Anda di halaman 1dari 18

PERJANJIAN KELAS

Senyum
Santai
Sopan
Suasana Islami
Tidak perlu menulis
ZERO MIND PROCESS
(penjernihan emosi)

Mengenali 7 faktor yang


dapat membelenggu God-
Spot (Fitrah)
God-Spot (Fitrah)
Makna fitrah adalah agama yang
lurus, tauhid, dan kecendrungan
kepada kebaikan dan kebenaran.
QS. Ar-Ruum[30]: 30

“Maka hadapkanlah wajahmu


dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang
Telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”
God-Spot (Fitrah)

QS. Al-A’raaf[7]: 172

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan


anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)“

As-Sajdah ayat 9:
“Kemudian Ia memberinya bentuk dan meniupkan ke
dalamnya roh (ciptaan)-Nya…”
God-Spot (Fitrah)

Setiap anak dilahirkan dalam


keadaan fitrah, maka kedua
orang tuanyalah yang
menjadikannya menjadi Yahudi,
Majusi, dan Nashrani. (Hadits)
Hadits Rasulullah dalam
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
7 faktor yang dapat membelenggu
God-Spot (Fitrah)

Prasangka
Prinsip-prinsip hidup
Pengalaman
Kepentingan dan Prioritas
Sudut Pandang
Pembanding
Literatur
Prasangka
Prasangka negative mengakibatkan orang menjadi
bersikap “defensive” dan tertutup, karena beranggapan
bahwa orang lain musuh berbahaya. Cenderung
menahan informasi dan tidak mau bekerja sama.
Akibatnya justru ia sendiri yang akan mengalami
kerugian, seperti turunnya kinerja, tidak mampu
melakukan sinergi dengan orang lain, sehingga banyak
peluang emas terlewatkan bahkan tersingkir di tengah
pergaulan sosialnya. Ia dibelenggu oleh fikirannya
sendiri.
Prinsip-prinsip hidup
Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang
dianutnya. Hasilnya bisa dianggap hebat, mengerikan,
bahkan menyedihkan. Sebuah contoh prinsip hidup yang
banyak dilakukan para politikus adalah “tidak ada
persahabatan yang abadi, yang ada adalah kepentingan
yang abadi”. Prinsip ini bertentangan dengan suara hati
manusia yang sebenarnya memuliakan arti
persahabatan, tolong menolong dan kasih saying antar
manusia.
Pengalaman

Pengalaman-pengalaman, kejadian-kejadian yang dialami


sangat berperan dalam menciptakan pemikiran seseorang,
sehingga membentuk suatu “paradigma” yang melekat
dalam fikirannya. Seringkali paradigma itu dijadikan
sebagai suatu “kacamata” dan sebuah tolok ukur bagi
dirinya sendiri, atau untuk menilai lingkungannya. Hal ini
jelas akan merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain. Ini
akan sangat membatasi cakrawala berfikir, akibatnya ia
akan melihat segala sesuatu secara sangat subyektif, ia
akan menilai segala sesuatu berdasarkan
“frame”berfikirnya sendiri, bukan melihat sesuatu secara riil
dan obyektif. Ia akan menjadi produk dari fikirannya. Ia
akan terkungkung oleh dirinya sendiri.
Kepentingan dan Prioritas

Sebuah prinsip akan melahirkan kepentingan, dan


kepentingan akan menentukan prioritas apa yang akan
didahulukan. Orang yang berprinsip pada kepentingan
politik akan memberikan sesuatu yang langsung
memberikan keuntungan secara politik. Mereka yang
berprinsip pada penghargaan pribadi, akan memiliki dan
memprioritaskan sebuah keputusan yang akan
mengangkat nama dirinya secara pribadi. Seringkali
suara hati kita turut berbicara memberikan informasi
yang maha penting dalam menentukan sebuah prioritas.
Sudut Pandang

Di sinilah manusia sering berbeda pendapat dan saling


berbantah-bantahan. Di sinilah prinsip yang kuat harus
dimiliki. Prinsip ini haruslah prinsip yang telah teruji
kehandalannya. Prinsip ini harus dijaga kemurniannya
dan harus terus diasah melalui suatu mekanisme yang
konsisten dan terarah, sehingga prinsip keilmuan yang
ada dalam fikiran kita akan selalu terasah dan memiliki
achievement tinggi. Kalau ini terwujud, maka kita
mampu menjadi sosok manusia yang tidak saja pekerja
keras dan berprestasi, namun juga mampu “mencari
karunia Tuhan”, mampu menilai sesuatu, mengambil
keputusan secara obyektif berdasarkan prinsip abadi,
bukan karena pengaruh dan tuntutan lingkungan
semata
Pembanding
Kita sering menilai segala sesuatu
berdasarkan perbandingan pengalaman
yang telah dialami sebelumnya dan
bayangan yang kita ciptakan sendiri di
alam fikiran kita. Pada saat melihat kotak
itu secara spontan dan tanpa sadar, kita
telah membandingkan sesuatu
berdasarkan fikiran kita.
Literatur

Umumnya orang menjadikan buku-


buku barat atau ilmu pengetahuan
sebagai pegangan dan kiblat, atau
bertuhan kepada ilmu. Bukan kepada
pemilik ilmu, yaitu Sang Pencipta Ilmu,
Allah Tuhan Semesta Alam. Inilah
sesungguhnya sebuah pengakuan dan
anggukan universal, bagi setiap hati
yang terbuka.
Membebaskan diri dari
belenggu
Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan
berprasangka baik kepada orang lain.
Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi
Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang
membelenggu fikiran, berfikirlah merdeka.
Dengarlah suara hati, peganglah prinsip “karena Allah”’
berfikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan
dan prioritas.
Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana
berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari
Asmaul Husna.
Periksalah fikiran anda terlebih dahulu sebelum menilai
segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena fikiran
anda, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
Ingatlah segala ilmu pengetahuan bersumber dari Allah
SWT.
Menjadi Manusia Unggul

Beriman
Berilmu
Beramal
KEMULIAAN ORANG BERILMU
“Katakanlah apakah dapat disamakan orang yang
berilmu dan tidak berilmu?” (Az-Zumar: 9).
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang
beriman diantara kalian dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat” (Al-Mujadalah: 11)
“Sesungguhnya orang yang paling takut kepada
Allah hanyalah para ulama (orang berilmu)” (Al-
Fathir: 28)
Siapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan,
difaqihkan pengetahuan diennya” (HR. Bukhari
Muslim).
PEMBAGIAN ILMU
Imam Ghazali membagi ilmu menjadi dua
Ilmu Fardhu ‘Ain, ilmu yang wajib dipelajari
oleh setiap muslim (ilmu tauhid, syariah,
fiqh, bahasa Arab, al-qur’an, al-hadits, dan
sebagainya yang termasuk tsaqafah Islam)
Ilmu Fardhu Kifayah, ilmu yang wajib
dikuasai oleh umat Islam (sains teknologi,
manajemen, dsb)
DORONGAN MENGKAJI ILMU
“Siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syurga” (HR. Muslim)
“Jika manusia mati, terputuslah amalnya
kecuali tiga hal, shadaqah jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim)
“Siapa yang keluar rumah untuk menuntut
ilmu, ia berada di jalan Allah hingga kembali”
(HR. At-Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai