Anda di halaman 1dari 3

8.

Dodol Dawet
Yang dimaksud oleh dodol dawet adalah bapak dan ibu calon pengantin
perempuan menjual dawet. Pembelinya adalah tamu-tamu yang diundang, para
tetangga, dan sanak keluarga . Pembeli menggunakan uang koin yang dihiasi
dengan nama calon pengantin laki-laki dan perempuan dan koin ini dibuat oleh
seniman .
Ibu calon pengantin perempuan yang melayani penjualan dawet, sedangkan
ayah calon pengantin sambil mengendong bakul (keranjang kecil) menerima
koinnya. Ayahnya juga memegang payung untuk memayungi ibu yang melayani
pembeli.
Upacara adat atau ritual ini mengandung doa atau permohonan kepada Tuhan
Yang Maha Esa agar besok waktu upacara pernikahan atau waktu resepsi banyak
tamu yang berdatangan memberi doa restu .Begitu banyaknya tamu yang
datang sehingga berjubel seperti cendol yang ada di dalam dawet tersebut
Setelah dawet terjual habis maka koin hasil penjualan diberikan kepada calon
pengantin perempuan. Pemberian ini sebagai lambang pemberian terakhir dari
orangtuanya, karena selanjutnya itu merupakan tugas dari calon suaminya nanti
9. Midodareni
Zaman dulu, acara midodareni ini sebenarnya sebuah acara tirakatan. Dalam
tirakatan ini semua yang hadir disarankan untuk tidak tidur sampai pukul 24.00
termasuk calon pengantin perempuan. Berkaitan dengan legenda Ki Jaka Tarub
bahwa tepat pada tengah malam istri dari Jaka Tarub akan turun dari Khayangan
memberi berkah restu dan menambah kecantikan kepada pengantin perempuan.
Dengan bergesernya zaman midodareni ini diganti menjadi acara pertemuan
keluarga dari calon pengantin laki-laki dengan keluarga dari calon pengantin
perempuan disertai sedikit acara resmi berupa penyerahan barang-barang
sebagai upaya membantu akan diadakannya upacara adat keesokan harinya
10. Langkahan
Jika yang dilamar masih mempunyai kakak, baik pria maupun wanita yang belum
menikah, kadang-kadang menjadi pertimbangan apakah lamarin itu diterima
atau ditolak. Namu, pola pergaulan muda-mudi sudah begitu bebasnya, sehingga
jika terjadi demikian, maka tidak ada jalan lain kecuali kawin lebih dulu
melangkahi kakaknya. Agar tidak membawa masalah maka dilakukan acara
langkahan.
Disebut langkahan karena adiknya kawin mendahului(melangkahi) kakaknya.
Maksud dari upacara adat ini adalahnya adiknya mohon izin dan mohon doa
restu untuk mendahului kawin, serta mendoakan kakaknya agar segera
mendapatkan jodoh
11. Bubak Kawah

Bubak berarti membuka hutan atau lahan untuk ditanami. Kawah berarti tempat
yang lebar. Secara umum diartikan sebagai orang yang baru pertama kali
mengadakan hajatan mantu. Ini berarti yang dikawinkan adalah anak perempuan
yang pertama. Jika anak laki-laki, maka tidak diadakan upacara adat bubak
kawah. Karena bagi orang Jawa yang disebut hajatan mantu hanya untuk anak
perempuan
Makna dari upacara adat ini adalah, kewajiban pengantin berdua untuk
meneruskan perjuangan dan cita-cita orangtua yang belum tercapai. Tetapi ada
juga yang memberi makna, permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar
pengantin berdua segera dikaruniai anak sebagai pengikat kasih sayang
12. Tumplak Punjen
Tumplak artinya menumpahkan. Punjen artinya kekayaan atau harta milik yang
ditabung selama hidup. Secara harfiah, tumplak punjen divisualisasikan berupa
pemberian harta milik orangtua dengan cara menumpahkan barang yang
diberikan
13. Tebus Kembar Mayang
Tebus Kembar Mayang bersumber pada cerita perwayangan pada kisah Arjuna
Wiwaha, ketika Permadi hendak melamar adik Prabu Kresna dari kerajaan
Dwarawati yang bernama Subadra atau Rara Ireng. Prabu Baladewa dari
Mandura, kak Prabu Kresna banyak sekali minta tebusan. Salah satunya adalah
kembar mayang . Kisah itulah yang hingga sekarang lestari menjadi upacar adat
pernikahan orang Jawa
Bukan tanpa alasan orang Jawa jaman dulu menciptakan Kembar
Mayang. Sebagai salah satu elemen perlengkapan ritual pengantin Jawa, disetiap
bahan yang digunakan untuk membuatKembar Mayang adalah simbol doa dan
harapan keluarga terhadap jalannya sebuah prosesi perkawinan adat Jawa.
Terdapat empat jenis hiasan janur yang terdapat dalam Kembar Mayang. Janur
yang dianyam menyerupai bentuk keris bermakna melindungi dari marabahaya,
hal ini dimaksudkan agar kedua mempelai berhati-hati dalam mengarungi
kehidupan keluarga. Janur yang dianyam seperti bentuk belalang (walang:bahasa
jawa) memiliki makna agar tidak terjadi halangan dalam berkeluarga. Janur yang
berbentuk payung bermakna pengayoman, dan janur yang berbentuk burung
melambangkan kerukunan dan kesetiaan sebagaimana burung merpati.
Sedangkan makna yang terkandung dalam kembang panca warna diantaranya;
Beringin berarti agar kedua mempelai bisa saling mengayomi; Daun puring,
supaya dalam keluarga tidak terjadi uring-uringan(dapat menahan amarah);
Daun andong, untuk menjaga sopan santun terhadap sesama; dan daun lancur,
bermakna agar kedua mempelai hendaknya mampu berpikir panjang dalam
menghadapi berbagai permasalahan hidup.
14. Akad Nikah

Akad nikah atau ijab qobul bukan merupakan upacara adat, melainkan kewajiban
hukum yang harus dilakukan warga negara yang akan kawin. Orang Jawa juga
menghormati hukum yang berlaku dan menganggap perkawinan baru sah jika
dilakukan di hadapan pejabat dari Kantor Urusan Agama sebagai wakil dari
negara.

Anda mungkin juga menyukai