Anda di halaman 1dari 20

RESPONSIVITAS DAN KAPASITAS

EMBRIOGENESIS MIKROSPORA
BEBERAPA GENOTIPE CABAI (Capsicum
spp.) PADA SISTEM KULTUR SEBAR-
MIKROSPORA

Hakiim
Bashaar

Dibimbing oleh:
Dr.Ir. Ence Darmo Jaya Supena, MSi.
Ir. Hadisunarso
Pendahulua
n
 Cabai tanaman sayuran penting di
Indonesia
 Areal pertanaman cabai tahun 2004
sebesar 194.588 ha ~ 19.9 % total
lahan sayuran (Deptan 2005)
 Pada tahun 2006, produktivitas cabai
sebesar 5.0 ton/ha (FAO
India 2007)
9.2 ton/ha
Thailand 14 ton/ha
Cina 20.6 ton/ha
KULTIVAR LOKAL ?
Secara konvensional
(5-7 generasi)
Galur
murni Teknologi haploid
(1-2 generasi)

Regenerasi embrio dari gamet


(mikrospora/polen = haploid) untuk
menghasilkan tanaman haploid dan haploid
ganda (HG)
Tanaman Homozigot untuk semua
lokus
 Tanaman haploid dan HG pada cabai
 Kultur antera pada media padat
(Sibi et al. 1979; Dumas de Vaulx et al. 1981; Gyulai et al. 2000)
tergantung genotipe terutama paprika
tidak efisien untuk genotipe lainnya

 Supena et al. (2006a)


kultivar lokal cabai Indonesia
Metode kultur sebar-
mikrospora (KSM) antera

: media cair
: media padat

embrio fase
embrio
globular fase hati
mikrospora embrio fase
torpedo
Tujua
Mempelajari responsivitas dan kapasitas
n:
embriogenesis mikrospora beberapa genotipe
cabai dari spesies Capsicum annuum L.
maupun spesies Capsicum frutescens L. pada
kondisi lokal di Bogor dengan menerapkan
prosedur KSM yang dikembangkan Supena et
al. (2006a)

Waktu dan
Tempat :Tempat:
Waktu : Maret 2006-Juni 2007
Lab. Biologi Seluler dan Molekuler
Tanaman, Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi IPB, Kampus IPB
Darmaga, Bogor.
Bahan dan Metode
Bahan tanaman:
C. annum :
Cabai besar : Tanjung-2, HG Galaxy (Supena et.al
2006a)
Cabai keriting : Big chili,

C. frutescens :
Cabai rawit hijau : Bara
Cabai rawit putih : Hot Chili
Metode
Tiga faktor penting metode KSM (Supena et al. 2006a)
• Kuncup bunga dg stadia mikrospora uninukleat akhir >50%
• Praperlakuan kuncup bunga pada suhu 40 C selama 1 hari
• Inkubasi antera pada media sistem dua lapis pada suhu 90
C selama 1 minggu dan untuk selanjutnya dipindah pada
suhu 280 C selalu pada kondisi gelap

Alur penelitian:
• Pengamatan Morfologi Kuncup Bunga da
• Kultur sebar-mikropora
• Perkecambahan dan Pertumbuhan Tanam
• Pengamatan dan Analisis data
HASIL
ngan Morfologi Kuncup Bunga dan Antera dengan Stadia Mik
Tabel 1 Tahapan perkembangan mikrospora pada beberapa fase perkembangan
kuncup bunga tanaman cabai besar HG Galaxy
Fase Warna ungu pada antera dari Persentase tahapan perkembangan mikrospora
perkembangan beberapa perkembangan
kuncup bunga kuncup bunga
EU MU LU EB MB G+V TI

6
1 Belum ada 45.5 48.5 0 0 0 0
.
0
2 Hanya tipis pada bagian ujung 14.2 25.7 60.1 0 0 0 0

3 Sekitar ¼ panjang antera 0 33.3 66.7 0 0 0 0

4 Seluruh antera berwarna ungu 0 0 42.8 28.6 28.6 0 0

Warna ungu memucat pada


5 kuncup dengan mahkota yang 0 0 0 0 0 68.0 32.0
akan mekar

Warna ungu memucat pada


6 0 0 0 0 0 35.0 65.0
kuncup yang baru mekar
Keterangan : EU: uninukleat awal, MU: uninukleat pertengahan, LU: uninukleat akhir, EB: binukleat awal, MB:
binukleat pertengahan, G+V: polen dengan inti generatif dan vegetatif, TI: Tidak berinti (mikrospora mati)
1 2 3 4 5 6

Gambar 1 Morfologi bunga cabai HG Galaxy pada


beberapa kelompok perkembangan. Bar:
5 mm
Embriogenesis mikrospora
Tabel 2 Penampilan beberapa genotipe cabai (Capsicum spp.) untuk vitalitas,
responsivitas dan kapasitas embriogenesis mikrosporanya

Jumlah Kultur terjadi Rata-rata Rata-rata


Kultur tidak embrio
total respon embrio embrio
Genotipe kontaminasi 1 lengkap
kultur embriogenesis 2 per lengkap
(%) (%)
(petri) (%) kuncup per kuncup

Galaxy 103 60 a 53 a 7.1 4.1 57.5


Tanjung-2 94 48 ab 58 ab 3.5 2.2 64.4
Big Chili 68 26 b 44 ab 1.9 0.6 33.3
Hot Chili 66 24 b 19 bc 1.3 0.3 25.0
Bara 79 42 ab 0c 0 0 0

keterangan: 1= dari jumlah petri awal, 2 = dari jumlah petri tidak kontaminasi. Angka yang diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5
et

el

ek

et el
a b

et
et

el

c d
e

Gambar 2 Embriogenesis mikrospora beberapa genotipe


cabai (Capsicum spp.) dalam metode KSM dan tanaman
yang dihasilkan : a. Embrio pada Galaxy; b. Embrio dan
kecambah pada Tanjung-2; c. Embrio pada Big Chili; d.
Embrio pada Hot Chili; e. Tanaman berasal dari hasil KSM
cabai varitas Tanjung-2. Karakter-karakter embrio: el
(embrio lengkap); et (embrio tidak lengkap); ek (embrio
yang telah berkecambah) Bar: a-d = 3 mm, e = 4 cm.
PEMBAHASAN
•Pengamatan ciri morfologi stadia LU >50 % pada HG
Galaxy >> ketika panjang mahkotanya =/sdkt lbh
panjang dari kelopak dan ketika warna antera berwarna
hijau dg warna keunguan diujungnya, hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Supena et al. (2006a) dan
bahkan sepertinya berlaku umum untuk kultivar cabai
besar (Sibi et al. 1979, Andrezejewski & Mol 1985, Dolcet-Sanjuan et al.
1997, Tipirdamaz & Ozkum Ciner 2001, Kim et al. 2004, Supena et al. 2006a).
•Pengaruh genotipe terhadap kapasitas embriogenesis
mikrospora (produksi embrio per kuncup bunga dan
pembentukan embrio lengkap) berbeda untuk setiap
kelompok genotipe cabai dan atau antar tipe dalam
spesies.
•Secara umum terlihat bahwa responsivitas cabai besar
lebih baik dibandingkan cabai keriting, dan cabai keriting
lebih baik dari cabai rawit
•Pada kultivar Tanjung-2, berhasil didapatkan tanaman
haploid dari perkembangan embrio yang dihasilkan
melalui metode KSM, tanaman ini memiliki rata-rata
jumlah kloroplas sebesar 10.2, dimana jumlah ini
mendekati nilai yang diukur oleh Supena et al.
(2006b) yaitu sebesar 9.0 untuk tanaman haploid dan
17.0 untuk tanaman haploid ganda atau diploid cabai
kultivar Galaxy.
•Kontaminasi mempengaruhu kultur dg mengkolinisasi
anter/media shg menghambat/mematikan mikrospora
•Semua genotipe yang dicobakan mengalami
kontaminasi dengan tingkat yang berbeda-beda, dan
tingkat kontaminasi terbesar mencapai 76 % pada
genotipe Hot Chili
•Penggunaan lahan terbuka sebagai tempat tanam
dan bakteri endofitik>>alasan masih tingginya
kontaminasi dlm penelitian ini
• Penciri mikrosporaSIMPULAN
yang mengandung lebih dari 50 %
nya berada pada tahap uninukleat akhir adalah dari
antera yang berwarna hijau dengan warna keunguan
pada ujungnya yang diperoleh dari kuncup bunga
dengan ciri panjang mahkotanya sama dengan atau
sedikit lebih panjang dari kelopaknya.
• Responsivitas embriogenesis mikrospora terbaik
diperlihatkan oleh cabai besar Tanjung-2 dan Galaxy
(kontrol) masing-masing sebesar 58 % dan 53 %,
dengan jumlah embrio lengkap masing-masing 2.2
dan 4.1 embrio per kuncup bunga.
• Secara umum responsivitas cabai besar lebih baik
dibandingkan cabai keriting, dan cabai keriting lebih
baik dari cabai rawit.
DAFTAR PUSTAKA
Dumas de Vaulx R, Chambonnet D, Pochard E. 1981. Culture in vitro d’anthères du piment
(Capsicum annuum L.): amélioration des taux d’obtention de plantes chez différents
génotypes par des traitements à +35 0C. Agronomie 1: 859-864. (Dalam bahasa Perancis
dilengkapi abstrak bahasa Inggris)
Dolcet-Sanjuan R, Claveria E, Huerta A. 1997. Androgenesis in Capsicum annuum L.-Effects of
carbohydrate and carbon dioxide enrichment. J Amer Soc Hort Sci 122: 468-475.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Statistik Pertanian 2005. Jakarta: Deptan.
Gyulai G, Gémesné JA, Sági ZS, Venezel G, Pintér P, Kristóf Z, Törjék O, Heszkey I, Bottka S,
Kriss J, Zatykó L. 2000. Doubled haploid development and PCR-anlaysis of F1 hybrid
derived DH-R2 paprika (Capsicum annuum L.) lines. Plant Physiol 156:168-174.
Ltifi A, Wenzel G. 1994. Anther culture of hot and sweet pepper (Capsicum annuum L.):
Influence of genotype and plant growth temperature. Capsicum and Eggplant Nwsl 13: 74-
77.
Nitsch JP, Nitsch C. 1969. Haploid plants from pollen grains. Science 163: 85-87.
Ochoa-Alejo N, Ramirez-Malagon R. 2001. In vitro chili pepper biotechnology. In Vitro Cell Dev
Biol-Plant 37:701-729.
Powell W. 1990. Environmental and Genetical Aspects of Pollen Embryogenesis. Di dalam :
Bajaj YPS, editor. Biotechnology in Agriculture and Forestry, Vol. 12 Haploids in Crop
Improvement I. Berlin Heidelberg: Springer-Verlag. hlm. 45-65.
Qin X, Rotino GL. 1993. Anther culture of several sweet and hot pepper genotypes. Capsicum
and Eggplant Nwsl 12: 59-62.
Sibi M, Dumas de Vaulk R, Chambonnet D. 1979. Obtention de plantes haploïdes par
androgenèse in vitro chez le piment (Capsicum annuum L.). Ann Amelior Plantes 29:583-
606. (Dalam bahasa Perancis dilengkapi abstrak bahasa Inggris)
Supena EDJ, Suharsono S, Jacobsen E, Custers JBM. 2006a. Succesful development of a shed-
microspore culture protocol for double haploid production in Indonesian hot pepper
(Capsicum annuum L.). Plant Cells Rep 25:1-10.
Supena EDJ, Muswita W, Suharsono S, Custers JBM. 2006b. Evaluation of crucial factors for
implementing shed-microspore culture of Indonesian hot pepper (Capsicum annuum L.)
Terima Kasih
Pengamatan Morfologi Kuncup Bunga dan
Antera Serta Perkembangan Mikrospora

Isolasi mikrospora
Pewarna
DAPI
Preparasi pada gelas
objek
Mikroskop
flouresens pada
filter UV
ultur Sebar-Mikrospora
Media sistem dua lapis :
• Media cair : komponen Nitsch (Nitsch & Nitsch 1969) dan
maltosa 20 g/l.
• Media padat : komponen Nitsch (Nitsch & Nitsch 1969 ),
maltosa 20 g/l, aa 10 g/l dan gelrite 2 g/l
• Antibiotik: Rifampisin 10 mg/ml & Timentin 400 mg/ml

Etanol Akuades Kloroks 2 % + Akuades steril


70 % 1’ steril 2X tween-20 0.05 % 1’, 5’ dan 10’
15’

Praperlakuan
5-100 C 1 hari lepas kelopak,
mahkota dan
filament
6-110 C selama seminggu pertama
kultur, suhu 25-280 C setelah dan Kondisi steril
seterusnya dalam laminar
ecambahan dan Pertumbuhan Tanam

A
B C
A: kecambah yang siap ditanam
pada media perkecambahan
B: kecambah yang tumbuh
menjadi tanaman
C: pengadaptasian pada media
tanam
D: tanaman pada polybag
D
engamatan dan Analisis Data
• Pengamatan @ minggu. Setelah kultur
berumur 7-8 minggu, embrio yang terbentuk 2
diamati dan dihitung

• Embrio dikelompokkan ke
dalam dua katagori:
1.Embrio lengkap 1
2.Embrio tidak lengkap

•Analisis data : SPSS 14.0


 Sidik ragam (Annova)
 Uji beda nyata terkecil (BNT)

Anda mungkin juga menyukai