Anda di halaman 1dari 12

Bentuk DAN Perkembangan Badan Usaha

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis

Disusun Oleh :

Argian
Ginanjar Muhardika
Gugun Gustiar
Moch. Chusnul Ramdani SP
M Nurul Haq
Zaenal Arifin

Sekolah TInggI Ilmu Ekonomi DR. KHEZ. MUTTAQIEN


Tahun Pertama 2010/2011
Pendahuluan
Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan Usaha
seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada
kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah
lembaga sementara perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha
itu mengelola faktor-faktor produksi.
Secara luas, kata bisnis sering diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara teratur
dan terus–menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang–
barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.

Secara garis besar, kegiatan bisnis dikelompokkan atas 5 bidang


usaha, yaitu sebagai berikut :

1. Bidang Industri.

Misalnya :Pabrik radio, tv, motor, mobil, tekstil, dll.

2. Bidang perdagangan.

Misalnya :Agen, makelar, toko besar & kecil, mall dll.

3. Bidang jasa.

Misalnya :Konsultan, penilai, akuntan, biro perjalanan, dll.

4. Bidang agraris.

Misalnya :Pertanian, peternakan, perkebunan, dll.

5. Bidang ekstratif.

Misalnya :Pertambangan, penggalian, dll.

Dalam kegiatan bisnis, ada pula yang membedakannya dalam 3


bidang usaha, yaitu sebagai berikut.

a. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (Commerce)

Yaitu :Keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-


orang dan badan–badan baik di dalam negeri maupun di luar negeri
ataupun antara Negara untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Contoh :Produsen (pabrik), dealer, agen, grosir, toko, dsb.

b. Bisnis dalam arti kegiatan industry (Industry)


Yaitu :Kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang-barang
yang nilainya lebih berguna dari asalnya.

Contoh :Industri perhutanan, perkebunan, pertambangan,


penggalia batu, pembuatan gedung, jembatan, pabrik makanan,
pakaian, pabrik mesin, dsb.

c. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service)

Yaitu :Kegiatan yang menyediakan jasa-jasa yang dilakukan baik


oleh orang maupun badan.

Contoh :Jasa perhotelan, konsultan, asuransi, pariwisata, akuntan,


dll.

BENTUK-BENTUK BADAN USAHA


Suatu organisasi atau badan yang mengelola faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan barang/jasa biasa disebut badan usaha. Ada
perbedaan antara badan usaha dan perusahaan.
Perusahaan adalah suatu organisasi atau lembaga yang
menggunakan dan mengkoordinasikan sumber-sumber ekonomi untuk
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa bagi masyarakat. Dengan
perkataan lain, perusahaan merupakan kesatuan teknis yang
bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Sedangkan, Badan Usaha adalah rumah tangga ekonomi yang
bertujuan mencari laba dengan menggunakan sejumlah modal dan
tenaga kerja. Jadi, badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan
ekonomis suatu bentuk organisasi perusahaan.
Bentuk-bentuk badan usaha ini secara umum dapat dibagi menjadi
beberapa nama, seperti Perusahaan Perorangan, Firma, Komanditer
(CV), Perseroan Terbatas (PT), dan Koperasi.
Masing-masing bentuk badan usaha mempunyai prasyarat tertentu
dalam mengurusnya, serta pajak yang akan dibayarkan setiap bulan
atau akhir tahun kepada pemerintah.
Di Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu :
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2. Koperasi
3. Swasta
Pembagian atas tiga bentuk Badan Usaha tersebut bersumber dari
Undang Undang 1945 pasal 33 ayat 1 terutang adanya Konsep
Demokrasi Ekonomi bagi Perekonomian Negara. Dalam Konsep
Demokrasi Ekonomi terdapat adanya kebebasan berusaha bagi seluruh
warga Negara nya dengan batas–batas tertentu. Hal ini berati bahwa
segenap warga negara Republik Indonesia diberikan kebebasan dalam
menjalankan untuk kegiatan bisnisnya. Hanya saja kebebasan itu
tidaklah ada batasnya, akan tetapi kebebasan tersebut ada batasanya.
Adapun batas–batas tertentu itu meliputi dua macam jenis usaha,
dimana tehadap kedua jenis usaha ini pihak swasta dibatasi gerak
usahanya. Ke dua jenis usaha itu adalah :
• Jenis-jenis usaha yang VITAL yaitu usaha-usaha yang memiliki
peranan yang sangat penting bagi perekonomian negara. Misalnya :
Minyak dan Gas Bumi, Baja, Hasil Pertambangan, dll.
• Jenis-jenis usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Misalnya : Usaha Perlistrikan, Air Minum, Kereta Api, Pos,
Telekomunikasi, dll.
Terhadap kedua jenis usaha tersebut pengusahaannya dibatasi
yaitu bahwa usaha-usaha ini hanya boleh dikelola Negara.

1. BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)


BUMN adalah suatu bangun usaha yang didirikan oleh Negara dan
pemiliknya dipegang oleh Pemerintah atau Negara Republik Indonesia.
Dalam hal ini terdapat berbgai macam antara lain yang berupa
Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahan Negara (PN), Perusahaan
Umum (PERUM) dan Persero (PT. Persero)
Bentuk Perum ini merupakan perusahan yang menjadi milik dan
dikelola oleh suatu Departemen Pemerintah. Selain bentuk Perum
masih terdapat bentuk lain yaitu Perusahaan Jawatan yaitu yang
pemilikannya dipegang oleh suatu Jawatan tertentu dibawah suatu
Departemen. Sebagai misal adalah Perusahaan Jawatan Kereta Api
(PERJANKA atau PJKA) yang saat ini sudah diganti menjadi bentuk
PerumKA. Perusahaan Negara (PN), sebagai contoh adalah Perusahaan
Negara Perkebunan atau PNP. Bentuk ini kemudian diganti namanya
menjadi Perseroan Terbatas (PT). Persero karena pemilikan dari usaha
ini oleh negara diwujudkan dalam bentuk Saham atau Sero dari yang
bertindak sebagai saham atau perseronya adalah Menteri yang
bersangkutan. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk memberikan
ruang gerak bisnis yang lebih longgar kepada badan usaha yang
bersangkutan. Ruang gerak yang lebih longgar berada pada bentuk
perum dan yang paling luas adalah bentuk persero.Sedangkan bentuk
PN dan PERJAN merupakan bentuk yang paling tidak longgar dimana
dalam bentuk ini segala kebijakan bisnis dari perusahaan itu berada
sepenuhnya ditangan Pemerintah cq Kepala Jawatan yang
bersangkutan.
Adapun ciri-ciri bentuk usaha BUMN ini adalah sebagai berikut :
• Modalnya disetor oleh Pemerintah melalui
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD)
yang disalurkan melalui Bank Pemerintah Pusat atau Daerah (BPD).
• Seluruh modalnya adalah merupakan milik
Negara, bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan menciptakan kemakmuran rakyat.
Keberhasilan BUMN ini diukur menggunakan tolak ukur banyaknya
jumlah masyarakat yang memperoleh pelayanan dengan harga yang
wajar. Bentuk BUMN Indonesia jika digolongkan berdasarkan
pentingnya cabang usaha yang dijalankan, dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1. BUMN untuk cabang usaha yang VITAL
2. BUMN untuk cabang usaha yang menguasai hajat hidup orang
banyak.
BUMN yang bergerak dalam cabang usaha yang vital ini berusaha
untuk mengelola bidang-bidang usaha pengolahan sumber-sumber
alam yang terpendam di dalam perut bumi atau dipermukaan bumi
serta yang ada di dalam air maupun udara. Sebagai contoh bentuk
badan usaha ini adalah: Perum–Perum Pertambangan, Perusahaan
Listrik Negara (PLN), Perum Jasa Marga yang bergerak di bidang
pembangunan prasana jalan, jembatan, lapangan terbang maupun
pelabuhan, Perum Pos Giro dan Telekomunikasi, Perum Peruri
(Percetakan Uang Republik Indonesia), PT. Persero Pindad (Perusahaan
Industri Angkatan Darat) yang begerak dalam bidang produksi alat-alat
persenjataan untuk keperluan Angkatan Darat dan ABRI.
BUMN yang bergerak dalam cabang usaha yang menguasai hajat
hidup orang banyak adalah badan usaha yang mengelola sumber daya
yang ditunjukan bagi kehidupan dan kesejahteraan rakyat banyak.
Apabila cabang usaha tersebut diserahkan kepada swasta maka
dikhawatirkan akan tidak ditunjukan untuk kesejahteraan rakyat akan
tetapi untuk mengejar keuntungan bisnis semata-mata.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Perum Damri, Perum KA,
Perum Pelni, Perum Pegadaian, Perum Balai Pustaka, PT.Persero Aneka
Gas, dll.
BUMN yang ada di Indonesia pada saat ini berjumlah 189 buah yang
bernaung di bawah beberapa Departemen dan ada pula yang tidak
bernaung pada Departemen tertentu. Masing-masing BUMN
mengalami perkembangan yang berbeda-beda sehingga
mengakibatkan kondisi yang berbeda pula. Ada BUMN yang memiliki
kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan dan ada pula yang berbeda
dalam kondisi yang menggembirakan. Kondisi yang menggembirakan
tercermin dalam suatu kondisi yang sering disebut sebagai kondisi
kesehatan usaha yang sangat sehat, sedangkan kondisi yang
mengkhawatirkan disebut sebagai kondisi kesehatan yang tidak sehat.
Dalam hal penilaian kesehatan usaha BUMN ini terdapat suatu
pedoman penilaian yang menggolongkan tingkat kesehatan usahanya
kedalam empat kategori yaitu :
a. Sehat sekali (SS)
b. Sehat (S)
c. Kurang Sehat (KS)
d. Tidak Sehat (TS)
Pedoman penilaian atas kesehatan usaha bagi BUMN ini tertuang
dalam suatu Surat Keputusan Mentri Republik Indonesia Nomor :
740/KMK.00/1989 tertanggal 28 Juni 1989 yang merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1988 tentang
Pedoman Badan Usaha Milik Negara.

2. KOPERASI
Ditinjau dari arti katanya koperasi dalam bahasa asing cooperation
artinya sebagai kerja sama. Sedangkan dalam arti bisnis koperasi
merupakan bentuk kerja sama dari para anggota dengan tujuan agar
dapat memenuhi kebutuhan mereka bersama secara lebih ekonomis.
Dengan demikian koperasi dapat dibentuk oleh konsumen ataupun
oleh para produsen.
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang dibentuk oleh para
konsumen. Sedangkan Koperasi Produksi adalah koperasi yang
dibentuk oleh produsen. Yang lebih dikenal dengan sebutan KUD
(Koperasi Unit Desa).
Bentuk koperasi ini secara modern mula-mula tercetus di Inggris pada
awal abad 19 dan kemudian berkembang keseluruh daerah Eropa dan
kemudian menjalar kebenua yang lain.Di Indonesia sejak tahun 1950-
an telah semakain digalakan pengembangan koperasi ini oleh
Pemerintah RI. Upaya pengembangan koperasi ini ditugaskan kepada
suatu Jawatan Koperasi yang dibentuk pada bulan Oktober 1950 yang
sampai saat ini lalu ditetapkan “Hari Koperasi”
Dengan dibentuknya Jawatan Koperasi ini diharapkan
perkembangan bentuk Badan Usaha Koperasi ini menjadi semakin
berakar di masyarakat. Seorang tokoh termuka yang menganjurkan
bentuk Koperasi ini di Indonesia adalah DR. Mohammad Hatta yang
kemudian dianggap sebagai “Bapak Koperasi Indonesia“.
Pemerintahan RI menyadari bahwa faham koperasi ini merupakan
penjabaran dari jiwa dan semangat dari pasal 33 ayat 1 UUD 1945.
Oleh karena itu maka pemerintah dengan giat membina gerakan
koperasi itu antara lain dengan menumbuh kembangkan Koperasi Unit
Desa (KUD). KUD merupakan Lembaga Ekonomi Pedesaan yang
dibentuk untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi
oleh kelompok usaha tani didaerah pedesaan yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mendorong peningkatan
produksi pertanian rakyat. Perkembangan berikutnya dengan
diundangkannya Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 2/1987 tentang
peranan KUD yaitu menciptakan kestabilan harga pangan serta
sebagai mesia memperluas kesempatan kerja dipedesaan.
Dimana fungsi KUD sebagai Perkreditan, Penyediaan Sarana
Produksi, Barang-barang Kebutuhan Pokok dan Jasa. Pengolahan dan
Pemasaran Hasil-hasil Produksi, serta Kegiatan Perekonomian yang
lain.
Tujuan utama yang terkandung dari usaha bersama adalah agar
memperoleh kekuatan bersama sehingga akan memperoleh daya
saing yang lebih kuat.
Adapun tujuan yang terkandung dalam bentuk usaha koperasi
adalah:
Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Anggota, dan
Meningkatkan kemakmuran yang adil dan merata bagi segenap
anggota-anggota.
Koperasi memiliki prinsip dasar kerja yang berbunyi “Dari
Anggota, Untuk Anggota dan Oleh Anggota”.
Dari prinsip kerja tersebut memanglah terungkap bahwa semata-mata
untuk kepentingan bersama para anggotanya.
Bentuk koperasi ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu
:
• Koperasi Konsumsi
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bergerak dalam usaha
untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari bagi para anggotanya,
misal beras, sabun, gula, dll.
• Koperasi Kredit
Koperasi Kredit berusaha untuk mengumpulkan uang simpanan dari
para anggota dan kemudian meminjamkannya lagi kepada anggota
yang lain yang membutuhkan modal untuk keperluan hidup.
• Koperasi Produksi
Koperasi Produksi berusaha bersama dalam pengadaan alat-alat
perlengkapan produksi, bahan baku, bangunan gudang penyimpanan
hasil produksi dari para anggotanya.
• Koperasi Jasa
Koperasi Jasa bergerak dibidang jasa pelayanan umum yang
diperlukan para anggota.
• Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah berusaha untuk mengelola berbagai
jenis kebutuhan yang diperlukan bagi para anggotanya.

3. SWASTA
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya
berada ditangan individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari
keuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya. Perusahaan ini
sebenarnya tidakalah selalu bermotif mencari keuntungan semata
tetapi ada juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh :
perusahan swasta yang bermotif nir-laba yaitu Rumah Sakit,
Sekolahan, Akademik, dll. Bentuk badan usaha ini dapat dibagi
kedalam beberapa macam :
a. Perseorangan
b. Firma/Kongsi Perserikatan
c. Perserikatan Komanditer (CV)
d. Perseroan Terbartas (PT atau NV)
e. Yayasan

A. PERSEORANGAN
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang
bisnis yang paling sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat
pembedaan pemilikan antara hal milik pribadi dengan milik
perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus
juga merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus
menanggung utang-utang dari perusahaan itu. Bentuk badan usaha
semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan kecil, misalnya
bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan, serta jasa dll.

Keuntungan dari bentuk Perseorangan ini adalah :


• Penguasaan sepenuhnya terhadap keuntungan yang diperoleh.
• Motivasi usaha yang tinggi.
• Penanganan aspek hukum yang minimal.

Kekurangan dari bentuk Perseorangan ini adalah :


• Mengandung tanggung jawab keuangan tak terbatas.
• Keterbatasan kemampuan keuangan.
• Keterbatasan manajerial.
• Kontinuitas kerja karyawan terbatas.

B. FIRMA
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan
dari beberapa pengusaha swasta menjadi satu kesatuan usaha
bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh beberapa orang dan pimpin atau
dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan ini adalah
untuk menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam
permodalannya.
Bentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama dengan
bentuk Perseorangan, akan tetapi karena Firma ini adalah gabungan
dari beberapa usaha perseorangan maka kontinuitas akan lebih lama,
kemampuan permodalannya akan lebih menjadi besar. Akan tetapi
tidak jarang dengan bergabungnya dua orang pengusaha itu justru
mengakibatkan perselisihan yang kadang-kadang usahanya menjadi
tak terkontrol dengan baik karena sering terjadi konflik antar
keduanya.

C. PERSERIKATAN KOMANDITER (CV)


Bentuk ini banyak dilakukan untuk mempertahankan kebaikan-
kebaikan dari bentuk perseorangan yang memberikan kebebasan dan
penguasaan penuh bagi pemiliknya atas keuntungan yang diperoleh
oleh perusahan. Disamping itu untuk menghilangkan atau mengurangi
kejelekan dalam hal keterbatasan modal yang dimilikinya maka
diadakanlah penyertaan modal dari para anggota yang tidak ikut aktif
mengelola bisnisnya, yang hanya menyertakaan modalnya saja dalam
bisnis itu.
Bentuk ini memiliki dua macam anggota yaitu :
• Anggota aktif (Komanditer Aktif) adalah anggota yang aktif
menjalankan usaha bisnisnya dan menanggung segala utang –
utang perusahaan.
• Anggota tidak aktif (Komanditer Diam) adalah anggota yang
hanya menyertakan modalnya saja. Maka dari itu kertabatas modal
perusahaan dapat dihindarkan, sehingga perusahaan akan dapat
mencari dan mendapatkan modal yang lebih besar untuk keperluan
bisnisnya.
Hal ini merupakan salah satu kebaikan dari bentuk Perserikatan
Komanditer, dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain yang sudah
dibicarakan diatas.

D. PERSEROAN TERBATAS (PT)


Perseroan Terbatas merupakan bentuk yang banyak dipilih,
terutama untuk bisnis-bisnis yang besar. Bentuk ini memberikan
kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan modalnya
kedalam bisnis tersebut sengan cara membeli saham yang dikeluarkan
oleh Perusahaan itu. Dengan membeli saham suatu perusahaan
masyarakat akan menjadi ikut serta memiliki perusahaan itu atau
dengan kata lain mereka menjadi Pemilik Perusahaan tersebut. Atas
pemilikan saham itu maka mereka para pemegng saham itu lalu
berhak memperoleh pembagian laba atau Deviden dari perusahaan
tersebut. Para pemegang saham itu mempunyai tanggung jawab yang
terbatas pada modal yang disertakan itu saja dan tidak ikut
menanggung utang-utang yang dilakukan oleh perusahaan.
Perseroan Terbatas ini akan menjadi suatu Badan Hukum tersendiri
yang berhak melakukan tindakan-tindakan bisnis terlepas dari
pemegang saham. Bentuk ini berbeda dengan bentuk yang terdahulu
yang memiliki tanggung jawab tak terbatas bagi para pemiliknya, yang
artinya para pemilik akan menanggung seluruh utang yang dilakukan
oleh perusahaan. Berarti apabila kekayaan perusahaan maka
kekayaan pribadi dari para pemiliknya ikut menanggung utang
tersebut. Lain halnya dengan bentuk PT dimana dalam bentuk ini
tanggung jawab pemilik atau pemegang saham adalah terbatas, yaitu
sebatas modal yang disetorkannya. Kekayaan pribadi pemilik tidak ikut
menanggung utang-utang perusahaan. Oleh karena itu bentuk ini
disebut Perseroan Terbatas (Naamlose Venootschaap/NV).
Kelebihan-kelebihan Bentuk ini adalah :
• Memiliki masa hidup yang terbatas.
• Pemisahan kekayaan dan utang pemilik dengan kekayaan dan
utang perusahaan.
• Kemampuan memperoleh modal yang sangat luas.
• Penggunaan manajer yang profesional.

E. YAYASAN
Yayasan adalah bentuk organisasi swasta yang didirikan untuk
tujuan sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada
keuntungan. Misalnya Yayasan Panti Asuhan, Yayasan yang mengelola
Sekolahan Swasta, Yayasan Penderita Anak Cacat dll.

perkembangan
1. bumn
Mentri Negara BUMN Sofyan Djalil (2007) mengatakan dalam
sambutan Serah Terima Jabatan dengan Mentri Negara BUMN
terdahulu Sugiharto, menyampaikan terlalu banyak regulasi justru
berpotensi menghambat ruang gerak perusahaan BUMN, “ banyak
regulasi bagus tapi kalu terlalu banyak namanya membatasi ”,idealnya
regulasi menjadi pagar yang aman yang dapat memberikan ruang
gerak yang cukup bagi perkembangan BUMN. Selain itu, BUMN juga
mestinya mempunyai level (playing field) yang sama dengan
perusahaan swasta sehingga lebih kompetitif.
Pada tahun 2007 Capital Expenditeur (Belanja Modal) yang
ditargetkan sebesar Rp.114 triliun dan pada 2008 meningkat menjadi
Rp.150 triliun. Pemerintah fokuskan untuk tuntaskan DIVESTASI TIGA
BUMN, yaitu PT.Bank Negara Indonesia Tbk, PT.Jasa Marga dan
PT.Wijaya Karya, agar belanja modal kembali normal.
Ditahun yang sama Presiden SBY memuji kinerja BUMN yang
semakin membaik. Beberapa indikasi perkembangan BUMN yang
positif, antara lain, meningkatnya laba bersih Negara diatas 20% pada
tahun 2006, peningkatan deviden, dan pajak yang disetorkan ke APBN.
BUMN juga dinilai Presiden SBY telah dapat meningkatkan nilai
investasi. Peran BUMN dalam pasar modal kita juga menunjukkan
peningkatan yang semakin luas. Jumlah BUMN yang merugi terus
menurun, tinggal 20 BUMN yang masih memerlukan perbaikan dengan
nilai kerugian yang terus mengecil“.
Presiden mengingatkan bahwa pada tahun 2006 pemerintah
terpaksa melakukan penambahan penyertaan modal pada sejumlah
BUMN. “Saya berharap hal ini tidak akan terjadi di tahun-tahun
mendatang. Dari 139 BUMN yang kita miliki, belum semuanya mampu
memberikan keuntungan pada negara. Sebagian BUMN masih perlu
ditingkatkan kinerjanya karena berpotensi membebani fiskal,“ ujar
Presiden.
Pengurangan jumlah BUMN dari 158 di tahun 2005 lalu, menjadi
139 BUMN pada tahun 2007, menurut Presiden, merupakan bagian
dari proses restrukturisasi. “Harapan saya BUMN yang ada ini betul-
betul sehat, tumbuh, dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya
kepada negara dan rakyat. Saya selalu menekankankan pengelolaan
BUMN yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan
yang baik. Dengan itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
bebas dari segala bentuk intervensi non korporasi. Dengan
pengelolaan seperti itu kita berharap BUMN yang kita miliki
mempunyai keunggulan di bidang industri jasa dan usaha lain yang
ditekuninya," SBY menegaskan.
SBY juga mengharapkan agar BUMN mampu bersaing di pasar
regional maupun global. Dengan keunggulan dan daya saing yang
dimiliki, BUMN akan mampu memberikan kontribusi maksimal bagi
keuangan negara, dan bukan sebaliknya membebani fiskal dan
keuangan negara. “Saya minta seluruh jajaran BUMN memahami dan
menyadari bahwa BUMN adalah entitas bisnis yang dimiliki oleh
negara. BUMN perlu memperoleh perlakukan yang sama sebagaimana
perusahaan swasta agar BUMN bisa bersaing pada level yang sama
dengan perusahaan swasta,“ kata Presiden.

2. koperasi
Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal kekeluargaan dan
kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input
untuk Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman
pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang
turun-temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di
antaranya adalah Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur,
paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus
di daerah Sulawesi Utara, kerja sama pengairan yang terkenal dengan
Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah Sumatra Barat
merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan
usaha atau kegiatan atasdasar kadar kesadaran berpribadi dan
kekeluargaan.
Di masa penjajahan Belanda, gerakan koperasi pertama di
Indonesia lahir dari inisatif tokoh R. A. Wiriaatmadja pada tahun 1986.
Wiriaatmadja, patih Purwokerto (Banyumas) ini berjasa menolong para
pegawai, pedagang kecil dan petani dari hisapan lintah darat melalui
koperasi. Beliau dengan bantuan E.Sieberg, Asisten Residen
Purwokerto, mendirikan Hulp-enSpaar Bank. Cita-cita Wiriaatmadja ini
juga mendapat dukungan dari Wolf van Westerrode, pengganti
Sieberg. Mereka mendirikan koperasi kredit sistem Raiffeisen.
Gerakan koperasi semakin meluas bersamaan dengan munculnya
pergerakan nasional menentang penjajahan. Berdirinya Boedi Oetomo,
pada tahun 1908 mencoba memajukan koperasi rumah tangga
(koperasi konsumsi). Serikat Islam pada tahun 1913 membantu
memajukan koperasi dengan bantuan modal dan mendirikan Toko
Koperasi. Pada tahun 1927, usaha koperasi dilanjutkan oleh
Indonesische Studie Club yang kemudian menjadi Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI) di Surabaya. Partaui Nasional Indonesia (PNI) di dalam
kongresnya di Jakarta berusah menggelorakan semangat koperasi
sehingga kongres ini sering juga disebut “kongres koperasi”.
Di tahun 1959 terjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah
bangsa Indonesia. Setelah konstituante tidak dapat menyelesaikan
tugas menyusun Undang Undang Dasar Baru pada waktunya, maka
pada tanggal 15 Juli 1959 Presiden Soekarno yang juga selaku
Panglima Tertinggi Angkatan Perang mengucapkan Dekrit Presiden
yang memuat keputusan dan salah satu dari padanya ialah
Menetapkan Undang Undang Dasar 1945 berlaku bagi segenap Bangsa
Indonesia dan Seluruh Tanah Tumpah Darah Indonesia, terhitung mulai
dari tanggal penetapannya dekrit dan tidak berlakunya lagi Undang
Undang Dasar Sementara. Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden
Soekarno mengucapkan Pidato Kenegaraan yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita”, atau lebih dikenal sebagai
Manifesto Politik (Manipol). Berdasarkan Ketetapan MPRS No.
1/MPRS/1960 Piddato itu ditetapkan sebagai Garis Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) dan pedoman resmi dalam perjuangan revolusi.
Dampak Dekrit Presiden dan Manipol terhadap Undang Undang
No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi adalah undang
undang yang belum berumur panjang itu telah kehilangan dasar dan
tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol.
Karenanya untuk mengatasi keadaan itu maka disamping Undang
Undang No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dikeluarkan
pula Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1959 tentang Perkembangan
Gerakan Koperasi (dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara
No.1907). Peratuarn ini dibuat sebagai peraturan pelaksanaan dari
Undang Undang No.79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dan
merupakan penyempurnaan dari hal-hal yang belum diatur dalam
Undang Undang tersebut.

3. swasta
Tidak jauh berbeda halnya perkembangan Badan Usaha Milik
Swasta dengan BUMN dan Koperasi,karena yang pada intinya badan
usaha milik swasta jauh lebih pesat perkembangannya di Indonesia
dibandingkan dengan BUMN maupun Koperasi. Namun disamping itu
swasta mempunyai beberapa kekurangan yang sangat menonjol
terutama untuk kongsi perserikatan atau Firma.

Anda mungkin juga menyukai