Anda di halaman 1dari 119

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang diciptakan paling sempurna dimuka bumi ini diberikan akal pikiran untuk berinteraksi antar satu dengan yang lainnya, hal tersebut sesui dengan kodrat hidup manusia yang saling membutuhkan baik kebutuhan yang sipatnya jasmani ataupun kebutuhan rohani, berbicara kebutuhan baik kebutuhan barang ataupun jasa maka untuk memenuhi hal tersebut kita mau tidak mau, atau suka tidak suka kita akan membutuhkan pelayanan orang lain. Secara tidak langsung, pelayanan berhubungan dengan hak dasar manusia dan merupakan hak asasi manusia karena siapapun itu berhak mendapatkan pelayanan, dimana pelayanan yang diharapkan tentunya pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan murah, kemudian untuk mencapai tujuan tersebut secara otomatis dibutuhkan system adminitrasi yang tertib, efektif dan efesien agar masyarakat atau costumer yang diberikan pelayanan dapat dilayani secara

optimal. Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pengelolaan baik individual maupun kolektif terhadap manusia untuk memberikan kontribusi optimal dalam mencapai sasaran organisasi, menurut Paul Darling dan Peter (1998) tidak ada tugas yang lebih penting yang dihadapi oleh organisasi kecuali mengembangkan sumber daya manusia yang dimilikinya serta menciptakan kondisi yang memungkinkan sumber daya itu dapat

menyumbangkan semua kemampuan mereka bagi kemenangan organisasi. Hasil akhir dari sebuah pelayanan adalah kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat atau pelanggan, dalam kualitas pelayanan tentunya

kita mengenal dengan istilah Pelayanan Prima dimana pelayanan prima ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskaan pelanggan atau masyarakat serta memberikan focus pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan prima didasarkan pada tekad pelayanan adalah pemberdayaan dimana apabila disektor swasta pelayanan tersebut berorientasi pada keuntungan atau profit, sedangkan untuk pemerintah pelayanan tersebut memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara baik atau sangat baik. Dalam sebuah organisasi atau perusahaan baik pemerintah ataupun swasta dalam mencapai target atau tujuan yang telah direncanakan selain dengan memberikan pelayanan yang berkualitas seperti yang dijelaskan diatas tetapi tentunya dibuat sebuah manajemen atau perencanaan terlebih dahulu dimana awal dari perencanaan tersebut diantaranya adalah kesiapan Sumber Daya Manusia atau Aparatur Pemerintahnya dan juga sarana dan prasarananya sehingga dengan kesiapan tersebut tujuan dapat tercapai dengan sempurna atau dengan maksimal. Begitu juga dengan kesiapan sumber daya manusia yang dipersiapkan untuk prajurit TNI Angkatan Darat yang dimulai dengan penerimaan yang melalui beberapa tahap proses seleksi sehingga didapat calon prajurit yang benar-benar memenuhi syarat baik mental ataupun fisiknya, kemudian setelah didapat calon prajurit yang sudah memenuhi kriteria maka dididik di lembaga pendidikan agar prajurit TNI AD tersebut mempunyai kemampuan yang profesional baik dibidang tempur ataupun dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam mengelola alusista yang ada di ruang lingkup TNI AD.

Tentara Nasional Indosesia khususnya Angkatan Darat merupakan benteng negara yang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan luar ataupun dalam sehingga keutuhan NKRI tersebut tetap terjaga dan kondisi keamanan tetap terjamin. Seorang prajurit TNI khususnya Angkatan Darat dari mulai masuk menjadi prajurit sampai dengan pensiun mempunyai ketentuan yang berbedabeda, seperti seorang prajurit yang daftar ditamtama atau bintara akan memasuki masa pensiun maksimal usia lima puluh tiga tahun, sedangkan untuk prajurit yang mendaftar di perwira akan memasuki masa pensiun maksimal usia lima puluh delapan tahun. Pembinaan prajurit TNI AD tersebut tidak terlepas dari perilaku para aparatur yang mendidik mereka mulai dari pembentukan karakter sampai dengan pembentukan fisik dan pembinaan moral serta mental, hal tersebut akan berguna bagi prajurit ketika menjalankan tugas dilapangan. Perilaku Aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak mendapatkan komentar yang negatif artinya sampai saat ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam pelayanan publik tersebut, maka dengan itu apabila masyarakat ingin menilai positif dari pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah hal yang paling utama adalah perilaku aparatur harus memberikan pelayanan yang maksimal dan bebas dari penyakit birokrasi atau lebih dikenal dengan patologi birokrasi. Salah satu intansi pemerintah yang didalamnya terdapat aparatur

pemerintah adalah Kodam III/Siliwangi, dimana Kodam III/Siliwangi merupakan

kebanggaan rakyat Jawa Barat, yang didalamnya dibagi menjadi beberapa kesatuan baik kesatuan yang mengurus administrasi personel dan kesatuan tempur atau batalion-batalion yang disiagakan untuk pertempuran. Adapun aturan pembentukan Kodam III/Siliwangi diantaranya adalah penetapan Kasad Nomor Pntp 0-5 tanggal 5 Agustus 1958 tentang administrasi tugas pokok Angkatan Darat dan dasar fungsi organisasi serta pembinaan personel dan materil Angkatan Darat, kemudian peraturan yang lainnya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Men/Pangab Nomor 10-5 tanggal 29 Oktober 1965 tentang perubahan struktur organisasi Ajudan Jenderal yang mengalami perubahan sesuai dengan fungsi teknis Militer Ajudan Jenderal. Dalam hal ini Ajendam III/Siliwangi merupakan salah satu badan pelaksana Kodam III/Siliwangi yang ditugaskan untuk mengurus administrasi personel dari mulai pengadaan hingga pensiun, Ajendam III/Siliwangi sendiri dipimpin oleh seorang Militer berpangkat Kolonel dengan Corp Ajudan Jenderal atau Caj. Ruang lingkup Ajendam III/Siliwangi terdiri dari tujuh seksi dimana setiap seksi dipimpin oleh militer berpangkat Mayor dengan corp Caj dan dibantu oleh kepala urusan dan perwira urusan, dimana untuk jabatan Kepala Urusan dan Perwira Urusan bisa diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. Seksi-seksi diantaranya adalah : 1. Seksi Tuud 2. Seksi Diasah yang membantu tugas kepala Ajendam III/Siliwangi

