Anda di halaman 1dari 44

Modul 3 PENILAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM

Oleh: Suharto, S.Pd. M.T.

A. Pendahuluan Telah kita ketahui bersama bahwa kurikulum berkembang pesat

mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian pula pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dasar, sehingga sistem pembelajaran tentunya juga menuntut pula adanya perkembangan dalam pemilihan jenis strategi, metode, media maupun sistem penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Sebagai contoh, kurikulum IPA menghendaki pembelajaran secara kontekstual, mengkaitkan materi dengan dunia nyata atau sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru mengajarkan sains kepada siswa melalui pemecahan masalah, inkuiri, keterampilan proses, atau kooperatif. Strategi pembelajaran ini tentunya menuntut siswa aktif, kreatif, kritis sehingga mampu mengembangkan kemampuan nalar agar terjadi integrasi antar materi, pendekatan, dan obyek yang dipelajari. Pada saat siswa menunjukkan kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka miliki, tentunya ini perlu dinilai sebagai sumber informasi yang sangat berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan siswa, maka disinilah perlunya sistem penilaian yang dapat mengukur kompetensi tersebut. Kita mengenal ada berbagai jenis asesmen seperti penilaian klasikal/ tradisional, penilaian alternatif, penilaian kinerja, maupun penilaian yang lainnya. Setiap sistem penilaian mempunyai karakteristik tersendiri yang

membedakan satu dengan lainnya. Dalam modul 54 ini Anda akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penilaian kegiatan praktikum dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran. Pada kegiatan belajar 1, akan diuraikan mengenai penilaian klasikal dalam kegiatan praktikum, sedangkan pada kegiatan belajar 2 dan 3, akan diuraikan penilaian alternatif yang diaplikasikan untuk menilain kelompok dan individu

dalam kegiatan praktikum. Semoga Anda dapat memahami secara menyeluruh apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi bekal dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis penerapan konsep penilaian kegiatan praktikum. Secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat: 1. mengidentifikasi pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA; 2. menjelaskan tujuan dan fungsi kegiatan praktikum; 3. mengidentifikasi bentuk-bentuk praktikum IPA; 4. menjelaskan pengertian penilaian klasikal; 5. mengidentifikasi karakteristik butir soal penilaian klasikal keterampilan proses dasar; 6. mengembangkan penilaian klasikal untuk keterampilan proses IPA; 7. menjelaskan pengertian penilaian kelompok; 8. mengidentifikasi perlunya penilaian alternatif dalam penilaian kelompok; 9. mengidentifikasi karakteristik penilaian kinerja; 10. mengidentifikasi instrumen penilaian kinerja untuk digunakan pada kelompok praktikum; 11. mengembangkan penilaian kinerja kelompok praktikum; 12. mengembangkan penilaian kinerja individua dalam kelompok. Untuk mencapai tujuan di atas, sebaiknya Anda telah memahami isi modul sebelumnya yaitu mengenai penilaian hasil belajar. Hal tersebut diperlukan sebagai dasar bagi Anda dalam mengembangkan penilaian praktikum dalam pembelajaran IPA. Kemampuan-kemampuan yang Anda kuasai setelah

mempelajari modul ini akan memperkaya penilaian dalam pembelajaran IPA.

Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar 1 disajikan mengenai konsep dasar penilaian klasikal kegiatan praktikum, sedangkan dalam kegiatan belajar 2 dan kegiatan belajar 3 disajikan mengenai penerapan penilaian alternatif dalam penilaian kelompok dan individual kegiatan praktikum. Kegiatan Belajar 1 dirancang untuk pencapaian tujuan 1 s.d. 6, sedangkan kegiatan Belajar 2 untuk pencapaian tujuan 7 s.d. 11 dan 12 untuk kegiatan belajar 3.

Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini: 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. 2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang Anda miliki. 3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda 4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan dengan topik ini dari berbagai sumber, termasuk dari internet. 5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan teman sejawat. 6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan modul ini.

Selamat belajar !

Kegiatan Belajar 1 PENILAIAN KLASIKAL


Dalam kegiatan belajar 1 ini Anda akan mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan penilaian klasikal dalam kegiatan praktikum IPA. Setelah mengikuti kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan dapat: (1) mengidentifikasi pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA, (2) menjelaskan tujuan dan fungsi kegiatan praktikum, (3) mengidentifikasi bentuk-bentuk praktikum IPA, (4) Menjelaskan pengertian penilaian klasikal, (5) mengidentifikasi karakteristik butir soal penilaian klasikal keterampilan proses dasar,

(6) mengembangkan penilaian klasikal untuk keterampilan proses IPA. Dengan menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 1 ini, Anda akan lebih mantap dalam penilaian kegiatan praktikul IPA secara klasikal. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugastugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda.

A. Pentingnya Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran IPA Sebelum lebih jauh ke materi, alangkah baiknya Anda renungkan beberapa pertanyaan berikut atau coba tanyakan pada rekan Anda?
Pernahkah Anda melakukan kegiatan praktikum pada kelas Anda? Jika pernah, berapa seringkah Anda melakukan kegiatan praktikum? Mengapa Anda melakukan kegiatan praktikum? Apakah kegiatan praktikum menambah beban Anda sebagai guru? Menurut Anda, apakah manfaat kegiatan praktikum bagi siswa? Jika tidak pernah, kendala apa yang Anda hadapi?

Dalam pendidikan IPA kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) IPA

(Rustaman, 2005:136-137) dan pendidikan IPA tidak akan terlepas dari hakekat IPA itu sendiri. IPA seharusnya tidak hanya dilihat sebagai kumpulan konsep, penjelasan, deskripsi, generalisasi tentang fenomena alam, tetapi juga keseluruhan cara, keingintahuan, ketekunan, dan ketelitian seseorang dalam mengungkap suatu fenomena alam, yang biasanya dilakukan dalam bentuk aktivitas percobaan atau praktikum. Perilaku guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA merupakan pencerminan terhadap keyakinannya terhadap hakekat pendidikan IPA itu sendiri. Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005:136), mengemukan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan praktikum siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para ilmuan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan memanipulais peralatan IPA. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereskperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Beberapa pakar pendidikan mempunyai pandangan yang berbeda

terhadap kegiatan praktikum, sehingga melahirkan beberapa model dan

metode praktium, seperti misalnya: model praktikum induktif, model praktikum verifikasi, dan metode inkuiri. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pelajaran IPA dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip IPA. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat

disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. B. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Praktikum Kegiatan praktikum mengandung beberapa tujuan pokok. Tujuan pokok tersebut diantaranya (Gabel, dalam Wulan, 2003:13) adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA, serta mengatasi miskonsepsi karena siswa memperoleh konsep berdasarkan pengalaman nyata yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikirnya. Berdasarkan tujuan praktikum yang diungkapkan, tergambar bahwa praktikum (Sutarno, 1995:13-14) memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. 1. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima, sehingga antara teori dan praktikum bukan merupakan dua hal yang terpisah 2. 3. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa Memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial 4. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat-media yang

tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran. 5. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang ilmuwan. 6. Memupuk keterampilan laboratorium. dan membina rasa percaya didapat diri sebagai proses akibat kegiatan

penemuan

yang

dalam

C. Bentuk-Bentuk Praktikum IPA Woolnough (dalam Nuryani Rustaman, 2000) mengemukakan bahwa bentuk praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan. Bentuk praktikum latihan digunakan untuk mendukung aspek tujuan mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan

melalui latihan-latihan menggunakan alat, mengobservasi, mengukur dan kegiatan lainnya. Contoh kegiatan praktikum IPA yang bersifat latihan misalnya adalah: menggunakan mata, kaca pembesar, mengukur dengan mistar dll. Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) digunakan untuk aspek tujuan kemampuan memecahkan masalah. Dalam bentuk ini, kemampuan bekerja siswa dikembangkan seperti seorang ilmuwan. Melalui kegiatan praktikum siswa memperoleh pengalaman mengidentifikasi masalah nyata yang dirasakannya, merumuskan masalah tersebut secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya, dan mengevaluasi hasilnya. Bentuk praktikum investigasi ini memberi kesempatan siswa untuk belajar divergent thinking dan memberi pengalaman merekayasa suatu proses yang diperlukan dalam mengembangkan teknologi. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman digunakan untuk aspek tujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran. Konstribusi praktikum dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran dapat terwujud apabila siswa diberi pengalaman untuk mengindera fenomena alam dengan segenap inderanya (peraba, penglihatan, pembau, pengecap, dan pendengar). Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. Apabila kegiatan praktikum berformat discovery, maka fakta-fakta yang diamati menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya. Apabila kegiataan praktikum bersifat verifikasi, maka fakta-fakta yang diamati menjadi bukti konkrit kebenaran konsep atau prinsip yang

dipelajarinya, sehingga pemahaman siswa lebih mendalam (Nuryani Rustaman, 2000). Dalam melaksanakan kegiatan praktikum, tentu saja diperlukan sarana penunjang yang akan menjadikan kegiatan praktikum berjalan dengan baik. Sarana penunjang yang dimaksud adalah ruangan yang disebut dengan laboratorium dan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan praktikum.

Bentuk praktikum manakah yang sering Anda lakukan di kelas? Bagaimana respon siswa ketika melakukan kegiatan tersebut? Apakah ada kendala ketika Anda melakukan praktikumnya? Apa tindakan Anda untuk mengatasinya? Bagaimanakah Anda menilai kegiatan praktikum tersebut?

D. Pengertian Penilaian Klasikal Gejala umum yang terjadi pada setiap mata pelajaran, termasuk pembelajaran IPA, telah lama didominasi oleh satu metode/teknik tes yang disebut paper and pencil test (tes tertulis), yang mengukur kemampuan kognitif siswa terhadap pengetahuan yang sifatnya faktual atau keterampilan proses dasar. Tes semacam ini biasa disebut dengan penilaian klasikal atau tradisional. Penilaian klasikal atau penilaian tradisional (Traditional assessment) menurut Nur (2001) adalah suatu penilaian yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun pertanyaan-pertanyaan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka berwujud butir-butir penilaian yang meminta siswa memberikan penjelasan-penjelasan tertulis, gambar, atau diagram sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tertutup berwujud butir-butir penilaian obyektif, yaitu butir-butir dengan suatu jawaban benar yang tidak terbuka bagi siswa untuk melakukan interpretasi, seperti pilihan ganda, benarsalah, isian, dan memasangkan/menjodohkan. Tes klasikal/tradisional mengukur pencapaian dan daya serap siswa tentang pengetahuan ilmiah dan mengukur kemampuan mereka untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dengan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka dan obyektif. Bahan-bahan tes tradisional yang
8

dikembangkan oleh McGraw-Hill dalam Nur (2001) dirancang untuk menilai hal-hal sebagai berikut. Pengertian atau pemahaman kata-kata IPA Pemahaman konsep-konsep IPA dan Tujuan Pembelajaran Khusus Keterampilan-keterampilan Proses IPA dan berpikir Kemampuan untuk menganalisis informasi dan memecahkan masalah Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ilmiah pada situasi-situasi baru E. Pengembangan Instrumen Penilaian Klasikal Untuk mengembangkan instrumen penilaian klasikal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, keterampilan proses dasar IPA, kita perlu mengetahui karakteristik butir soal keterampilan proses dasar IPA, penyusunan butir soal, cara pemberian skor, dan bentuk soalnya. 1. Karakteristik butir keterampilan proses dasar Terdapat 2 (dua) karakteristik butir soal keterampilan proses dasar IPA, yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus. a. Karakteristik Umum 1) Tidak boleh dibebani konsep. Agar tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan siswa sehari-hari). 2) Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh siswa. Dapat berupa gambar, diagram, grafik, dan dalam tabel atau uraian atau objek aslinya. 3) Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu jenis aspek saja. 4) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek. b. Karakteristik khusus Jenis 1. Observasi 2. Interpretasi Karakteristik Khusus Objek/peristiwa yang sesungguhnya Harus menyajikan sejumlah data utuk

Jenis

Karakteristik Khusus

memperlihatkan pola 3. Klasifikasi Harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk. 4. Prediksi Harus jelas pola atau kecenderungan untuk mengajukan dugaan atau ramalan. 5. Berkomunikasi Harus ada bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bantuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik. 6. Berhipotesis Dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan 7.Merencanakan Harus memberi kesempatan untuk mengusulkan percobaan atau gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan penyelidikan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan variabel, mengendalikan variabel/perubah. 8.Menerapkan Harus memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan konsep/prinsip tanpa menyebutkan nama konsepnya. 9.Mengajukan Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, pertanyaan mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya. 2. Penyusunan Butir Soal Penyusunan butir soal keterampilan proses dasar menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya (termasuk pengembangannya). Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks. Dengan mengingat karakteristik jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu ditetapkan pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk respon atau jawaban yang diminta.

10

3. Bentuk soal Bentuk soal untuk mengukur keterampilan proses dasar dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun

pertanyaan-pertanyaan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka berwujud butir-butir penilaian yang meminta siswa memberikan penjelasan-penjelasan tertulis, gambar, atau diagram. Pertanyaan-

pertanyaan tertutup berwujud butir-butir penilaian obyektif, yaitu butirbutir dengan suatu jawaban benar yang tidak terbuka bagi siswa untuk melakukan interpretasi, seperti pilihan ganda, benar-salah, isian, dan memasangkan. 4. Pemberian skor butir soal Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan proses dasar IPA dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka perlu diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, misalnya masing-masing 1 untuk setiap soal dan untuk respon yang lebih kompleks, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan meminta penjelasan diberi skor 1.

F. Contoh Pengembangan Instrumen Penilaian Klasikal Berikut ini disajikan salah satu contoh pengembangan instrumen untuk mengukur keterapilan proses dasar

Topik

: Suhu

Keterampilan proses dasar : Prediksi Karakter khusus : Harus jelas pola atau kecenderungan untuk mengajukan dugaan atau ramalan Bentuk soal : Pertanyaan dengan jawaban tertutup, pilihan ganda

11

Soal 1. Terdapat dua buah gelas, seperti gambar dibawah, berisi masing-masing 50 ml air murni dan 50 ml larutan garam. Jika kedua gelas tersebut dipanaskan seperti pada gambar.

Menurut Anda apakah yang akan terjadi, jika kedua bejana dipanaskan secara bersamaan? A. X akan mendidih terlebih dahulu B. Y akan mendidih terlebih dahulu C. X dan Y tidak akan mendidih D. X dan Y akan mendidih pada waktu yang bersamaan.

G. Latihan/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan tugastugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda. 1. Salah satu alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum dalam IPA adalah dengan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA. Menurut Anda mengapa hal tersebut dapat terjadi? Jelaskan! 2. Menurut pemahaman Anda, bentuk praktikum-praktikum yang dilakukan disekolah-sekolah bersifat latihan, investigasi atau pengalaman? Jelaskan! 3. Coba kembangkan soal-soal penilaian klasikal untuk mengetes keterampilan proses dasar berhipotesis!
12

Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.

Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas 1. Dengan kegiatan praktikum siswa memperoleh kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisanya. Hal ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam. 2. Ketiganya memungkinkan tergantung tujuan praktikum yang hendak dipakai dilakukan! 3. Pengembangan soal-soal tes kemampuan proses dasar mengacu kepada krakteristik dari jenis keterampilan proses dasar tersebut. Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.

H. Rangkuman 1. Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan (integral) dari kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) IPA. 2. Terdapat empat alasan pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA, yaitu praktikum dapat membangkitkan motivasi siswa, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar

pendekatan ilmiah, dan kegiatan praktikum menunjang kegiatan praktikum 3. Tujuan pokok kegiatan praktikum di sekolah adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam IPA, serta mengatasi miskonsepsi karena pembelajaran

siswa memperoleh konsep

berdasarkan pengalaman nyata yang dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

13

4. Praktikum-praktikum yang dilakukan di sekolah-sekolah dapat bersifat latihan, investigasi (penyelidikan) atau pengalaman. 5. Penilaian klasikal atau penilaian tradisional merupakan suatu penilaian yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun pertanyaanpertanyaan tertutup untuk mengukur kemampuan siswa terhadap pengetahuan yang sifatnya faktual atau keterampilan proses dasar 6. Tes klasikal/tradisional mengukur pencapaian dan daya serap siswa tentang pengetahuan ilmiah dan mengukur kemampuan mereka untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dengan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka dan obyektif 7. Soal-soal keterampilan proses dasar IPA memiliki karakteristik umum dan khusus. 8. Karakteristik umum soal-soal tes keterampilan proses dasar antara lain adalah tidak boleh dibebani konsep, mengandung esjumlah informasi yang harus diolah oleh siswa, aspek yang diukur harus jelas dan hanya mengandung satu jenis aspek saja, dan untuk menghadirkan objeknya bisanya disertai gambar. 9. Karakteristik khusus soal-soal keterampilan proses dasar berkaitan dengan karakteristik khusu yang dimiliki oleh jenis ketrampilan proses dasarnya

I. Tes Formatif 1

Bagian A: Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada alternatif jawaban tersebut. 1. Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa kegiatan praktikum penting dilakukan dalam pembelajaran IPA, kecuali . meningkatkan kecepatan siswa menguasai bahan pelajaran yang diberikan membangkitkan motivasi siswa mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

14

2. Tujuan pokok kegiatan praktikum adalah ... a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima, sehingga antara teori dan praktikum bukan merupakan dua hal yang terpisah b. Memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial c. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat-media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran. d. membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA 3. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan penemuan yang didapat dalam proses kegiatan laboratorium merupakan salah satu .... a. Tujuan praktikum b. Sasaran praktikum c. Fungsi praktikum d. Manfaat praktikum 4. Berikut ini merupakan contoh kegiatan praktikum IPA yang bersifat latihan, yaitu .... a. Menentukan pengaruh kalor terhadap pemuaian logam b. Menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak sebuah benda c. Mengukur ketebalan sebuah benda dengan mistar d. Menyelidiki pengaruh campuran zat terhadap titik didih air 5. Karakteristik khusus soal tes kemampuan proses dasar berhipotesis adalah .... a. Harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan variabel, mengendalikan variabel b. Dapat menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

15

c. Harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk. d. Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.

Bagian B: Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda 1. 2. 3. 4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penilaian klasikal! Sebutkan ciri-ciri penilaian klasikal! Jelaskan tujuan dan fungsi kegiatan praktikum di sekolah! Sebutkan dan jelaskan tiga alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA di sekolah! 5. Sebuah praktikum memiliki tujuan menyelidiki pengaruh gaya terhadap sebuah benda, tentukan keterampilan proses dasar berhipotesis yang tepat untuk tujuan praktikum tersebut! Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah menyelesaikan tes formatif 1 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Belajar 2, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar 1 ini.

16

Kegiatan Belajar 2 Penilaian Kelompok


Dalam kegiatan belajar 2 ini Anda akan mengkaji mengenai bagaimana melakukan penilaian untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat, (1) menjelaskan pengertian penilaian kelompok, (2) mengidentifikasi perlunya penilaian alternatif dalam penilaian kelompok, (3) mengidentifikasi karakteristik penilaian kinerja, (4) mengidentifikasi instrumen penilaian kinerja untuk digunakan pada kelompok praktikum, (5) mengembangkan penilaian kinerja kelompok praktikum. Dengan menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 2 ini, diharapkan Anda akan lebih mantap lagi dalam mengembangkan penilaian kinerja yang didesain khusus untuk menilai kegiatan praktikum secara kelompok. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugastugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda.

A. Pengertian Penilaian Kelompok Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur dan sasaran pelaksanaannya. Berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi atas penilaian individual dan penilaian kelompok. Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara perorangan. Penilaian individual perlu memperhatikan nilai universal seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti,

17

tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran, sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain. Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan nilai universal seperti: kerjasama, menghargai pendapat orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, dan lain-lain. B. Perlunya Penilaian Alternatif dalam Penilaian Kelompok Dalam melakukan kegiatan praktikum, peserta didik biasanya bekerja dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sistem ini, antara lain: 1. Dalam kegiatan praktikum tertentu, beberapa tugas harus dilakukan secara serentak dalam waktu yang sama. Misalnya memanaskan, mengamati kenaikan suhu, mencatat waktu, menghitung jumlah tetes cairan yang terjadi dalam dalam selang waktu tertentu, dst. Tugas simultan seperti ini tentunya harus dilakukan oleh beberapa orang. 2. Hasil kerja sama dalam kelompok biasanya lebih baik dari hasil perorangan. 3. Mengembangkan sikap kooperatif, dst. Namun bertolak dari definisi bahwa penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi (Blaustein, D. et al dalam Ibrahim, 2002). Maka mengumpulkan data tentang ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, terutama tujuan pembelajaran IPA, adalah mustahil dilakukan hanya dengan menggunakan satu model penilaian saja. Bagaimana kita dapat menilai kerjasama dalam sebuah kelompok praktikum? Bagaimana kita dapat menilai bahwa setiap anggota kelompok saling menghargai pendapat orang lain? Bagaimana kita dapat menilai kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, dan lain-lain dalam kegiatan praktikum? Tentunya hal ini tidak bisa dilakukan dengan penilaian klasikal, oleh karena itu diperlukan penilaian alternatif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin diukur. Ketika kita melakukan asesmen menggunakan paper and pencil test, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur, walau demikian guru sudah
18

dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut. Dengan demikian sungguh kita tidak adil melakukan penilaian dengan cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Penilaian alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Jadi, penilaian alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas Menurut Karim (2004), ada beberapa karakteristik asesmen alternatif yaitu: (1) Meminta siswa untuk melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan, atau mengerjakan sesuatu, (2) Menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3) Menuntut keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau diberikan kebebasan untuk memecahkan masalah, (4) Menuntut penerapan dalam

kehidupan sehari-hari, (5) Dalam penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan mesin, (6) Menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru, (7) Menuntut peranan asesmen yang baru bagi guru, (8) Menekankan pentingnya pengujian proses dan hasil belajar, (9) Mendorong guru untuk pindah dari tugas yang hanya membutuhkan satu jawaban benar ke tugas- tugas yang memiliki lebih dari satu jawaban benar, (10) Menantang siswa untuk menyelidiki beberapa kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, dan (11) Menantang siswa untuk menarik kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi. Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division (dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah: 1. Asesmen kinerja (Performance assessment). 2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning). 3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion). 4. Proyek dan Investigasi. 5. Portofolio dan Jurnal. 6. Wawancara (interview) dan konferensi.

19

7. Evaluasi diri oleh siswa. 8. Tes buatan siswa. 9. Pekerjaan Rumah. Penilaian alternatif yang dapat digunakan dan akan dijelaskan lebih lanjut dalam modul ini adalah penilaian/asesmen kinerja. C. Penilaian Kinerja (Performance assessment) Standard asesmen pembelajaran sains telah mengalami pergeseran penekanan dari yang mudah dinilai menjadi yang penting untuk dinilai (National Research Council/NRC, 1996 dalam Ana Ratna Wulan, 2007). Penelitian pembelajaran sains dewasa ini lebih dittekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. Tes tradisional (objective test) kurang sesuai untuk menilai pencapaian tujuan penting pembelajaran sains (Marzano, 1994; NRC, 2000 dalam Ana Ratna W., 2007). Kurikulum KTSP tahun 2006 memasukkan kemampuan inkuiri ke dalam ruang lingkup bahan kajian. Oleh karena itu para guru sains dituntut untuk menilai kemampuan inkuiri siswa (PUSKUR, 2006). Performance assessment direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakikat sains yang mengutamakan proses dan produk (NSTA, 1998; NRC, 2000 dalam Ana Ratna W., 2007). 1. Pengertian Asesmen kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu (Puskur, 2006),. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, presentasi, diskusi, bermain peran, dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Beberapa pengertian Performance assessment dapat disajikan sebagai berikut. a. Performance assessment melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik (Stiggins, 1994)

20

b.

Performance

assessment

adalah

tes

yang

melibatkan

demonstrasi

pengetahuan atau keterampilan yang actual dalam kehidupan nyata (Feuer dan Fulton, 1993 ; Hambleton 1996 ; dalam Slavin, 2000) c. Performance assessment merupakan tes yang menginginkan siswa

mendemonstrasikan kinerjanya pada tugas tertentu, seperti : menulis esay, melakukan eksperimen, memecahkan masalah, menyanyi, atau mewarnai gambar (Arends, 2001) Lebih jauh, OMalley & Pierce (Nur, 2001) menyatakan asesmen kinerja adalah sebagai berikut. a. Bentuk asesmen dimana siswa menunjukkan atau mendemonstrasikan suatu respon secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Respon siswa tersebut dapat diperoleh guru dalam konteks asesmen formal atau

informal atau dapat diamati selama pengajaran di kelas atau seting di luar pembelajaran. b. Meminta siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh, dan keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan masalah realistik atau autentik c. Memungkian siswa menggunakan bahan-bahan atau melakukan kegiatan hands-on dalam mencapai pemecahan masalah. Contohnya adalah

laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual atau kelompok, pameran, atau demonstrasi. Hibbard (1995) menyatakan asesmen kinerja merupakan: Suatu realistik yang terkait dengan tujuan pendidikan sains Komponen utama program pendidikan bertujuan: (1) menanamkan konsep dan informasi; (2) mengembangkan proses ilmiah, seperti eksperimen, membuat keputusan, membangun model, dan penemuan

mesin; (3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang melibatkan ilmu pasti dan informasi untuk mendukung metode ilmiah; (4) mengembangkan keterampilan komunikasi untuk membantu siswa

menanamkan hal-hal lain secara efektif apa yang mereka telah pelajari atau apa yang menjadi saran mereka sebagai solusi masalah; (5)
21

menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab secara individu, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi. Suatu sistem untuk menilai proses dan produk Asesmen kinerja merupakan suatu sistem untuk menilai kualitas penyelesaian tugas- tugas yang diberikan siswa. Tugas-tugas kinerja seperti: (1) pentingnya aplikasi konsep sains dan mendukung informasi; (2) pentingnya kebiasaan bekerja mengkaji atau mencari secara ilmiah; (3) demonstrasi melek sains. Adapun komponen sistem asesmen kinerja termasuk: (1) tugas-tugas yang menanyakan siswa untuk menggunakan dan proses mereka yang telah dipelajari; (2) cheklist untuk

mengidentifikasi elemen kinerja atau hasil pakerjaan; (3) Rubrik (perangkat yang mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian kualitas) berdasarkan skor total; (4) contoh-contoh terbaik sebagai model kerja yang akan dikerjakan. Sebagai partner tes tradisional Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin bahwa siswa telah cukup memiliki informasi akurat untuk menggunakan asesmen kinerja. Dilain pihak, asesmen kinerja digunakan sebagai strategi untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Menurut Hibbard(1995) tugas-tugas kinerja menghendaki: (1) penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya, (2) budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah, (3) literasi sains (penampakan ketidakbutaan ilmiah). Asesmen kinerja (Performance) pada dasarnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu:

22

Tabel 1. Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes konvensional


Asesmen Kinerja 1. Mementingkan kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan 2. Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja siswa 3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa dan memetakan kemajuan siswa sepanjang waktu 4. Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yng dapat digunakan berulang-ulang pada siswa yang sama atau siswa baru Tes Konvensional 1. Lebih mengutamakan pemahaman konsep siswa

2. Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran 3. Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa dan memeta-kan kemajuan siswa sepanjang waktu 4. Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya, lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa

2.

Langkah-langkah Implementasi Penilaian Kinerja Dalam menerapkan asesmen kinerja Anda perlu memperhatikan beberapa

tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain: a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik; b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik; c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan;

23

e. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan. D. Instrumen Penilaian Kinerja Kelompok Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati kinerja peserta didik secara kelompok dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: 1. Daftar Cek (Check-list) Asesmen kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baiktidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. 2. Skala Penilaian (Rating Scale) Asesmen kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Penilaian dengan rating scale dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3)

24

descriptive rating scale. Dalam pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat memilih apakah hendak menggunakan daftar cek atau skala penilaian. 3. Rubrik Rubrik biasanya digunakan untuk menskor respon/jawaban siswa terhadap pertanyaan open ended. Rubrik juga dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa. Menurut Hidden dan Spears, rubrik merupakan skala tingkatan yang digunakan untuk menilai tulisan siswa terhadap butir open ended. Rubrik menurut klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang ditunjukkan siswa. Berikut diberikan contoh rubrik untuk jawaban pertanyaan open ended untuk penilaian kinerja.

E. Pengembangan Penilaian Kinerja Kelompok Praktikum Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja: Tugas (Task) : Melakukan praktikum untuk menentukan hubungan antara kalor yang diserap dan perubahan suhu zat cair Masalah : Bagaimana hubungan kalor yang diserap zat cair dengan perubahan suhu zat cair

1. Statif 2 2 3 3 5 4 2. termometer 3. gelas kimia 4. Zat cair 5. Kasa 6. Kaki tiga 7 6

7. Pembakar spirtus

25

Kinerja (yang diharapkan) 1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum 2. Melaksanakan praktikum 3. Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan Rubrik 1. Mempersiapkan alat dan bahan skor 4 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli), gelas kimia, statif, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa, stop watch skor 3 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli), gelas kimia, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa, stop watch skor 2 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli), gelas kimia, statif, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa skor 1 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli), gelas kimia, , lampu spirtus, kaki tiga. 2. Pelaksanaan Praktikum skor 4 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, menggunakan kasa, termometer digantung tidak menyentuh gelas kimia, lampu dekat spirtus (tidak menyentuh) kasa. skor 3 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, mengunakan kasa, termometer digantung tidak menyentuh gelas kimia, lampu spirtus terlalu jauh atau menyentuh gelas kimia. skor 2 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, mengunakan kasa, termometer menyentuh gelas , lampu spirtus terlalu jauh atau menyentuh gelas kimia. skor 1 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, tidak mengunakan kasa, termometer menyentuh gelas , lampu spirtus terlalu jauh atau menyentuh gelas kimia. 3. Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan skor 4 jika menggunakan tabel, membuat grafik hubungan antara kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu, menyimpulkan dari bentuk grafik.

26

skor

jika menggunakan tabel, tidak membuat grafik hubungan antara kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu,

menyimpulkan dari data dalam tabel. skor 2 jika tidak menggunakan tabel, membuat grafik hubungan antara kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu,

menyimpulkan dari bentuk grafik. skor 1 jika tidak menggunakan tabel, tidak membuat grafik hubungan antara kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu, menyimpulkan Format Pengamatan Penilaian Kinerja dengan Skala Penilaian Kinerja Mempersiapka n alat dan Bahan Pelaksanaan Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan 4 3 2 1 v v v v Total Nilai skor

No Kelompok 1 2 3 4 Paskal Black Coulomb Ampere 4 v v v v 3 2 1 4 v 3 v v v 2 1

11 10 9 10

9,2

F. Latihan/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan tugas-tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda. Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?

Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap

27

hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.

Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas 1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas, reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan kesempatan untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut memilih, menentukan, dan mendesain instrumen sesuai indikator dengan baik. Rubrik dapat merekam kemampuan semaksimal mungkin, observer secara kualitas dan kuantitas baik. Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.

G. Rangkuman Dalam menerapkan asesmen kinerja perlu memperhatikan beberapa tahapan penilaian kinerja yang baik antara lain: (1) Identifikasi semua langkah- langkah, (2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, (3) Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, (4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur, (5) Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati, (6) Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan. Beberapa cara menilai atau menskor keterampilan atau kemampuan kinerja (performance assessment) peserta tes dengan metode analitik antara lain dengan cara menggunakan (1) checklist dan (2) rating scale. Penilaian dengan rating scale dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale.

28

H.

Tes Formatif 2

Bagian A: Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada alternatif jawaban tersebut. 1. Apabila peralatan guru akan menilai kinerja siswa dalam hal membawa

untuk percobaan yang digunakan, maka teknik asesmen dan

penskoran yang paling sesuai adalah.... a. Asesmen kinerja dengan skala rentang b. Asesmen kinerja dengan daftar ceklist c. Asesmen fortofolio dengan daftar ceklis d. Asesmen portofolio dengan skal rentang 2. Perbedaan utama asesmen kinerja dengan tes adalah .... a. dibutuhkan unjuk keterampilan b. dibutuhkan jawaban tertulis c. diperlukan waktu tambahan di luar jam pelajaran d. diperlukan banyak pengamat 3. Seorang guru SD akan membelajarkan topik tentang Gaya di kelas VI dengan menggunakan metode praktikum. Untuk itu beliau membawa bambu, paku, penggaris, dan tiga buah beban dari kayu dengan ukuran yang berbeda. Guru tersebut kemudian mengajak siswa membuat model jungkitjungkit. Asesmen apakah yang harus dipersiapkan guru untuk menilai

kemampuan siswa merancang model jungkit- jungkit? a. Asesmen respons terseleksi (Selected response assesment) b. Asesmen bentuk essay (Essay Assesment) c. Asesmen kinerja d. Asesmen portofolio 4. Menurut Anda, bagimana pembelajaran yang harus dipersiapkan guru agar aspek dalam asesmen di atas dapat ditampilkan oleh siswa a. demonstrasi b. diskusi

29

c. praktikum d. presentasi siswa 5. Untuk soal no 2 dan 3 Perhatikan contoh asesmen di bawah ini
No 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan 1 Memberi label pada gelas plastik (A, B, C dan D) Memasukkan jenis ikan atau organisme lain pada tiap gelas sesuai dengan yang dituntut di LKS Membedakan organisme yang ada pada tiap gelas plastik Kebersihan (memasukan air tanpa berceceran) Kerjasama antar siswa Skala 2 3

Asesmen tersebut mengukur kemampuan siswa dalam hal a. sikap siswa ketika praktikum b. kinerja siswa dalam praktikum c. pemahaman konsep siswa ketika praktikum d. hasil karya siswa setelah praktikum Bagian B: Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda 1. Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan bagaimana mengatasi masalah tersebut? 2. Apa perbedaan asesmen kinerja dan konvensional? 3. Jelaskan kriteria tugas kinerja yang valid! 4. Buatlah rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah menyelesaikan tes formatif 2 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Belajar 3, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar 1 ini.

30

Kegiatan Belajar 3 Penilaian Individual ------------------------------------------------------------------------------------A. Pendahuluan Dalam kegiatan belajar 3 ini Anda akan lebih difokuskan pada penilaian individual dalam praktikum. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat mengembangkan penilaian kinerja untuk menilai individual dalam kelompok. Dengan menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 3 ini, diharapkan Anda akan lebih mantap lagi dalam penilaian individual dalam kegiatan praktikum. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugas-tugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda.

B.

Pengertian Penilaian Individual Berbeda dengan penilaian kelompok, penilaian individual lebih

menitikberatkan pada penilaian pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara perorangan atau individu, baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian individual perlu memperhatikan nilai-nilai universal seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran, sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain. Dalam melakukan kegiatan praktikum, peserta didik biasanya bekerja dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang, dan setelah selesai melaksanakan kegiatan praktikum, para siswa biasanya memperoleh nilai atas penampilannya selama melakukan kegiatan praktikum. Guru bisanya memberi satu nilai tunggal untuk kelompok, yakni nilai yang berlaku untuk masing-masing anggota kelompok tersebut. Menilai siswa yang bekerja sendiri secara individual, tidaklah begitu sulit, setiap siswa akan memperoleh nilai yang sesuai dengan penampilannya sendiri. Namun, menilai seorang siswa/individu yang bekerja sama dengan beberapa temannya dalam kelompok, akan menimbulkan masalah, jika kita ingin penilaian kita lebih adil dan lebih cermat,
31

Penilaian yang digunakan dalam praktikum bersifat verifikasi biasanya menggunakan essay assessment, tetapi untuk inkuiri banyak penilaian yang bisa digunakan. Penilaian yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain dengan menggunakan asesmen kinerja (performance assessment), portofolio, penilaian diri, peer assessment, dst. Dalam modul ini akan lebih difokuskan pada penilaian kinerja.

C.

Pengembangan Penilaian Kinerja Individu Secara teoritis penilaian kinerja kegiatan praktikum secara individual

sama dengan penilaian kinerja secara kelompok. Oleh karena itu, agar Anda lebih memahami teori penilaian kinerja sebaiknya dipahami terlebih dahulu pada kegiatan belajar 2. Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati kinerja peserta didik secara individual dapat menggunakan alat atau instrumen berikut: 1. Daftar Cek (Check-list) Daftar cek digunakan untuk melihat penguasaan kompetensi tertentu oleh peserta. Penguasaan kompetensi oleh peserta didik harus bisa diamati, jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Contoh: Penilaian kinerja dalam mengukur volume air menggunakan gelas ukur, dengan kriteria sebagai berikut. cara meletakkan gelas ukur cara menuang air cara menambahkan volume air cara membaca ukuran/volume air cara mencatat hasil pengukuran

32

Daftar cek kinerja mengukur volume air menggunakan gelas ukur No 1 2 3 4 5 2. Kegiatan Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar, skala menghadap pengamat Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan Menambah volume air setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi sejajar mata Mencatat hasil pengukuran dengan benar Cek

Skala Penilaian (Rating Scale) Dengan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap

penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Contoh: Tugas (Task) Ukurlah volume air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur!
Skor No 1 Aspekyang dinilai 4 Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar, skala menghadap pengamat Menuang air ke dalam gelas ukur sampai hampir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan Volume air ditambah setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml Permukaan air didalam gelas dibaca dengan posisi sejajar mata Hasil pengukuran dicatat dengan benar 3 2 1

4 5

33

Petunjuk penskoran: 4 3 2 1 0 3. Rubrik Rubrik merupakan skala tingkatan yang digunakan untuk menilai tulisan siswa terhadap butir open ended. Rubrik menurut klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang ditunjukkan siswa. Berikut diberikan contoh rubrik untuk jawaban pertanyaan open ended untuk penilaian kinerja. Contoh : Rubrik penilaian kinerja memiliki perencanaan penyelidikan Nilai 4 Amat Baik Kriteria Merumuskan gagasan secara jelas dan memprediksi apa yang akan dikaji Mengumpulkan informasi awal yang relevan. Merencanakan pelaksanaan penyelidikan secara mendetail. Memilih alat dan bahan yang paling tepat. Mengajukan saran perbaikan yang tepat untuk kebutuhan penyelidikan tersebut. Merumuskan gagasan yang perlu diuji dalam percobaan/penyelidikan Merencanakan suatu urutan pelaksanaan penyelidikan. Memilih alat dan bahan yang cocok. Mengajukan saran perbaikan penyelidikan tersebut Dengan bimbingan guru dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji. Merencanakan percobaan tunggal secara garis besar. Memilih alat dan bahan yang cocok. Dapat menunjukkan adanya kelemahan dari rencana yang dibuat. bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah bila dilakukan tapi tidak selesai bila tidak ada usaha sama sekali

1. 2. 3. 4. 5.

3 Baik

1. 2. 3. 4.

2 Cukup

1. 2. 3. 4.

34

Nilai 1 Kurang

1. 2. 3. 4.

Kriteria Dengan bimbingan guru dapat mengajukan gagasan sederhana yanga akan diuji. Terdapat banyak kelemahan dalam rencana penyelidikan yang dibuat. Alat dan bahan yang dipilih kurang sesuai. Tidak menyadari adanya kelemahan dari rencana yang dibuat Tidak dapat mengajukan gagasan yang benar. Belum memahami langkah-langkah penyelidikan. Alat dan bahan yang dipilih tidak sesuai.

0 1. Sangat kurang 2. 3.

D.

Interpretasi Tes Kinerja Misalkan dengan menggunakan daftar penilaian guru menilai kinerja

Hudan dan Fauzan dalam mengukur volume air menggunakan gelas ukur. Jika guru menganggap kelima aktifitas sama sehingga memberikan bobot yang sama, misalnya 10 untuk kelima aktifitas tersebut. Hasil penilaian kinerja kedua siswa sebagai berikut. No
1

Kegiatan
Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar, skala menghadap pengamat Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir mencapai 100 ml, penuangan dihentikan Menambah volume air setetes demi setetes menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi sejajar mata Mencatat hasil pengukuran dengan benar Jumlah

Bobot
Hudan 10 8

Skor
Fauzan 7 ,...

10

10

4 5

10 10 50

9 8 42

7 7 34

Nilai Hudan :

, dan Nilai Fauzan:

35

Bobot kelulusan 75, maka Hudan lulus dan Fauzan tidak lulus, jika batas kelulusan 65, maka Hudan dan Fauzan dinyatakan lulus. Artinya, jika batas kelulusan 65, maka Dedi dan Diana telah dinyatakan memiliki kemampuan mengukur volume air dengan menggunakan gelas ukur Penilaian yang bersifat dikotomis seperti di atas kurang dapat memberikan gambaran tentang tingkatan pencapaian siswa. Untuk mengatasi hal semacam ini kita dapat mambagi pencapaian siswa dalam beberapa level. Misalnya dengan membagi 0-50 manjadi 5 kategori, yaitu : 0 10 Menyatakan kinerja sangat rendah 11 20 21 30 31 40 Menyatakan kinerja rendah Menyatakan kinerja sedang Menyatakan kinerja baik 41 50 Menyatakan kinerja sangat baik

E. Latihan/Tugas Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan tugas-tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda. 1. Dari uraian mengenai penilaian individu dalam praktikum, menurut Anda permasalahan apakah yang akan dihadapi guru ketika melakukan penilaian individual? Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.

36

Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas Permasalahan utama yang biasanya dihadapi guru dalam menilai kegiatan praktikum bagi masing-masing individu dalam kelompok adalah ketersediaan instrumen untuk menilai, baik daftar cek atau skala penilaian, dan waktu serta tenaga untuk menilai. Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.

F. Rangkuman

Penilaian individu dalam kegiatan praktikum dalam dilakukan dengan penilaian kinerja. Beberapa cara menilai atau menskor kemampuan kinerja (performance keterampilan atau

assessment) peserta tes dengan metode

analitik antara lain dengan cara menggunakan (1) checklist dan (2) rating scale. Penilaian dengan rating scale dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale.

G. Tes Formatif 3 Bagian A: Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang (x) pada alternatif jawaban tersebut. 1. Apakah kekhasan dari tes untuk mengukur kinerja? a. Perlu ada tugas yang harus dikerjakan b. Perlu ada pertanyaan yang harus dijawab c. Perlu ada instruksi yang harus direspon d. Perlu ada kegiatan yang harus ditampilkan

37

2.

Berikut ini adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja seorang individu, kecuali .... a. Daftar cek b. Skala Penilaian c. Tes d. Rubrik

3.

Klasifikasi nilai yang dapat diberikan kepada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang ditunjukkannya adalah .... a. Skala Penilaian b. Rubrik c. Daftar Cek d. Skoring

4.

Untuk melihat penguasaan kompetensi tertentu, misal dalam menggunakan alat ukur oleh siswa, seorang guru biasanya menggunakan instrumen berupa? a. Tes b. Rubrik c. Uraian terbuka d. Daftar Cek

5.

Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan penilaian kinerja, kecuali .... a. tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan

diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik; b. usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan

diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; c. menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, bertanggungjawab secara individu, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi.

38

d. definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan;

Bagian B: Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda 1. Jelaskan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan penilaian kinerja individu dalam kegiatan praktikum! 2. Buatlah rubrik untuk menilai kinerja peserta didik dalam menggunakan termometer untuk suhu badan!

Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah menyelesaikan tes formatif 3 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini.

39

DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I. 2001. Learning To Teach. Fifth Edition. Singapore : McGrawHill Book Co. Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology : Theory and Practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon. Depdiknas. (2003). Assesmen Autentik, Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSN. Gronlund, Norman E. (1998). Assesment of Student Achievment Sixth Edition. Boston :Allyn and Bacon. Hibbard, M. (1995). Performance Assessment in the Science Classroom. New York: The McGraw-Hill Companies. Jutengsih, N. (2006). Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan KerjaIlmiah Siswa di Kelas XII Konsep Bioteknologi dengan pembelajaran Inkuiri. Tesis Magister pada PPS UPI: Tidak diterbitkan. Karim, Muchtar A. (2004). Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi Margono, H. (2000). Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan BiologiFMIPA Universitas Negeri Malang Press. Marimuthu, T. (2001). Amalan Dan Masalah Pelaksanaan Strategi InkuiriPenemuan Di Kalangan Guru Pelatih Sains Semasa Praktikum: Satu Kajian Kes. Kedah: Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim. Nur, Mohammad. (2001). Performance Assessment dalam Pendidikan IPA. Proyek peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Pusat Kurikulum Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang (UM) Press. Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Maxwell Macmillan International Setiadi, H. (2006). Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penelitian Balitbang Depdiknas. Sutarno, N. (1995). Peranan Laboratotium dalam Mengungkap Pelaksanaan Kegiatan Praktikum di Jurusan Pendidikan Biologi. Makalah pada Seminar Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Wulan, A.R. (2003). Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya. Tesis Magister pada PPS UPI :tidak diterbitkan. Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Program Pendidikan IPA. Bandung: SPs. UPI Wulan, A.R. (2008). Skenario Baru bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di Indonesia. Jurnal Kependidikan, Vol XXXII,(3). Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
40

Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 1 Bagian A: 1=A 2=D 3=C 4=C 5=B Bagian B: a. Penilaian klasikal merupakan salah satu metode tes yang dikembangkan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa terhadap pengetahuan yang sifatnya faktual atau keterampilan proses dasar IPA. b. Ciri-ciri khusus penilaian klasikal adalah mengukur kemampuan kognitif dalam pengetahuan yang sifatnya faktual dan mengukur keterampilan proses dasar dengan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun tertutup c. Tujuan pokok praktikum IPA di sekolah adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA dan mengatasi miskonsepsi pada siswa. Sedangkan fungsi praktikum IPA adalah memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima, memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa, memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial, menambah keterampilan dalam menggunakan alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran, dan memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang ilmuwan serta memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan penemuan yang didapat dalam proses kegiatan laboratorium. d. Tiga alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum yaitu praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA, praktikum mengembangkan menjadi wahana

keterampilan dasar melakukan eksperimen, praktikum belajar pendekatan ilmiah.

41

Bagian A: a. Hipotesis: Gaya berpengaruh terhadap perubahan bentuk benda Gaya berpengaruh terhadap kondisi gerak sebuah benda

Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 2 1=C 2=B 3=C 4=C 5=D

Bagian B: 1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas, reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan

kesempatan untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut memilih, menentukan, dan mendesain

instrumen sesuai indikator dengan baik. Rubrik dapat merekam kemampuan semaksimal mungkin, observer secara kualitas dan kuantitas baik 2. Asesmen kinerja pada prinsipnya menekankan tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi juga produk, membutuhkan waktu lama tetapi dapat dipakai berulang, dapat mendiagnosis dan meremidi, dan fokus pada

pembelajaran unjuk kerja. Sedang asesmen konvensional mengutamkan pemahaman konsep, waktu tidak efektif, diagnosis dan remidi hanya untuk soal uraian, fokus pembelajaran pada materi. 3. Kriteria tugas kinerja yang valid: aktivitas berpusat pada siswa dengan sistem penilaian autentik. 4. Contoh rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan erosi. Tentukan (1) komponen terjadinya erosi seperti air, tanah, tanaman

42

(rumput); (2) kondisi terjadinya peristiwa erosi meliputi minimnya tanaman dengan debit air tinggi, (3) pembuatan laporan, (4) pelaksanaan diskusi.

Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 3 Bagian A: 1=D 2=C 3=B 4=D 5=C Bagian B: 1. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan penilaian kinerja individu: identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan kinerja buat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan; urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

2.

Rubrik untuk menilai kinerja siswa dalam menggunakan termometer Nilai 4 Amat Baik Kriteria Merumuskan gagasan secara jelas dan memprediksi apa yang akan diuji Mengunpulkan informasi awal yang relevan Merencanakan pelaksanaan penyelidikan secara detail Memilih alat dan bahan yang paling tepat Mengajukan saran perbaikan yang tepat untuk kebutuhan penyelidikan tersebut

43

Nilai 3 Baik

Kriteria Merumuskan gagasan yang perlu diuji percobaan/penyelidikan Merencanakan suatu urutan pelaksanaan penyelidikan Menilih alat dan bahan yang cocok Mengajukan saran perbaikan penyelidikan tersebut dalam

2 Cukup

Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji Merencanakan percobaan tunggal secara garis besar Menilih alat dan bahan yang cocok Dapat menunjukkan adanya kelemahan dari rencana yang dibuat Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji Terdapat banyak kelemahan dalam rencana penyelidikan yang dibuat Alat dan bahan yang dipilih kurang sesuai Tidak menyadari adanya kelemahan dari rencana yang dibuat Tidak dapat mengajukan gagasan yang secara benar Belum memahami langkah-langkah penyelidikan Alat dan bahan yang dipilih tidak sesuai

1 Kurang

0 Sangat Kurang

44

Anda mungkin juga menyukai