Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

KLIEN PENDERITA EPILEPSI


O
L
E
H
REJEKI SINAGA, SKep.Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes MUTIARA INDONESIA MEDAN
T.A. 2012 / 2013

DEFINISI EPILEPSI
Epilepsi adalah
Gangguan kronik otak dengan gejala-gejala yang kompleks
dari beberapa gangguan fungsi otak yang cirinya adalah
serangan berulang-ulang. (Helwiyah, S.Kp, Gangguan
Konduksi, 77).
Epilepsi adalah
Suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat
menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter,
fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan
berbagai gangguan fisik (Doenges, 2000).

B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer (2000), Etiologi dari epilepsi yaitu :
1. Idiopatik
2. Aquiret adalah kerusakan otak keracunan obat metabolik
3. Trauma kepala
4. Tumor otak
5. Stroke
6. Cerebral edema
7. Hipoksia
8. Keracunan
9. Gangguan metabolik
10. Infeksi

TANDA DAN GEJALA :


1. Kejang Umum
a. Tonik gejala kontraksi otot, tungkai dan siku
berlangsung kurang lebih 20 detik, dengan ditandai
leher dan punggung melengkung, jeritan epilepsi
selama 60 detik.
b. Klonik gejala spasmus fleksi berselang, relaksasi,
hipertensi berlangsung 40 detik, dengan ditandai
midriasis, takikardi, hiperhidrosis, hipersalivasi.
c. Pasca serangan gejala aktivitas otot terhenti ditandai
dengan penderita sadar kembali, nyeri otot dan sakit
kepala, penderita tertidur 1 sampai 2 jam.
2 . Jenis Parsial
(1). Sederhana dengan tidak terdapat gangguan
kesadaran
(2). Complex dengan gangguan kesadaran.

JENIS DAN KLASIFIKASI :


1. Grand Mal ( Tonik Klonik)
Ditandai dengan gangguan penglihatan dan
pendengaran, hilang kesadaran, tonus otot meningkat
fleksi maupun ekstensi, sentakan kejang klonik, lidah
dapat tergigit, hipertensi, takikardi, berkeringat, dilatasi
pupil, dan hipersalivasi, kemudian setelah serangan
pasien dapat tertidur 1-2 jam, penderita lupa,
mengantuk,dan bingung.
2. Petit Mal
Kehilangan kesadaran sesaat, penderita dapat
melamun, apa yang akan dikerjakan klien akan terhenti,
penderita lemah namun tidak sampai terjatuh.

3. Infatile Spasme
Terjadi pada usia 3 bulan sampai 2 tahun, kejang fleksor
pada ekstermitas dan kepala, kejang terjadi hanya beberapa
detik dan berulang, sebagian besar penderita terjadi
retardasi mental.
4. Focal
Terbagi atas 3 jenis :
a. Focal motor yaitu Lesi pada lobus frontal.
b. Focal sensorik yaitu lesi pada lobus parietal.
c. Focal psikomotor yaitu disfungsi lobus temporal

PATOFISIOLOGI

PENATALAKSANAAN :
Dibagi menjadi 2 pengobatan:
1. Pengobatan Kausal.
Penyebab perlu diselidki terlebih dahulu, apakah penderita
penyakit yang aktif misalnya tumor serebri, hematoma sub
dural kronik, bila benar perlu diobati terlebih dahulu penyebab
kejang tersebut.
2. Pengobatan Rutin.
Penderita epilepsi diberikan obat anti konvulsif secara rutin,
biasanya pengobatan dilanjutkan sampai 3 tahun, kemudian
obat dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka
waktu 6 bulan. Pada umumnya lama pengobatan berkisar
antara 2 - 4 tahun bebas serangan. Selama pengobatan
harus di periksa gejala intoksikasi dan pemeriksaan
laboratrium secara berkala.
CONTOH OBAT :
a. Fenobarbital, dosis 3-8 mg / kg BB / Hari
b. Diazepam, dosis 0,2-0,5 mg / kg BB / Hari

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Pemeriksaan Laboratorium ;
seperti pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya
sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit.
Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk
mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan,
jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan
pemeriksaan lain atas indikasi

2. Pemeriksaan EEG
Berguna untuk diagnosis epilepsi. Ada kelainan
berupa epilepsiform discharge atau (epileptiform
activity), misalnya spike sharp wave, spike and wave
dan sebagainya. Rekaman EEG dapat menentukan
fokus serta jenis epilepsi apakah fokal, multifokal,
kortikal atau subkortikal dan sebagainya. Harus
dilakukan secara berkala (kira-kira 8-12 % pasien
epilepsi mempunyai rekaman EEG yang normal).

3. Pemeriksaan Radiologis
Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang
tengkorak, destruksi tulang, intrakranium yang abnormal,
tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura dan erosi.

KOMPLIKASI :
Mengakibatkan kerusakan otak akibat hipoksia jaringan
otak, dan mengakibatkan retardasi mental, dapat timbul
akibat kejang yang berulang, dapat mengakibatkan
timbulnya depresi dan cemas.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN :
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam
beraktivitas yang ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang
lain.
Tanda :
Perubahan tonus, kekuatan otot, gerakan involunter,
kontraksi otot atau sekumpulan otot.
b. Sirkulasi
Gejala :
Hipertensi (tekanan darah tinggi), peningkatan nadi,
sianosis, tanda-tanda vital normal atau depresi dengan
penurunan nadi dan pernafasan.

c. Integritas Ego
Gejala :
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan
keadaan dan atau penanganan peka rangsang,
perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya,
perubahan dalam berhubungan.
Tanda :
Pelebaran rentang respon emosional.
d. Eliminasi
Gejala :
Inkontinesia
Tanda:
Peningkatan tekanan kandung kemih, dan tonus
sfingter, postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan
inkontinensia baik urine maupun fekal.

e. Makanan dan cairan


Gejala :
sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang.
Tanda :
Kerusakan jaringan lunak dan gigi (cedera selama
kejang).
f. Neurosensori
Gejala :
Riwayat sakit kepala, kejang berulang, pingsan, pusing
dan memliki riwayat trauma kepala, anoksia, infeksi
cerebral, adanya aura (rangsangan
audiovisiual,auditorius, area halusinogenik).
Tanda :
Kelemahan otot, paralisis, kejang umum, kejang parsial
(kompleks), kejang parsial (sederhana).

g. Nyeri dan kenyamanan


Gejala :
Sakit kepala, nyeri otot.
Tanda :
Sikap atau tingkah laku yang hati-hati, perubahan tonus otot.
h. Pernafasan.
Gejala :
Sianosis, pernafasan cepat dan dangkal, peningkatan sekresi
mucus, dan apnea.
i. Keamanan
Gejala :
Riwayat terjatuh, fraktur, adanya alergi.
Tanda :
Trauma pada jaringan lunak, ekimosis, penurunan kesadaran,
kekuatan tonus otot secara menyeluruh.

j. Interaksi sosial
Gejala :
Terdapat masalah dalam hubungan interpersonal dalam
keluarga atau lingkungan sosialnya melakukan
pembatasan, penghindaran terhadap kontak sosial.
k. Penyuluhan dan pembelajaran.
Gejala :
Adanya riwayat epilepsi pada keluarga, penggunaan
obat maupun ketergantungan obat termasuk alkohol.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Resiko tinggi terjadi luka / trauma fisik b/d kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba
2.Tidak efektif jalan nafas b/d terjadinya sumbatan lender
atau sekret ditrakeobronkial.
3. Gangguan konsep diri rendah b/d persepsi tidak
terkontrol.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurang
pemahaman atau salah interpretasi informasi.
5. Tidak efektifnya koping individu sampai dengan cacat
psikososial dan sosial
6. Potensial terjadinya serangan berulang atau status
epileptikus.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai