Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sebagai mahasiswa teknik kimia, sering kali kita melihat di laboratorum,

bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat beberapa zat tidak murni.
cara memurnikan zat tersebut bisa digunakan berbagai cara, jika zat tersebut
merupkan zat cair dapat dilakukan dengan metode destlasi, adapun jika zat
tersebut merupakan padatan, maka tekhnik pemisahan yang dilakukan adalah
dengan metode kristalisasi, namun jika zat padat tersebut mudah menguap, maka
pemurniannya dilakukan dengan metode sublimasi. Sebagai contoh dari
pemisahan kristalisasi pada kehidupan sehari-hari misalnya pada proses
pengkristalan garam dari air laut.
Teknik kristalisasi merupakan proses melarutnya zat padat tidak murni
dalam pelarut panas, yang dilanjutkan dengan pendinginan larutan tersebut untuk
membiarka zat tersebut mengkristal. kristalisasi ini didassarkan pada dua prinsip,
yaitu:

Adanya perbedaan kelarutan zat-za padat dalam pelarut tertentu, baik

dalam pelarut murni maupun daam pelarut campuran.


Suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dalam
pelarut dingin.
Sesuai dengan prinsip tersebut hal yang dapat menentukan keberhasilan

pada kristalisasi adalah memilih perat yang tepat. Dimana pelarut tersebut sukar
melarutkan senyawa pada suhu kamar, teapi dapat melarutkan dengan baik pada
titik didihnya.
Dalam laboratorium, banyak sekali zat padat yang dapat larut dengan baik
pada keadaan panas namun sukar melarut pada keadaan dingin. misalnya asam
benzoat, C6H5COOH. Adapula zat yang dapat mudah menguap seperti naftalein.
Untuk itu, pada pemurnian Asam benzoat ini kami melakukannya dengan metode
kristalisasi, sedangkan pada pemurnian naftalein, kami melakukaan pemurniannya
dengan sublimasi

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

Selain itu pula, yang tidak kalah penting adalah mahasiswa teknik kimia
dipersiapkan dalam keterlibatannya di dunia industri. Karena perlu diketahui,
bahwa proses pemisahan dengan kristalisasi merupakan salah satu teknik
pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri karena dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Sehingga pada makalah ini
dimaksudkan sebagai media pemberi wawasan dasar untuk mahasiswa teknik
kimia pada khususnya, untuk mengetahui lebih mendalam mengenai proses
kristalisasi itu sendiri. Baik kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, skala
laboratorium, maupun pada skala industri.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
Apa pengertian kristalisasi ?
Apa faktor-factor yang mempengaruhi kristalisasi ?
Apa jenis-jenis proses kristalisasi ?
Bagaimana mekanisme proses kristalisasi ?
Bagaimana klasifikasi peralatan kristalisasi ?
Apa macam-macam peralatan kristalisasi ?
Bagaimana aplikasi proses kristalisasi dalam industri kimia ?

1.3

Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui pengertian kristalisasi.
Mengetahui faktor-factor yang mempengaruhi kristalisasi
Memahami jenis-jenis proses kristalisasi
Memahami mekanisme proses kristalisasi
Mengetahui klasifikasi peralatan kristalisasi
Mengetahui macam-macam peralatan kristalisasi
Mengetahui aplikasi proses kristalisasi dalam industri kimia

BAB II
PEMBAHASAN

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

2.1

Pengertian Kristalisasi
Kristalisasi atau penghabluran (crystallzation) ialah peristiwa pembentukan

partikel-partikel zat padat (kristal) di dalam suatu fase yang homogen. Kristalisasi
merupakan metode yang praktis untuk mendapatkan bahan-bahan kimia murni
dalam kondisi yang memenuhi syarat baik untuk pengemasan ataupun untuk
penyimpanan.
Dalam proses kristalisasi disini, kita menggunakan alat yang dinamakan
dengan crystallizer. Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh
atau membuat kristal dari larutannya. Oleh karena itu, larutan yang akan
dikristalisasi harus dibuat lewat jenuh terlebih dulu dengan jalan penguapan atau
pendinginan. Kristalisasi tidak dapat terjadi tanpa super saturasi terlebih dahulu,
dimana cara memperoleh saturasi ini tergantung dari kelarutannya. Sebagai
contoh misalnya NaNO3, untuk memperoleh super saturasi dan kristalisasi dapat
dilakukan dengan :
Pendinginan tanpa penguapan
Penguapan tanpa pendinginan
Kombinasi penguapan dan pendinginan (adiabatic)
2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi


2.2.1 Kecepatan kristalisasi
Kecepatan kristalisasi meliputi :
Pembentukan inti kristal
Pertumbuhan kristal
Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan :

Pendinginan yang cepat


Pengadukan yang baik
Memakai larutan yang murni
Temperature yang tinggi
Konsentrasi yang tinggi
Pemberian kristal halus sebagai bibitan

2.2.2 Hasil kristalisasi


Hasil kristalisasi tergantung dari prosesnya. Apabila proses kristalisasi
berjalan cepat maka kristal yang terjadi halus. Sebaliknya bila proses
kristalisasi berjalan lambat maka kristal yang terbentuk kasar (besar).
[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

2.2.3 Kemurnian dan ukuran Kristal


Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian kristal
yang dihasilkan. Hal ini terutama bagi kristal yang mudah larut dan
kristal yang bersifat hidroskopis. Untuk ini lebih baik larutan yang
akan dikristalkan dibuat semurni mungkin sehingga pada kristalisasi
akan diperoleh kristal yang lebih bersih.
2.2.4 Energi yang diperlukan
Pada kristalisasi energi diperlukan untuk penguapan sampai diperoleh
larutan yang lewat jenuh. Untuk kristaliser yang bekerja secara
adiabatic (tidak memerlukan energi dari luar) biasanya menggunakan
penguapan disertai pendinginan atau dengan memakai vacuum.
2.2.5 Uniformity (keseragaman ukuran)
Kristal yang uniform dapat diperoleh dengan menambahkan kristak
halus pada larutan yang telah lewat jenuh. Disini kristal halus tersebut
berfungsi sebagai inti kristal (bibitan). Kristal yang uniform akan
memberikan keseragaman dalam proses berikutnya terhadap kristal
tersebut. Disamping itu kristal yang uniform menunjukkan bahwa
proses pembuatanyya sangat teliti sehingga akan lebih menarik.

2.3

Jenis-Jenis Proses Kristalisasi


Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama
yaitu sebagai berikut :
1. Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi yang

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

umum dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk


kristal senyawa anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir,
sodium glutamat, asam sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dll.

2. Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk


pembuatan silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver
yang merupakan bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit (IC).
Proses Prilling ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe
kristalisasi ini.
3. Kristalisasi dari fasa uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana
suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal.
Dalam industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk
mendapatkan produk kristal yang murni. Contohnya pemisahan suatu
senyawa dari campurannya melalui tahapan proses (pemurnian
anthracene, anthraquinon, camphor, thymol).
Berdasarkan pengurangan pelarutnya dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kristalisasi penguapan
Dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik
bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Selain dengan cara
distilasi, garam juga bisa dipisahkan dari air dengan cara menguapkan
airnya sampai habis sehingga yang tertinggal sebagai residu hanyalah
garamnya. Kristalisasi penguapan dilakukan oleh para petani garam.
Pada saat air pasang, tambak-tambak garam akan terisi air laut. Pada saat
air surut maka air laut yang sudah mengisi tambak garam akan tetap
berada di tempat itu. Adanya pengaruh sinar matahari mengakibatkan
komponen air dari air laut dalam tambak akan menguap dan komponen
garamnya akan tetap dalam larutan. Jika penguapan ini terus
berlangsung, lama-kelamaan garam tersebut akan membentuk kristalkristal garam tanpa harus menunggu sampai airnya habis.
2. Kristalisasi pendinginan
[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

Dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan


turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku
terlebih dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat
dipisahkan dengan cara penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut
sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap tinggal di atas saringan sebagai
residu.
3. Kristalisasi penambahan senyawa lain
Penambahan senyawa lain, non solven, ke dalam larutan yang akan
menurunkan solubilitas padatan dan reaksi kimia.
2.4

