Anda di halaman 1dari 5

KEMOPROFILAKSIS MALARIA

Oleh: Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com

I. KASUS

Pasien Tn. S berumur 42 tahun datang dengan keluhan demam,


menggigil dan berkeringat disertai dengan nyeri perut kiri bawah. Demam
muncul sejak 5 hari yang lalu (saat anamnesis) dengan periode bebas
demam pada siang hari. Pasien mengeluh nyeri otot. Buang air besar dan
buang air kecil dalam batas normal. Mual dan muntah disangkal.

Pasien bekerja sebagai pemasok oli di bengkel-bengkel di seluruh


Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk beberapa daerah high case
incidence malaria seperti Kokap di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten
Gunung Kidul.

II. PERMASALAHAN

Pasien memiliki area lingkungan kerja yang beresiko terkena malaria.


Selain itu masih seringnya terjadi peristiwa relaps (kekambuhan) dan re-
infeksi (infeksi ulang) pada penyakit malaria.

Harijanto (2006) menyatakan bahwa imunitas spesifik terhadap


malaria timbul lambat dan imunitas hanya bersifat jangka pendek (short
lived) dan barangkali tidak ada imunitas yang permanen dan sempurna,
sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan pada pasien ini.

III. PEMBAHASAN

1. Pengantar

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera


dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium.

Data world Health Organization (2006) menyatakan bahwa


didunia setiap 30 detik seorang anak meninggal akibat malaria.
Terdapat 247 juta kasus malaria tahun 2006 dan setidaknya 1 juta
meninggal yang sebagian besar merupakan anak-anak Afrika. Malaria
dapat dicegah dan disembuhkan. Sekitar separuh penduduk dunia
memiliki resiko terhadap malaria, terutama pada negara
berpenghasilan rendah.

Orang yang bepergian dari wilayah bebas malaria menuju “Hot


spots” penyakit amat rentan untuk terinfeksi, sehingga diperlukan
pencegahan.

Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com


2. Pencegahan Terhadap Malaria

Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk orang yang


memiliki kerentanan untuk terinfeksi malaria, spesifik pada pasien ini:

a. Mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles

Hal yang dilakukan meliputi penggunaan baju lengan panjang,


kaos atau stocking, memakau kelambu, ropellant, obat nyamuk,
dan lain-lain.

b. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai


insektisida

Dilaporkan banyak nyamuk yang sudah memiliki resistensi


terhadap insektisida, sebagai contoh DDT, sehingga perlu
bijaksana memiliki insektisida.

c. Membunuh jentik atau kegiatan antilarva, baik secara kimiawi


dengan larvasida maupun biologik dengan ikan, tumbuhan atau
jamur.

d. Mengurangi tempat perindukan (sourch reduction)

e. Mengobati penderita malaria; rekan satu area kerja

f. Pemberian pengobatan untuk pencegahan (Kemoprofilaksis)

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko


terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya
tidak berat. Obat yang dipakai umumnya bekerja pada tingkat
eritrositer, jarang berefek pada eksoeritrositer (hati). Bila akan
menggunakan kemoprofilaksis perlu diketahui sensitifitas
plasmodium ditempat tujuan (Kepmenkes No.41, 2007; Harijanto,
2006).

Informatorium Obat Nasional Indonesia (2008) menyatakan


bahwa Klorokuin menjadi obat pilihan kemoprofilaksis terhadap
malaria ditempat yang tidak resisten. Dosis yang digunakan
adalah klorokuin basa 300mg perminggu pada hari yang sama
disetiap minggunya. Pemberian ini dimulai 1-2 minggu sebelum
berada di daerah endemik, dilanjutkan 4 minggu setelah
meninggalkan daerah endemik malaria.

Klorokuin tersedia dalam bentuk tablet 100mg dan 150mg.


Khusus untuk profilaksis malaria, klorokuin dapat diberikan pada
wanita hamil karena manfaatnya lebih besar dari resikonya.
Namun tidak direkomendasikan pada ibu yang menyusui karena
Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com
klorokuin diekskresikan ke dalam air susu ibu. Klorokuin juga
merupakan kontraindikasi pada pasien psoriasis karena dapat
menyebabkan eksaserbasi. Obat ini sebaiknya tidak digunakan
pada kelainan retina dan miopati. Agen antidiare kaolin dan
antisida yang mengandung kalsium dan magnesium mengganggu
penyerapan klorokuin. Efek samping umumnya adalah gangguan
saluran cerna sehingga pemberian obat sebaiknya setelah
makan.

Dalam penggunaannya, dianjurkan tidak menggunakan


klorokuin lebih dari 3-6 bulan dan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, baiknya hindari atau dosisnya dikurangi,
karena klorokuin diekskresi lewat urin. Dosis pada pasien gagal
ginjal sebesar 50% dari dosis dewasa (IONI, 2008).

Kepmenkes No. 41 tahun 2007 menyatakan bahwa


sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi
plasmodium falciparum terhadap kloroluin, maka doksisiklin
menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis. Doksisiklin diberikan
setiap hari dengan dosis 100mg dimulai 1-2 hari sebelum berada
di daerah endemis, dilanjutkan selama disana dan 4 minggu
setelah meniggalkan area tersebut. Sediaan: kapsul 100mg, sirup
kering 50mg/5mL.

Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak < 8 tahun dan


ibu hamil. Pada orang yang memiliki fotosensitif hindari paparan
sinar matahari karena obat ini dapat meningkatkan reaksi
fotosensitifitas (IONI, 2008).

Sebetulnya masih banyak obat yang dapat digunakan


sebagai kemoprofilaksis terhadap malaria. Berikut salah satu
obat yang ditawarkan adalah Malarone. Malarone diberikan 1 kali
sehari. Obat ini mengandung otovaquone 250mg + proguanil
100mg. Berbeda dengan terapi lainnya, malarone cukup
dilanjutkan 1 minggu setelah meninggalkan daerah endemik
(us.gsk.com).

g. Vaksinasi (Masih dalam tahap riset dan clinical trial)

Misal: SPF-66 atau yang lebih sering dikenal sebagai patarroyo.


Kesulitan penggunaan vaksin terletak pada sulitnya mencari
vaksin yang ideal. HOFFMAN menyatakan bahwa vaksin yang
ideal adalah vaksin yang dapat bekerja pada “multi stage” daur
hidup plasmodium.

IV. KESIMPULAN

Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com


Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah malaria.
Kemoprofilaksis ditujukan pada orang yang bepergian ke derah endemis
malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai
kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian
atau tugas dalam jangka waktu yang relatif lama, sebaiknya menggunakan
“personal protection” seperti penggunaan baju lengan panjang, kaos atau
stocking, pemakaian kelambu, ropellent, kawat kassa dan lain sebagainya.

V. REFERENSI

Factsheets of Malaria. (2006). Diakses 14 November 2010 dari


www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094/en/index.html.

Harijanto. (2006). Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal: 1754-1766.

Informatorium Obat Nasional Indonesia. (2008). Badan Pengawas Obat dan


Makanan Republik Indonesia. KOPERKOM: Sagung Seto.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (041,2007). Pedoman


Penatalaksanaan Kasus Malaria, Menteri Kesehatan Republik Indonesia
[Versi elektronik]. Diakses 14 November 2010 dari
www.idijakbar.com/kepmenkes/

Prescribing Information From GlaxosmithKline. (2009). Malarone:


atovaquone and proguanil hydrochloride [Versi elektronik]. Diakses 18
November 2010 dari us.gsk.com/malarone

World Health Organization. (2006). Guidelines for The Treatment of Malaria


[Versi elektronik]. Diakses 14 November 2010 dari
www.who.int/malaria/publications/atoz/9789241547925/en/index.html

Zulkarnaen, Iskandar. (2006). Malaria Berat. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi IV Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 167-1773.

Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com


Arief Darmawan – dokter.one@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai