Lap. Pendahuluan Air Tanah Dan Air Kran
Lap. Pendahuluan Air Tanah Dan Air Kran
Oleh :
Kelompok VII
Pandu Aditya (080911002)
Bakhtiar Vandy R. (080911009)
Febri Eko W. (080911010)
Stephanie Yuliana (080911013)
Yuanita Arum P. (080911030)
Nazar Fahmi A S (080911048)
Mirqotul Aliyah (080911050)
1.2. Tujuan
1. Dapat melakukan teknik sampling dengan benar sesuai jenis sampel
(air sumur dan air kran).
2. Untuk mengetahui kualitas air sumur dan tanah sesuai parameter yang
diukur.
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan teknik sampling dengan benar sesuai jenis
sampel (air sumur dan air kran)?
2. Bagaimana kualitas air sumur dan tanah sesuai parameter yang diukur?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan
membuat sumur gali (dug wells) dengan kedalaman lebih rendah dari posisi
permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya
terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan yang
lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Sumur gali
biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5–8 meter di bawah
permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai di mana air tawar berada di
atas air asin. Perlu diperhatikan untuk sumur di daerah pantai lengkung penurunan
permukaan (depression cone) air tanah harus sekecil mungkin untuk menghindari
tersedotnya air asin ke dalam sumur (intrusi).
Untuk pengambilan air tanah dengan jumlah cukup besar, misalnya untuk
daerah industri, cara yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam
(deep wells) yang pada umumnya terbuat dari pipa, dan air yang diambil adalah
air tanah.
Teknik sampling air tanah terbagi atas dua cara yaitu cara pengambilan
contoh untuk pengujian kualitas air secara umum dan cara pengambilan contoh
untuk pengujian kandungan oksigen terlarut. Untuk cara pengambilan contoh
untuk pengujian kualitas air secara umum dibutuhkan alat pengambil sampel
sesuai dengan jenis air yang akan diuji.
Pertama-tama alat tersebut dibilas dengan contoh yang akan diambil
sebanyak 3 kali lalu dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan peruntukan
analisis dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai. Setelah itu segera
dilakukan pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan, daya hantar listrik, dan pH
yang dicatat dalam buku catatan khusus.
Sedangkan untuk cara pengambilan contoh untuk pengujian kandungan
oksigen terlarut diperlukan sarung tangan lateks yang harus terus dipakai (tidak
boleh mengggunakan sarung tangan plastik atau sintetis). Dalam pengambilan
sampel untuk analisa kandungan oksigen terlarut, sampel tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi yang akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut
menjadi bertambah sehingga hasil analisa tidak representatif.
Air yang keluar dari kran/ ledeng pada umumnya berasal dari perusahaan
penyuplai air (PDAM). Air baku sebagai sumber air yang digunakan PDAM
terdiri dari air tanah dalam, mata air, dan sungai. Air tanah dalam dan mata air
biasanya berkualitas baik dan hanya memerlukan pengolahan sederhana untuk
dapat digunakan sebagai air minum yang memenuhi syarat, sedangkan air
permukaan biasanya memerlukan pengolahan lengkap agar dapat mencapai
standar fisika, kimia maupun bakteriologis dari air minum. Sebagai contoh yaitu
sumber air baku yang digunakan oleh PDAM DKI saat ini berasal dari sungai
antara lain sungai Ciliwung, Krukut, Pesanggrahan, Saluran Sekunder Bekasi
Tengah serta Banjir Kanal 2. Sedangkan sumber air baku PDAM Depok berasal
dari sungai Ciliwung dan mata air Ciburial, Tangerang berasal dari sungai
Cisadane dan sumur pompa yang berasal dari tanah dalam, Bekasi berasal dari
waduk Jatiluhur yang dialirkan melalui Sungai Kalimalang (Raini et al., 2004).
Air baku telah melalui sebuah proses fisik, kimia, dan biologi sehingga air
tersebut memenuhi standar baku mutu (air golongan B). Air yang telah memenuhi
standar baku mutu maka akan didistribusikan kepada masyarakat yang
mempunyai instalasi pipa PDAM.
Teknik sampling air kran terbagi atas dua cara yaitu cara pengambilan
contoh untuk pengujian kualitas air secara umum dan cara pengambilan contoh
untuk pengujian kandungan oksigen terlarut. Untuk cara pengambilan contoh
untuk pengujian kualitas air secara umum dibutuhkan alat pengambil sampel
sesuai dengan jenis air yang akan diuji.
Pertama-tama buka kran dan biarkan air mengalir selama 3 menit lalu bilas
alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3 kali. Debit kran yang masuk ke
dalam tempat sampel diatur sesuai dengan diameter mulut tempat sampel lalu
ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan masukkan ke dalam wadah
yang sesuai. Setelah itu segera dilakukan pengujian untuk parameter suhu,
kekeruhan, daya hantar listrik, dan pH lalu dicatat dalam buku catatan khusus.
Sedangkan untuk cara pengambilan contoh untuk pengujian kandungan
oksigen terlarut diperlukan sarung tangan lateks yang harus terus dipakai (tidak
boleh mengggunakan sarung tangan plastik atau sintetis). Dalam pengambilan
sampel untuk analisa kandungan oksigen terlarut, sampel tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi yang akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut
menjadi bertambah sehingga hasil analisa tidak representatif.
Air bersih di sini dikategorikan hanya untuk yang layak dikonsumsi, bukan
layak untuk digunakan sebagai penunjang aktifitas seperti untuk MCK. Karena
standar air yang digunakan untuk konsumsi jelas lebih tinggi dari pada untuk
keperluan selain dikonsumsi. Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia, dan juga mikrobiologi.
Mencatat
(Halaman inihasil pengujian
sengaja parameter
dikosongkan)
BAB IV
4.1 Analisis dan Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yaitu
melakukan sampling air yang benar dan mengetahui parameter yang
mempengaruhi kualitas air sampel. Parameter yang harus diukur yaitu suhu,
kekeruhan, pH, dan DO (kadar oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini sangat
penting untuk diketahui karena jika tidak memenuhi standar nasional Indonesia
(SNI) maka air tersebut belum layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Sampel
air yang diambil adalah air tanah dan air kran yang terletak di daerah
1. Terbuat dari bahan gelas atau plastic poli etilen (PE) atau poli propilen
atau Teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE)
2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
3. Besih dan bebas kontaminan
4. Tidak mudah pecah
5. Tidak berinteraksi dengan contoh
Wadah yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu, agr tidak
terkontaminasi dengan sampel lapangan, karena sangat mempengaruhi hasil dari
analisis dan juga harus membawa jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan serta
menjamin kualitasnya. Dalam memasukkan sampel harus melewati……………..
agar tdak terjadi aerasi. Aerasi adalah………………………………… sebelum
memasukkan sampel, wadah terlebih dahulu dibilas dengan air sampel,
pembilasan ini dilakukan untuk membuat wadah memiliki kondisi seperti sampel
dan data analisis sampel lebih akurat.
Sampel air kran yang diambil berasal dari PDAM yang didistribusikan
melalui jaringan pipa. Namun beberapa distribusi yang dilakukan PDAM kurang
memenuhi standar kualitas air yang layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan
karena PDAM mengolah air sungai yang kotor menjadi air bersih dengan cara
penjernihan (koagulasi) menggunakan bahan kimia yaitu CaCI2 (Kalium klorida).
Prinsip koagulasi yaitu menggumpalkan kotoran yang berupa molekul makro.
pH
Pengaruh pH terhadap kualitas air, menyebabkan baku mutu air untuk lyak
dikonsumsi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), air yang layak
dikonsumsi memiliki pH....................................
Kekeruhan
Pengukuran turbiditas pada sample air (air tanah dan air kran)
menggunakan turbidimeter. Dalam praktikum ini air kran memiliki niilai
kekeruhan yang lebih tinggi daripada air tanah yaitu ………. NTU. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa semakin tinggi turbiditas maka semakin keruh sampel
air tersebut. Kekeruhan pada air kran tersebut diakibatkan karena sumber air yang
diolah oleh PDAM merupakan air sungai setempat yang kemudian dijernihkan
dengan tawas. Secara kimia, penjernihan dengan tawas tidak dapat mengkoagulasi
kotoran yang mikro, sehingga kekeruhan air masih tidak dapat dihilangkan.
Sedangkan air tanah memiliki turbiditas yang lebih rendah karena air tanah telah
mengalami proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah.
Suhu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim3. 2008. SNI 6989.58:2008, Air dan Air Limbah-Bagian 58: Metoda
Pengambilan Contoh Air Tanah. Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Kanisus.
Raini, M, et al. 2004. Kualitas Fisik dan Kimia Air PAM di Jakarta, Bogor,