Disusun oleh:
M. Firdaus (061092xxxx)
Rosita Ardhyasari (0610923058)
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan antara lain:
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka dalam makalah ini
dibatasi pada pembuatan biodiesel dari minyak yang terkandung dalam alga spirulina dan
efektifitas serta prospek jangka panjang biodiesel dari alga spirulina.
TINJAUAN PUSTAKA
Alga merupakan tumbuhan autrotrof dan fotosintesis. Alga mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, ada yang menyerupai benang dan ada yang berbentuk tumbuhan tinggi.
Ciri utamanya adalah tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun sesungguhnya
seperti yang dimiliki oleh tumbuhan besar lainya (www.ristek.go.id).
Dalam artikelnya Michael Briggs mengatakan bahwa alga adalah tumbuhan yang
paling efektif proses fotosintesisnya.Hal ini karena alga mampu mengoptimalkan sinar
matahari dalam proses fotosintesis, walaupun sinar matahari terhalang oleh permukaan air
(Briggs, 2004). Alga sangat besar perananya dalam biogeochemistry, yaitu sebagai bagian
penting dari siklus N (nitrogen), O (oksigen), S (Belerang), P (phosphate), dan C (karbon)
(Graham dan Wilcox, 2000).
Dua faktor terpenting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan alga adalah sinar matahari
yang cukup dan karbondioksida. Selain itu alga juga membutuhkan beberapa nutrisi
tambahan seperti nitrogen, phosphate, dan zat besi agar pertumbuhanya cepat dan optimal.
Beberapa jenis alga juga membutuhkan silikon (Graham dan Wilcox, 2000).
Alga dapat berkembang pada air laut dan air tawar, bahkan pada daerah yang basah
dan lembab seperti pegunungan dan derah salju. Alga mempunyai ukuran yang bervariasi,
dari yang panjangnya satu mikrometer sampai raksasa laut yang tingginya lebih dari 50 meter
(Graham dan Wilcox, 2000). Alga sejenis rumput laut (seaweed) tingginya dapat mencapai
70 meter. Alga dalam bentuk mikro biasa disebut dengan phytoplankton yang merupakan
sumber rantai makanan dilaut (en.wikipedia.org).
Jenis alga yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah rumput laut
(seaweed). Rumput laut berbentuk koloni dan berkembang pada perairan yang dangkal, pesut
jernih, berpasir, dan berlumpur. Rumput laut biasanya menempel pada karang mati, potongan
kerang, dan substrat yang keras lainya, baik yang terbentuk secara alami atau buatan
(artificial) (www.ristek.go.id).
Menurut Sheehan dkk (1998) dari departemen energi Amerika Serikat, ada 3
komponen zat utama yang terkandung dalam alga, yaitu (1) Karbohidrat, (2) protein, dan (3)
Triacyglycerols. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah
menjadi produk makanan dan kecantikan, dan Triacyglycerols dapat diubah fatty acid.
Kombinasi dari pemanfaatan 3 komponen diatas dapat menghasilkan makanan ternak.
Chlamydomonas rheinhardii 48 17 21 -
Chlorella pyrenoidosa 57 26 2 -
Dunaliella bioculata 49 4 8 -
Dunaliella salina 57 32 6 -
Tetraselmis maculata 52 15 3 -
Synechoccus sp. 63 15 11 5
Tabel 1 Komposisi Kimia Alga Ditunjukkan dalam Zat Kering (%)(Sumber: Becker, (1994))
2.3 Biodiesel dan Mekanisme Pembuatannya
METODOLOGI
Pembuatan biodisel tidak hanya memerlukan bahan baku saja, tetapi juga memerlukan
alkohol (methanol atau ethanol), yang jumlahnya sekitar 10 % dari campuran (Briggs, 2004). Alkohol
berguna untuk menurunkan viskositas minyak nabati dengan proses esterifikasi, sehingga biodiesel
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan minyak diesel (Rahman, 1995). Alkohol dapat diperoleh
dengan cara fermentasi karbohidrat yang terkandung dalam alga. Karbohidrat merupakan produk sisa
dari alga setelah diambil minyak nabatinya (Sheehan, 1998).
Dalam artikelnya Briggs (2004) mengatakan bahwa sebelum diproses menjadi biodiesel alga harus
diekstraksi terlebih dahulu menjadi minyak nabati. Menurut Sheehan dkk (1998) ada beberapa
tahapan untuk mendapatkan biodiesel dari alga , yaitu :
1. Pengeringan.
dan reagen yang digunakan adalah pure analit, meliputi: etanol, HCl dan n-heksan.
Ekstraksi dilakukan skala laboratorium menggunakan labu alas bulat berleher tiga
dilengkapi pendingin balik, termometer dan pengaduk magnetik. Suhu reaksi dijaga
pada 300C menggunakan penangas air dan tekanan atmosferik. Estraksi dilakukan
dengan dua metode yang berbeda yaitu: osmotik (pelarut HCl) dan perkolasi (pelarut
etanol). Adapun variabel penelitian yang diteliti sebagai berikut: untuk metode
osmotik, dipelajari pengaruh volume pelarut (75, 150, dan 200 mL), konsentrasi
larutan (0,5; 1,5; 3; 5 M) dan waktu ekstraksi (60, 90, 120, 150, 180 dan 360 menit).
Sedangkan untuk metode perkolasi, dipelajari pengaruh volume pelarut (75, 150,
dan 200 mL) dan waktu ekstraksi (60, 90, 120, 150, 180 dan 360 menit). Selain itu,
Diagram alir penelitian untuk kedua metode secara lengkap di tampilkan pada
PEMBAHASAN
Pengambilan minyak dari alga masih merupakan proses yang mahal sehingga masih harus
dipertimbangkan untuk menggunakan alga sebagai sumber biodiesel. Terdapat beberapa
metode terkenal untuk mengambil minyak dari alga, antara lain:
1. Pengepresan(Expeller/Press)
Pada metode ini alga yang sudah siap panen dipanaskan dulu untuk menghilangkan
air yang masih terkandung di dalamnya. Kemudian alga dipres dengan alat pengepres
untuk mengekstraksi minyak yang terkandung dalam alga. Dengan menggunakan alat
pengepres ini, dapat diekstrasi sekitar 70 – 75% minyak yang terkandung dalam alga.
2. Hexane solvent oil extraction
Minyak dari alga dapat diambil dengan menggunakan larutan kimia, misalnya dengan
menggunakan benzena dan eter. Namum begitu, penggunaan larutan kimia heksana
lebih banyak digunakan sebab harganya yang tidak terlalu mahal.
Larutan heksana dapat digunakan langsung untuk mengekstaksi minyak dari alga atau
dikombinasikan dengan alat pengepres. Cara kerjanya sebagai berikut: setelah minyak
berhasil dikeluarkan dari alga dengan menggunakan alat pengepres, kemudian ampas
(pulp) alga dicampur dengan larutan cyclo-hexane untuk mengambil sisa minyak alga.
Proses selanjutnya, ampas alga disaring dari larutan yang berisi minyak dan cyclo-
hexane. Untuk memisahkan minyak dan cyclo-hexane dapat dilakukan proses
distilasi. Kombinasi metode pengepresan dan larutan kimia dapat mengekstraksi lebih
dari 95% minyak yang terkandung dalam alga.
Sebagai catatan, penggunaan larutan kimia untuk mengekstraksi minyak dari
tumbuhan sangat beresiko. Misalnya larutan benzena dapat menyebabkan penyakit
kanker, dan beberapa larutan kimia juga mudah meledak.
3. Supercritical Fluid Extraction
Pada metode ini, CO2 dicairkan dibawah tekanan normal kemudian dipanaskan
sampai mencapai titik kesetimbangan antara fase cair dan gas. Pencairan fluida inilah
yang bertindak sebagai larutan yang akan mengekstraksi minyak dari alga.
Metode ini dapat mengekstraksi hampir 100% minyak yang terkandung dalam alga.
Namun begitu, metode ini memerlukan peralatan khusus untuk penahanan tekanan.
1. Osmotic Shock
Dengan menggunakan osmotic shock maka tekanan osmotik dalam sel akan berkurang
sehingga akan membuat sel pecah dan komponen di dalam sel akan keluar. Metode
osmotic shock memang banyak digunakan untuk mengeluarkan komponen-komponen
dalam sel, seperti minyak alga ini.
2. Ultrasonic Extraction
Pada reaktor ultrasonik, gelombang ultrasonik digunakan untuk membuat gelembung
kavitasi (cavitation bubbles) pada material larutan. Ketika gelembung pecah dekat
dengan dinding sel maka akan terbentuk gelombang kejut dan pancaran cairan (liquid
jets) yang akan membuat dinding sel pecah. Pecahnya dinding sel akan membuat
komponen di dalam sel keluar bercampur dengan larutan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA