Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

METODE DAN TEKNIK ANALISIS LINGKUNGAN


AIR TANAH DAN AIR KRAN

Dosen Pembimbing : Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST. DEA


Asisten Dosen : Ni Made Pertiwi Jaya (080810757)

Oleh :
Kelompok VII
Pandu Aditya (080911002)
Bakhtiar Vandy R. (080911009)
Febri Eko W. (080911010)
Stephanie Yuliana (080911013)
Yuanita Arum P. (080911030)
Nazar Fahmi A S (080911048)
Mirqotul Aliyah (080911050)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan. Segala aspek kegiatan
memerlukan air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut. Selain itu tubuh makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh
sangat bergantung dengan air. Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat
dengan begitu luas lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada
di bumi terdapat di bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan.
Air yang letaknya berada di bawah permukaan tanah biasa disebut dengan
air tanah. Contoh air tanah seperti sumur bor, sumur gali, dan sumur patek. Selain
air tanah, ada juga air permukaan. Air permukaan merupakan air yang berada di
atas permukaan tanah misalnya danau dan sungai.
Kehidupan makhluk hidup bergantung dengan pasokan air yang berada di
atas maupun di bawah permukaan tanah. Jika air tersebut terkontaminasi dengan
zat-zat berbahaya maka proses kehidupan serta berbagai kegiatan akan terganggu.
WHO memperkirakan 80% penyakit di dunia bersinggungan dengan sanitasi dan
air yang tidak layak (Anonim1, 2008).
Karena begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia maka sangat
diperlukan adanya sampling air terutama air tanah yang merupakan air di bawah
permukaan dan air kran yang merupakan sampel air di atas permukaan untuk
mengetahui kadar dan jenis air sehingga dapat diketahui apakah air tersebut
mengandung zat berbahaya atau tidak serta mengetahui seb erapa besar
kandungan-kandungan zat pada air sehinga air-air tersebut dapat digolong-
golongkan menurut fungsi dan manfaatnya.

1.2. Tujuan
1. Dapat melakukan teknik sampling dengan benar sesuai jenis sampel
(air sumur dan air kran).
2. Untuk mengetahui kualitas air sumur dan tanah sesuai parameter yang
diukur.
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan teknik sampling dengan benar sesuai jenis
sampel (air sumur dan air kran)?
2. Bagaimana kualitas air sumur dan tanah sesuai parameter yang diukur?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Tanah


Air tanah merupakan air yang berada di bawah tanah sebanyak 98 %.
Karena jumlah air tanah banyak maka air tanah memegang peranan penting dalam
sirkulasi air alami (Seyhan, 1977). Seperti yang telah diketahui sirkulasi air
sederhana meliputi adanya evaporasi di laut yang menimbulkan uap air
membentuk awan. Awan tersebut berjalan terhembus angin dan di darat, uap air
tersebut turun menjadi tetes-tetesan air lalu air tersebut kembali meresap ke tanah
dan kembali ke laut. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk suatu tetes hujan
berjalan dari hujan ke laut adalah lebih dari 400 tahun (Gelhar, 1972).
Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup
kira-kira 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir-akhir ini pemanfaatan
air tanah meningkat dengan cepat, bahkan di beberapa tempat tingkat
eksploitasinya sudah sampai tingkat yang membahayakan. Air tanah biasanya
diambil, baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur
terbuka, sumur tabung, spring, atau sumur horisontal. Kecenderungan memilih air
tanah sebagai sumber air bersih, dibanding air permukaan, mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
a. Tersedia dekat tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan bangunan
pembawa/distribusi lebih murah.
b. Debit (produksi) sumur biasanya relatif stabil.
c. Lebih bersih dari bahan cemaran (polutan) permukaan.
d. Kualitasnya lebih seragam.
e. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dan binatang air.

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan
membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi
permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya
terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan yang
lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Sumur gali
biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5–8 meter di bawah
permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai di mana air tawar berada di
atas air asin. Perlu diperhatikan untuk sumur di daerah pantai lengkung penurunan
permukaan (depression cone) air tanah harus sekecil mungkin untuk menghindari
tersedotnya air asin ke dalam sumur (intrusi).
Untuk pengambilan air tanah dengan jumlah cukup besar, misalnya untuk
daerah industri, cara yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam
(deep wells) yang pada umumnya terbuat dari pipa, dan air yang diambil adalah
air tanah.
Teknik sampling air tanah terbagi atas dua cara yaitu cara pengambilan
contoh untuk pengujian kualitas air secara umum dan cara pengambilan contoh
untuk pengujian kandungan oksigen terlarut. Untuk cara pengambilan contoh
untuk pengujian kualitas air secara umum dibutuhkan alat pengambil sampel
sesuai dengan jenis air yang akan diuji.
Pertama-tama alat tersebut dibilas dengan contoh yang akan diambil
sebanyak 3 kali lalu dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan peruntukan
analisis dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Setelah itu segera
dilakukan pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan, daya hantar listrik, dan pH
yang dicatat dalam buku catatan khusus.
Sedangkan untuk cara pengambilan contoh untuk pengujian kandungan
oksigen terlarut diperlukan sarung tangan lateks yang harus terus dipakai (tidak
boleh mengggunakan sarung tangan plastik atau sintetis). Dalam pengambilan
sampel untuk analisa kandungan oksigen terlarut, sampel tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi yang akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut
menjadi bertambah sehingga hasil analisa tidak representatif.

2.2. Air Kran


Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air
menurut peruntukannya adalah sebagai berikut: (Effendi, 2003)
1. Golongan A, yaitu air yang dipergunakan sebagai air minum
secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha di perkotaan, dan pembangkit listrik tenaga air.

Air yang keluar dari kran/ ledeng pada umumnya berasal dari perusahaan
penyuplai air (PDAM). Air baku sebagai sumber air yang digunakan PDAM
terdiri dari air tanah dalam, mata air, dan sungai. Air tanah dalam dan mata air
biasanya berkualitas baik dan hanya memerlukan pengolahan sederhana untuk
dapat digunakan sebagai air minum yang memenuhi syarat, sedangkan air
permukaan biasanya memerlukan pengolahan lengkap agar dapat mencapai
standar fisika, kimia maupun bakteriologis dari air minum. Sebagai contoh yaitu
sumber air baku yang digunakan oleh PDAM DKI saat ini berasal dari sungai
antara lain sungai Ciliwung, Krukut, Pesanggrahan, Saluran Sekunder Bekasi
Tengah serta Banjir Kanal 2. Sedangkan sumber air baku PDAM Depok berasal
dari sungai Ciliwung dan mata air Ciburial, Tangerang berasal dari sungai
Cisadane dan sumur pompa yang berasal dari tanah dalam, Bekasi berasal dari
waduk Jatiluhur yang dialirkan melalui Sungai Kalimalang (Raini et al., 2004).
Air baku telah melalui sebuah proses fisik, kimia, dan biologi sehingga air
tersebut memenuhi standar baku mutu (air golongan B). Air yang telah memenuhi
standar baku mutu maka akan didistribusikan kepada masyarakat yang
mempunyai instalasi pipa PDAM.
Teknik sampling air kran terbagi atas dua cara yaitu cara pengambilan
contoh untuk pengujian kualitas air secara umum dan cara pengambilan contoh
untuk pengujian kandungan oksigen terlarut. Untuk cara pengambilan contoh
untuk pengujian kualitas air secara umum dibutuhkan alat pengambil sampel
sesuai dengan jenis air yang akan diuji.
Pertama-tama buka kran dan biarkan air mengalir selama 3 menit lalu bilas
alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3 kali. Debit kran yang masuk ke
dalam tempat sampel diatur sesuai dengan diameter mulut tempat sampel lalu
ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan masukkan ke dalam wadah
yang sesuai. Setelah itu segera dilakukan pengujian untuk parameter suhu,
kekeruhan, daya hantar listrik, dan pH lalu dicatat dalam buku catatan khusus.
Sedangkan untuk cara pengambilan contoh untuk pengujian kandungan
oksigen terlarut diperlukan sarung tangan lateks yang harus terus dipakai (tidak
boleh mengggunakan sarung tangan plastik atau sintetis). Dalam pengambilan
sampel untuk analisa kandungan oksigen terlarut, sampel tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi yang akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut
menjadi bertambah sehingga hasil analisa tidak representatif.

2.3. Parameter Kualitas Air Kran


Pengujian parameter lapangan yang dapat berubah dengan cepat,
dilakukan langsung setelah pengambilan contoh. Parameter tersebut antara lain:
(Anonim3, 2008)
a. pH
b. suhu
c. daya hantar listrik
d. klor bebas
e. oksigen terlarut

2.4. Standar Air Minum dan Air Bersih


2.4.1. Standar Air Minum
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.907/MenKes/SK/VII/2002 yang
dapat disebut sebagai air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Kualitas air harus memenuhi syarat
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif.
Parameter-parameter yang sering diuji dan kandungan maksimum yang diizinkan
dapat dilihat pada tabel berikut ini: (Chen, 2008)

No. Parameter Satuan Maksimum


A.FISIKA
01. Bau - Tidak berbau
02. TDS (Total Zat Padat mg/l 1000
Terlarut)
03. Kekeruhan Skala NTU 5
04. Rasa - Tidak Berasa
05. Warna Skala TCU 15
B.KIMIA
a. Kimia Anorganik
01. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001
02. Aluminium (Al) mg/l 0.2
03. Arsen (As) mg/l 0.05
04. Besi (Fe) mg/l 0.3
05. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
06. Klorida mg/l 250
07. Mangan (Ma) mg/l 0.1
08. Nitrat sebagai N (NO3) mg/l 10
09. Nitrit sebagai N (NO2) mg/l 1.0
10. PH - 6.5 s/d 8.5
11. Sianida (Si) mg/l 0.1
12. Sulfat (SO4) mg/l 400
13. Tembaga (Cu) mg/l 1.0
14. Timbal (Pb) mg/l 0.05
b. Kimia Organik
01. Benzene mg/l 0.01
02. Chloroform mg/l 0.03
03. DDT mg/l 0.03
04. Detergen mg/l 0.05
05. Pestisida Total mg/l 0.10
06. Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
C. MIKROBIOLOGI
01. E-Coli koloni/100 0
ml
02. Total Koliform koloni/100 0
ml
D. RADIOAKTIF
01. Gross Alpha Activity Bq/l 0.1
02. Gross Beta Activity Bq/l 1.0
Keterangan: mg= miligram, ml= mililiter, l= liter, Bq= Bequerel, NTU =
Nephelometrik Turbidity Units, TCU= True Colour Units.

2.4.2. Standar Air Bersih


Mengutip Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang “Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri” terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.

Air bersih di sini dikategorikan hanya untuk yang layak dikonsumsi, bukan
layak untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK. Karena
standar air yang digunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi dari pada untuk
keperluan selain dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia, dan juga mikrobiologi.

1. Syarat fisik, antara lain:


a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10o-25o C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus,
kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit (Anonim2, 2010).
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 28 September 2010 pada pukul
10.30-12.10 di rumah penduduk daerah

3.2. Bahan dan Alat


3.2.1. Alat
- Meteran
- Tongkat Kayu
- Alat pengambil sampel
- Wadah penyimpan sampel
- Botol KOB
- DO meter
3.2.2 Bahan
- Air tanah
- Air kran

3.3. Prosedur Kerja Air Tanah


3.3.1. Cara Pengambilan Contoh Untuk Pengujian Kualitas Air Secara
Umum

Menyiapkan alat pengambil contoh air tanah

Membilas alat dengan air tanah

Mengambil contoh air tanah untuk analisis

Melakukan dengan segera pengujian untuk parameter suhu,


kekeruhan, daya hantar listrik dan pH
Membilas alat dengan air tanah

Mencatat hasil pengujian parameter

3.3.2. Cara Pengambilan Contoh Untuk Pengujian Oksigen Terlarut


Menggunakan sarung tangan lateks

Membilas alat dengan air tanah

Mengambil contoh air tanah untuk analisis

Memasukkan ke dalam wadah dengan hati-hati


tanpamenimbulkan aerasi

Melakukan dengan segera pengujian untuk kadungan oksigen


terlarut

Mencatat hasil pengujian parameter


3.4. Prosedur Kerja Air Kran
3.4.1. Cara Pengambilan Contoh Untuk Pengujian Kualitas Air Secara
Umum

Menyiapkan alat pengambil contoh air kran

Membuka air kran dan membiarkannya selama 3 menit


Membilas alat dengan air kran sebanyak 3 kali
Mengatur debit kran yang masuk ke dalam tempat sampel
sesuai dengan diameter mulut tutup sampel

Mengambil serta memasukkan air ke dalam wadah untuk


analisis

Melakukan dengan segera pengujian untuk parameter suhu,


kekeruhan, daya hantar listrik dan pH

Mancatat hasil analisa parameter

3.4.2. Cara Pengambilan Contoh Untuk Pengujian Oksigen Terlarut

Menggunakan sarung tangan lateks

Mengambil contoh air tanah untuk analisis


Membilas alat dengan air kran

Memasukkan ke dalam wadah dengan hati-hati


tanpamenimbulkan aerasi

Melakukan dengan segera pengujian untuk kadungan oksigen


terlarut

Mencatat
(Halaman inihasil pengujian
sengaja parameter
dikosongkan)
BAB IV
4.1 Analisis dan Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yaitu
melakukan sampling air yang benar dan mengetahui parameter yang
mempengaruhi kualitas air sampel. Parameter yang harus diukur yaitu suhu,
kekeruhan, pH, dan DO (kadar oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini sangat
penting untuk diketahui karena jika tidak memenuhi standar nasional Indonesia
(SNI) maka air tersebut belum layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Sampel
air yang diambil adalah air tanah dan air kran yang terletak di daerah

Pengambilan sampel air tanah dilakukan di sebuah sumur dengan cara


mengukur kedalaman sumur terlebih dahulu dengan tali yang dipasangi pemberat.
Menurut SNI, sampel air sumur yang diambil adalah setengah dari kedalaman
sumur tersebut………………… kemudian memasukkan alat pengambil sampel
air ke dalam sumur hingga botol pada alat tersebut terisi penuh oleh air. Setelah
itu, mengangkat alat tersebut dan memasukkan sampel air ke dalam wadah. Syarat
wadah untuk pengambilan sampel air harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut yaitu:

1. Terbuat dari bahan gelas atau plastic poli etilen (PE) atau poli propilen
atau Teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE)
2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
3. Besih dan bebas kontaminan
4. Tidak mudah pecah
5. Tidak berinteraksi dengan contoh
Wadah yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu, agr tidak
terkontaminasi dengan sampel lapangan, karena sangat mempengaruhi hasil dari
analisis dan juga harus membawa jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan serta
menjamin kualitasnya. Dalam memasukkan sampel harus melewati……………..
agar tdak terjadi aerasi. Aerasi adalah………………………………… sebelum
memasukkan sampel, wadah terlebih dahulu dibilas dengan air sampel,
pembilasan ini dilakukan untuk membuat wadah memiliki kondisi seperti sampel
dan data analisis sampel lebih akurat.

Sampel air kran yang diambil berasal dari PDAM yang didistribusikan
melalui jaringan pipa. Namun beberapa distribusi yang dilakukan PDAM kurang
memenuhi standar kualitas air yang layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan
karena PDAM mengolah air sungai yang kotor menjadi air bersih dengan cara
penjernihan (koagulasi) menggunakan bahan kimia yaitu CaCI2 (Kalium klorida).
Prinsip koagulasi yaitu menggumpalkan kotoran yang berupa molekul makro.
pH

Pengaruh pH terhadap kualitas air, menyebabkan baku mutu air untuk lyak
dikonsumsi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), air yang layak
dikonsumsi memiliki pH....................................

Pada praktikum ini, pengukuran pH sampel menggunakan pH meter. pH meter


harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan akuades sebagai trayek pH
normal yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, Kalibrasi dengan buffer standard
pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, dan buffer
standar pH 10,01 untuk sistem basa. Setelah itu, mengukur sample air yang telah
diambil.(air tanah dan air kran) dengan cara mencelupkan kabel indikator. Pada
layar pH meter akan terlihat angka hasil pengukuran. Dari praktikum ini,
didapatkan pH air kran sebesar

Kekeruhan

Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar


untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity
unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit),
kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di
dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
kualitas air itu sendiri.

Pengukuran turbiditas pada sample air (air tanah dan air kran)
menggunakan turbidimeter. Dalam praktikum ini air kran memiliki niilai
kekeruhan yang lebih tinggi daripada air tanah yaitu ………. NTU. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa semakin tinggi turbiditas maka semakin keruh sampel
air tersebut. Kekeruhan pada air kran tersebut diakibatkan karena sumber air yang
diolah oleh PDAM merupakan air sungai setempat yang kemudian dijernihkan
dengan tawas. Secara kimia, penjernihan dengan tawas tidak dapat mengkoagulasi
kotoran yang mikro, sehingga kekeruhan air masih tidak dapat dihilangkan.
Sedangkan air tanah memiliki turbiditas yang lebih rendah karena air tanah telah
mengalami proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah.

Suhu

Suhu adalah satuan


Dari praktikum telah didapatkan suhu air kran sebesar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2008. Newsletter Inisiatif. NTT.

Anonim2. 2010. Seperti Apa Standar Air Bersih.


http://www.kamusilmiah.com/kesehatan/seperti-apa-standar-air-bersih/
Diakses tanggal 27 September 2010.

Anonim3. 2008. SNI 6989.58:2008, Air dan Air Limbah-Bagian 58: Metoda
Pengambilan Contoh Air Tanah. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.

Chen, Ngadi. 2008. Standar Air Minum.


http://airmurniro.wordpress.com/2008/11/15/air-minum/
Diakses tanggal 27 September 2010.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisus.

Gelhar, W.R. 1972. The Aqueous Underground. Technology Review. MIT.

Raini, M, et al. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor,

Tangerang, Bekasi Tahun 1999 – 2001. Media Litbang Kesehatan Volume

XIV No.3 Tahun 2004.

Seyhan, E. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.
Widyoleksono, T. et al. 2010. Petunjuk Praktikum Metode dan Teknik Analisis
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai