Anda di halaman 1dari 62

TKS 122 –

Hidrologi
Presipitasi

Ir. Suroso Dipl.HE,M.Eng


Daur Hidrologi (Hydrologic
Cycle)
Presipitasi
 ... "input" utama untuk daur hidrologi (or hydrologic
budget).
 … Pola presipitasi dipengaruhi oleh pola global skala
besar, pola mesoscale, pola "regional" , dan iklim mikro.
 … Dengan mengetahui dan mengerti pola hujan/
presipitasi secara umum, regional, dan lokal adalah
perangkat yang bagus untuk menentukan harga QPF.
 … Sebagai tambahan pada kuantitas presipitasi,
distribusi spatial dan temporal dari presipitasi
mempunyai efek yang cukup pada respons hidrologis.
Bentuk-bentuk
Presipitasi
Presipitasi berupa :
 HUJAN
 EMBUN
 KONDENSASI
 KABUT
 SALJU DAN ES
Angka Presipitasi
TEMPAT TINGGI HUJAN mm/th

 CHERA POONGEE (INDIA) 10.000


 BUENAVENTURA (COLUMBIA) 7.310
 LERENG G. SLAMET 4.000
 MALANG 2.000
 SINGAPURA 2.320
 BELANDA 750
 ATHENA 380
 TEHERAN 220
 ADEN 55
Definisi Istilah
 INTENSITAS i atau I (laju curah hujan) : jumlah curah
hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan tiap satuan
waktu (mm/menit, mm/jam, mm/hari).
 LAMA WAKTU (DURASI) t : lamanya curah hujan atau
lama kejadian hujan (menit, jam, hari).
 TINGGI HUJAN d atau r atau R : adalah banyaknya atau
jumlah hujan yang dinyatakan delam ketebalan air di atas
permukaan datar (mm).
 FREKUENSI T : frekuensi terjadinya hujan,
dinyatakan dengan waktu ulang (return period)
 LUAS A : luas geografis curah hujan
Kala ulang/periode ulang
 Suatu data hujan (x) akan mencapai
suatu harga tertentu (xi) atau
kurang dari (xi) dan diperkirakan
terjadi sekali dalam T tahun maka T
tahun ini dianggap sebagai
waktu/periode/kala ulang.
Pengukuran Curah
Hujan
Alat pengukur curah hujan :
 PENAKAR HUJAN
 Penakar hujan biasa
 Penakar hujan rata tanah
 Penakar hujan Inggris
 Interim reference precipitation gauge
 PENCATAT HUJAN
- Pencatat jungkit/ember terbalik (tipping bucket
gauge)
- Pencatat tipe timbangan (weighing gauge)
- Pencatat pelampung (float guge)
- Pencatat tipe simpanan (storage gauge)
ALAT PENAKAR HUJAN

Penakar hujan
biasa

Penakar hujan rata


tanah
Alat Penakar Hujan

Penakar Hujan
Inggris

Interim reference
precipitation gauge
Alat pencatat hujan

Pencatat ember Pencatat tipe


terbalik timbangan
Alat pencatat hujan

Pencatat tipe
pelampung

Pencatat tipe
simpanan
HASIL PENCATATAN HUJAN
STASIUN METEOROLOGI
ALAT PENGUKUR HUJAN
OTOMATIS
Image here
Two types of standard storage raingauge
 Idealnya, alat pengukur hujan
harus terlindung, tetapi tidak boleh
terhalang dalam menangkap
hujan.
Analisis Data Hujan
Untuk mendapatkan karakteristik hujan itu
diperlukan analisis antara lain:
(1) pengecekan kualitas data,
(2) pengisian data kosong,
(3) menentukan hujan rata-rata DAS,
(4) analisis tebal dan intensitas hujan terhadap
durasi,
(5) analisis kurva massa ganda,
(6) menentukan hujan berpeluang maksimum,
(7) hubungan intensitas dan debit maksimum,
Memproses Data Curah
Hujan
CURAH HUJAN WILAYAH
Untuk memproses menjadi curah
hujan dapat dilakukan dengan
cara:

 RATA-RATA ALJABAR
 POLIGON THIESSEN
 ISOHYET
1.Cara Rata-rata
Aljabar
Tinggi curah hujan wilayah
didapatkan dengan mengambil nilai
rata-rata hitung pengukuran pada
pengukur hujan di wilayah tsb

d1 + d 2 + d 3 + ......+ d n n
d= =∑ n di

n i =1
Perkiraan Hujan Wilayah:
Rata-rata Aljabar
1 J
P = ∑ Pj
J j =1

Station Observed Rainfall


mm

P2 20
P3 30
P4 40
P5 50
140

Ave. Rainfall = 140/4 = 35 mm


2.Cara Poligon
Thiessen
Cara ini berdasarkan rata-
rata bobot daerah pengaruh
penakar hujan
A1d1 + A2 d 2 + A3 d 3 + ..... + An d n n
Ai d i n
Ai d i
d= =∑ =∑
A1 + A2 + A3 + ..... + An i =1 Ai i =1 A
Perkiraan Hujan Wilayah:
Metoda Poligon Thiessen
1 J
P = ∑ A j Pj
A j =1

Station Observed Area Weighted


Rainfall Rainfall
mm km2 mm

P1 10 0.22 2.2
P2 20 4.02 80.4
P3 30 1.35 40.5
P4 40 1.60 64.0
P5 50 1.95 97.5
9.14 284.6

Ave. Rainfall = 284.6/9.14 = 31.1 mm


3. Cara Isohyet
Cara ini, harus digambar lebih
dulu kontur tinggi hujan
(isohyet), selanjutnya dihitung
sbb:
d 0 + d1 d1 + d 2 d n−1+ d n
n
di −1 + d i n
d i −1 + di
A1 + A2 + .....+ An ∑i=1 2 Ai ∑i=1 2
d= 2 2 2 = =
A1 + A2 + .....+ An n
A
∑A
i =1
i
Perkiraan Hujan Wilayah:
Metoda Isohyet

Ave. Rainfall = 255.2/9.14 = 27.9 mm


Perkiraan Hujan Daerah
Tiga Metoda
 Rata-rata Aljabar
 Alat pengukur harus ditempatkan merata
 Variasi masing-masing harus tidak jauh berbeda dengan rata-rata hujan
 Tidak akurat untuk daerah yang luas dimana distribusi bervariasi
 Poligon Thiessen
 Ada pembobotan luas untuk masing-masing alat pengukur
 Tidak memperhitungkan efek orografis
 Metoda yang banyak dipakai
 Isohyet
 Metoda yang paling akurat
 Diperlukan jaringan alat pengukur yang banyak
 Dapat memperhitungkan efek orografis dan storm morphology
Tinggi Hujan dan
Intensitas

Cum
Time Incremental Rai
(min) Rainfall (in) (
0
5 0.02
10 0.34
Incremental Rainfall
0.8

0.7
Incremental Rainfall (in per 5 min)

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 150

Time (min)
Cumulative Rainfall
10

7
Cumulative Rainfall (in.)

5
3.07 in
4 8.2 in

3 30 min
5.56 in
2

1 1 hr

2 hr
0
0 30 60 90 120 150
Time (min.)
Menambah Pencatatan
Curah Hujan

 Bila A stasiun pencatat otomatis


dan B stasiun penakar biasa →
maka lengkung massa B dapat
dibuat seperti lengkung massa A

 Hasil penambahan seperti


gambar
MENAMBAH DATA HUJAN
MENAMBAH DATA HILANG

Bila X adalah stasiun yang


mempunyai data hilang
terletak di sekitar stasiun A, B
dan C maka tinggi hujan yang
hilang dapat diprediksi sbb:
1  Anx Anx Anx 
d x =  d a + db + dc 
3  Ana Anb Anc 
TREND
 Trend adalah perubahan gradual faktor iklim dan
hidrolgi thd waktu
 Trend dpt digambar bila tersedia data jangka
panjang
 Nilai rata-rata progresif:

x1 + x2 + .....+ xn
y n+1 =
2 n
x 2+ x3 + .....+ xn +1
y n+ 3 =
2 n
x3 + x4 + ..... + xn + 2
y n +5 =
2 n
dst
TREND
PR
 Buku Hidrologi Teknik, CD Soemarto
 Halaman 16, no 1 dan 2
 Dikumpulkan minggu depan, 12
September 2007
 Perorangan
Uji Konsistensi Data
Hujan
Bila data hujan tidak konsisten
karena perubahan lingkungan
sekitar alat pengukur hujan,
bukan perubahan iklim maka
dapat diselidiki menggunakan 
lengkung massa ganda (double
mass curve)
UJI KONSISTENSI DATA
Kurva Massa Ganda (Double Mass Curve) HUJAN

Data pengamatan
Data terkoreksi
Hujan rata-rata kumulatif Sta. Y
Yz

Z
Xz
Y0
Tg α0 =
X0

Y
Tg α =
X

Hujan rata-rata kumulatif Sta. X

Yz = Hujan terkoreksi
Tgα
Yz = Y Y = Hujan pengamatan
Tgα0
Tgα = kemiringan sebelum
perubahan
Tgα 0= kemiringan sesudah
Intensitas Hujan
Pada umumnya makin besar durasi t makin kecil
intensitas i. Beberapa rumus intensitas curah
hujan yang dihubungkan dengan hal-hal ini, telah
disusun sebagai rumus-rumus eksperimental.
Talbot Banyak digunakan krn mudah
a'
I= diterapkan, tetapan a, b
(1881) t +b ditentukan dengan harga yang
diukur (t dalam menit; a, b
a
I= tetapan)

Sherman t Cocok untuk jangka waktu curah


a hujan yang lamanya lebih dari 2
(1905) I= jam (t dalam menit; a tetapan)
t +b
Ishiguro t dalam menit; a, b tetapan
(1953) R  24 
m

I = 24  
24  t  Untuk curah hujan jangka
pendek, berdasarkan data
Mononobe curah hujan harian (t dalam
jam; R24 curah hujan
Contoh Penggunaan Rumus
Mononobe
 Intensitas hujan 2
R24  T  3
Rt =  
T t
 Tinggi hujan pada jam ke T

RT = t.Rt − (t − 1) Rt −1
Bila dianggap hujan di suatu DAS
terkonsentrasi dalam 5 jam, maka
berdasar rumus empiris tsb
Jam
didapat
R
hasilRsbb: Rasio(%)
t T

1 0,585 0,585 58,5


2 0,368 0,152 15,2
3 0,281 0,107 10,7
4 0,232 0,085 8,5
5 0,200 0,072 7,2
Jumlah 100,0
Pola distribusi hujan
harian
70

60

50
Rasio (%)

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5
Jam ke
HUBUNGAN INTENSITAS - DURASI - FREKUENSI
HUBUNGAN INTENSITAS – DURASI -
FREKUENSI
HUBUNGAN INTENSITAS – DURASI -
FREKUENSI
HYETOGRAPH

1,2
1

0,8
Hujan (inc)

0,6

0,4

0,2
0
0,25 0,75 1,25 1,75 2,25 2,75 3,25 3,75 4,25 4,75 5,25 5,75
W a ktu (ja m )
Kumulatif

0
1
2
3
4
5
6
7
0,
25

0,
75

1,
25

1,
75

2,
25

2,
75

3,
25

3,
75
W a ktu (ja m )
Kumulatif

4,
25

4,
75

5,
25
Diagram Tinggi Hujan

5,
75
Menentukan Tinggi Hujan
Rencana
 Mencatat dan mengumpulkan data hujan pada stasiun di
DAS dan sekitarnya.
 Menentukan hujan harian maksimum tahunan DAS.
 Menentukan frekuensi/kala ulang (return period)

1

T=
Menentukan distribusi yang 1 memenuhi sebaran data
1 − (1 −Gumbel,
(Normal, Log Normal, R) n Log Pearson III)
Kumulatif hujan stasiun X

10000
12000

2000
4000
6000
8000
3

0
4
3
9
3
8
1
5
3
4
2
1
1
2
2
6
8
8
3
2
2
2
3
8
6
7
4
3
5
4
4
9
2
1
5
5
9
3
6
0
5
8
6
6
2
1
7
Kumulatif Hujan Rata-rata 20 stasiun 1
3
1
7
7
0
3
8
3
0
8
8
8
9
4
Kurva Massa Ganda

9
4
7
1 5
0
0
8
9
Tinggi Hujan (mm)

100
150
200
250
300
350
400
450

50
0
1937
1939
1941
1943
1945
1947
1949
1951
1953
1955

Tahun
1957
1959
1961
1963
1965
1967
1969
1971
Grafik Data Hujan Tahunan
Hujan rata-rata prograsif
19

0
50
100
150
200
250
300
350
37
19
39
19
41
19
43
19
45
19
47
19
49
19
51
19
53
19
55
19
Trend

57
T ahun
19
59
19
61
19
63
19
65
19
67
19
69
19
71
Model

INPUT Process OUTPUT


Model Hidrologi

Infiltration
Basin Process Excess Precip.
Representation Interception
Storage
Presipitasi
Fenomena
Hidrologi

Harus berpikir / menganggap DAS secara menyeluruh


Proses Dasar…. Necessary for a
single basin

Focus on
Precipitation

Excess Precip. Excess Precip.


Model

Basin “Routing” Runoff


Excess Precip. UHG Methods Hydrograph

Stream and/or Downstream


Runoff Reservoir Hydrograph
Hydrograph “Routing”
Dari tinjauan DAS

Excess Precip.

Excess Precip.
Runoff Model
Hydrograph

Basin “Routing”
Unit Hydrograph

Stream
“Routing”
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai