a) Keadaan Flora
Di wilayah kerja perusahaan terdapat dua jenis vegetasi yakni vegetasi primer
(asli) dan vegetasi sekunder (bukan asli).
1. Vegetasi Primer
Vegetasi primer merupakan vegetasi yang belum terganggu oleh aktivitas
penambangan
dan
berkembang
berdasarkan
interaksi
dengan
lingkungan
ekosistemnya yang asli. Vegetasi primer yang menjadi ciri khas daerah Pagimana
seperti berbagai tumbuhan tropis yakni jenis alang-alang, kayu angin, kayu besi,
pohon jambu, belimbing bajo, tirotasi, melinjo. Jenis vegetasi primer ini sering
dijadikan penciri daerah yang mengandung nikel di daerah pagimana.
2. Vegetasi Sekunder
Vegetasi Sekunder adalah vegetasi yang tumbuh kemudian setelah vegetasi
asli mengalami gangguan akibat aktivitas pertambangan. Penyebaran vegetasi
tersebut meliputi keseluruhan daerah datar sekitar perkampungan penduduk dan
pemukiman karyawan serta sebagian daerah perbukitan yang telah di tambang atau
ditinggalkan untuk sementara waktu. Tumbuhan yang merupakan vegetasi sekunder
misalnya tumbuhan jati putih, jati super, akasia dan berbagai rumpu-rumputan.
b) Keadaan Fauna
Satwa yang ada di wilayah perusahaan terdiri dari dua kelompok. Kelompok
satwa tersebut meliputi satwa langka yang dilindungi dan satwa yang tidak
dilindungi. Satwa langka yang dilindungi seperti beberapa jenis burung yakni Burung
Hoa atau Alo, Burung Enggan Papan, Burung Maleo dan Itik Liar (Belibis). Jenis
binatang mamalia yakni Anoa, Rusa, Kera tidak berekor, Kuskus dan Musang.
2.1.5
Keadaan Tanah
Sebagian tanah daerah tambang nikel terdiri dari tanah laterit dengan warna
merah kekuningan hingga merah bata. Tanah laterit ini memiliki ketebalan yang
cukup bervariasi dari 0.4 m sampai 11 m. Struktur tanah top soil memiliki tingkat
porositas yang tinggi dan daya infiltrasi yang tinggi pula. Keadaan tersebut ditunjang
pula oleh vegetasi dengan kepadatan yang relative tinggi. Berbeda dengan lapisan sub
soil yang berada di bawah lapisan top soil, struktur tanahnya agak bergumpal. Tekstur
tanah berdasarkan analisa tanah oleh pihak perusahaan di daerah penambangan
kesuburan tanahnya tergolong rendah.
2.2
A.
Geologi Regional
Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Regional lembar Luwuk
(Gambar 2.2). Yang secara regional masuk kedalam Mandala Sulawesi Timur,
Banggai-Sula dan Sulawesi Barat. Mandala Sulawesi Timur terdiri dari gabungan
mafik, Ultramafik dan endapan pelagos yang mengandung rijang. Mandala BanggaiSula terdiri dari batuan klastika kasar dan sedimen malih. Mandala Sulawesi Barat
diwakili oleh batuan gunung api yang berumur Neogen. Berdasarkan lithologinya
urutan formasi dari tua ke muda di lembar ini adalah :
Formasi Poh (Tomp): Terdiri dari napal, batugamping dan sedikit batupasir
B.
Kompleks Ultramafik ( Ku )
Terdiri dari harsburgit, lersolit, dunit, piroksenit, serpentinit, basal dan gabro
dengan sedikit amfibolit dan filit. Kompleks Ultramafik bersentuhan secara tektonik
dengan batuan sedimen mesozoikum dan paleogen, tertindih tak selaras oleh
kompleks molasa yang berumur Mio-Pliosen akhir bagian bawah; sedang umur
kelompok batuan ini belum diketahui dengan pasti, diduga Paleozoikum. Secara
umum kelompok batuan ini telah tersenpentinkan, tergeruskan,dan melapuk; di
beberapa tempat hasil pelapukannya membentuk lapisan laterit. Formasi ini
umumnya membentuk morfologi pegunungan dan perbukitan.
Endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang
mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan
terusir oleh proses erosi dan lapisan limonit sampai pada batas tertentu, disini masih
dikenali struktur dan tekstur batuan aslinya.
Jalur saprolit merupakan peralihan dari limonit ke batuan dasar yang keras dan belum
lapuk. Jalur inilah yang merupakan tempat bijih dengan kadar nikel tertinggi, akibat
pengkayaan supergen. Perkembangan jalur saprolit tergantung pada sifat silika dan
mineral batuan dasarnya
2.3
Endapan bijih nikel yang terdapat di Daerah Pagimana merupakan jenis nikel
laterisasi yang terbentuk dari pelapukan mekanis dan kimiawi batuan induk ultara
basa yaitu peridotit dan serpentin. Proses pelindian dan pelapukan menyebabkan
menurunnya kadar Al dan Ca dalam batuan, sebaliknya kadar Fe, Ni, Cr dan Co
meninggi. Ni yang larut dalam proses pelapukan dan pencucian itu yaitu karena
pengaruh peredaran air tanah dan adanya unsur Mg dalam batuan kemudian
mengendap kembali dengan membentuk mineral-mineral Hidrosilikat antara lain
Garnerit H2(Mg,Ni)SiO4.2H2O. Mineral bentukan baru itu kemudian mengisi celah
atau retakan dalam batuan. Selain Garnerit, bijih nikel yang terpenting yang terdapat
dalam endapan dibagian ini ialah Krisopras yaitu Kalsedon yang mengandung nikel.
Mineral Olivin dan Piroksin merupakan mineral utama pada batuan Peridotit
dimana unsur Ni pada mineral ini merupakan subtitusi dari unsur Fe dan Mg. Pada
proses Serpentinisasi, Peridotit diubah menjadi batuan Serpentinit atau Peridotit
Serpentinit sebagai akibat adanya pengaruh larutan Hydrothermal. Pada umumnya
endapan bijih nikel ditemukan pada lereng landai dibagian pematang yang merupakan
punggung penghubung antara bukit. Selain oleh adanya keadaan morfologi
pembentukan endapan laterit nikel ini agaknya sangat terpengaruh pula oleh tektonik
setempat. Proses pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya
bagian yang lemah seperti adanya rekahan, patahan dan sebagainya.
Pada lapisan yang berada antara peralihan limonit ke batuan dasar yang keras
dan belum lapuk merupakan tempat pengendapan bijih nikel dengan kadar yang
tinggi. Akibat proses pengkayaan supergen, perkembangan lapisan pada jalur ini
tergantung pada sifat fisik dan mineralogi batuan dasar.
Josep R.Bolt Jr. dalam bukunya yang berjudul The Winning Of Mineral
memperlihatkan bahwa di dalam batuan peridotit itu terkandung kurang lebih 0,20 %
Ni, seperti terlihat pada (Tabel 2.2) yang menunjukkan kandungan nikel dari batuan
ultra basa sampai asam.
Tabel 2.2 Kandungan Unsur Ni dalam Batuan Ultra Basa sampai Asam
Rock
% Ni
Silika + Lainnya
Peridotit
0,20
42,3 %
45,9 %
Gabro
Diorit
Granit
0,016
0,004
0,0002
16,3 %
11,7 %
4,4 %
66,1 %
73,4 %
78,7 %
Proses utama dalam pembentukan bijih nikel adalah proses laterisasi yang
disebabkan oleh proses pelapukan baik secara kimiawi maupun secara mekanik.
Akibat adanya perbedaan suhu akan menyebabkan desintegrasi dan dekomposisi
unsur batuan induk sedemikian rupa, sehingga menghasilkan lapisan tanah laterit.
Batuan-batuan yang mengandung banyak mineral olivin akan lebih mudah
lapuk dibandingkan dengan batuan yang banyak mengandung kuarsa. Hal ini
berhubungan dengan sifat ketahanannya terhadap pelapukan, maka pada waktu
penambangan didapatkan adanya fragmen-fragmen yang besar (Boulder) yang cukup
keras. Air tanah yang banyak mengandung CO2 yang berasal dari udara dan asamasam sebagai hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan akan melarutkan unsur-unsur
yang terdapat dalam batua asal.
2.4) adalah :
1.
Batuan dasar pada umumnya didominasi oleh batuan ultramafik seperti dunit,
peridotit, piroksenit, serpentinit, yang masih segar belum mengalami pelapukan,
tekstur asli batuan masih nampak jelas.
2.
Zona saprolit merupakan batuan asal ultramafik pada zona ini akan berubah
menjadi saprolit akibat pengaruh air tanah. Mineral-mineral utamanya adalah
Garnierit yang merupakan bijih nikel silika merupakan suatu nama kelompok
mineral untuk green hydrous magnesian nickel silicates ( serpentin yang
mengandung nikel, Ni talk, dan Ni klorit ). Melalui pergantian magnesium oleh
nikel, kadar nikel dalam serpentin akan bertambah. Garnierit sendiri tidak
dijumpai sebagai mineral murni, tetapi tercampur juga dengan Ni serpentin kadar
rendah lainnya, sehingga kadar nikel dalam bijih menjadi menurun.
4.
Zona pelindian merupakan zona transisi dari zona saprolit ke zona limonit
diatasnya. Disini terjadi perubahan geokimia unsure yang terbesar dalam
penampang. Kadar Fe2O3 dan Al2O3 naik, sedangakan kadar SiO2 dan MgO turun.
5.
Zona limonit : Pada zona limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang
terlindi, kadar MgO dan silika akan semakin berkurang, sebaliknya kadar Fe 2O3
dan Al2O3 akan bertambah. Zona ini didominasi oleh mineral geotit, disamping
juga terdapat magnetit, hematite, talk, serta kuarsa sekunder.
6.
Zona tanah penutup : Umumnya pada zona ini didominasi oleh humus dan
bersifat gembur kadar terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada lapisan ini tinggi
dan sering dijumpai konkresi-konkresi besi, kadar nikel relative rendah.
2.5
sebagai berikut:
2.5.1
Batuan Asal
Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan ultrabasa
karena:
a. Mempunyai elemen Ni yang paling banyak diantara batuan-batuan lainnya.
Iklim
Adanya pergantian musim hujan dan kemarau dimana terjadi kenaikan dan
penurun permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadi proses pemisahan dan
akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu
terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan timbul rekahan-rekahan dalam batuan
yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.
2.5.3
yang lebih tinggi. Selain itu vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan
terhadap erosi mekanis.
2.5.4
Struktur
Struktur menyebabkan deformasi dari batuan, yang sangat dominan dalam
Topografi
Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai maka air akan bergerak perlahan-lahan
sehingga mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui
rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya berada di
daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam jumlah air yang
meluncur run off lebih banyak dari pada air yang meresap, ini dapat menyebabkan
pelapukan kurang intesif. Pada tempat- tempat dimana terdapat keseimbangan, nikel
akan mengendap melalui proses pelapukan kimia.
2.5.6 Waktu
dilakukan secara tambang terbuka (Open Pit Mining/Open Cast mining) yaitu dengan
jalan memotong punggung bukit sehingga terbentuk bench.
Sebelum pekerjaan penambangan dilakukan, terlebih dahulu harus disiapkan
peta tambang yang berskala 1 : 100 dimana pada peta tersebut telah dicantumkan
keadaan mengenai endapan bijih yang menyangkut data eksplorasi seperti posisi
endapan, penyebaran, kadar, jumlah cadangan dan lain-lain.
Tahapan-tahapan kegiatan penambangan di PT Anugerah Sakti Utama
Sulawesi Tengah yaitu :
2.6.1
Persiapan Penambangan
Kegiatan penambangan tujuannya agar kegiatan penambangan tidak
b.
Pengupasan
tanah
penutup
merupakan
suatu
pekerjaan
pembongkaran
Pembuatan Bench
Pekerjaan pembuatan bench berguna sebagai front penambangan dan untuk
mencegah terjadinya kelongsoran. Jumlah bench yang harus dibuat disesuaikan
dengan keadaan bukit dan cadangan bijih nikel. Tinggi bench dikontrol oleh
faktor-faktor kekerasan endapan (kekompakan materialnya) serta tinggi
jangkauan alat gali yang digunakan. Oleh karena itu, bench yang ada di PT
Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah dibuat maksimal 5 meter dan lebar 2
meter untuk menghindari kelongsoran.
d.
2.6.2
A.
Alasan untuk melakukan selective mining adalah bila seluruh material bijih
dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan berada di
bawah COG (Cut Of Grade).
prosedur
dalam
melakukan
pengambilan
sample
Cek/Face
Production/Sampel Efo.
1.
dimasukkan
kedalam kantong sampel yang telah disediakan dan diikat dengan tali
pengikat warna putih beserta dengan kode dan weybel sampel untuk
membedakan sampel pada front yang berbeda. Kemudian dipindahkan
ketempat yang aman, tidak terkena matahari dan mudah dijangkau
kendaraan kemudian diangkut ketempat preparasi untuk di analisis
c.
kadarnya.
Setelah dilakukan analisis kadar selanjutnya diinformasikan melalui alat
komunikasi Handy Talk (HT) ke pengawas grade control sampler, apabila
sampel yang dianalisis diatas cut of gread selanjutnya material yang sudah
diambil sampelnya siap untuk di angkut menggunakan alat angkut Dump
truck.
2. Pengambilan Sampel EFO
Pengambilan sampel di stock pile pada saat bijih yang telah diangkut dari front
penambangan ditumpahkan di stock pile dengan cara back dump atau bijih di
tumpahkan kearah belakang di atas lantai stock pile yang rata, kemudian dilakukan
pengambilan sampel EFO di stock pile sebagai berikut:
a. Setelah Dump Truck menumpahkan bijih dan kembali ke front penambangan
petugas langsung mengambil 1 increment sampel tiap dump truck
menggunakan alat penggeruk dan sekop ukuran 125 D dengan pengambilan
tiga titik.
b. Sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong sampel.
c. Kantong sampel diikat menggunakan tali pengikat.
d. Sampel tersebut dikirim ke tempat preparasi untuk diolah.
3. Pengambilan Sampel Kapal atau Ekspor.
Pengambilan sampel ekspor dilakukan untuk mengetahui kadar nikel yang akan
diekspor ke berbagai manca negara yang telah ditumpuk di stock pile sehingga
tumpukan dapat dipisahkan berdasarkan kadar Ni-nya untuk kemudian di blending
Batuan Asal;
Iklim;
Reagen-reagen kimia dan vegetasi;
Struktur;
Topografi;
Waktu.
untuk
membentuk
suspensi
koloid
dari
partikel-partikel
yang
Konsentrasi celah
Fe-Oksida
Terlarut
sebagai
Bahan-bahan
Al-Hidroksida
Larutan
Ca-Mgterbawa
Urat-urat
dariKarbonat
senyawabersama
Ni-Co larutan
Fe-Oksida
Konsentrasi
Bahan-bahan
Al-Hidroksida
Ni,Celah
SiO
2, Mg
Konsentrasi
residu
tertinggal
Fe, Al,
Cr,
Ni-Co
bersifat kumulaif, dimana proses dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25 %
nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50 % bijih nikel. Keadaan ini merupakan kadar
nikel yang sudah dapat ditambang, dimana waktu yang diperlukan untuk proses
pengkayaan tersebut mungkin dalam beberapa jenis pelapukan yang melarutkan
unsur-unsur logam dari batuan induk akan menghasilkan bijih nikel limonit, bijih
nikel silikat kebanyakan terjadi pada daerah beriklim tropis. Dimana pada daerah
tersebut banyak turun hujan dan banyak tumbuh-tumbuhan yang teruraikan sehingga
menimbulkan asam organik dan CO2 pada air tanah.
3.2.1. Penyebaran Endapan Bijih Nikel
Batuan Peridotit yang mengalami serpentinisasi akan memberikan zona
saprolit dengan inti batuan biasanya agak keras tetapi rapuh. Hal ini diakibatkan
adanya hujan dan panas sehingga terjadi pelapukan dan rekahan-rekahan yang
memudahkan air masuk melalui celah-celah (rongga-rongga) batuan oleh suatu
mineral kuarsa, garnierit, sedangkan serpentinit akan menghasilkan zona saprolit
yang relatif homogen dengan kuarsa dan garnierit. Air permukaan yang mengandung
CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material organik di permukaan dan
meresap kebawah sampai zona pelindihan dimana fluktuasi air berlangsung. Sebagai
akibat fluktuasi ini air yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit dan batuan
yang mengandung batuan asal dan mineral-mineral tidak stabil seperti olivin,
serpentin dan piroksin. Pada zona saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain
garnierit, kuarsa dan chrysopras sebagai hasil pengendapan Hydrosilikat dari Mg, Si,
dan Ni. Unsur-unsur mineral lainnya yang tertinggal adalah besi, aluminium, mangan,
cobal, krom serta nikel di zone limonit yang terikat sebagai mineral oksida atau
hidroksida seperti hematit, magnesium dan mineral lainnya. Hasil analisa kimia
menunjukkan bahwa zona tengah yang paling banyak mengandung nikel, sedangkan
unsur Ca, Mg dan C akan terus mengalir kebawah, pada tempat yang tidak dapat
mengalir lagi dan terendapkan sebagai urat-urat dolomit dan magnesit yang mengisi
rekahan pada batuan asal.
Sebagai gambaran umum penampang endapan bijih nikel di Pagimana adalah
sebagai berikut:
1. Lapisan Overburden
Lapisan ini merupakan lapisan paling atas, terdiri dari tanah laterit yang berwarna
coklat kemerahan. Biasanya terdapat sisa tumbuh-tumbuhan serta konkresi oksida
besi, dan kandungan nikelnya relatif rendah. Tebal lapisan ini bervariasi
umumnya berkisar antara 0 sampai 2 meter.
2. Lapisan Limonit
Lapisan berwarna coklat muda dengan kandungan nikelnya lebih tinggi dari
lapisan pertama yaitu 1 sampai 2 %. Lapisan ini kadang-kadang dapat dianggap
sebagai lapisan bijih yang ekonomis. Dikategorikan dalam low grade ore atas
yang tebalnya bervariasi antara 2 sampai 5 meter.
3. Lapisan Saprolit
Lapisan yang sama sekali merupakan batuan yang telah lapuk, berwarna coklat
kekuningan sampai kehijauan. Kadar nikel lapisan ini relatif paling tinggi dari
keseluruhan lapisan dengan kadar Ni berkisar 2-3 % yang merupakan lapisan bijih
yang mengandung urat-urat Garnierit dan Krisopras.
4. Lapisan Bed Rock
Lapisan ini terdiri dari dua yaitu :
a.
Lapisan yang terdiri dari batuan yang kurang lapuk, berwarna hijau
terang sampai tua. Pada lapisan ini kadar nikelnya sudah mulai turun. Sering
didapat sebagai bongkahan yang dilapisi urat garnierit. Lapisan ini
dikategorikan sebagai low grade ore bawah yang kadang-kadang cukup
ekonomis untuk ditambang.
b. Lapisan ini berupa batuan yang sedikit lapuk dan berwarna hitam kehijauan.
Pelapukan baru berjalan pada bidang rekahan yang sering terdapat urat
Dolomit dan Magnesit.
3.2.2
mempunyai arti sebagai suatu proses pelapukan laterit yang berlangsung tidak
dimulai dari batuan segar yang kemudian menghasilkan profil laterit baru, tetapi
bertolak dari suatu profil laterit yang sudah terbentuk, dimana saprolit silikat yang
selalu berada dibawah permukaan air tanah sudah ada dan terletak dibawah zona
limonit. Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinue akan melarutkan
unsur-unsur magnesium dan silisium yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan
asal di zona saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam.
Sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit akan berubah porositasnya dan akhirnya
menjadi zona limonit.
Dengan penambahan porositas, maka air tanah akan lebih leluasa bergerak
sehingga permukaan air tanah akan turun, menyebabkan air permukaan laterit juga
akan turun akibat proses kompaksi dan erosi pada permukaan. Penurunan muka air
tanah ini akan berbeda-beda dan sangat tergantung dari struktur batuan asal,
morfologi yang mempengaruhi, intensitas curah hujan, iklim dan waktu.
Pembentuk zona laterit akibat berlanjut proses laterisasi ini akan berlangsung
dengan berbedanya penurunan permukaan air tanah, walaupun sifat batuan asalnya
serupa. Pada penurunan muka air tanah yang dalam, zona limonit akan terbentuk
lebih tebal, sementara itu ketebalan zona saprolit tidak berubah.
Demikian pula pada penurunan permukaan air tanah yang sama akan
memberikan profil laterit yang berbeda jika struktur batuan asalnya berbeda. Dalam
hal ini struktur batuan asal (masif atau bercelah) sangat berperan dalam pembentukan
zona saprolit.
Di daerah cekungan aktif ini intensitas air tanah membesar akibat arah aliran
yang konvergen dan akan memberikan proses pelindian yang lebih intensif dari
proses pengendapan kembali, sehingga memungkinkan pembentukan zona limonit
yang tebal karna zona ini didominasi oleh mineral geotit, disamping juga terdapat
magnetit, hematite, talk, serta kuarsa sekunder.
3.3 Conto ( Sampling )
Proses pengambilan conto adalah kegiatan yang dilakukan pada sebagian kecil
dari suatu bahan material sedemikian rupa sehingga konsistensi (kesamaan) pada
bagian tersebut yang merupakan wakil dari keseluruhannya (representatif).
3.3.1 Metode Pengambilan Conto
Pada metode pengambilan conto penulis menggunakan metode Grab Sampling.
Metode pengambilan conto (sampling) terbagi beberapa bagian adalah:
1. Channel Sampling
Channel sampling adalah cara pengambilan conto dengan membuat alur (chanel)
sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih.
2. Conto ruah (Bulk Sampling)
Bulk Sampling adalah merupakan metode sampling dengan cara mengambil
material dalam jumlah yang besar dan umumnya dilakukan pada semua fase
kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan).
3. Conto tertahan (Chip Sampling)
Chip Sampling adalah sala satu metode sampling dengan cara mengumpulkan
pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur dengan lebar 15
cm yang memotong zona mineralisasi menggunakan palu atau pahat.
4. Pile Sampling
Cara pengambilan conto pada pile atau ore bin, untuk ini semua harus tahu saat
mengadakan pengisian (pilling) karena hal ini mempengaruhi letak butiran.
5. Sumur uji (Test Pit)
b.
Pada pragment material hasil dari selective mining dan stockpile untuk
memperoleh pengecekan kulaitas kadar, agar dapat dimixing dengan kadar
rendah dengan maksud hasil mixingnya memenuhi Cog yang telah ditetapkan
dan juga target produksi pertahun harus tercapai.
1. B = 10 kg
2. B = 10 kg
Keterangan :
A. Pengambilan conto pada dua titik yang berhadapan
B. Dilakukan penggabungan conto keseluruhan pada tempat yang sama dengan titik yang
berbeda masing-masing 10 kg.
. letak pengambilan sample.
lain terutama zat cair. Conto dari lapangan yang berasal dari suatu tumpukan besar di
mana diambil beberapa increment, biasanya disatukan dalam preparasi conto.
Setelah conto diperoleh sebelum di bawah ke laboraturium untuk dilakukan
analisis kadar (assay). Karena yang dianalisa tersebut hanya sebagian kecil dari
conto, maka diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar pada bagian conto yang
dianalisis bersifat representatif terhadap kondisi sebenarnya yang terlihat pada
Gambar 3.3).
Gambar 3.3 Prosedur Umum (Coning & Quatering) Preparasi Conto untuk Analisis
Laboratorium dan Dokumentasi (Chaussier et al., 1987).
Secara umum ukuran conto dapat berpengaruh terhadap hasil analisis sehingga
sebelum dianalisa dilakukan pengurangan conto. Pengurangan ukuran partikel atau
dengan kata lain proses pembagian (spilit) conto sebaiknya dilakukan pada fraksi
ukuran yang telah seragam. Secara umum ukuran conto sangat berpengaruh terhadap
hasil analisa sehingga biasanya analisa dilakukan pada dua laboratorium yang
berbeda dan sebagian conto lainnya disimpan sebagai dokumentasi Metode reduksi
yang umum digunakan adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting
dapat dilihat pada (Gambar 3.4) dan metode quartering dapat dilihat pada (Gambar
3.5).
SAMPEL DIVISION
Separator
Wooden panel
Pile 2
Floor and plats
Pile 1
SAMPEL DIVISION
Dua bagian yang bersebrangan diambil untuk dijadikan conto yang dianalisis.
3.4
menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempat-tempat tertentu
terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat
lainnya terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG.
Untuk mendapatkan bijih dengan kadar yang sesuai permintaan pasar atau
pabrik, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut
dilakukan dengan sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai
dengan kadar yang diinginkan.
Alasan untuk melakukan selective mining adalah bahwa bila seluruh material
bijih dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan
berada di bawah COG (Cut Of Grade).
Tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan diangkut ke
stockfile sesuai dengan titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah sampai di stock
file akan diadakan pengecekan ulang atau recheking kadar untuk mengetahui
ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan.
Setelah recheking kadar diketahui dan tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan kadar dari front penambangan maka akan diadakan pemindahan
tumpukan sesuai dengan kebutuhan baik untuk pabrik maupun untuk ekspor.
Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar dibawah
sampai diatas Cog, agar dapat dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil
mixingnya memenuhi Cog yang telah ditetapkan dan juga target produksi pertahun
harus tercapai. Dimana nilai kadar sangat tergantung pada bagian mana lapisan
material yang dikeruk saat disampling.
3.5
Penentuan Kadar
Setelah pekerjaan preparasi selesai conto kemudian dikirim ke laboratorium
untuk dianalisa. Kadar bijih nikel akan diketahui setelah diadakan analisis kadar di
laboratorium dengan menggunakan analisa sinar X dan analisa kimia.
3.5.1 Analisa Sinar X (X-Ray)
Analisa sinar X adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendeteksi unsurunsur yang dikandung oleh conto tersebut dengan suatu alat pendeteksi yaitu Sinar X
berupa sinar elektromagnetik yang mempunyai daerah panjang gelombang antara 0,1
100 Ao, dimana 1 Ao = 10-8 cm = 0,1 mm.
1. Sifat-sifat sinar X
Sinar X merambat menurut garis lurus, dapat dikolimasikan dengan celah (slit).
a). Sinar X
magnet dan medan listrik tidak dapat membelokkan arah berkas sinar.
b). Sinar X dapat diperoleh dengan jalan membom sinar sasaran (target
material) dengan berkas electron yang berenergi tinggi. Bahan sasaran yang
mempunyai berat atom yang lebih tinggi merupakan sumber sinar X yang
efisien.
c). Dapat menghitamkan plat film (sifat photography).
NaI
Penentuan kadar cadangan suatu daerah yaitu dari hasil pemboran pada
kegiatan eksplorasi yang dianalisa di laboratorium kimia. Kemudian hasil analisa
kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar dibawah sampai diatas Cog.
Tabung Sinar X
Kristal
Penganalisa
Kolimotor
Conto
Koli
2
moto
Celah
3.6
q1 q 2
q1
x 100 % .....................................................................(3.1)
Dimana:
Q
q1 = Kadar eksplorasi
q2 = Kadar produksi
BAB IV
PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Prosedur Penelitian
4.1.1
sebagian dari massa tersebut yang cukup representatif untuk mewakili keseluruhan
yang besar. Pengambilan conto realisasi di PT. Anugerah Sakti Utama berpedoman
pada Japanesse Industrial Standart (JIS).
Conto yang telah diambil dimasukan ke dalam kantong dan diberi kode serta
diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu, untuk membedakan setiap conto
pada titik bor yang sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong-kantong
tersebut dikirim ke preparasi conto yang tertulis seperti kode pada front
penambangan, nomor titk bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan, antara
lain:
4.1.2
tiap titik bor yang ada dilokasi front penambangan sehingga dapat dipisahkan
berdasarkan kadar Ni-nya berdasarkan permintaan konsumen. Adapun tahapan
pengambilan sampel check/patok
pada
PT Anugerah
akan di ekspor ke berbagai manca negara yang telah ditumpuk di stockpile sehingga
tumpukan dapat dipisahkan berdasarkan kadar Ni-nya untuk kemudian di blending
sesuai permintaan konsumen. Adapun tahapan pengambilan sampel ekspor sebagai
berikut:
a. Tumpukan ore di stockpile yang akan di analisis kadarnya dimuat ke dumpt truck
menggunakan Excavator Back Hoe Kobelco SK 200, setiap 2 DT diambil 1
increment sampel dengan cara mengambil increment sampel pada sisi kiri
tumpukan dan increment pada sisi kanan tumpukan.
a.Ayakan -20 mm
Gambar 4.2 Profil (a) Ayakan -20 mm, (b)-10 mm dan -3 mm (kanan ke kiri)
b. Crusher
Crusher berfungsi untuk menggiling sampel yang masih dalam bentuk butiran dan
kasar. Crusher yang digunakan pada preparasi sampel produksi yaitu:
Jaw Crusher
Jaw Crusher merupakan alat penghancur tingkat pertama (pada Gambar 4.3a), jadi menghancurkan batuan dalam bongkah-bongkah besar yang diterima dari
tambang. Ukuran yang diloloskan oleh Jaw Crusher yaitu ukuran 20 mm dan -10
mm. Dengan cara memasukkan batu ke dalam mulut crusher, sesuaikan jumlah dan
ukuran batu sehingga memungkinkan mesin crusher dapat menghancurkan-nya
dengan baik dan tidak tertumpah.
Jika ada batu yang terjepit dan tidak bisa bergerak ke bawah, gunakan tuas
untuk menekan batu tersebut agar dapat di hancurkan. Tunggu hingga semua batu
yang dimasukkan tadi telah hancur dan telah keluar ke penampungan. Ulangi dimulai
dengan pada point 3 untuk sample-sample berikutnya.
Roll Crusher
Roll Crusher merupakan alat penghancur tingkat kedua (secondary crushing) yang
berguna memperkecil ukuran batuan yang sudah lolos dari primer crushing (Gambar
4.3-b). Ukuran yang diloloskan oleh Roll Crusher yaitu ukuran 3 mm. Dengan
masukkan material
material
dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa
bergerak ke bawah, gunakan tuas untukmenekan batu tersebut agar dapat
dihancurkan,
b. Roll Crusher -3
Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013.
Gambar 4.3 Profil (a) Jaw Crusher -10 mm, (b) Roll Crusher -3
4. Oven
Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel agar dalam pengayakan tidak lengket
juga oven berfungsi untuk mengeringkan sampel untuk memudahkan pada proses top
grinding sampel hingga benar-benar menjadi tepung (Gambar 4.4-a). Pada proses
pengerjaannya gunakan APD yang sesuai khususnya sarung tangan tahan panas dan
Jacket anti api. Jangan langsung membuka pintu oven setelah proses pengeringan
berakhir, tunggu beberapa saat untuk menghindari pemaparan panas yang berlebihan.
Pastikan tubuh tetap berada dibelakang daun pintu oven untuk menghindari gas dan
hawa panas dari oven dan biarkan sekitar 5 menit kemudian tarik talang talang
sample dengan menggunakan pengait talang.
Untuk sample pemboran sebaiknya dalam melakukan pengeringan dilakukan
secara bersamaan untuk setiap nomor titik bor.Sebaiknya letakkan setiap interval 1 m
dalam satu rak saja. (berikan label, atur posisi talang dan jarak antar talang yang
berbeda dengan meteran sebelumnya). Untuk sample yang kapasitas besar dan
melebihi satu talang yang digunakan maka,
dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa
bergerak ke bawah, gunakan tuas untuk menekan material agar bisa lebih halus.
Gambar 4.4 Profil (a). Drying Oven listrik, (b). Top Grinding -100 mesh
6. Disk Mill
Disk mill berfungsi untuk menghancurkan sampel yang berukuran -200 mesh
(Gambar 4.5-a). Masukkan sample produksi hasil boyd yang sudah dikomposit
dengan hati-hati agar tidak tertumpah di luar mangkok Disc Mill.
Atur dan ratakan sample produksi yang sudah masuk di dalam Mangkok Disc
Mill agar tutup mangkok Disc Mill bisa terpasang dengan baik.masukkan mangkok
Disc Mill ke dalam Mesin Disc Mill. Buka penutup dan keluarkan sample produksi
untuk proses selanjutnya, bersihkan kembali mangkok Disc Mill sebelum sample
berikut diproses. Gunakan cara yang sama (1 -14) untuk setiap sample yang akan
dibuat jadi pulp (-200 mesh).
Jangan memasukkan sample yang lebih kasar dari produksi boyd crusher (+10
mesh). Sample Washing Out/Blank yang digunakan untuk Disc Mill yaitu setiap 10
sample yang diproses di Disc Mill dan dilanjutkan untuk di analisa untuk mengontrol
kontaminasi di Disc Mill.
7. Mixing
Mixing berfungsi untuk mencampur sampel yang telah halus agar dapat
tercampur dengan baik dan merata.
Apabila sudah dianggap halus maka langsung dimixing dengan menggunakan
kantong plastik. Dimana material yang halus itu dimasukkan dan digocok hingga
merata / homogen.
8. Compressor
Compressor berfungsi untuk membersihkan alat pada saat preparasi conto
selesai dilakukan (Gambar 4.5-b), digunakan untuk membersihkan oven secara
berkala dan digunakan untuk memompa ban gerobak.
a.
Compressor
Gambar 4.5. Profil (a). Disk Mill +100 mesh, (b). Compressor
b. Skop 125 D
Dalam analisis kadar nikel, persiapan conto (preparasi) sangat penting karena
jika terjadi kesalahan maka data analisis laboratorium yang akan keluar juga tidak
sesuai dengan yang sebenarnya. Oleh sebab itu perlu memperhatikan prosedur kerja
menurut SOP (standar operasi prosedur) dengan baik, adapun tahapan preparasi
untuk sampel ceck dan sampel produksi adalah sebagai berikut:
4.3.1 Tahapan Preparasi Sampel Ceck/Patok
a.
Sampel yang diangkut dari front penambangan atau dari stock pile diletakkan
dan disatukan di tempat preparasi sesuai dengan kode dan weybel yang telah
ditetapkan
b.
Sampel diayak menggunakan ayakan -20 mm.
c.
Yang tidak lolos diayakan dihancurkan menggunakan jaw crusher -10 mm.
d.
Sampel yang lolos diayakan dengan yang di crusher disatukan kemudian
e.
f.
g.
h.
i.
j.
gram).
Sampel yang diambil dimasukkan kedalam oven listrik menggunakan talang
(pan) sampel dengan temperatur 105oC selama 20 menit (tergantung
k.
kelembaban sampel).
Setelah sampel kering selanjutnya dihancurkan menggunakan top grinding
100 mesh.
l.
Sampel di ayak menggunakan Dish Mill -100 mesh.
m.
Setelah sampel dihaluskan menggunakan Disk Mill, sampel kemudian
dimasukkan kedalam plastik untuk di mixing secara manual selama 2 menit.
n.
4.3.2
105oC.
Setelah kering dimasukkan ke mesin Top grinding 100 mesh.
Diayak dan yang tidak lolos dihaluskan menggunakan Disk mill -100 mesh.
Selanjutnya dimixing secara manual menggunakan plastik sampel 20 menit.
Setelah sampel tersebut dimixing artinya sudah siap untuk tahap final (terakhir).
Analisis Sampel..
1. Analisis kadar Ni menggunakan X-Ray di Lab. Instrumen.
Yang didukung dengan 2 Alat (pada Gambar 4.8) yaitu:
2 unit Komputer untuk 1`alat X-Ray
Mesin X-Ray type Minipal 2 dan Epsilon 3
Gambar 4.8. (a). X-Ray type Minipal 2, (b). Mesin X-Ray Type Epsilon 3
Cara kerja:
1. Pra analisis sampel
Sampel yang telah di antar dari ruangan preparasi disiapkan dan diurutkan
berdasarkan nomor urut sampel.
Sampel dimasukkan kedalam wadah kecil seperti tutup kaleng yang telah
diberi penomoran sebelumnya sesuai dengan nomor urut sampel.
Sampel yang telah dipadatkan dengan mesin press dibersihkan dari debu-debu
dengan udara bertekanan.
2. Analisis sampel
Prosedur analisis kadar unsur sampel dengan X-Ray Magix Fast telah selesai.
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
Tanggal
Produksi
1/01/2013
1/01/2013
1/01/2013
1/01/2013
2/01/2013
2/01/2013
2/01/2013
2/01/2013
3/01/2013
Kode
Sample
E1/B.42
E1/B.44
E2/B.50
E2/B.51
E2/B.55
E2/B.61
E2/B.62
E2/B.63
E2/B.64
Tonage
(Ton)
121
110
110
110
165
88
88
88
110
Kadar Ni
(%)
1.82
1.80
1.78
1.70
1.80
1.73
1.87
1.81
1.82
3/01/2013
E3/B.73
99
1.74
3/01/2013
E2/B.74
132
1.80
3/01/2013
E1/B.75
77
1.86
3/01/2013
E3/B.76
88
1.81
3/01/2013
E3/B.77
66
1.73
3/01/2013
E3/B.78
242
1.81
3/01/2013
E3/B.79
88
1.89
3/01/2013
E1/B.81
143
1.79
3/01/2013
E1/B.84
110
1.82
3/01/2013
C1/B.91
154
1.92
3/01/2013
E1/B.92
187
1.88
3/01/2013
E2/B.97
132
1.77
3/01/2013
E2/B.98
165
1.93
3/01/2013
E2/B.99
242
1.81
3/01/2013
3/01/2013
E2/B.101
E2/B.102
110
99
1.85
1.84
5
2 3/01/2013
Tanggal
6
No
Produksi
2 3/01/2013
1/01/2013
71
1/01/2013
22 3/01/2013
1/01/2013
83
24 3/01/2013
1/01/2013
95
2/01/2013
36 3/01/2013
2/01/2013
07
2/01/2013
8
2/01/2013
9
3/01/2013
10
3/01/2013
11
3/01/2013
12
3/01/2013
13
3/01/2013
14
3/01/2013
15
3/01/2013
16
3/01/2013
17
3/01/2013
18
3/01/2013
19
3/01/2013
20
3/01/2013
21
3/01/2013
22
3/01/2013
23
3/01/2013
24
3/01/2013
25
3/01/2013
26
3/01/2013
27
3/01/2013
28
3/01/2013
29
3/01/2013
30
3/01/2013
E2/B.103
Kode
Sample
E2/B.104
E1/B.42
E1/B.44
E2/B.105
E2/B.50
E2/B.106
E2/B.51
E2/B.55
E2/B.107
E2/B.61
E2/B.62
E2/B.63
E2/B.64
E3/B.73
E2/B.74
E1/B.75
E3/B.76
E3/B.77
E3/B.78
E3/B.79
E1/B.81
E1/B.84
C1/B.91
E1/B.92
E2/B.97
E2/B.98
E2/B.99
E2/B.101
E2/B.102
E2/B.103
E2/B.104
E2/B.105
E2/B.106
E2/B.107
110
1.73
Tonage
(Ton)
Kadar1.91
Ni (%)
66
121
1.80
110
1.81
110
1.79
110
1.79
110
143
1.71
1.83
165
1.78
88
1.78
88
1.72
88
1.66
121.366666
1.81
88
1.79
7
110
1.59
99
1.75
132
1.79
77
1.99
88
1.79
242
1.80
88
1.77
143
1.45
110
1.82
154
1.66
242
1.79
187
1.86
132
1.75
165
1.93
242
1.81
110
1.77
99
1.80
110
1.72
66
1.88
110
1.70
143
1.82
88
1.77
127.23333
33
1.77
2.
P
R
O
D
U
K
S
I
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisa Kadar pada Setiap Sampel Antara Sampel Pada Front
Penambangan Dengan Sampel Stockpile
Berdasarkan operasi kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan pada beberapa titik
bor untuk menjadi objek peneliti, diketahui bahwa bijih nikel yang terkandung tidak
semuanya berkadar tinggi. Dari sinilah dapat diketahui pula bahwa dalam jarak titik
bor penyebaran kadar Ni ini tidak merata. Dari hasil analisis laboratorium yang
dilakukan pada satu titik bor menunjukan bahwa kadar bijih nikel laterit mengalami
perubahan.
Untuk mengetahui besarnya perubahan kadar dari front penambangan sampai
pada stockpile, maka perlu dilihat hasil analisis sampel pada front penambangan agar
dapat dicocokan dengan data yang ada pada stockpile sebagai berikut:
1.
Hasil analisa setiap sampel pada laboratorium diperoleh kadar rata-rata pada
front penambangan adalah: 1,82%, 1,80%, 1,78%, 1,70%, 1,80%, 1,73%, 1,87%,
1,81%, 1,82%, 1,74%, 1,80%, 1,86%, 1,81%, 1,73%, 1,81%, 1,89%, 1,79%,
1,82%, 1,92%, 1,88%, 1,77%, 1,93%, 1,81%, 1,85%, 1,84%, 1,73%, 1,91%,
1,79%, 1,83%, 1,78%.
Dengan kadar rata-rata dari keseluruhan analisis sampel yang ada pada front
penambangan adalah: 1,81% (dapat dilihat pada lampiran 1).
2.
Hasil analisa setiap sampel pada laboratorium diperoleh kadar rata-rata pada
front penambangan adalah: 1,80%, 1,81%, 1,79%, 1,71%, 1,78%, 1,72%, 1,66%,
1,79%, 1,59%, 1,75%, 1,79%, 1,99%, 1,79%,1,80%, 1,77%, 1,45%, 1,82%,
1,66%, 1,79%, 1,86%, 1,75%, 1,93%, 1,81% 1,77%, 1,80%, 1,72%, 1,88%,
1,70%, 1,82%, 1,77%.
Dengan kadar rata-rata dari keseluruhan analisis sampel yang ada pada stockpile
adalah: 1,77% (dapat dilihat pada lampiran 2).
5.2
dilihat pada hasil realisasi dari front penambangan setiap bulan yang ditambang untuk
dicocokkan dengan hasil stockpile.
Kenyataan atau realitas yang ada di lapangan tidak semua cadangan hasil
stockpile ditambang, selain itu banyak boulder yang sebelumnya tidak diketahui pada
saat menentukan jumlah cadangan stockpile sehingga terjadi mining loss pada saat
pengapalan. Hal ini mengakibatkan tonase dari front penambangan memiliki
perbedaan dengan tonase pada stockpile.
Apabila pada front penambangan kadarnya lebih besar dari hasil stockpile yang
terdapat pada logging bor maka mengalami keuntungan, tetapi bila lebih kecil maka
mengalami kerugian. Apabila kadar bijih nikel lebih besar dari Cut Of Grade yang
ditentukan, maka dilakukan proses blending dengan bijih nikel yang berkadar rendah.
Data perhitungan kadar bijih nikel pada front penambangan dan nikel pada
stockpile serta berapa besar perbedaan dan penyimpangan yang didapat.
1.
Bulan Januari
2.
: 1,81 %
: 1,77 %
Preparasi
Salah satu unit kerja pengawasan kualitas yaitu unit satuan kerja persiapan
sampel. Bagian ini berfungsi untuk mempersiapkan sampel yang diambil dari front
penambangan, stockpile dan lain-lain untuk diteliti di laboratorium. Kesalahan yang
terjadi pada proses preparasi akan sangat mempengaruhi hasil analisis kadar nikel dan
unsur-unsur lainnya, terutama pada tahapan mixing, jika dilakukan dengan kurang
baik maka sampel yang kita akan analisis tidak bersifat representatif atau benar-benar
mewakili kadar bijih yang lainnya.
5.3.1
Kemurnian Sampel
Kemurniaan sampel sangat mempengaruhi adanya perubahan kadar dari suatu
kenyataan di lapangan baik itu dari front penambangan, stock pile, pabrik dan lainlain maka akan berdampak pada persentase kadar yang dihasilkan.
Dengan tidak murninya sampel yang akan dipreprasi dapat menimbulkan
kontaminasi antara sampel yang satu dengan sampel yang lain. Kontaminasi terjadi
bisa diakibatkan oleh pencampuran dengan sampel lain, pencampuran dengan zat
lain.
Dimisalkan, sampel yang datang dari lokasi yang berbeda mengalami
pencampuran maka hasil yang didapat akan berubah dengan kenyataan yang di
lapangan. Ini disebabkan adanya kontaminasi antara sampel yang berbeda.
Selain pencampuran sampel yang berbeda lokasi, kontaminasi dengan zat lain
juga sangat berpengaruh atas perubahan kadar bagi sampel yang di preparasi.
Olehnya itu, tempat penumpukan harus bebas dari zat-zat yang bisa mempengaruhi
tingkat kemurnian sampel yang berdampak keperubahan kadar yang diteliti
5.3.2
Homogenitas
Homogenitas dari sampel sangat mempengaruhi kadar yang diteliti. Karena
dengan homogennya sampel yang akan diteliti maka akan mewakili kadar
keseluruhan dari besarnya tumpukan tersebut. Pada proses pencampuran sampel yang
sama harus benar-benar homogen. Makin sering dilakukan mixing pada suatu sampel
maka sampel tersebut akan lebih homogen atau merata sehingga dalam proses
preparasi dapat mewakili dari seluruh sampel yang ada.
5.3.3
Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran sangat penting untuk proses penyamplingan. Dengan
seragamnya ukuran maka mudah untuk mengambil sampel yang akan diteliti
kadarnya dan lebih terwakili dari seluruh sampel. Jika ukuran tidak seragam, ini akan
mengakibatkan adanya sampel yang tidak terwakili sehingga kadar dari seluruh
tumpukan tidak sesuai dengan yang diteliti.
5.4
kadar Ni antara sampel face production, sampel patok/cek, sampel efo dan sampel
kapal/eksport, sehingga perlu dilakukan pengecekan kembali karena hasil yang
diperoleh tidak meyakinkan. Hal seperti ini terjadi karena beberapa faktor :
1. Penyebaran bijih yang tidak homogen
Dalam menentukan titik bor maka dasar perhitungan yang dipakai adalah hasil
rata-rata permeter kedalaman titik bor dengan kadar yang memenuhi COG, dengan
demikian nilai cadangan bijih akan dipengaruhi oleh lokasi dari titik bor tersebut.
2. Topografi
Proses pembentuikan endapan bijih nikel disuatu daerah sangat tergantung pada
keadaan topografi daerah tersebut, sehingga kelompok blok juga dipengaruhi oleh
topografi. Dalam pelaksanaan penambangan, topografi suatu daerah akan
mempengaruhi kelancaran produksi. Jika terdapat suatu kelompok blok cadangan
dengan keadaan topografi yang curam, maka dalam pembuatan jalan produksi untuk
pengangkutan bijih dari front penambangan ke stock yard mungkin akan membuang
sebagian dari blok cadangan yang mengakibatkan tonnase dan kadar cadangan pun
berkurang.
3. Pengotoran bijih
Pengotoran bijih akan mempengaruhi kadar yang diperoleh. Pengotoran
disebabkan karena adanya material yang sedikit mengandung nikel ikut tercampur
dalam bijih. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas atau kadar bijih,
diantaranya:
a. Posisi waste terhadap bijih dan cuaca.
Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup
akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air atau hujan dari atas ke
bawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami dilusi dari material yang
terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai material waste yang berada diantara
badan bijih yang berbentuk tidak beraturan.
b. Medan kerja
Medan kerja berpengaruh pada kemampuan kerja alat. Pada daerah yang datar
alat akan lebih baik bekerja. Sedangkan pada daerah yang bergelombang atau
berbukit, alat akan sukar dalam melakukan penggalian sehingga bijih yang
kualitasnya baik, tidak bisa diambil.
c. Keterampilan operator
Operator alat harus mempunyai kemampuan dalam memilih bijih yang berkadar
tinggi dengan yang rendah walaupun dengan penilaian secara visual. Sehingga target
untuk memperoleh bijih berkadar tinggi dapat diperoleh. Namun tetap dibawah
control dari grade control.
4. Cara penambangan
Untuk dapat meminimalkan perbedaan kadar dan realitas penambangan, maka
cara penambangan juga perlu diperhatikan. Metode penambangan dengan penggalian
langsung oleh alat gali seperti selektive mining maupun back filling dengan alat gali,
dorong dan muat akan berpengaruh terhadap kadar, karena metode penambangan
tersebut rawan terhadap pengotoran.
5. Ketelitin dalam pengambilan sampel
Standarisasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan haruslah menjadi
perhatian bagi pengawas dan tenaga lapangan dalam melakukan pengambilan sampel.
Kelalaian terhadap cara-cara pengambilan sampel yang telah ditetapkan, misalnya
dalam satu ritasi alat Dump truck harus dilakukan pengambilan sampel namun yang
dilakukan adalah pengambilan sampel pada setiap selang beberapa kali ritsi alat
angkut dump truck, maka tentunya mengurangi ketelitian dalam penentuan kadar dari
setiap hasil penambangan.
Untuk mendapatkan kadar yang sesuai dengan standarisasi yang ada berdasarkan
JIS, maka perlu memperhatikan beberapa hal:
a. Mempersiapkan sarana pendataan dan pengambilan sampel; sekop increament ,
kantong sampel, label, dll.
b. Tidak dibenarkan memilih-milih sampel yang harus dimasukkan ke sekop.
c. Pada interval pengambilan sampel yang telah ditentukan.
d. Sampel yang diambil pada posisi 2/3 dari atas tumpukan dan 1/3 dari dasar
tumpukan.
e. Besarnya/beratnya increament harus sesuai dengan ukuran sekop increament.
6. Preparasi sampel (Conto).
Pekerjaan
pada
preparasi
sampel
secara
manual,
kemungkinan
ketelitian
Topografi;
Medan kerja;
Keterampilan operator;
6.2 Saran
Selama penulis berada di lokasi penelitian, ada berapa hal yang penulis sarankan
yaitu:
1.
2.
3.
Alat perlindungan diri dari kegiatan pengambilan sampel, preparasi conto dan analisa
laboratorium agar ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Iskandar Mohdar, 2005 Evaluasi Cadangan Bijih Nikel Dengan Spasi Titik
Bor 50 M dan 25 M Dengan Metode Triangular Grouping Pada PT. ANTAM
Tbk. Unit Geomin , Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan UVRI Makassar
4.
Joseph M Bolt, 164. The Winning Of Nickel. Muethan & co Ltd, London,
page 10.
5.
6. Simon & Schusters 1988 , Rocks and Mineral. Guid Nature Series, New York
7.
...............Asosiasi
Pertambangan
Indonesia,
1992.
Pengantar
Pertambangan Indonesia.
Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI,
Jakarta.
8.