Mekanisme Kristalisasi
Supersaturasi (Supersaturated State)
Pendinginan
Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan
penurunan suhu (pendinginan) untuk larutan yang dipengaruhi suhu.
Penguapan solven
Konsentrasi larutan menjadi makin pekat
Penambahanlarutanlain (non solven)
Menurunkan solubilitas padatan

Ketika suatu cairan atau larutan telah jenuh, terdapat termodinamika


yang mendorong kristalisasi. Molekul-molekul cenderung membentuk
kristal karena pada bentuk kristal, energi sistem mencapai minimum.
Selama nukleasi atau pembentukan inti kristal, molekul dalam wujud
cair mengatur diri kembali dan membentuk klaster yg stabil dan
mengorganisasikan diri membentuk matriks kristal.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

Nukleasi (Nucleation)
Laju nukleasi ialah banyaknya partikel baru yang terbentuk per satuan
waktu per satuan volume magma atau larutan induk bebas zat padat.
Besaran ini merupakan parameter kinetic pertama yang mengendalikan
distribusi ukuran kristal. Ada beberapa pengeringan nukleasi :
Nukleasi Primer
Nukleasi ialah lahirnya suatu benda yang sangat kecil, merupakan suatu
fase baru di dalam fase yang telah ada, dimana fase yang telah ada itu
homogen dan lewat jenuh. Pada dasarnya fenomena nukleasi sama
dengan kristalisasi dari larutan, kristalisasi dari cairan, kondensasi tetesan
kabut didalam uap yang lewat dingin dan pembangkitan gelembung di
dalam zat cair panas lanjut. Nukleasi merupakan akibat fluktuasi local
yang berlangsung cepat pada skala molekul di dalam fase homogeny
yang berada di dalam keseimbangan metastabil. Fenomena dasarnya
disebut nukleasi homogen yang terbatas pada pembentukan partikel baru
di dalam suatu fase tanpa terpengaruh oleh suatu zat padat termasuk
dinding bejana atau partikel submikroskopik paling kecil sekalipun.
Variasi nukleasi homogen terjadi bila partikel zat padat asing masih
mempengaruhi proses nukleasi dengan mengkatalisis laju pertambahan
nukleasi pada suatu keadaan lewat jenuh tertentu atau memberikan suatu
laju tertentu pada lewat jenuh dimana nukleasi homogeny hanya akan
berlangsung sesudah memakan waktu yang lama sekali. Proses ini
disebut nukleasi heterogen.
Nukleasi Sekunder
Pembentukan inti yang dapat dikatakan dipengaruhi oleh kristal-kristal
mikroskopik yang sudah ada di dalam magma dinamakan nukleasi
sekunder. Ada dua macam nukleasi sekunder, yang pertama disebabkan
geser fluida dan tumbukan antara sesama kristal yang ada/dinding
kristalisator/ impeller putar/daun agitator.
Nukleasi Geser Fluida

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

Nukleasi jenis ini diketahui berlangsung pada kondisi tertentu dan


diperkirakan juga berlangsung pada kondisi lain. Bila larutan lewat jenuh
bergerak dengan kecepatan agak tinggi melewati permukaan kristal yang
sedang tumbuh, tegangan geser (shear stress) pada lapisan batas dapat
menyebabkan embrio atau inti tersapu dan muncul sebagai kristal baru.
Inti tersebut seharusnya menjadi bagian dari kristal yang sedang tumbuh
tadi.
Nukleasi Kontak
Nukleasi sekunder dipengaruhi oleh intensitas pengadukkan, jenis ini
merupakan nukleasi yang paling banyak terdapat dalam kristalisator
industry Karena terjadi

pada lewat jenuh rendah, dimana laju

pertumbuhan kristal adalah optimum untuk menghasilkan kualitas yang


baik. Nukleasi kontak sebanding dengan pangkat satu lewat jenuh, bukan
pangkat 20 lebih seperti nukleasi primer sehingga mudah dikendalikan
tanpa mengalami operasi yang tak stabil. Dalam nukleasi dan
pertumbuhan digunakan satuan mol sebagai pengganti satuan massa.

Pertumbuhan Kristal (Growth)


Fase ini sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari larutan, suhu, energi
yang dipakai untuk berada pada tahap ini (misalnya agitasi) dan
tambahan eksternal (memakai molekul kristal kembaliseeding agent).
Kristalisasi dari sebuah larutan dibagi menjadi dua langkah proses.
Langkah pertama adalah pemisahan fase atau kelahiran kristal baru.
Kedua adalah pertumbuhan kristal kedalam ukuran yang lebih besar. Dua
proses tersebut dikenal sebagai nukleasi dan crystal growth. Pertumbuhan
kristal bersama nukleasi dapat mempengaruhi ukuran kristal yang kita
peroleh.
Laju pembentukan inti (nukleasi) dapat dinyatakan dengan jumlah inti
yang terbentuk dalam satuan waktu. Bila laju pembentukan inti tinggi,
maka kristal yang terbentuk akan semakin banyak dan terdiri dari partikel
partikel kecil. Laju pembentukan inti ini tergantung pada derajat lewat
jenuh dari larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh maka semakin

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

besar kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga akan semakin


besar laju pembentukan inti.
Pada proses kristalisasi, kristal dan cairan induk berada pada waktu yang
cukup lama sehingga mencapai keseimbangan dan cairan induk itu jenuh
pada suhu akhir proses. Perolehan kristal dapat dihitung dari konsentrasi
larutan awal dan kelarutan pada suhu akhir. Jika selama proses terjadi
penguapan yang cukup besar, kuantitasnya harus diketahui atau dapat
diperkirakan.
Bila laju pertumbuhan kristal lambat diperlukan waktu yang agak
panjang untuk mencapai keseimbangan. Hal ini sangat besar bila larutan
itu viskos atau dimana kristal itu mengumpul di dasar kristalisator
sehingga hanya sedikit saja permukaan kristal yang terkena larutan lewat
jenuh. Sehingga cairan induk akhir sangat jenuh dan perolehan yang
didapat akan lebih kecil dari hasil perhitungan dari kurva kelarutan.
Jika kristal itu bebas air perhitungan lebih sederhana karena zat padat
tidaka mengandung pelarut. Bila hasil mengandung air kristalisasi, air
yang terdapat bersama kristal harus diperhitungkan karena air ini tidak
terkandung didalam larutan. Data kelarutan ini biasanya diberikan
sebagai bagian massa bahan bebas air perseratus bagian dari massa
pelarut total atau dalam persen massa zat terlarut bebas air. Data tersebut
tidak memperhitungkan air kristalisasi. Kunci dalam perhitungan
perolehan zat terlarut bebas air ialah menyatakan semua massa dan
konsentrasi sebagai garam hidrasi dan air bebas. Oleh karena kuantitas
yang terakhir ini tetap berada dalam fase zat cair selama berlangsungnya
kristalisasi, konsentrasi atau kuantitas yang didasarkan atas air bebas
dapat dikurangkan untuk memberikan hasil yang benar.
2.5 Klasifikasi Peralatan Kristalisasi
Berdasarkan cara memperoleh super saturasi, peralatan kristalisasi
diklasifikasikan sebagai berikut :
Super saturasi diperoleh dengan pendinginan tanpa penguapan :
Tank Crystallizer
Swenson Walker Crystallizer

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

Crystal Cooling Crysyallizer


Super saturasi diperoleh dengan penguapan tanpa pendinginan :
Crystal Evaporator Crystallizer
Strike Pans
Super saturasi diperoleh dengan kombinasi penguapan dan pendinginan
adiabatic :
Swenson Vacum Crystallizer
Crystal Vacum Crystallizer
2.6 Macam-Macam Peralatan Kristalisasi
1. Agitated Batch Crystallizer
Merupakan type yang kuno, beroperasi secara batch dan sebagai
pendingin dipakai air yang dialirkan di dalam pipa-pipa pendingi yang
ada di dalam bejana.
Kerugiannya :
Proses secara batch sehingga banyak waktu untuk bongkar pasang
Pada koil terjadi kritalisasi paling cepat atau banyak
Pemeliharaan dan pembersihannya lebin sulit

Gambar 1. Agitated Batch Crytallizer

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

10

Cara kerja :
Air akan mengalir sepanjang gulungan kawat. Pendingin dan larutan
digerakkan oleh baling-baling yang terdapat pada tanki. Agitasi ini
menunjukkan 2 fungsi, yaitu :
Hal ini akan menambah transfer panas serta menjaga temperatur
larutan agar tetap sama.
Menjaga kebaikan kristal pada suspensi ini serta memberikan
kesempatan pembuatan yang lebih seragam dari luar kristal yang
terbentuk (agregat).
2. Swenson Walker Crystallizer
Biasanya digunakan untuk proses kristalisasi dengan pendinginan. Sesuai
dengan

sifat kelarutan suatu zat di dalam pelarut, maka kristalisasi

dengan pendinginan ini hanya baik untuk larutan yang perubahan


kelarutanya cepat bila temperature sedikit berubah. Alat ini berupa suatu
larutan yang panjang dan berjaket, dimana jaket tersebut untuk aliran air
pendingin. Biasanya terdiri dari beberapa ruas/unit yang masing-masing
bersambungan saut dengan yang lain membentuk kristaliser yang
panjang. Biasanya lebar = 24 inch dengan dasr semisilindris tiap = 10 ft.
Di dalam salurannya dilengkapi dengan pengaduk yang horizontal
sepanjang saluran. Pengaduk tersebut berupa suatu as yang dilengkapi
dengan pengaduk bentuk helic, yang mana disamping fungsinya sebagai
pengaduk (untuk membuat homogen) juga untuk mengalirkan bahan
sesuai dengan arus aliran helicnya.
Larutan masuk pada ujung yang satu dengan temperature yang tinggi dan
keluar pada ujung yang lain dengan temperature yang relative rendah. Air
pendingin dapat dialirkan da dalam jaket secara cocurrent ataupun conter
current.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

11

Gambar 2. Penampang Swenson Walker Crystallizer


Cara kerja :
Larutan masuk pada ujung yang satu dengan temperatur yang tingi dan
keluar pada ujung yang lain dengan temperatur relatif rendah. Air
pendingin dapat dialirkan di dalam jaket secara co-current ataupun
counter current. Di dalam salurannya dilengkapi pengaduk yang
horisontal sepanjang saluran. Pengaduk tersebut berupa suatu as yang
dilengkapi dengan pengaduk bentuk helic, yang mana disamping
fungsinya sebagai pengaduk (untuk menjadikan larutan homogen) juga
untuk mengalirkan bahan sesuai dengan arus helicnya.

3. Crystal Cooling Crystallizer


Merupakan crystallizer dengan menggunakan air sebagai media
pendingin. Kadang-kadang digunakan juga larutan garam sebagai media
pendingin. Proses yang terjadi terdiri dari :
Pembentukan larutan lewat jenuh (super saturasi) :
Feed merupakan larutan jenuh yang tercampur dengan sisa larutan
dari tangki

pengkristalan dilewatkan pada cooler, karena adanya

penurunan suhu maka dihasilkan larutan lewat jenuh.


Pembentukan/pertumbuhan kristal :
Larutan lewat jenuh yang diperoleh dialirkan dalam tangki kristalisasi
sehingga terjadi kontak dengan inti kristal dan terjadi pertumbuhan
kristal. Sisa kristal setelah kristalisasi disirkulasi kembali dicampur
dengan feed yang masuk.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

12

Gambar 3. Crystal Cooling Crystallizer


Cara Kerja :
Pembentukan larutan lewat jenuh(super saturasi)
Feed merupakan larutan jenuh yang tercampur dengan sisa larutan
dari tangki

pengkristalan lewat jenuh pada cooler,karena adanya

penururnan suhu dihasilkan larutan lewat jenuh.


Pembentukan/pertumbuhan kristal
Larutan jenuh yang diperoleh dialirkan dalam tangki kritalisasi
sehingga terjadi kontak dengan inti kristal dan tejadi pertumbuhan
kristal.Sisalarutan setelah dikristalisasi disirkulasi kembali dicampur
dengan feed yang masuk.
4. Evaporator Crystallizer
Digunakan untuk kristalisasi dengan penguapan non adiabatic. Alat ini
terdiri dari dua bagian yaitu :
Heat exchanger sebagai penguap dengan pemanas uap
Crystallizer yang berfungsi sebagai tempat kristalisasi
Kedua alat ini digabung menjadi satu sehingga merupakan evaporator
crystallizer. Disini super saturasi diperoleh dengan penguapan di dalam
evaporator, yang mana sebelum masuk ke evaporator terlebih dulu
dilewatkan heater yang dipanaskan dengan uap dengan system shell side.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

13

Gambar 4. Evaporator Crystallizer


Cara kerja :
Feed masuk pada T, kemudian masuk pada pemanas (heater), dialirkan
uap (steam yang berada diluar tabung. Kemudian dikeluarkan pada
kondensor bagian bawah dan dipompakan ke bejana. Diatas evaporator
ada penghisap U untuk mengkondisikan, umumnya untuk mencapai
supersaturasi. Kemudian jika sudah jenuh turun pada bejana dan terjadi
pertumbuhan kristal besar dan dialirkan ke M. Kristal murni diperoleh
dengan jalan centrifugasi.
Pada kristal keluarnya dipanaskan kembali pada heater bersama-sama
feed yang masuk dan disirkulasi kembali sehingga bekerja secara
kontinyu. Kristal hasil dan mother liquor dikeluarkan lewat M untuk
dipisahkan kristalnya dengan menggunakan separator atau centrifuge.
5. Batch Vacum Crystallizer
Merupakan salah satu type dari Swenson Vacum Crystallizer. Didalam
tangki kristalisasi terdapat propeller yang dapat menimbulkan olakan
centrifugal dalam larutan pada kemiringan yang sama. Dengan adnya
olakan tersebut akan mengakibatkan tumbuhnya kristal pada larutan yang
lewat jenuh. Tangki kristalisasi dibuat vacuum dengan menggunakan
steam jet booster dan kondensor. Boster diperlukan apabila suhu akhir
dari magma di bawah suhu yang seharusnya. Kondensor dilengkapi

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

14

dengan pompa vacuum yang digunakan juga untuk memindahkan udara


maupun gas-gas yang tak terkondensasikan.

Gambar 5. Batch Vacum Crystallizer


Cara kerja :
Feed masuk mencapai ketingggian tertentu, kran masuk ditutup. Di
dalam tangki terdapat propeller yang dijalankan sehingga menimbulkan
olakan-olakan centrifugal didalam kristal pada larutan lewat jenuh.
Tangki krital dibuat vacuum dengan menggunakan jet bouster dan
kondensor yang juga dipengaruhi oleh pompa vacuum. Kemudian steam
digunakan untuk mendorong uap ke vacuum pompa. Yang sebelumnya
dihisap oleh bouster dan dibuat vacuum, untuk memperbesar vacuum
menggunakan kondensor. Pada kondensor digunakan atau dilengkapi
pompa vacuum agar uap yang tidak terkondensasi dihisap oleh pompa
vacum. Setelah penguapan tersebut larutan lewat jenuh sehingga
mempengaruhi pertumbuhan kristal. Kemudian kristal dikeluarkan dan
lewat induk dipisahkan dengan cara centrifugal.
6. Continuous Swenson Vacum Crystallizer
Operasi yang direncanakan dalam unit ini semua magma disirkulasi
dengan pompa melalui dasar tangki. Aliran yang keluar dari pompa
menimbulkan olakan yang berfungsi sebagai pengadukan sehingga suhu
dan konsentrasinya uniform.
Dengan adanya system vacuum maka uap meninggalkan tangki menuju
booster atau kondensor. Suhu larutan yang keluar dari pompa sedikit

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

15

lebih tinggi (+ 20F) dibanding suhu magma di dalam tangki. Perbedaan


suhu ini diatur dengan control terhadap perbandingan antara feed dengan
magma yang direcycle. Pipa pengeluaran kristal dibuat miring ke atas
dengan maksud apabila sementara discharge ditutup, kristal akan kembali
ke pipa kristalisasi sehingga menyumbat aliran, untuk memberi
kesempatan pertumbuhan kristal. Pertumbuhan kriatal yang baik terjsdi
pada magma dengan density tinggi dan berkisar antara 20-30% solid.

Gambar 6. Continuous Swenson Vacum Crystallizer


Cara kerja :
Sistem yang digunakan dalam operasi alat ini yaitu sistem vaccum.
Dengan adanya sistem vaccum maka uap meninggalkan tangki menuju
booster atau kondensor. Larutan umpan akan masuk ke dalam pipa-turun
sebelum disedot oleh pompa sirkulasi.
Cairan induk dan kristal ditarik keluar melalui pipa pengeluar yang
ditempatkan diatas pemasuk umpan didalam pipa-turun. Cairan induk
dipisahkan dari kristal didalam pemisah sentrifugal kontinue, kristal
dibawa keluar sebagai hasil atau untuk diolah lebih lanjut, dan cairan
induk didaurkan kembali kedalam pipa turun. Sebagian cairan induk
dikeluarkan dari sistem dengan pompa untuk mencegah akumulasi
ketakmurnian.
Crystallizer dilengkapi klasifikasi dan pemindahan inti kristal ukuran
kristal yang lebih kecil biasanya tidak diinginkan, sehingga harus dicegah
supaya tidak masuk dalam tangki kristalisasi dengan jalan mengalirkan

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

16

ke classifier. Untuk membantu pemisahan kristal kecil agar tidak terikut


keluar sebagai produk maka dialirkan larutan jenuh dari bawah kaki
cristallizer. Klasifikasi hanya efektif bila jumlah pertumbuhan kristal
dapat diatur. Untuk memindahkan inti kristal yang tidak diinginkan
(kelebihan inti kristal) maka magma disirkulasi melalui separator. Dalam
separator, kristal yang besar mengendap kebawah yang kemudian
bersama sama feed disirkulasi kembali, sedang kristal yang kecil (inti
kristal) bersama sama cairan akan dikeluarkan.
7. Crystal Vacum Crystallizer
Feed dicampur dengan cairan yang direcycle dipompa ke ruang penguap
untuk diuapkan secara adiabatic sehingga terjadi larutan lewat jenuh.
Larutan tersebut mengalir melalui pipa ke tangki kristalisasi sehingga
terbentuk kristal di dalam tangki kristalisasi, kemudian kristal
dikeluarkan melalui dischargenya dan cairannya direcycle.
Dengan alat ini ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan
mengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau sirkulasinya lambat maka
kristal yang kecil-kecilpun akan larut mengendap.

Gambar 7. Crystal Vacum Crystallizer


Cara Kerja :
Feed dicampur dengan cairan yang direcycle kemudian dipompa ke

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

17

ruang penguap untuk diuapkan secara adiabatic sehingga terjadi larutan


lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir melalui pipa tangki kristalisasi
sehingga terbentuk kristal, kemudian kristal dikeluarkan melalui
discangernya sedangkan cairan direcycle.
8. Continuous Crystallizer
Pada kristaliser unit tunggal, pada dasarnya menyerupai evaporator efek
tunggal tetapi unit ini dapat pula dioperasikan dalam efek berganda.
Magma disirkulasikan dari dasar kristaliser yang berbentuk kerucut,
melalui pipa turun ke dalalm pompa sirkulasi yang mempunyai tinggi
tekan rendah dan kecepatan rendah,mengalir ke atas melalui pemanas
tabung vertical yang dipanaskan oleh uap yang kondensasi di dalam
selongsongnya dan kemudian ke dalam tubuh alat. Uap panas masuk
melalui pemasuk tangensial yang terletak persis di bawah permukaan
magma. Uap ini menyebabkan terjadinya gerakan aduk didalam magma
yang mempermudah evaporasi kilat dan membuat magma itu seimbang
dengan uap karena aksi kilat adiabatic. Keadaaan lewat jenuh yang
dibangkitkan akan memberikan potensial pendorong nukleasi dan
pertumbuhan. Volume magma dibagi dengan laju aliran volumetric
magma melalui pompa bubur memberikan waktu retensi atau waktu
ketertahanan.

Gambar 8. Continuous Crystallizer

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

18

Cara Kerja :
Larutan umpan masuk ke dalam pipa turun sebelum disedot oleh pompa
sirkulasi. Cairan induk dipisahkan dari kristal di dalam pemisah
sentrifugal kontinyu, kristal dibawa keluar sebagai hasil atau untuk
diolah lebih lanjut, dan cairan induk didaurkan kembali ke dalam pipa
turun. Sebagian cairan induk dikeluarkan dari system dengan po,pa untuk
mencegah akumulasi impuritas.
9. Draft Tube Baffle Crystallizer
Merupakan kristalisator yang lebih efektif dan serbaguna. Tubuh
kristalisator ini dilengkapi dengan tabung jujut (draft tube) yang juga
berfungsi sebagai sekat untuk mengendalikan sirkulasi magma, dan
agitator propeller yang mengarah ke bawah untuk memberikan sirkulasi
yang terkendali di dalam kristalisator.

Gambar 9. Draft Tube Crystallizer


2.7 Aplikasi Proses Kristalisasi Di Industri
Kristalisasi adalah salah satu dari berbagai macam cara proses
pemisahan/separasi yang digunakan sebagai metoda untuk pemurnian,
artinya memisahkan salah satu yang banyak digunakan sebagai senyawa

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

19

dari campuran senyawa-senyawa sehingga diperoleh produk berupa kristal


yang lebih murni. Dengan pengertian tersebut proses kristalisasi dapat
dilakukan dengan 2 metoda yaitu kristalisasi dari larutan/solution dan
kristalisasi lelehan.
Kebanyakan proses kristalisasi di industri kimia menggunakan metoda
kristalisasi dari larutan sedangkan metoda kristalisasi dari lelehan banyak
ditemui di industri gelas kristal dan semikonduktor seperti kristal Silicon
dan Ga-As untuk pembuatan dari salah satu bagian dalam proses pembuatan
gelas kristal chips intregrated circuit. Sasaran dari semua industri ini adalah
untuk memperoleh atau mendapatkan produk kristal yang kemurniannya
memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan kisaran ukuran produk kristal
pun sesuai permintaan pasar. Ketidak sesuaian kemurnian dan ukuran
produk kristal ini akan membuat ongkos produksi menjadi mahal karena
mengharuskna dilakukan nya resprosesing lagi yaitu dengan melarutkan
kembali dalam solven kemudian dilakukan rekristalisasi. Namun proses
kristalisasi sangatlah luas tiap industri, sehingga pada pembahasan ini akan
dipaparkan mengenai aplikasi pada industri gula..
Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa
tahap yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian,
penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling).
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum
dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih
dahulu direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk
menurunkan viskositas masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula
dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun ABC.
Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental.
Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat
masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga
tingkat masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang
rendah pabrik gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A
sebagai produk utama. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah
menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

20

kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus menerus koefisien


kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan
terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit,
yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian
melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal
harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan.
Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan
ke palung pendingin(receiver) untuk proses Na Kristalisasi. Tujuan dari
palung pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk
dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung pendingin dapat
menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga
dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk.
Untuk lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung
pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi.
BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari penjelasan pada makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
1.

Kristalisasi

atau

penghabluran

(crystallzation)

ialah

peristiwa

pembentukan partikel-partikel zat padat (kristal) di dalam suatu fase


yang homogen. Kristalisasi merupakan metode yang praktis untuk
mendapatkan bahan-bahan kimia murni dalam kondisi yang memenuhi
syarat baik untuk pengemasan ataupun untuk penyimpanan.
2.

Mekanisme kristalisasi yaitu supersaturasi, nukleasi, dan pertumbuhan


kristal.

3.

Jenis-jenis proses kristalisasi apabila dipandang dari asalnya terdapat


tiga proses yaitu, kristalisasi dari larutan, dari lelehan, dan dari fasa uap.
Sedangkan, apabila dilihat dari pengurangan pelarutnya, terdiri dari tiga
proses

pula,

yaitu,

kristalisasi

penguapan,

pendinginan,

dan

penambahan senyawa lain.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

21

4.

Aplikasi proses kristalisasi dalam industri, khususnya pada industri gula


yaitu, dikenal dengan sistem masak ACD, ABC, dan ABCD. Tergantung
pada kemurnian nira kental.

[Kristalisasi/ Pemisahan Campuran Heterogen II] | Kelompok 1

22

Anda mungkin juga menyukai