Disusun Oleh :
Argian
Ginanjar Muhardika
Gugun Gustiar
Moch. Chusnul Ramdani SP
M Nurul Haq
Zaenal Arifin
1. Bidang Industri.
2. Bidang perdagangan.
3. Bidang jasa.
4. Bidang agraris.
5. Bidang ekstratif.
2. KOPERASI
Ditinjau dari arti katanya koperasi dalam bahasa asing cooperation
artinya sebagai kerja sama. Sedangkan dalam arti bisnis koperasi
merupakan bentuk kerja sama dari para anggota dengan tujuan agar
dapat memenuhi kebutuhan mereka bersama secara lebih ekonomis.
Dengan demikian koperasi dapat dibentuk oleh konsumen ataupun
oleh para produsen.
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang dibentuk oleh para
konsumen. Sedangkan Koperasi Produksi adalah koperasi yang
dibentuk oleh produsen. Yang lebih dikenal dengan sebutan KUD
(Koperasi Unit Desa).
Bentuk koperasi ini secara modern mula-mula tercetus di Inggris pada
awal abad 19 dan kemudian berkembang keseluruh daerah Eropa dan
kemudian menjalar kebenua yang lain.Di Indonesia sejak tahun 1950-
an telah semakain digalakan pengembangan koperasi ini oleh
Pemerintah RI. Upaya pengembangan koperasi ini ditugaskan kepada
suatu Jawatan Koperasi yang dibentuk pada bulan Oktober 1950 yang
sampai saat ini lalu ditetapkan “Hari Koperasi”
Dengan dibentuknya Jawatan Koperasi ini diharapkan
perkembangan bentuk Badan Usaha Koperasi ini menjadi semakin
berakar di masyarakat. Seorang tokoh termuka yang menganjurkan
bentuk Koperasi ini di Indonesia adalah DR. Mohammad Hatta yang
kemudian dianggap sebagai “Bapak Koperasi Indonesia“.
Pemerintahan RI menyadari bahwa faham koperasi ini merupakan
penjabaran dari jiwa dan semangat dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945.
Oleh karena itu maka pemerintah dengan giat membina gerakan
koperasi itu antara lain dengan menumbuh kembangkan Koperasi Unit
Desa (KUD). KUD merupakan Lembaga Ekonomi Pedesaan yang
dibentuk untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi
oleh kelompok usaha tani didaerah pedesaan yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mendorong peningkatan
produksi pertanian rakyat. Perkembangan berikutnya dengan
diundangkannya Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 2/1987 tentang
peranan KUD yaitu menciptakan kestabilan harga pangan serta
sebagai mesia memperluas kesempatan kerja dipedesaan.
Dimana fungsi KUD sebagai Perkreditan, Penyediaan Sarana
Produksi, Barang-barang Kebutuhan Pokok dan Jasa. Pengolahan dan
Pemasaran Hasil-hasil Produksi, serta Kegiatan Perekonomian yang
lain.
Tujuan utama yang terkandung dari usaha bersama adalah agar
memperoleh kekuatan bersama sehingga akan memperoleh daya
saing yang lebih kuat.
Adapun tujuan yang terkandung dalam bentuk usaha koperasi
adalah:
Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Anggota, dan
Meningkatkan kemakmuran yang adil dan merata bagi segenap
anggota-anggota.
Koperasi memiliki prinsip dasar kerja yang berbunyi “Dari
Anggota, Untuk Anggota dan Oleh Anggota”.
Dari prinsip kerja tersebut memanglah terungkap bahwa semata-mata
untuk kepentingan bersama para anggotanya.
Bentuk koperasi ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu
:
• Koperasi Konsumsi
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bergerak dalam usaha
untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari bagi para anggotanya,
misal beras, sabun, gula, dll.
• Koperasi Kredit
Koperasi Kredit berusaha untuk mengumpulkan uang simpanan dari
para anggota dan kemudian meminjamkannya lagi kepada anggota
yang lain yang membutuhkan modal untuk keperluan hidup.
• Koperasi Produksi
Koperasi Produksi berusaha bersama dalam pengadaan alat-alat
perlengkapan produksi, bahan baku, bangunan gudang penyimpanan
hasil produksi dari para anggotanya.
• Koperasi Jasa
Koperasi Jasa bergerak dibidang jasa pelayanan umum yang
diperlukan para anggota.
• Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah berusaha untuk mengelola berbagai
jenis kebutuhan yang diperlukan bagi para anggotanya.
3. SWASTA
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya
berada ditangan individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari
keuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya. Perusahaan ini
sebenarnya tidakalah selalu bermotif mencari keuntungan semata
tetapi ada juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh :
perusahan swasta yang bermotif nir-laba yaitu Rumah Sakit,
Sekolahan, Akademik, dll. Bentuk badan usaha ini dapat dibagi
kedalam beberapa macam :
a. Perseorangan
b. Firma/Kongsi Perserikatan
c. Perserikatan Komanditer (CV)
d. Perseroan Terbartas (PT atau NV)
e. Yayasan
A. PERSEORANGAN
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang
bisnis yang paling sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat
pembedaan pemilikan antara hal milik pribadi dengan milik
perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus
juga merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus
menanggung utang-utang dari perusahaan itu. Bentuk badan usaha
semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan kecil, misalnya
bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan, serta jasa dll.
B. FIRMA
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan
dari beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan usaha
bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh beberapa orang dan pimpin atau
dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan ini adalah
untuk menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam
permodalannya.
Bentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama dengan
bentuk Perseorangan, akan tetapi karena Firma ini adalah gabungan
dari beberapa usaha perseorangan maka kontinuitas akan lebih lama,
kemampuan permodalannya akan lebih menjadi besar. Akan tetapi
tidak jarang dengan bergabungnya dua orang pengusaha itu justru
mengakibatkan perselisihan yang kadang-kadang usahanya menjadi
tak terkontrol dengan baik karena sering terjadi konflik antar
keduanya.
E. YAYASAN
Yayasan adalah bentuk organisasi swasta yang didirikan untuk
tujuan sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada
keuntungan. Misalnya Yayasan Panti Asuhan, Yayasan yang mengelola
Sekolahan Swasta, Yayasan Penderita Anak Cacat dll.
perkembangan
1. bumn
Mentri Negara BUMN Sofyan Djalil (2007) mengatakan dalam
sambutan Serah Terima Jabatan dengan Mentri Negara BUMN
terdahulu Sugiharto, menyampaikan terlalu banyak regulasi justru
berpotensi menghambat ruang gerak perusahaan BUMN, “ banyak
regulasi bagus tapi kalu terlalu banyak namanya membatasi ”,idealnya
regulasi menjadi pagar yang aman yang dapat memberikan ruang
gerak yang cukup bagi perkembangan BUMN. Selain itu, BUMN juga
mestinya mempunyai level (playing field) yang sama dengan
perusahaan swasta sehingga lebih kompetitif.
Pada tahun 2007 Capital Expenditeur (Belanja Modal) yang
ditargetkan sebesar Rp.114 triliun dan pada 2008 meningkat menjadi
Rp.150 triliun. Pemerintah fokuskan untuk tuntaskan DIVESTASI TIGA
BUMN, yaitu PT.Bank Negara Indonesia Tbk, PT.Jasa Marga dan
PT.Wijaya Karya, agar belanja modal kembali normal.
Ditahun yang sama Presiden SBY memuji kinerja BUMN yang
semakin membaik. Beberapa indikasi perkembangan BUMN yang
positif, antara lain, meningkatnya laba bersih Negara diatas 20% pada
tahun 2006, peningkatan deviden, dan pajak yang disetorkan ke APBN.
BUMN juga dinilai Presiden SBY telah dapat meningkatkan nilai
investasi. Peran BUMN dalam pasar modal kita juga menunjukkan
peningkatan yang semakin luas. Jumlah BUMN yang merugi terus
menurun, tinggal 20 BUMN yang masih memerlukan perbaikan dengan
nilai kerugian yang terus mengecil“.
Presiden mengingatkan bahwa pada tahun 2006 pemerintah
terpaksa melakukan penambahan penyertaan modal pada sejumlah
BUMN. “Saya berharap hal ini tidak akan terjadi di tahun-tahun
mendatang. Dari 139 BUMN yang kita miliki, belum semuanya mampu
memberikan keuntungan pada negara. Sebagian BUMN masih perlu
ditingkatkan kinerjanya karena berpotensi membebani fiskal,“ ujar
Presiden.
Pengurangan jumlah BUMN dari 158 di tahun 2005 lalu, menjadi
139 BUMN pada tahun 2007, menurut Presiden, merupakan bagian
dari proses restrukturisasi. “Harapan saya BUMN yang ada ini betul-
betul sehat, tumbuh, dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya
kepada negara dan rakyat. Saya selalu menekankankan pengelolaan
BUMN yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik. Dengan itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
bebas dari segala bentuk intervensi non korporasi. Dengan
pengelolaan seperti itu kita berharap BUMN yang kita miliki
mempunyai keunggulan di bidang industri jasa dan usaha lain yang
ditekuninya," SBY menegaskan.
SBY juga mengharapkan agar BUMN mampu bersaing di pasar
regional maupun global. Dengan keunggulan dan daya saing yang
dimiliki, BUMN akan mampu memberikan kontribusi maksimal bagi
keuangan negara, dan bukan sebaliknya membebani fiskal dan
keuangan negara. “Saya minta seluruh jajaran BUMN memahami dan
menyadari bahwa BUMN adalah entitas bisnis yang dimiliki oleh
negara. BUMN perlu memperoleh perlakukan yang sama sebagaimana
perusahaan swasta agar BUMN bisa bersaing pada level yang sama
dengan perusahaan swasta,“ kata Presiden.
2. koperasi
Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input
untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman
pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang
turun-temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di
antaranya adalah Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur,
paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus
di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan
Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat
merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan
usaha atau kegiatan atasdasar kadar kesadaran berpribadi dan
kekeluargaan.
Di masa penjajahan Belanda, gerakan koperasi pertama di
Indonesia lahir dari inisatif tokoh R. A. Wiriaatmadja pada tahun 1986.
Wiriaatmadja, patih Purwokerto (Banyumas) ini berjasa menolong para
pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui
koperasi. Beliau dengan bantuan E.Sieberg, Asisten Residen
Purwokerto, mendirikan Hulp-enSpaar Bank. Cita-cita Wiriaatmadja ini
juga mendapat dukungan dari Wolf van Westerrode, pengganti
Sieberg. Mereka mendirikan koperasi kredit sistem Raiffeisen.
Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan dengan munculnya
pergerakan nasional menentang penjajahan. Berdirinya Boedi Oetomo,
pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga
(koperasi konsumsi). Serikat Islam pada tahun 1913 membantu
memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko
Koperasi. Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh
Indonesische Studie Club yang kemudian menjadi Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI) di Surabaya. Partaui Nasional Indonesia (PNI) di dalam
kongresnya di Jakarta berusah menggelorakan semangat koperasi
sehingga kongres ini sering juga disebut “kongres koperasi”.
Di tahun 1959 terjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah
bangsa Indonesia. Setelah konstituante tidak dapat menyelesaikan
tugas menyusun Undang Undang Dasar Baru pada waktunya, maka
pada tanggal 15 Juli 1959 Presiden Soekarno yang juga selaku
Panglima Tertinggi Angkatan Perang mengucapkan Dekrit Presiden
yang memuat keputusan dan salah satu dari padanya ialah
Menetapkan Undang Undang Dasar 1945 berlaku bagi segenap Bangsa
Indonesia dan Seluruh Tanah Tumpah Darah Indonesia, terhitung mulai
dari tanggal penetapannya dekrit dan tidak berlakunya lagi Undang
Undang Dasar Sementara. Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden
Soekarno mengucapkan Pidato Kenegaraan yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita”, atau lebih dikenal sebagai
Manifesto Politik (Manipol). Berdasarkan Ketetapan MPRS No.
1/MPRS/1960 Piddato itu ditetapkan sebagai Garis Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) dan pedoman resmi dalam perjuangan revolusi.
Dampak Dekrit Presiden dan Manipol terhadap Undang Undang
No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi adalah undang
undang yang belum berumur panjang itu telah kehilangan dasar dan
tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol.
Karenanya untuk mengatasi keadaan itu maka disamping Undang
Undang No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dikeluarkan
pula Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1959 tentang Perkembangan
Gerakan Koperasi (dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara
No.1907). Peratuarn ini dibuat sebagai peraturan pelaksanaan dari
Undang Undang No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dan
merupakan penyempurnaan dari hal-hal yang belum diatur dalam
Undang Undang tersebut.
3. swasta
Tidak jauh berbeda halnya perkembangan Badan Usaha Milik
Swasta dengan BUMN dan Koperasi,karena yang pada intinya badan
usaha milik swasta jauh lebih pesat perkembangannya di Indonesia
dibandingkan dengan BUMN maupun Koperasi. Namun disamping itu
swasta mempunyai beberapa kekurangan yang sangat menonjol
terutama untuk kongsi perserikatan atau Firma.