Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah masalah umum yang terjadi di dunia . anemia disebabkan

oleh kekurangan zat besi , dan ini merupakan masalah yang diakibatkan

karena kekurangan nutrisi. Sembilan dari sepuluh penderita anemia tinggal di

negara berkembang, sekitar dua miliar orang menderita anemia dan sebagian

besar penyakit anemia terjadi karena defisiensi zat besi (WHO, 2000).

Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan

karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi

pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Sarwono, 1999).

Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia. Keadaan ini

memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan, karena

anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi.

Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan ( BKKBN, 2010).

Anemia juga berkontribusi sekitar lebih dari 20 % kematian pada ibu

hamil (WHO, 2010). Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2001 didapatkan bahwa anemia defisiensi besi 25-30% populasi (50-70 juta

jiwa) dengan 40% dialami oleh perempuan hamil. Berdasarkan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi anemia pada ibu

hamil di DKI Jakarta adalah sebesar 43,5% (Depkes, 2007).


1

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil

mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara

lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran

premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey

menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi,

yaitu 51 persen,dan pada ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia

subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak

jarang kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama

terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor

kematian utama ibu ( susilowati,2008). Data di Puskesmas

Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL

dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap

anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat

anemia. Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun,

jika hemoglobin di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat

terjadi gangguan fungsi jantung. Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu

diperiksa hemoglobin sehingga dapat dilakukan terapi (BKKBN,2010).

Melihat fakta diatas tentang masih tingginya angka kejadian anemia pada

ibu hamil yang dapat berakibat fatal karena tidak saja menimpa ibu hamil itu

sendiri tetapi juga janin yang dikandungnya. Salah satu akibat yang

ditimbulkan oleh anemia pada ibu hamil adalah abortus. Abortus merupakan

salah satu cedera maternal yang tentu saja tidak diinginkan oleh pasangan yang
menginginkan keturunan, maka kami sebagai tenaga kesehatan ingin

melakukan suatu intervensi. Hal ini berupa edukasi bagi ibu hamil tentang

pentingnya penanganan anemia pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya

cedera maternal berupa abortus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah

mengenai anemia pada ibu hamil , diharapkan ibu hamil dapat menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh seperti menerapkan pola hidup sehat untuk

mencegah terjadinya cedera abortus, dengan cara mengkonsumsi makanan

yang bergizi dan seimbang, suplemen zat gizi, dan asam folat.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit , diharapkan

ibu hamil dapat:

a. Mengidentifikasi tanda, gejala, penyebab dari anemia pada

ibu hamil

b. Mengetahui pencegahan anemia pada ibu hamil

c. Mengetahui penanganan anemia pada ibu hamil

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
BAB II

ISI

A. Definisi Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana sel darah merah tidak mampu

membawa oksigen ke jaringan tubuh, juga merupakan suatu keadaan dimana

terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Selain itu Anemia didefinisikan

sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl

untuk wanita.

Anemia pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah

11gr% pada trimester I atau II atau kadar Hb<10,5 gr% pada trimester II. Nilai

batas tersebut dan perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena

homodilusi, terutama pada trimester II (Saifudin , 2002).

Menurut Suheimi (2007) pengertian anemia pada wanita tidak hamil

didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan

kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin

lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali

menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang

memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers

for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin

kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5
g/dl pada trimester kedua.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya

zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak

cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer,

kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas

ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi

dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada

sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia

defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari

makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis,

dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa

pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit (Amiruddin dkk, 2007).

B. Jenis-jenis Anemia pada kehamilan

1. Anemia defisiensi besi

Amenia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia

defisiensi besi . kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang

masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi,

gangguan pencernaan atau terlampau banyaknya zat besi keluar dari

tubuh, misalnya karena perdarahan. Kebutuhan akan zat besi akan

bertambah dalam masa kehamilan, terutama dalam trimester terakhir.

2. Anemia megaloblastik dalam kehamilan


5

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B 12. Frekuensi

anemia megaloblastik di Indonesia cukup tinggi , hal itu kerat kaitannya

denngan malnutrisi.

3. Anemia hipoplastik

Adalah anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum

tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia

hipoplastik sampai saat ini belum diketahui

4. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembentukannya. Wanita dengan anemia

hemolitik sukar menjadi hamil , apabila hamil , maka anemianya

biasanya menjadi lebih berat.

C. Klasifikasi Anemia

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu

hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3

kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat

(kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar

hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah

7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl (Arisman, 2004).


 Hb 11 gr/dl : tidak anemia

 Hb 9 – 10 gr/dl : anemia ringan

 Hb 7-8 gr/dl : anemia sedang

 < 7 mg/dl : anemia berat

D. Patofisiologi Anemia

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II

kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000

ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah

partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta,

yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

E. Etiologi/Penyebab

Penyebab umum dari anemia disebabkan oleh perdarahan hebat antara lain

sebagai berikut. Akut (mendadak), kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah

pembuluh darah, kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir (hemoroid), ulkus

peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung

kemih dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak.

Berkurangnya pembentukan sel darah merah bisa juga disebabkan karena

kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan

vitamin C dan penyakit kronik. Selain itu, Meningkatnya penghancuran sel darah
7

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
merah antara lain pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah,

reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria nokturnal paroksismal,

sferositosis herediter, elliptositosis herediter, kekurangan G6PD, penyakit sel

sabit, penyakit hemoglobin C, penyakit hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E

dan Thalasemia

Anemia disebabkan oleh kehilangan darah, (kekurangan zat besi) atau perusakan

sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-

tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, simpanan zat besi dalam

tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah

secara perlahan.

Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,

asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel

darah merah.

2. Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia.

Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% pria mengalami kekurangan zat

besi.

3. Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian)

Dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin B12, jenis vitamin yang hanya

ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di kalangan non

vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya

cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.


4. Asam folat tersedia pada banyak makanan namun terutama terdapat di hati dan

sayuran hijau mentah.

5. Darah menstruasi berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena

anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak

memiliki cukup persediaan zat besi.

6. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap

zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

7. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di

saluran pencernaan seperti gastritis, radang usus buntu,dll dapat menyebabkan

anemia.

8. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan

lambung (aspirin, obat anti inflamasi,dll). Obat lainnya dapat menyebabkan

masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil KB, obat anti artritis,

dll).

9. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi)

Ini bisa menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin

B12.

10. Penyakit radang kronis

seperti lupus, artritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid,

beberapa jenis kanker, dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena

memengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
Penyebab Anemia pada Anak

Pada anak-anak anemia terjadi akibat :

- infeksi cacing tambang,

- malaria, atau

- disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada

anak-anak:

1. Aplastic anemia

Terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum tulang

belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi,

kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.

2. Haemolytic anemia

Terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan

tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini bermacam-

macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti

misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak

oleh antibodi tubuh.

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan.

d. Kebutuhan zat besi meningkat.


e. Gangguan pencernaan dan absorbsi (Amiruddin dkk, 2004).

F. Gejala Klinis

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia

defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala

penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia

bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala

pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan

sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar

limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl

maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.

Gejala-gejala seperti lelah, lemah, nafsu makan berkurang bahkan hilang

sama sekali, sakit kepala pada saat bangkit dari duduk, bibir dan kuku terlihat

pucat, sesak napas, atau selaput lendir terlihat pucat, adalah tanda bahwa

seseorang menderita anemia. Untuk memastikan bahwa gejala-gejala tersebut

memang tanda terserang anemia – terutama pada ibu hamil – segeralah

memeriksakan diri kepada petugas kesehatan sebelum gejala-gejala tersebut

bertambah parah. Dengan lebih cepat ditangani, maka risiko paling buruk pun bisa

segera dihindari.

Dalam penanggulangan anemia, terutama dengan memperhatikan risiko

yang diakibatnya, maka anemia pada ibu hamil sejauh ini mendapat prioritas

utama. Setelah itu, barulah perempuan yang telah melahirkan terutama dalam

rentang masa nifas. Berikutnya adalah kepada balita. Sejauh ini, angka penderita

11

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
anemia balita ini cukup tinggi, sekitar 55,5%.

G. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan

Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-

sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia

meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko

kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka

kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan

postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering

berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan

darah.

Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan

bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan

kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses

persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa

nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi

ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR,

kematian perinatal, dan lain-lain) (Amiruddin dkk, 2004).

Akibat dari Anemia pada ibu hamil

a) Akibat saat hamil

 Tubuh menjadi tidak fit dan mengalami 5L: Lesu,

Lemah, Letih, Lelah dan Lunglai.

 Sering merasa pusing, mata berkunang-kunang

bahkan pingsan.
 Mudah mengantuk.

 Wajah menjadi pucat, dapat dilihat dari selaput

lendir bawah mata

 Mengakibatkan sesak nafas bahkan dada sering

berdebar bila anemia sudah sampai stadium

membebani jantung.

 kulit terlihat kering atau berwarna kuning,

demikian pula kuku.

 Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit

b) Akibat saat persalinan

 Kurangnya suplai oksigen membuat otot rahim

menjadi lemah sehingga tidak dapat berkonstraksi.

 Mengakibatkan cepat lelah saat mengejan, sehingga

kemungkinan persalinan dibantu vakum atau

operasi caesar.

c) Akibat pasca (setelah )persalinan

 Otot rahim menjadi lemah sehingga rahim tidak

dapat berkontraksi untuk mengecil dan terjadi

pendarahan.

 Resiko pendarahan masih tetap mengancam hingga


13

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
hari ke-40 pasca persalinan (masa nifas).

d) Akibat pada janin

 Kurang oksigen di rahim ibu membuat suasana salam rahim menjadi

tidak nyaman bagi janin.

 Pertumbuhan janin terhambat, lahir dengan berat badan rendah (kurang

dari 2,5 kg).

 Janin keguguran atau lahir prematur.

Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.

Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu

polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit

sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2

tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu

pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan

akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu

menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang

normal dan tidak berbahaya (Medicastore, 2007)

Pencegahan Anemia

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang

dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi

dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti

sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti
bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh

daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang

diperkuat dengan zat besi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E & Moorhouse, Mary F. (2001). Rencana perawatan

15

Anemia Pada Ibu Hamil


Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2011
maternal/bayi: pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan

klien. (Eds) Ellen Pabggabean. EGC: Jakarta.

Gilbert, E.S. & Harmon. J.S. (2003). Manual of High Risk Pregnancy &

delivery 3 rd Ed. St. Louis : Mosby.

Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas Edisi 6. Jakarta :

EGC.

http://www.zonakesehatan.com/gejala-penyebab-anemia-dan-cara-pencegahan-

anemia.html Diambil Pada tanggal 9 Januari 2011

http://www.medicastore.com/pengertian-anemia-pada-ibu-hamil.html Diambil

pada tanggal 8 Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai