Anda di halaman 1dari 4

Tasawuf ... !, Bualan Kaum Sufi ataukahSebuah Konspirasi ?

Oleh : Ihsan Ilahi Zhahir Judul Buku Asli : Diraasaatun fii At-Tashawwuf

Segala puji bagi Allah Yang telah menurunkan Al-Qur'an dan menjadi-kannya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Sebagai pelajaran dan peringatan bagi hamba yang memiliki hati dan dapat menggunakan pendengaran serta mau menyaksikan. Serta sebagai penawar dan rahmat bagi kaum mukminin. Shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan yang menyeru kepada agama Allah dengan izinNya serta sebagai cahaya yang menerangi. Pemimpin sekalian manusia dan rasul yang paling mulia. Sebagai penutup para rasul dan penyempurna Dienullah. Shalawat dan salam semoga tercurah juga atas keluarga beliau, sahabat dan seluruh pengikut beliau sampai hari Kemudian kelak. Pada buku seri pertama dengan judul At-Tasawwuf Mansya' wal Mashadir, kami telah menjanjikan seri keduanya yang sama besar dan ukurannya. Dalam kesempatan ini kami ingin menepati janji tersebut, dengan menyajikan buku ini yang masih berkaitan dengan tasawuf ke hadapan pembaca. Kami akui bahwa pembahasan mengenai masalah ini akan terus berlanjut, pembedahan buku-buku sufiyah, tulisan-tulisan dan karangan-karangan mereka akan terus dilakukan. Kami tiada kuasa menghentikan goresan pena dan menutup mata terhadap apa yang mereka tulis. Di sisi lain kami juga berusaha agar buku ini tidak terlalu panjang. Karena semakin panjang pembicaraan semakin banyak kemungkinan keliru. Akan tetapi, pembahasan ini ternyata meminta lebih banyak dari yang kami duga sebelumnya. Bersamaan dengan itu, kami meluncurkan buku seri kedua ini yang barangkali ukurannya lebih besar sedikit dibanding yang pertama. Kenyataannya kita memang membutuhkan seri-seri lanjutannya. Mudah-mudahan dengan demikian kami dapat mengupas seluk beluk tasawuf, pemikiran-pemikiran, keyakinan, karakter dan ciri khas mereka, serta ciri khas yang membedakan mereka dengan lainnya. Kami berusaha meluncurkan seri-seri berikutnya secepatnya insya Allah. Semoga Allah Ta'ala memudahkan usaha kami, dan memberikan kekuatan kepada kami dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dan rintangan. Serta menjauhkan kami dari segala musibah dan kemalangan. Sesungguhnya hanya Dia-lah yang dapat menyingkap awan kedukaan, menolong dari kesu-sahan dan memperkenankan segala permohonan. Dan alhamdulillah , belum sampai setahun, buku seri lanjutan tersebut sudah dapat hadir ke hadapan para penuntut ilmu dan para pembaca yang mulia. Karena referensi sudah tersedia, ungkapanungkapan tokoh-tokoh sufi dapat dilihat jelas dalam bu-ku-buku mereka, maka kami tinggal meletakkannya saja pada tempat yang layak, diatur dan disusun sedemikian rupa. Seri lanjutan tersebut memuat beberapa pembahasan terpenting seputar tarikat-tarikat sufi, pendirinya, tokoh-tokohnya dan pemuka-pemukanya. Akan tetapi bukan berarti buku ini tidak menyinggung pembahasan tersebut. Dalam buku ini kami lebih menitik beratkan pembahasan seputar tarikat-tarikat sufi yang populer di tengah-tengah kaum muslimin. Demikian juga memuat secara gamblang tanpa bertele-tele beberapa ringkasan dan petikan-petikan syair dan ucapan kaum sufi. Kami juga tidak mengupas pemikiran, keyakinan dan ajaran beberapa tokoh-tokoh ekstrim sufi yang sudah terkenal sekalipun mereka tidaklah sepopuler Al-Hallaj, Ibnu Sab'in, Muhyiddin Ibnu Arabi, Umar Bin Al-Faridh, Jalaluddin Ar-Ruumi, AsSahrawurdi, Al-Maq-tul, Al-Qanawi, Al-Baqla, Asy-Syirazi dan masih banyak yang lainnya. Demikian pula kami tidak menyinggung beberapa permasalahan yang tidak mampu kami jangkau dan kami sertakan dalam dua seri ini. Padahal pembahasan tersebut sangat penting untuk membuka cakrawala berpikir dan untuk menerangkan hukum. Sebelumnya kami berusaha mendapatkan beberapa referensi buku-buku sufiyah, bukti-bukti dan tulisan-tulisan mereka yang belum kami miliki di sela-sela kesibukan kami menyusun beberapa buku seperti Al-Masihiyah, Al-Bahrat wal Aghakhaniyah dan jilid kedua buku Al-Ismailiyah . Agar dapat terkumpul sejumlah besar referensi dan literatur kaum sufi dan tasawuf untuk para pemerhati masalah ini. Tentu saja yang demikian itu tidaklah sulit bagi Allah Ta'ala. Dan walhasil, inilah seri kedua pembahasan masalah tasawuf, mencakup delapan bab, dan masingmasing bab terdiri atas beberapa sub judul. Membahas permasalahan penting seputar pemikiran dan aqidah tarikat-tarikat sufi.

Bab pertama: Sikap ekstrim merupakan konsekuensi ajaran tasawuf. Membicarakan tentang doktrin-doktrin sufi, yang didasarkan atas sikap ekstrim dan berlebih-lebihan. Ajaran tasawuf tidak mengenal kemudahan yang justru amat ditekankan dalam ajaran Rasulullah yang mengede-pankan sikap tengah dalam segala sesuatu. Sebagaimana yang disabdakan oleh beliau: "Agama itu adalah kemudahan." "Mudahkanlah dan jangan menyulitkan." Sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan dien ini sebagai petunjuk bagi umat manusia dan untuk menata jiwa mereka. Bukan untuk membuat susah dan membebani mereka diluar batas kemampuan, Allah berfirman: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesang-gupannya." (Al-Baqarah: 286) Namun kaum sufi membalikkan ajaran tersebut, mereka berlebih-lebihan dalam memberikan ancaman dan bersikap ekstrim dalam membebankan diri. Semua hal itu kami beberkan dalam bab ini. Dengan membawa bukti dari buku-buku, tulisan-tulisan dan ucapan-ucapan mereka sebagaimana yang biasa kami lakukan. Bab kedua: Sebagai tambahan dari bab pertama, kami lampirkan bebe-rapa perkara tentang pelanggaran kaum sufi terhadap nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah yang jelas dan tidak dapat ditakwil lagi. Kami jelaskan faktor penyebab pelanggaran yang mereka lakukan terhadap batasan-batasan syariat. Seperti mengabaikan syariat namun menganggap diri mereka zuhud dan bertakwa. Padahal kezuhudan dan ketakwaan justru mencegah seseorang dari menjauhi syariat meskipun hanya sejengkal. Bab ketiga: Kami jelaskan secara gamblang bahwa tasawuf merupakan sebuah konspirasi melawan syariat Islam dan ajarannya. Yang disebarkan secara licik dan dirajut dengan makar dan tipu muslihat. Bab keempat: Berisi pembahasan mengenai bid'ah dan perkara-perkara yang diada-adakan kaum sufi. Bid'ahbid'ah seperti ini banyak terdapat pada kelompok-kelompok tarikat, sehingga bid'ah-bid'ah itu menjadi pembeda dan ciri khas mereka dari kelompok lain bahkan menjadi trade mark bagi mereka, seperti pakaian yang biasa dikenakan dalam majelis dan acara-acara mereka. Bab kelima: Tarikat tasawuf dan tokoh-tokohnya. Kami kupas bebe-rapa tarikat sufi yang sudah menyebar luas di jazirah Arab, yaitu: Asy-Syadziliyah, Ar-Rifa'iyah, Al-Qadiriyah, At-Tijaniyah dan An-Naqsyaban-diyah. Kami cukupkan dengan pembahasan lima tarikat tersebut kendati masih banyak lagi yang lainnya. Sebab kami masih menyisakan pembahasan persoalan ini pada seri-seri berikutnya. Disamping kelompokkelompok tersebut juga tidak sepopuler lima kelompok di atas. Meskipun sebagian tarikat sufiyah itu cukup terkenal di sebagian negeri, seperti Al-Jisytiyah dan As-Sahrawurdiyah. Mayoritas pengikut tarikat di India, Pakistan dan sekitarnya menganut kedua ajaran tarikat tersebut. Adapun kelompok tarikat yang lain tidak begitu dikenal di negeri-negeri tersebut. Mudah-mudahan kitab terjemahan buku ini dalam bahasa urdu dapat menambah perbendaharaan dua seri sebelumnya. Dalam bab ini para pembaca akan mendapatkan kepuasan yang tidak ditemukan pada buku-buku lainnya. Para pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang tarikat-tarikat tersebut. Bab keenam: Kami cantumkan beberapa istilah populer kaum sufi yang sering mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari. Tidak lupa kami lampirkan dalam bab ini yang merupakan bab terakhir dalam buku ini beberapa pembahasan yang tidak mungkin kami cantumkan dalam bab ter-sendiri, disebabkan korelasinya secara langsung dengan bab-bab sebelumnya tidak ada. Tujuannya agar pembaca tidak merasa kekurangan khususnya dalam pembahasan tasawuf ini. Kami berusaha melampirkan hal itu dalam bab ini dibawah judul: Istilah-istilah Kaum Sufi. Sementara tentang istilah wihdatusy syuhud, wihdatul wujud, masalah wihdatul adyaan dan lain-lain, kami tidak mencantumkannya di salah satu dari lima bab sebelumnya, mes-kipun sebenarnya sangat penting, sebab korelasinya tidak begitu kelihatan dan tidak begitu mendesak untuk dicantumkan.

Itulah enam bab yang ada dalam buku ini, jika ditambahkan dengan tiga bab dari buku seri pertama niscaya akan mencukupi kebutuhan pembaca dan penelaah dalam mengenal tasawuf dan kaum sufi. Bukan berarti buku ini tidak lengkap kecuali dengan buku pertama, sebab sebenarnya buku ini terpisah dari buku sebelumnya bukan bagian darinya. Namun hendaknya pembaca juga menelaah buku ini di samping buku pertama. Sebab banyak perkara yang kami sebutkan di sini namun tidak disebutkan di sana. Demikian pula sebaliknya. Buku ini berisi penjelasan tentang ajaran kaum sufi dan keyakinan mereka. Pemikiran dan aqidah mereka. Ciri khas dan bid'ah serta khurafat mereka. Tarikat dan keadaan tokoh-tokoh mereka. Dan beberapa perkara lainnya. Adapun buku seri pertama lebih menekankan pembahasan asal usul tasawuf dan sumber-sumbernya serta penjelasan tentang hubungannya dengan sekte-sekte terdahulu maupun sekarang. Seperti sekte-sekte yang tumbuh di India dan Parsi, pengikut paham Plato modern, Al-Masihiyah, AlGhanusiyah dan Syi'ah. Jadi, kedua kitab ini saling melengkapi satu sama lainnya. Sama-sama membahas masalah tasawuf, hanya saja pokok-pokok pembahasannya ber-beda. Kemudian setelah itu, kami ingin menegaskan kepada para pembaca bahwa kami masih memakai metode yang biasa kami gunakan, yaitu: 1. Kami tidak mencela mereka kecuali atas dasar ucapan dan perka-taan mereka sendiri. 2. Kami tidak menukil dari buku dan tulisan yang tidak mereka akui. Namun kita menegakkan hujjah dan menjelaskan haq dengan bersandar dari buku-buku dan ucapan-ucapan mereka sendiri. Kami tidak menukil dari buku-buku kelompok yang berseberangan dengan mereka kecuali sebagai penguat dan bukti. Terkadang kami tidak menemukan sumber rujukan ucapan orang yang kami kritik, namun kami dapati ucapan tersebut dinukil oleh kelompok yang berseberangan dengan mereka, kami tidak akan men-cantumkannya sebelum kami dapat membuktikan langsung sekalipun penu-kilan itu sangat penting. 3. Sebagaimana dalam buku-buku sebelumnya, kami biasa memakai metode yang begitu berat dan sulit, yaitu kami tidak hanya mencantumkan satu dua riwayat saja sebagai hujjah atas mereka, supaya mereka tidak berdalih riwayat itu asing atau lemah. Namun kami akan mencantumkan beberapa riwayat satu persatu. Dalil-dalil itu kami tempatkan sesuai dengan materi pembahasannya, supaya mereka tidak dapat berkilah dan supaya mereka dapat menerima, mengakui, berlepas diri dan membuang apa yang mereka yakini itu.

4. Ukuran yang kami jadikan standar untuk mengukur kejujuran dan kedustaan, haq dan bathil, baik dan
buruk adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Al-Qur'an adalah kitabullah yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan maupun di belakangnya. Diturunkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Kaum muslimin sepakat bahwa tidak terdapat penyele-wengan dan penyimpangan serta perubahan di dalamnya. Dan tidak terdapat kekurangan dan cacat padanya. Yang senatiasa dipelihara Allah T'ala berdasarkan firmanNya:"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguh-nya Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr: 9)Demikian pula Sunnah Rasulullah. Yang ma'shum karena penjagaan Allah terhadapnya. Dan yang tetap terpelihara karena pengawasan Allah, yang berbicara dengan wahyu dari Allah Ta'ala, sebagaimana yang disebutkan:"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwah-yukan (kepadanya)," (An-Najm: 3-4) Setiap ucapan yang bertentangan dengan firman Allah, dan setiap amalan yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah pasti tertolak, tidak bernilai sama sekali siapapun yang melakukannya, baik yang hina maupun yang mulia, orang jahat maupun orang bertakwa. Sebab kaum mukminin tidak diwajibkan mengikuti siapapun selain berdasarkan Kitabullah dan Sunnah RasulNya. Hal ini tidak perlu dijelaskan panjang lebar sebab sudah sangat jelas bagi kita semua. Kami menyebutkan ayat dan hadits yang semakna dengan hal tersebut di sela-sela pembahasan. Setiap ucapan yang bersesuaian dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka ucapan itu adalah haq, benar dan tepat, dari manapun sumbernya. Sebaliknya setiap ucapan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka ia adalah ucapan batil dan amalan yang tertolak, dari manapun asal dan sumbernya. Syariat adalah segala yang termaktub dalam Al-Qur'an dan AsSunnah, karena keduanya merupakan asas. Seluruh perkataan, perbuatan dan keya-kinan diukur dengan kedua pedoman itu. Kemudian dari situ dapat ditentu-kan batil atau tidak dan benar atau salah. Adapun selain keduanya, tidak dapat menjadi ukuran sama sekali.

5. Kami hanya mencantumkan ucapan pemuka-pemuka dan tokoh-tokoh sufi yang dinukil oleh kaum sufi sendiri dalam buku-buku mereka. Baik penukilan itu benar ataupun keliru. Sebab yang bertanggung jawab adalah penukilnya. Sekalipun demikian kita tidak berprasangka bahwa apa yang dinukil oleh kaum sufi itu berupa ucapan dan amalan yang jelas-jelas bertentangan dengan Al-Qur'an dan AsSunnah serta akal sehat benar-benar sah dinisbatkan kepada tokoh-tokoh tersebut. Kita berbaik sangka dan mem-bersihkan mereka dari segala yang dinisbatkan kepada mereka, misalnya Rabi'ah Al-'Adawiyah, Al-Juneid Al-Baghdadi, Abdul Qadir Al-Jailani dan tokoh-tokoh lainnya. Kaum sufi tersebut menukil dari mereka beberapa ucapan dan amalan yang sulit diterima akal sehat. Namun hal itu bukan urusan kita, sebab kita hanya menukil dari buku-buku pegangan mereka. Dan penulis buku-buku tersebut juga merupakan tokoh-tokoh mereka, bukan orang sembarangan. Di samping itu semua, kami tidak hanya mencukupkan dengan sebuah penukilan saja, namun kami akan mempertegasnya dengan beberapa penukilan lain semampu kami. Dalam kesempatan ini perlu kami tegaskan bahwa dalam lintas sejarah, tidak ada satupun kelompok yang banyak berdusta atas nama tokoh-tokoh mereka selain kaum Sufiyah dan Syi'ah. Betapa banyak perkara-perkara yang mereka nisbatkan kepada para imam mereka ternyata para imam tersebut berlepas diri darinya. Maksudnya ialah, kita tidak mengomentari seorang pun melainkan dari apa yang dinukil dalam bukubuku mereka sendiri. Kami hanya menukilnya dari mereka dan hanya bisa menjamin akurasinya dengan buku mereka yang asli. Adapun kebenaran penukilan tersebut, itu adalah tanggung jawab mere-ka bukan tanggung jawab kami. Sebab sanad hanyalah keistimewaan hadits-hadits nabi (tidak untuk yang lainnya). Oleh karena itu pula Allah menjaga-nya dari kedustaan dan pemalsuan. Kami berharap para pembaca benar-benar dapat memahami dan memakluminya sebab ini sangat penting sekali. Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta'ala agar buku ini dapat berman-faat bagi kaum muslimin dan dapat berkenan di hati mereka sebagaimana yang kami harapkan pada buku-buku sebelumnya. Dan semoga Allah meng-ampuni kesalahan-kesalahan kami, baik yang disengaja maupun tidak. Dan menjadikan amalan ini ikhlas semata karena mengharap pahala melihat WajahNya Yang Maha Mulia. Sebab yang mendorong kami menulis buku ini dan buku-buku lainnya tentang kelompok-kelompok sesat dan menyimpang hanyalah niat kami yang tulus. Yaitu agar kaum mukminin dapat meniti jalan Rasulullah yang bersih dari segala noda-noda syirik dan kotoran-kotoran peribadatan berhala, bid'ah, penyimpangan dan kesesatan, serta agar mereka dapat menghindari jalan yang menyimpang lagi buntu. Dan agar mereka dapat sampai menuju Allah, meraih nikmat dan keridhaanNya di dunia dan di akhirat. Jika tidak, maka yang kita dapati dari kelompok-kelompok tersebut hanyalah kehancuran dan kebinasaan. Khususnya pada zaman sekarang yang amat sedikit dijumpai orang-orang ikhlas yang mem-bela Kitabullah dan Sunnah Nabi. Dan menjamurnya kemunafikan dan mental hipokrit dengan dalih demi politik dan demi maslahat. Dan menyebar pula mental-mental penjilat dan cari muka. Kecuali yang dirahmati Allah Ta'ala, tetapi alangkah sedikit mereka itu! Sungguh Surga itu memang diliputi de-ngan perkara-perkara yang sulit, dan Neraka itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang menarik syahwat dan kelezatan. Hanya kepada Allah saja kita bertawakkal, Dia-lah pegangan dan tempat kita berlindung. Cukup Allah saja sebagai pelindung kita dan Dia sebaik-baik pembela. Shalawat dan salam se-moga tercurah atas RasulNya, sebaik-baik hamba, dan atas keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah beliau dan meneladani petunjuk beliau sampai Hari Kemudian kelak. Ihsan Ilahi Zhahir Ibtisam Cottage Shademan Lahore Pakistan 9 Jumadil Ula 1407 H. 10 Januari 1987 M.

Anda mungkin juga menyukai