(Inception Report)
2.1. KABUPATEN BERAU 2.1.1. Rona Lingkungan Wilayah Studi Luas Wilayah Kabupaten Berau adalah 34.127,47 Km atau 3.412.700 Ha. Secara geografis Kabupaten Berau berada pada koordinat 116 BT - 119
o o o o 2
BT dan 1 LT - 2 33 LU. Secara Administratif Wilayah Kabupaten Berau terdiri dari 13 (tiga belas) wilayah Kecamatan, 97 (sembilan puluh tujuh) desa dan 10 (sepuluh) kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Gunung Tabur adalah sbb. : Batas-batas wilayah Kabupaten Berau adalah sebagai berikut : a. Sebelah Timur : Laut Sulawesi b. Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Timur c. Sebelah Barat : Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara d. Sebelah Utara : Kabupaten Bulungan 2.1.2. Aksesibilitas Embung Beriwit berlokasi di SP. 03 Desa Sukan, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau. Untuk mencapai lokasi embung Beriwit yang berjarak 45 Km dari kota Tanjung Redeb dapat ditempuh melalui jalur darat dan jalur sungai, dengan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. 2.1.3. Kondisi Topografi Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau. Hutan bakau, hutan rawa
CV. PORTAL Consultant
II - 1
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas dan hutan kapur dataran rendah. Diatas ketinggian 1.000 m dpl (diatas permukaan laut) hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi gunung Mantan (2.457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan. Sumber : Website Kabupaten Berau, 2011. Sungai Kelay merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Berau. Mengalir dari pegunungan sekitar Gunung Mantan, sepanjang 254 kilometer sampai pada pertemuan dengan Sungai Segah membentuk Sungai Berau di Tanjung Redeb. Sungai Segah sendiri panjangnya sekitar 152 kilometer. Hulu sungai berada di sekitar Gunung Kundas. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hulu-hulu Sungai Kelay terdapat hutan primer dataran rendah yang luas, dan yang masih tersisa di Kalimantan. 2.1.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan Letak geografis Kabupaten Berau yang dekat dengan Garis Khatulistiwa menjadikan daerah ini memiliki iklim tropis, yang akan memiliki curah hujan tinggi dengan hari hujan merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang tahun dengan kelembaban udara yang tinggi pula. Kondisi iklim Kabupaten Berau diwakili oleh pencatatan iklim di Berau yang dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Kalimarau yang mana hasil pendataan tersebut dapat dijabarkan mengenai data-data tentang suhu udara, kecepatan angin, curah hujan dan sinar matahari. a. Curah Hujan Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dan (BMKG) Bandara Kalimarau pada tahun 1990 - 2008, curah hujan rata-rata pertahun cenderung tinggi, berkisar antara 144,33 - 256,08 mm3. Untuk tahun 2008 curah hujan bulanan rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 100,58 mm3 perbulan sedangkan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Pebruari sebesar 576,74 mm3.
II - 2
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
Sumber : Rancangan Pola Pengelolaan WS. Berau Kelay, PT. Rayakonsult, 2008 (diolah dari data BMKG Kalimarau 2008)
b.
Intensitas Penyinaran Matahari Kondisi cuaca sesaat, suhu udara dan kelembaban udara suatu daerah salah satunya ditentukan oleh faktor lamanya penyinaran matahari di daerah tersebut. Intensitas penyinaran matahari tahun 1999 - 2008 rata-rata pertahun 40,04 %. Intensitas penyinaran matahari terendah terjadi pada bulan Pebruari 30,90 % pada bulan Agustus (55,90), dengan rata-rata penyinaran tahunan sebesar 55,90 %.
II - 3
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
Perencanaan Konservasi Sub DAS Beriwit Kabupaten Berau Tabel II.2. Data Penyinaran
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jan 31 31 31 31 26 18 34 31 42 31 20 48
Feb 31 31 31 31 26 26 21 23 49 31 31 40
Mar 43 43 43 43 26 41 35 41 50 43 61 44
Agt 56 56 56 56 27 50 66 72 56 56 65 55
Sep 46 46 46 46 26 38 43 57 56 56 58 56
Okt 48 48 48 48 27 46 48 45 56 56 57 66
Nov 47 47 47 47 26 52 48 54 56 56 39 60
Des 39 39 39 39 26 36 31 39 56 47 43 51
Sumber : Rancangan Pola Pengelolaan WS. Berau Kelay, PT. Rayakonsult, 2008 (diolah dari data BMKG Kalimarau 2008)
c.
Temperatur Udara Diberau suhu rata-rata berkisar antara 26,11 sampai dengan 27,44 oC. Temperatur udara tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 27,44oC. Sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan Februari dan Pebruari sebesar 26,11oC. Tabel II.3. Data Temperatur Rata - Rata
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 27 26 26 26 26 26 27 27 27 26 Feb 26 27 26 26 26 26 26 26 27 25 Mar 27 27 27 27 27 26 27 27 27 26 Temperatur oC Apr Mei Jun Jul 27 27 27 27 27 27 26 27 26 26 27 27 28 27 28 28 27 26 28 28 27 27 27 27 27 27 27 27 26 26 27 27 27 27 27 27 27 28 26 27 Agt 27 27 28 28 28 27 27 26 27 26 Sep 27 27 27 27 27 27 28 27 26 27 Okt 27 27 28 27 27 27 27 27 28 27 Nov 27 27 27 27 27 26 28 27 27 27 Des 27 27 27 27 26 27 27 27 27 27
Sumber : Rancangan Pola Pengelolaan WS. Berau Kelay, PT. Rayakonsult, 2008 (diolah dari data BMKG Kalimarau 2008)
II - 4
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
d.
Kelembaban Udara Kelembaban dipengaruhi oleh keadaan topografi wilayah studi, suhu udara dan penyinaran matahari. Topografi wilayah studi merupakan daerah datar, berombak hingga bergelombang. Kelembaban udara di Kabupaten Berau selama tahun 1997-2008 berkisar 86,30 %. Rata-rat kelembaban udara terendah terjadi pada bulan September 82,83 %. Sedangkan tingkat kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 88,58 %. Tabel II.4. Data Kelembaban Udara Rata - Rata
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kelembaban Udara Rata-Rata / Average Air Dampness (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt 90 85 86 85 87 91 89 90 89 89 90 89 91 86 88 84 88 86 89 89 86 90 90 89 91 87 87 87 87 87 89 87 87 89 89 90 90 86 86 85 87 86 86 88 89 84 88 88 87 83 85 84 81 86 85 87 88 82 87 84 82 83 89 84 83 84 85 85 88 88 89 87 85 86 93 87 83 84 83 87 86 85 89 88 76 88 87 84 80 84 83 81 85 84 84 87 83 85 87 87 85 85 82 86 84 86 58 86 85 88 86 88 85 86 85 86 87 87 84 84
Nov 88 87 88 88 86 88 86 85 81 89 86 86
Des 89 86 88 91 86 88 89 89 88 89 90 90
Sumber : Rancangan Pola Pengelolaan WS. Berau Kelay, PT. Rayakonsult, 2008 (diolah dari data BMKG Kalimarau 2008)
e.
Kecepatan Angin dan Arah Angin Berdasarkan data seri waktu selama 10 tahun yang dicatat stasiun Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Kalimarau Berau 1999 2008, kecepatan angin rata rata 5,20 knot. Kecepatan angin tertinggi pada bulan Oktober yaitu 5,44 knot dan kecepatan angin terendah pada bulan September yaitu 4,80 knot.
II - 5
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : Rancangan Pola Pengelolaan WS. Berau Kelay, PT. Rayakonsult, 2008 (diolah dari data BMKG Kalimarau 2008)
2.1.5. Kondisi Geologi Regional a. Geomorfologi Regional Stratigrafi Anak Cekungan Berau tersusun oleh empat formasi utama dengan urutan tua ke muda yaitu Formasi Birang (Formasi Globigerina Marl), Formasi Latih (Formasi Batubara Berau), Formasi Labanan (Formasi Domaring) dan Formasi Sinjin. Formasi Birang (Tomb) tersusun oleh perselingan napal, batugamping dan tufaa hablur di bagian atas dan perselingan napal, rijang, konglomerat, batupasir kwarsa dan batugamping di bagian bawah. Formasi ini menunjukkan umur Oligosen-Miosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi Latih (Tml) terdiri dari perselingan batupasir kwarsa, batulempung, batulanau, dan batubara di bagian atas dan pada bagian bawah bersisipan dengan serpih pasiran dan batugamping. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal. Formasi ini menjemari dengan Formasi Birang. Formasi Labanan (Tmpl) (Formasi Domaring) tersusun dari perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung dan sisipan batugamping dan batubara, berumur Miosen Akhir dan
II - 6
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
lingkungan pengendapan fluviatil, secara tidak selaras terletak diatas Formasi Latih. Formasi Sinjin (Tps) tersusun dari perselingan tufa, aglomerat, tufa lapili, lava andesit piroksen, tufa terkersikan, batulempung tufaaan dan kaolin. Formasi ini diduga berumur Pliosen. Menurut Situmorang dan Burhan (1992), bahwa daerah Berau mempunyai struktur utama sesar normal, sesar geser dan sesar naik dengan arah umum barat laut-tenggara dan barat daya-timur laut. Periode tektonik pertama yang terjadi mulai pada Kapur Akhir - Eosen Awal, menyebabkan terjadinya perlipatan dan pensesaran serta metamorfosa berderajat rendah pada Formasi Bongara. Tektonik kedua terjadi pada Eosen Awal sehingga terbentuk Formasi Sembakung yang terlipat, tersesarkan serta mengalami metamorfosa berderajat rendah dan diikuti terobosan batuan beku andesit berumur Oligosen Awal. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Birang diikuti oleh Formasi Latih pada awal Miosen, pada Miosen Akhir sampai Pliosen terbentuk Formasi Labanan. Pada periode tektonik ketiga terbentuk lipatan dan sesar diikuti terobosan andesit yang mengalami alterasi dan mineralisasi. Pada periode keempat menghasilkan morfologi yang terlihat sekarang setelah pembentukan Formasi Sinjin yang berumur Plio-Plistosen. b. Geologi Regional Berdasarkan peta geologi lembar Berau Kalimantan, skala 1:250.000 oleh S. Hidayat, Amiruddin dan D. Satrianas (1995, P3G), geologi regional sekitar Embung Beriwit dapat dibagi menjadi satuan berikut : Aluvium (Qa); terdiri dari Lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral, merupakan endapan pantai, sungai dan rawa. Formasi Sajau (TQps); umumnya terdiri dari batupasir kwarsa, batulempung, batulanau, batubara, lignit dan konglomerat. Ditemukan struktur sedimen perlapisan silang siur planar dan mangkok, bioturbasi, perarian sejajar, bintil besi, mengandung fosil kayu, umumnya karbonan. Formasi ini berumur Plio - Plistosen berdasarkan fosil molusca (Beets, 1959) dan diendapkan pada lingkungan pluvial sampai delta dan tebal antara 600 - 2.000 m. Sumber Data : Website Resmi Kab. Berau 2009.
II - 7
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
2.2. DATA TEKNIS EMBUNG BERIWIT Pembangunan Embung DI. Beriwit dikerjakan bertahap tiap tahun anggaran. Tahap pertama di mulai tahun 2003. Daerah irigasi embung beriwit memiliki luas daerah irigasi pertanian 3.600 Ha, luas genangan 350 Ha, meliputi lahan genangan air, sungai, dan hutan pagar hijau disekitar genangan. Berikut disajikan Data Teknis Embung Beriwit (Sumber : worldprojectdam.Indonesia) : a. Tubuh Bendung 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7). b. Muka air banjir Muka air normal Debit banjir (Q.100) Luas daerah irigasi Kapasitas tampungan normal Volume mati Volume efektif = = = = = = = Ev.+18.92 Ev.+16.92 22.8 3,600 Ha 1.452 juta m3 0.361 juta m3 1.091 juta m3
Bangunan Spillway 1). 2). 3). 4). Elevasi mercu Elevasi lantai Elevasi lantai kolam olak Lebar spillway = = = = Ev.+16.92 Ev.+14.92 Ev.+7.92 21.50 m.
c.
Bangunan Intake 1). 2). 3). Elevasi lantai (inlet) Elevasi lantai (outlet) Debit air normal = = = Ev.+13.00 Ev.+12.87 1.422 m3/dt.
d.
Bangunan Pengelak 1). 2). Elevasi lantai (inlet) Elevasi lantai (outlet) = = Ev.+8.00 Ev.+07.55.
e.
Tanggul Timbunan 1). 2). 3). 4). 5). 6). Elevasi puncak Lebar tanggul atas Lebar tanggul bawah Tinggi tanggul Panjang tanggul Sungai = = = = = = Ev.+20.51 12.00 m 93.86 m 17.00 m 400.00 m Sei Beriwit.
II - 8
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
II - 9
Laporan Pendahuluan
(Inception Report)
DAFTAR ISI
BAB II .......................................................................................................................... 1 DESKRIPSI DAERAH STUDI ............................................................................. 1
2.1. KABUPATEN BERAU .......................................................................................... 1 2.1.1. Rona Lingkungan Wilayah Studi ........................................................................ 1 2.1.2. Aksesibilitas ........................................................................................................ 1 2.1.3. Kondisi Topografi ............................................................................................... 1 2.1.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan .......................................................................... 2 2.1.5. Kondisi Geologi Regional ................................................................................... 6 2.2. DATA TEKNIS EMBUNG BERIWIT ............................................................... 8
TABEL
Tabel II.1. Data Curah Hujan Bulanan (Tahun 1990 - 2008) ......................................... 3 Tabel II.2. Data Penyinaran ............................................................................................... 4 Tabel II.3. Data Temperatur Rata - Rata ......................................................................... 4 Tabel II.4. Data Kelembaban Udara Rata - Rata............................................................. 5 Tabel II.5. Data Kecepatan Angin ..................................................................................... 6
GAMBAR
Gambar II.1. Kondisi Embung Beriwit ............................................................................. 9
II - 10