3. Seksi Perspra 4. Seksi Perssip 5. Seksi Dosir 6. Seksi Minu/Jahril 7. Satsikmil Dari ketujuh seksi tadi penulis akan fokus dalam penelitian ini adalah di Seksimindiasahpra pelayanan pengadaan dimana seksi tersebut adalah seksi yang memberikan Personel Prajurit dan Pemberian pelayanan Pensiunan,

dimana secara khusus yang menjadi permasalahan-permasalahan dari pengadaan personel prajurit yang akan dijadikan objek penelitian. Sumber daya manusia atau aparatur pemerintah adalah salah satu unsur organisasi dalam pemberian pelayanan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang dilayani, maka dari kehandalan dan kecakapan dalam memberikan pelayanan sumber daya manusia pun harus diperhatikan. Sumber daya manusia atau keterampilan aparatur pemerintah dapat ditingkatkan dengan mengadakan pelatihan dan pengembangan dimana pelatihan dan pengembangan tersebut akan mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan pegawai yang dikehendaki oleh sebuah intansi. Pelatihan dan pengembangan adalah salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan kinerja pegawai agar pegawai tersebut mempunyai keahlian sesuai yang diharapkan oleh perusahaan atau organisasi baik swasta ataupun pemerintah, pegawai atau karyawan adalah aset yang sangat berharga dari sebuah perusahaan

atau intansi dalam memberikan

pelayanan untuk

mencapai tujuan yaitu

pelayanan yang benar-benar sesuai harapan masyarakat atau dalam hal ini adalah calon yang berminat menjadi prajurit TNI AD. Ketersediaan aparatur atau sumber daya manusia yang melayani calon pendaftaran prajurit dibagian pengadaan Ajendam III/Siliwangi dapat dilihat di tabel sebagai berikut : Tabel.1.1 Data pegawai di Seksimindiasahpra
Pendidikan No Unit/ Bagian SD SMP SMA D-3 S-1 S-2 Jumlah

Ursah 6 1 1 8 Urdiaga 1 11 4 1 17 Jumlah Total Pegawai di Seksimindiasahpra 25 Sumber : Data Pegawai Urusan Pengadaan Ajendam III/Siliwangi Tahun 2013 Jumlah pegawai atau sumber daya manusia yang ada saat ini dibagian urusan penerimaan dan urusan pemisahan sebanyak dua puluh lima orang,

1. 2.

sedangkan untuk bagian penerimaan sendiri sebanyak tujuh belas orang dengan pendidikan mulai dari SMP sampai dengan SMA ditambah dengan pendidikan khusus untuk militer, apabila dilihat dari sumber daya manusia yang ada dan dikaitkan dengan pelayanan bidang penerimaan maka dibutuhkan aparatur yang kompeten dan memiliki keahlian, khususnya dibidang komputerisasi, salah satu fenomena negatif yang terjadi jika penerimaan sedang berlangsung operator

komputer baik dalam input data ataupun pelayanan pas poto sering bekerja lembur atau sampai malam, maka dengan itu agar kendala dan permasalahan yang ada

dapat diatasi, salah satu caranya jangan ketergantungan pada seorang operator sehingga pekerjaannya tidak ada yang menggantikan. Pemberian pelayanan dalam pengadaan personel prajurit yaitu pembukaan pendaftaran terhadap calon taruna atau pun siswa, dalam setiap tahunnya urusan pengadaan ini melayani enam kali pendaftaran diantaranya adalah : 1. Penerimaan Tamtama yang dilakukan dua kali dalam satu tahun yang dibagi kedalam dua gelombang diantaranya gelombang I dilaksanakan bulan Januari sedangkan gelombang II dilaksanakan bulan Juli atau Agustus . 2. Penerimaan Bintara 3. Penerimaan Pa PK 4. Penerimann PSDP 5. Penerimaan Akmil Untuk lebih jelasnya animo atau minat masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi prajurit di Angkatan Darat ini dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel. 1. 2 Animo Masyarakat untuk menjadi Prajurit TNI AD tahun 2012 Jumlah Jumlah Ket Peminat Penerimaan 1. Tamtama Gel I 1.872 250 2. Tamtama Gel II 1.932 290 3. Bintara 3.264 169 4. Pa Pk 195 21 5. PSDP 100 30 6. AKMIL 743 15 Sumber : Arsip Urusan Pengadaan Militer Ajendam III/Siliwangi Tahun 2013 No Pendaftaran Sebagai peraturan dasar atau payung hukum dalam penerimaan prajurit adalah KEP MENHAN RI NO KEP/540/M/VII/2012 TGL 5 JULI 2012 sedangkan

perturan dasar penerimaan PNS adalah UU 43/1999 Tentang Perubahan Atas UU

NO 8/1974) tentang pokok-pokok kepegawaian, PP 30/1980 tentang kewajiban dan larangan bagi PNS dan PP 98 TH.2000 diubah dgn PP 11 TH.2002 tentang pengadaan CPNS untuk lingkungan KEMHAN. Kemudian Setiap penerimaan baik penerimaan PNS ataupun militer dari mulai penerimaan Tamtama, Bintara, PSDP, Pa PK dan Akmil dari Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) mengeluarkan Surat Telegram atau ST yang ditujukan ke setiap Panglima Kodam diwilayah masing-masing, dan Surat Telegram inilah yang menjadi dasar atau payung hukum untuk Ajendam III/Siliwangi dalam melakukan penerimaan calon Prajurit, salah satu ST terbaru adalah Surat Telegram KASAD Nomor :ST/430/2013 tanggal 13-6-2013 tentang petunjuk pelaksanaan penerimaan Bintara tahun 2013 yang dimulai tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan tanggal 12 Juli 2013 adapun Standar Operasional Pelayanan telah dibuat oleh Ajendam III/Siliwangi yang disetujui oleh Pangdam dan KASAD, dimana dalam SOP tersebut dijelaskan dari mulai persyaratan sampai dengan prosedur penerimaan dari mulai waktu pendaftaran sampai dengan kelulusan. Adapun fenomena yang muncul dari permasalahan pengadaan militer ini adalah masih adanya beberapa calon pendaftar yang menggunakan ijazah palsu, maka hal ini ditungtut sumber daya manusia atau aparatur yang melakukan pelayanan lebih teliti dan mengetahui mana ijazah palsu dan tidak palsu, hal tersebut dapat dilihat ditabel sebagai berikut: Tabel. 1. 3 Pengunaan Ijazah palsu ketika pendaftaran calon prajurit TNI AD Tahun Jumlah pengguna Ket Pendaftaran Ijazah palsu 1. Bintara 2013 2 Orang 2. Tamtama Gel I 2013 1 Orang Sumber : Arsip Urusan Pengadaan Militer Ajendam III/Siliwangi Tahun 2013 No Pendaftaran Kemudian system pengolahan data base yang belum optimal sehingga menghambat pekerjan operator komputer dan pengelolaan arsif yang masih sangat

sederhana sehingga masih ada kekeliruan atau kesalahan, maka dari itu dibutuhkan sebuah manajemen yang optimal agar arsif yang masuk dapat ditata sedemikin rupa agar ketika dibutuhkan bisa langsung didapatkan. Dalam pengelolaan arsif dan data base ketersediaan komputer dan sarana prasarna yang lainnya sangat berpengaruh besar terhadap kuailtas pelayanan yang dihasilkan, maka dari itu apabila hasil pelayanan ingin memuaskan sarana dan prasaranapun harus diperhatikan, sarana dan prasarana yang ada di bagian pengadaan di Seksimindiasahpra dapat dilihat didalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. 4 Sarana dan prasarana yang tersedia di Seksimindiasahpra urusan penerimaan calon prajurit TNI AD No Peralatan Jumlah Ket

1. CPU dan Monitor 5 Unit 2. Laptop 3 Unit 3. Printer 5 Unit 4. Pengukur Tinggi 1 Buah Badan 5. Pengukur Berat 2 Buah BadanIjazah 6. Pendeteksi 1 Buah 7. Scaner 1 Buah 8. Pemotong Kertas 1 Buah 9. Mesin Poto Copy 1 Unit 10. Kamera 1 Buah 11. Meja 15 Buah 12. Kursi sofa 2 set 13. Kursi biasa/lipat 17 Buah Sumber: Daftar Inventaris Urusan Penerimaan calon Prajurit di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwngi Tahun 2013 . Sarana dan prasarana yang terdaftar ditabel merupakan barang inventaris dari Mabes TNI AD dan pengadaaan sendiri, tetapi sampai saat ini sarana dan prasarana yang sudah tersedia belum memenuhi kebutuhan yang ada salah satunya

10

adalah sering terjadinya kerusakan-kerusakan di bidang komputerisasi sehingga secara otomatis hal tersebut menghambat pelayanan yang diberikan. Kemudian fenomena negatif yang muncul dari perilaku aparatur sendiri adalah dari sikap dan sopan santun dalam memberikan pelayanan, hal tersebut masih sangat jauh dari harapan para calon karena penulis melihat secara langsung dalam pelayanan ini masih ada bahasa yang tidak sepantasnya diucapkan oleh aparatur dan masih adanya pemberian sanksi bagi para calon yang melakukan kesalahan ketika melakukan pendaftaran sehingga hal ini berdampak buruk bagi penilaian perilaku aparatur dalam proses pelayanan penerimaan calon prajurit. Dari fenomena negatif yang dikemukankan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang ada diurusan pengadaan calon militer ini yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Hubungan

Perilaku Aparatur dengan Kualitas Pelayanan Penerimaan pendaftaran Calon Prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. 1.2 1.2.1 Pokok Permasalahan Identifikasi Masalah Dari fenomena latar belakang masalah diatas maka peneliti

mengidentifikasi pokok masalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan aparatur dalam hal pengetahuan pemeriksaan bahan administrasi sehingga memungkinkan adanya calon prajurit TNI AD yang mendaftar dengan ijazah palsu. 2. Masih belum memadainya fungsi data base dalam pemerosesan data, sehingga menyulitkan pengelolaan data calon prajurit.

11

3. Belum memadainya sarana dan prasarana dalam pelayanan calon prajurit sehingga pelayanan tidak optimal. 4. Masih belum memadainya pemberian pelayanan kepada calon prajurit terutama dalam hal pelayanan pas photo, dan masih adanya keluhan dari para calon terutama jika ada calon prajurit yang ingin melengkapi kekurangan bahan administrasi, aparatur yang ada sering memberikan informasi yang berbeda-beda sehingga membuat calon salah mendapatkan informasi. 1.2.2 Batasan Masalah Supaya lebih fokus dan tepat sasaran dalam melakukan penelitian, dan karena keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya yaitu hanya dalam Hubungan Perilaku Aparatur dengan Kualitas Pelayanan dalam penerimaan pendaftaran Calon Prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. 1.2.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan kepada calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. 2. Bagaimana kualitas pelayanan dalam penerimaan pendaftaran calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. 3. Sejauhmana Hubungan Perilaku Aparatur dengan kualitas pelayanan dalam penerimaan pendaftaran calon prajurit di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi.

12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu secara umum dan secara khusus, dimana tujuan secara umunya adalah untuk memberikan masukan kepada kepala seksimindiasahpra khususnya dibagian urusan pengadaan atau penerimaan calon prajurit bahwa sampai saat ini pelayanan yang diberikan masih belum optimal salah satunya dalam pengolahan data, pengelolahan arsif dan

pemeriksaan bahan administrasi sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Adapun Tujuan secara khususnya adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Perilaku Aparatur terhadap

kualitas pelayanan penerimaan pendaftaran calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi.. 2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan dalam proses penerimaan calon prajurit TNI AD di seksimindiasahpra Ajendm III/Siliwangi. 3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan Perilaku Aparatur terhadap kualitas pelayanan dalam proses penerimaan calon prajurit TNI AD di

seksimindiasahpra Ajendm III/Siliwangi . 1.3.2. Manfaat Penelitian Secara praktis manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi penulis umumnya bagi rekan-rekan dibagian urusan pengadaan atau penerimaan.

13

Sedangkan secara Teoritis manfaat penelitian ini adalah : 1. Dapat digunakan sebagai salah satu informasi tambahan atau sumbangan pemikiran dalam penelitian hubungan perilaku aparatur terhadap kualitas pelayanan. 2. Menambah koleksi dan khasanah pengetahuan terutama dibidang perilaku aparatur dan pelayanan.

14

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 2.1.1

Tinjauan Teori dan Konsep Kunci Pengertian Perilaku Pada dasarnya perilaku manusia atau individu merupakan fungsi interaksi

antara manusia dengan lingkunganya, sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya latar belakang budaya mereka sehingga tutur kata maupun cara berinteraksi dengan individu yang lainnya kelihatan ada corak perbedaan, yang membedakan perilaku dan sikap individu terletak pada wujud performance (Performance) tindakan individu. Adapun definisi dari perilaku adalah tindakan (kegiatan atau tindakan-tindakan) manusia yang dapat diamati. teori perilaku ini dikembangkan oleh Skiner, dimana Skiner berpendapat bahwa perilaku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus dalam bentuk satu formula, Skiner merumuskan perilaku sebagai berikut: B = F (S) Dimana : B = Behavior (Perilaku) F = Function (Fungsi) S= Stimulus (Rangsangan) Suatu perilaku atau respon (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tertentu (S). teori ini dikenal denga teori S-R dari Skiner. 2.1.2 Kosep Perilaku Aparatur Dalam birokrasi pemerintah kita mengenal dengan aparatur pemerintah atau aparat pemerintah, setiap aparatur atau pegawai mempunyai kebiasaan-

15

kebiasaan tersendiri terutama dalam hal disiplin kerja atau dalam proses pelayanan, maka hal inilah yang menjadi objek penilaian dari perilaku aparatur pemerintah tersebut, secara garis besarnya perilaku aparatur ini dibagi menjadi dua bagian diantaranya adalah perilaku aparatur secara organisasi dan perilaku aparatur secara individu, artinya orang yang dilayani akan memberikan penilaian baik secara organisasi ataupun secara individu terhadap hasil proses pelayanan yang diterimanya.untuk lebih jelasnya teori perilaku ini akan dikembangkan atau dipelajari dalam perilaku organisasi. 2.1.3 Perilaku Organisasi Organisasi merupakan wadah dari proses administrasi atau dalam hal ini adalah tempat berlangsungnya proses pelayanan, sedangkan perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki kefektifan organisasi, dalam ilmu perilaku organisasi terdapat bidang ilmu lain seperti ilmu Psikologi, Sosiologi, Psikologi sosial, Antropologi, dan ilmu-ilmu politik, bidang studi ini berkaitan erat dengan fungsi manajemen, peran manajemen, peran keputusan dan termasuk keterampilan manajemen, pemahaman tentang manajemen telah dibahas di teori sebelumya yang pada dasarnya disuatu organisasi baik swasta ataupun pemerintah kendali manajemen memegang peranan penting karena didalam ilmu manajemen ada pembagian tugas yang jelas dari mulai bawahan sampai dengan atasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama tersebut, dan jika terjadi penyimpangan dalam arah dan tujuan, maka tugas manajemenlah yang harus

16

mengembalikan organisasi itu pada jalurnya, hal inilah yang berhubungan dengan perilaku organisasi yang akan mendapatkan penilaian dari masyarakat sebab apabila di implementasikan di dalam pelayanan publik tujuan yang semula memberikan pelayanan yang maksimal atau kualitas pelayanan sesuai dengan harapan akan tercapai jika perilaku organisasinya sama-sama memahami tujuan tersebut. Perilaku akan menghasilkan pekerjaan yang merupakan keunikan seseorang berdasarkan riset dan penelitian yang dikembangkan maka disepakati bahwa perilaku timbul karena suatu sebab, perilaku diarahkan kepada tujuan. Menurut Stephen P. Robbins (2003;223) Perilaku adalah sikap dan tindakan, sedangkan model perilaku organisasi mengembangkan model 3 level dalam mempelajari perilaku manusia dalam organisasi melalui tiga tingkatan analisis yaitu : 1. Tingkatan Individu 2. Tingkatan Kelompok 3. Tingkatan Organisasi 2.1.4. Perilaku dalam tingkatan Individu Dalam tingkatan perilaku individu ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku aparatur itu sendiri yang dintaranya adalah : kepribadian, persepsi, motivasi, dan pengambilan keputusan. Namun dasar-dasar dari perilaku individu sendiri terdiri dari karakteristik biografis, kemampuan dan

pembelajaran. a. Karakteristik Biografis

17

Karakteristik biografis dari seorang individu artinya karakteristik kepribadian seseorang yang dilihat dari catatan pribadinya secara objektif, yang

didalamnya terdapat faktor usia, jenis kelamin, dan status perkawinannya. Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi etos kerja seseorang dimana ada pemahaman bahwa jika usianya makin tua maka etos kerja akan menurun, padahal pendapat tersebut tidak selamanya benar, bahkan jika dikaitkan dengan produktivitas kerja seseorang sering diandaikan

keterampilan seorang individu terutama kecepatan, kecekatan kekuatan dan koordinasi mengikis/menurun dengan berjalannya waktu, kemudian usia juga berhubungan dengn kepuasan kerja kepuasan cenderung terus menerus meningkat pada para profesional dengan bertambahnya usia mereka. Sedangkan jenis kelamin dalam dasar-dasar perilaku individu ini jika dikaitkan dengan kinerja perorangan dalam beberapa riset penelitian yang dilakukan para ahli yaitu kebanyakan perempuan mangkir dalam bekerja hal tersebut disebabkan dengan alasan keluarga atau stamina, bahkan jika anak sakit maka seorang ibu yang bekerja pasti akan mangkir baik ijin ataupun cuti maka hal inilah yang mempengaruhi kinerja individu, kemudian untuk status perkawinan, seseorang yang sudah menikah maka cenderung akan sedikit mangkir dalam bekerja hal tersebut dipengaruhi oleh tanggung jawab dalam bekerja, sedangkan untuk yang masih lajang biasanya angka kemangkiran akan lebih tinggi hal tersebut disebabkan oleh kurangnya rasa tanggung jawab karena belum berkeluarga. Ciri biografis yang terakhir adalah masa kerja, masa kerja ternyata konsisten berhubungan secara negatif dengan keluar

18

masuknya karyawan dan dikemukakan sebagai salah satu dari peramal tunggal terbaik atas perputaran atau keluar masuknya karyawan. b. Kemampuan Kemampuan setiap orang tidak akan sama, maka berdasarkan hal tersebut kemampuan dapat didefinisikan sebagai suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. 1) Kemampuan intelektual Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental, adapun tujuh dimensi yang paling sering dikutip yang membentuk kemampuan intelektual adalah kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran dedukatif,visualisasi ruang, dan ingatan. 2) Kemampuan fisik Kemmpuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan

keterampilan, kemampuan fisik inilah yang banyak dimiliki oleh orangorang yang dasar pendidikan formalnya tidak maksimal, artinya dalam bekerja hanya menggunakan kekuatan fisik tidak menggunakan kekuatan kemampuan mental atau pikiran. Kemampuan mental atau fisik yang dimiliki oleh seorang pegawai akan berguna jika dibutuhkan oleh perusahaan atau intansi, dimana alat ukurnya

19

apakah pekerjaan tersebut cenderung membutuhkan kemampuan fisik atau kemampuan mental, sehingga hal inilah yang harus diperhatikan oleh sebuah intansi dalam menempatkan seorang pegawai yaitu harus menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuannya masing-masing. c. Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman, teori pembelajaran memperoleh polapola perilaku dari pengkodisian klasik, pengkodisian operant dan

pembelajaran sosial, pengkodisian klasik merupakan suatu tipe pengkodisian dimana seorang individu menanggapi beberapa rangsangan yang tidak akan selalu menghasilkan respon semacam itu, kemudian untuk pengkodisian operan merupakan suatu tipe pengkodisian dimana perilaku sukarela yang diinginkan menyebabkan suatu penghargaan atau mencegah suatu hukum, sedangkan pembelajaran sosial adalah orang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung. Kemudian untuk kepribadian (Stephen P. Robbins, 2002:120) mendefinisikan bahwa kepribadian adalah keseluruhan total cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lain, sedangkan teori kepribadian yang akan diuraikan dalam konteks perilaku individu meliputi tiga teori dasar antara lain : 1. Teori Psiko-Analisis Teori ini menunjukan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh personalitas atau kepribadiannya, pelopor dari teori ini adalah Sigmund Freud. 2. Teori Tingkah laku

20

Teori ini dicetuskan oleh John Locke yang dikembangkan lagi oleh Pavlov dan Watson yang menyimpulkan bahwa perilaku itu sebenarnya tidak lain dari pada rangkaian reflex berkondisi. 3. Teori Psikologi Manusia Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers, yang membicarakan hubungan pribadi dengan perilaku individu, dan teori Psikologi manusia ini berhubungan juga dengan teori motivasi yang dicetuskan oleh Abraham maslow. Selain teori-teori yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins diatas mengenai kepribadian seseorang, dimana kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh etika, tingkah laku dan ahlak seseorang sehingga individu tersebut dapat bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab, etika adalah kebiasaan atau watak, sedangkan ada yang mendefinisikan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan atau moral sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma, apabila dikaitkan dengan perilaku individu dalam sebuah birokrasi pemerintahan maka etika dan tingkah laku yang baik dan bertanggung jawab inilah yang ditungtut dalam proses pemberian pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa puas, dan mempunyai penilaian positip terhadap kinerja dari perilaku aparatur, tingkah laku individu selain harus baik dan bertanggung jawab juga harus mengikuti norma-norma atau aturan kaidah yang telah ditentukan sehingga perilaku individu tersebut mencerminkan ahlak seorang aparatur yang mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan, kemudian jika dilihat dari ahlak

21

perorang atau individu maka ahlakul karimah seseorang harus dibangun sejak dini. Karena akhlak berpusat pada taqwa, sedangkan taqwa merupakan asas yang kokoh dan tidak akan pernah berubah lantaran kehendak hawa nafsu, maka akhlak islamiah mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari akhlak ciptaan manusia. Ciri tersebut adalah : a. Kebajikan yang mutlak Akhlak yang menjamin adanya kebajikan yang mutlak, karena islam telah menciptakan akhlakulkarimah, baik untuk individu maupun bagi masyarakat disetiap lingkungan dalam setiap kondisi serta waktu. b. Kebaikan yang menyeluruh Norma-norma yang diajarkan oleh akhlak sangat mudah untuk dimengerti dan tidak mengandung kesulitan atau kesukaran, artinya kebaikan yang diajarkan tidak memberatkan dan sesuai dengan kadar dan kemampuan manusia yang bersifat menyeluruh tanpa membedakan ras dan kebangsaan. c. Kemantapan Nilai kebajikan yang diajarkan oleh akhlak bersifat mutlak dan menyeluruh, juga bersifat permanen, langgeng (tetap dan mantap). Karena akhlak diciptakan oleh Allah SWT yang selalu memelihara kebaikan yang mutlak universal serta langgeng. Hal ini berbeda dengan aturan akhlak ciptaan manusia yang bersifat nisbi (sementara), dan tidak bersih dari kepentingan individu maupun golongan. Akhlak ciptaan manusia selalu berubah dan tidak selalu sesuai dengan kepentingan masyarakat.

22

d.

Kewajiban yang wajib ditaati Akhlak Islamiyah bersumber dari akidah serta syariat islam yang wajib ditaati. Ia mempunyai daya kekuatan mengikat yang tinggi, menguasai semua perilaku manusia, lahir maupun batin dan di dalam keadaan suka maupun duka. Kepatuhan dan ketaqwaan kepada Allah mendorong untuk tetap setia kepada ajaran-ajarannya, sekaligus menjadi motivator (pendorong) untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan segala bentuk kedzaliman.

e.

Pengawasan menyeluruh Taqwa kepada Allah yang menjadi sumber utama akhlak merupakan pengawas (kontrol) bagi hati nurani dan akal sehat. Islam menghargai hati nurani yang didasarkan oleh iman, islam dan ihsan, bahkan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan berbagai ikhtiar (usaha) dan ketetapan hukum.

Pada saat ini negara kita sedang dilanda kerisis moral dan pelanggaran norma-norma yang sudah ditentukan sehingga penanaman ahlakul karimah pada diri individu harus benar-benar dimantapkan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, kerisis moral ini ditandai dengan banyaknya

penyalahgunaan wewenang atau yang lebih dikenal dengan korupsi, praktik korupsi dilakukan dalam prosedur, sehingga tindakan yang dilakukan terlihat legal tetapi, bagaimanapun juga, tidak etis. Inilah yang membuat korupsi sudah menjadi budaya di semua lapis pemerintahan dan menempatkan Indonesia di peringkat atas sebagai negara terkorup di dunia. Korupsi menjadi masalah yang paling serius yang harus dihadapi oleh banyak negara di dunia, terutama menyangkut kepentingan politik dan ekonomi . Korupsi menjadi indikator atas tata kelola yang

23

tidak sehat dan berkembang menjadi isu penting dalam lingkungan politik dan ekonomi global. Secara konsep, korupsi menjelaskan mengenai bagian dari suatu sistem yang tidak memenuhi kewajiban seperti yang telah menjadi tujuan, atau memenuhinya dalam cara yang tidak benar dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi tujuan organisasi secara keseluruhan.

Pada dasarnya, semua bentuk pemerintahan di dunia sama beresikonya terhadap praktik-praktik korupsi, hanya tergantung kepada seberapa kuatnya penegakan hukum di tiap negara. Hal ini berarti semakin kuat penegakan hukum di suatu negara, maka pemberantasan korupsi di negara tersebut dapat berjalan dengan baik, atau setidaknya menekan praktik korupsi dalam lembaga pemerintahan.ada beberapa istilah yang masuk dalam katagori korupsi seperti penyuapan, penggelapan, nepotisme, kroniisme dan kickback.

Untuk nilai dan sikap dalam tingkatan individu, nilai dapat diartikan sebagai suatu keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi yang khas lebih di sukai secara pribadi atau sosial dibandingkan modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi kebaikan atau lawannya.Adapun tipe nilai terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental, nilai terminal adalah keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan, tujuan yang ingin dicapai selama hayatnya. Sedangkan nilai instrumental adalah modus-modus perilaku yang lebih diinginkan atau cara mencapai nilai-nilai terminal seseorang. Kemudian untuk sikap dalam tingkatan perilaku individu bahwa sikap adalah pernyataan evaluative mengenai objek, orang dan peristiwa, sikap tidak sama dengan nilai tetapi keduanya masih mempunyai keterkaitan.

24

Untuk persepsi dan pengambilan keputusan dalam tingkatan perilaku individu, persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka, persepsi dianggap penting karena perilaku orang-orang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri, ada juga faktor-faktor yang dikaitkan pada perilaku persepsi mempengaruhi apa yang dipersepsikan diantara karakteristik peribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat pengalaman masa lalu dan pengharapan. Sedangkan untuk pengambilan keputusan dalam tingkatan individu timbul dikarenakan ada suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan suatu keadaan yang diinginkan, langkah-langkah dalam model pengambilan keputusan terdiri dari enam langkah diantaranya : 1. Tetapkan masalah 2. Identifikasi kriteria keputusan 3. Alokasikan bobot pada kriteria 4. Kembangkan alternatif 5. Evaluasilah alternatif 6. Pilihlah alternatif terbaik Selain pengambilan keputusan dan persepsi tidak kalah pentingnya faktor motivasi, motivasi adalah suatu faktor yang mempengaruhi tingkatan individu, dimana motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan. Motivasi merupakan kesediaan

25

mengeluarkan tingkat upaya tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual, sedangkan pendekatan motivasi ini dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dimana pemimpin tersebut bisa menciptakan iklim atau lingkungan kerja yang membuat anggota merasa termotivasi, maka dengan itu kepemimpinan dalam perilaku individu dengan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam banyak hal motivasi seorang individu akan timbul karena pengaruh pimpinan yang efektif. Selain itu ada teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dikutip oleh Sedarmayanti (2009:234) yaitu hirarki kebutuhan yang membuat seseorang termotivasi, lima tingkat kebutuhan tersebut adalah : 1. Fisiologis Antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (Pakaian dan Perumahan) seks dan kebutuhan lain. 2. Keamanan Antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. 3. Sosial Mencakup kasih saying, rasa dimiliki, diterima baik dalam persahabatan. 4. Penghargaan Mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi dan faktor rasa hormat eksternal seperti status pengakuan dan perhatian. 5. Aktualisasi Diri Dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mencakup : pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri. 2.1.5. Perilaku dalam tingkatan kelompok Pemahaman tentang perilaku dalam tingkatan kelompok sebelumnya yang harus dipahami adalah pengertian kelompok, kelompok diartikan dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung

26

untuk mencapai sasaran tertentu. Kelompok dapat dibagi menjadi enam yang terdiri dari : 1. Kelompok formal Kelompok formal adalah suatu kelompok rancangan yang ditemukan dalam struktur organisasi. 2. Kelompok Informal Kelompok informal adalah suatu kelompok baik tersetruktur formal maupun organisasi tersusun tampak dalam respons pada kepentingan untuk hubungan sosial. 3. Kelompok Komando Kelompok komando adalah seorang manajer dan seluruh bawahannya 4. Kelompok Tugas Kelompok tugas adalah pekerjaannya dilakukan bersama untuk menyelesaikan suatu tugas 5. Kelompok kepentingan Kelompok kepentingan adalah pekerjaannya dilakukan bersama untuk mencapai sasaran khusus dan yang diperhatikan 6. Kelompok persahabatan Kelompok persahabatan adalah kelompok yang ditetapkan secara bersamsama karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama. Dari semua kelompok tersebut ada beberapa alasan kenapa individu-individu tergabung dalam sebuah kelompok, alasanya adalah berhubungan dengan keamanan, status, harga diri, kekuatan dan pencapaian tujuan. Dalam pencapaian

27

tujuan tersebut dalam ruang lingkup perilaku tingkatan kelompok dibutuhkan komunikasi yang berkesinambungan agar tujuan dan sasaran yang telah ditentukan tadi dapat tercapai, adapun fungsi dari komunikasi itu sendiri adalah : a. fungsi informatif Fungsi Informatif berguna untuk seluruh anggota dalam suatu kelompok agar mendapatkan informasi secara cepat, tepat dan lebih baik. b. Fungsi Regulatif Fungsi Regulatif merupakan fungsi yang berkaitan dengan perturan-peraturan yang ada dalam suatu kelompok yang akan digunakan dalam kendali kelompok tersebut. c. Fungsi Persuasif Fungsi Persuasif merupakan fungsi seorang pimpinan kelompok dalam

melakukan pendekatan terhadap bawahannya. d. Fungsi Integratif Fungsi Integratif merupakan fungsi media yang digunakan oleh karyawan tentang kegiatan kelompoknya dimana hal tersebut bisa dilakukan dengan media masa atau berita internal ataupun dengan media komunikasi secara langsung dengan rekan kerja dalam kelompok tersebut. Dalam tingkatan perilaku kelompok tidak jarang terjadi gesekan atau konflik, konflik di artikan sebagai suatu proses interaksi yang terjadi akibat

adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.

28

Konflik dapat terjadi dalam suatu kelompok apabila dalam diri perorangan ada hal-hal sebagai berikut : 1. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing 2. Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan. 3. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan. 4. Terdapatnya aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuantujuan yang diinginkan. Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu sebisa mungkin konflik harus dihindari, tetapi kalau sudah terjadi konflik dalam kelompok maka yang harus dilakukan adalah konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik atau dengan intervensi manajemen tingkat yang lebih tinggi dan konflik diselesaikan dengan cara pengenalan sebab dan pemecahan masalah. Dalam tingkatan perilaku kelompok dipelajari pula dengan apa yang dinamakan tim kerja dan kelompok kerja perbedaan antara tim kerja dengan kelompok kerja terdapat pada sinergi positif yang dihasilkan artinya kalau tim kerja mampu membangkitkan sinergi positif yang dihasilkan lewat upaya yang terkoordinasi, sedangkan untuk kelompok kerja tidak membangkitkan sinergi positif hanya menyumbangkan sekedar jumlah kinerja individual, ada juga pembentukan tim dalam suatu kelompok disesuaikan dengan kebutuhan

29

diantaranya tim lintas fungsional tim ini adalah tenaga kerja dari tingkat hierarki yang sama, tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda, tim virtual tim ini adalah tim yang menggunakan teknologi computer untuk mengikat secara fisik secara bersama membagi anggota untuk mencapai tujuan bersama. Ada komponen penting menciptakan keefektifan tim dapat digolongkan dalam empat katagori umum, katagori pertama rancangan pekerjaan kedua berkaitan dengan komposisi tim, ketiga adalah sumber dan kontekstual lain yang menciptakan tim menjadi efektif, terakhir proses variabel yang menanjukan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas. Kembali lagi ke kelompok kerja tadi bahwa kelompok kerja didalamnya ada struktur kelompok, kelompok kerja bukanlah segerombolan yang tidak terorganisasi, tetapi kelompok kerja mempunyai struktur yang jelas yang membentuk perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan dan meramalkan bagian besar dari perilaku individual didalam kelompok kerja tersebut. Yang termasuk dalam struktur kelompok variabelnya antara lain kepemimpinan formal, peran, norma, status kelompok, ukuran kelompok, komposisi kelompok, dan tingkat penyerapan

kelompok.Kepemimpinan formal umumnya adalah orang yang menduduki jabatan manajer, mandor dalam proyek, kepala satuan tugas, ataupun ketua komite, sedangkan peran merupakan seperangkat pola perilaku yang diharapkan pada seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu unit social. Kemudian norma di definisikan sebagai standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh kelompok anggota, untuk status, ukuran dan komposisi kelompok

30

dilihat dari peringkat social dan besar kecilnya anggota kelompok dan dilihat dari heterogen dan homogennya dari pembentukan sebuah kelompok kerja. Dalam tingkatan perilaku individu ada pengambilan keputusan secara individu begitu juga dengan tingkatan perilaku kelompok ada pengambilan keputusan secara kelompok, pengambilan keputusan ini dilihat dari dua sisi, yang pertama dari untung ruginya, yang kedua dari keefektifan dan keefesienannya. Keuntungan dari pengambilan keputusan secara kelompok adalah pengambilan keputusan lebih bermutu, informasi dan pengetahuan lebih lengkap, sedangkan kerugian dari pengambilan keputusan kelompok adalah menghabiskan banyak waktu untuk mengambil suatu keputusan kemudian tanggung jawab dalam

sebuah keputusan kurang karena resiko sebuah keputusan ditanggung secara bersama-sama. Jika melihat dari sisi keefektifan kelompok akan lebih efektif dari pada individu dalam hal ketepatan keputusn kelompok cenderung lebih tepat, kualitas lebih baik, tetapi jika keefektifan keputusan di definisikan menurut kecepatan individu lebih unggul, namun keefektifan tidak dapat dipertimbangkan tanpa juga menilai efesiensi dalam hal efesiensi kelompok hampir selalu kalah secara menyedihkan dibanding pengambilan keputusan individual terutama dalam masalah waktu tadi. 2.1.6. Perilaku dalam tingkatan Organisasi Dalam tingkatan perilaku organisasi terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan organisasi itu sendiri antara lain struktur dan desain organisasi, budaya organisasi, desain kerja dan teknologi, dan kebijkan praktek sumber daya manusia.

31

a. Struktur dan desain organisasi Dalam sebuah organisasi tentu saja kita akan mengenal hierarki tugas dan pokok dari sebuah jabatan dimana dari mulai tingkat ketua organisasi sampai dengan anggota sebuah organisasi sudah diatur sedemikian rupa dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sebuah organisasi, hal ini jika dikaitkan dengan tingkatan perilaku organisasi adalah merupakan kejelian dan kepandaian dari seorang pemimpin organisasi dalam menempatkan anggotanya dalam menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya masing-maasing agar tujuan dari organisasi itu sendiri dapat terwujud. b. Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Menurut Robbins (2001:525), budaya organisasi merupakan sistem makna bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.

32

Selanjutnya, Dr. Suwarto, MS menyampaikan definisi-definisi budaya organisasi dalam persepsi sejumlah ahli sebagai berikut. 1. Suatu sistem makna bersama/persepsi yang dianut oleh anggota-anggota organisasi (Robbins, 2005). 2. Sejumlah pemahaman penting seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi (Stoner, 1995). 3. Pola asumsi dasar bentukan, temuan, atau pengembangan kelompok yang bekerja cukup baik dalam mengatasi masalah sehingga perlu diajarkan kepada anggota baru (Schein, 1991, Luthans, 1998) 4. Pemprograman mental efektif (Hofstede, 1983). 5. Pandangan hidup dalam organisasi (Hatch, 1997). 6. Berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikap dan keyakinan, kebiasaan dan pengharapan dari keseluruhan anggota organisasi (Nicholson, 1997, Juechter, 1998). Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi harus memiliki kesepakatan yang cukup mantap antara para anggotanya tentang apa yang dianggap Penting, tentang bagaimana perilaku Organisasi yang baik , dan tentang apa yang dibutuhkan untuk maju . tidak hanya itu agar suatu budaya organisasi tidak lemah maka organisasi tersebut harus bisa memperlihatkan suatu hubungan yang baik dengan kinerja organisasi, sehingga nilai nilai pokok organisasi dapat dipahami secara jelas dan diterima secara luas. c. Desain kerja dan Teknologi

33

Pada saat sekarang ini untuk memenangkan sebuah persaingan baik ditingkat individu kelompok atau organisasi sudah seharusnya mempersiapkan desain kerja yang mapan Profesional dan mandiri hal ini diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya, apabila desain kerja sudah memadai dan sudah sesuai dengan apa yang di butuhkan organisasi maka untuk menyesuaikan dengan kemajuan teknologi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dipelajari dan di implementasikan agar tujuan dari IPTEK tadi yaitu untuk memenangkan persaingan secara sehat dan untuk mencapai tujuan organisasi. d. Praktek Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan dari perilaku tingkatan organisasi maka dengan itu sumber daya manusia harus dipersiapkan secara maksimal agar kebutuhan organisasi

dalam pembagian tugas di pegang oleh orang-orang yang kompeten dibidangnya masing-masing, dan menempatkan karyawan dalam tanggung jawab mengenai apa yang mereka kerjakan. 2.1.7. Manajemen Pelayanan Apabila dikaitkan dengan pelayanan maka definisi manajemen menjadi bagaimana seni dalam mengelola sumber daya yang ada tersebut dalam memberikan kepuasan terhadap orang yang dilayani, sehingga kulitas pelayanan dapat tercipta. Secara lengkapnya pengertian manajemen pelayanan sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ilmu dan seni untuk menyususn rencana, mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-

34

aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan, Ratminto & Atik Septi Winarsih (2013:54), menggambarkan model manajemen pelayanan sebagai berikut: Gambar.2.1 Model Manajemen Pelayanan
Mekanisme Voice

*Media

*LSM

*Organisasi Profesi *Ombudsmen

Kultur Organisas i

Pengguna Jasa Pelayanan

Sistem Pelayanan Mekanisme Voice *Media *LSM *Organisasi Profesi

SDM Pelayanan

*Ombudsmen

Sumber : Ratminto (2000) 2.1.7.1 Definisi Pelayanan Berkaitan dengan pelayanan ada dua istilah yang perlu diketahui yaitu melayani dan pelayanan pengertian melayani berarti menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan oleh seseorang, sedangkan pengertian pelayanan menurut kamus besar bahasa Indonesia, 1995 pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, Pelayanan juga dapat diartikan pelayanan adalah aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok untuk memberikan

35

layanan terhadap orang yang membutuhkan baik di intansi pemerintahan ataupun swasta, menurut Ivncevich, lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:448) Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan, sedangkan menurut Gronroos : Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivits yang bersifat tidak kasat mata (tidk dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hl lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahaan konsumen/pelanggan. Bahkan menurut Zemke sebagaimana dikutip oleh Collins dan Mclaughin (1996:559) membedakan karakteristik produk barang dan pelayanan dalam bentuk table sebagai berikut : Tabel. 2.1 Karakteristik produk (barang) dan pelayanan Produk (barang) Konsumen memiliki objeknya Jasa Pelayanan Konsumen memiliki kenangan pengalaman atau memori tersebut tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.

Tujuan pembuatan barang adalah Tujuan penyelenggaraan pelayanan keseragaman, semua barang adalah sama adalah keunikan setiap konsumen dan setiap kontak adalah special Suatu produk atau barang dapat disimpan Suatu pelayanan terjadi saat digudang , sampelnya dapat dikirim tertentu ini tidk dapat disimpan kekonsumen digudang atau dikirimkan contohnya Konsumen adalah pengguna akhir yang Konsumen adalah rekanan yang tidak terlibat dalam proses produksi terlibat dalam proses produksi Kontrol kualitas dilakukan dengan cara Konsumen melakukan control membandingkan output dengan kualitas dengan cara spesifikasinya membandingkan harapannya

36

dengan pengalamannya. Jika terjadi kesalahan produksi produk Jika terjadi kesalahan satu-satunya (barang) dapat ditarik kembali dari pasar cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah meminta maaf Moral karyawan sangat penting Moral karyawan berperan sangat menentukan Sumber : Zemke (dalam Collins & Mc Laughlin, 1996: 559) 2.1.7.2 Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik Salah satu pelayanan yang melibatkan birokrasi pemerintahan adalah pelayanan public dimana ada unit penyelenggara pelayanan yaitu unit kerja intansi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan, yang memberikn pelayanan adalah pegawai atau pejabat pemerintah sedangkan penerima pelayanan public adalah masyarakat intansi pemerintah dan badan hukum yang menerima pelayanan dari intnsi pemerintah, definisi

pelayanan publik/umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaaan Aparatur Pemerintah Nomor 81 Tahun 1993 yang disempurnakan lagi dengan Kepmen Nomor 63 Tahun 2003: Pelayanan Publik/Umum adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh intansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang ataupun jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyrakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jasa pelayanan umum/public ini adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang public ataupun jasa public,pelayanan public dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok diantaranya : a. Kelompok Pelayanan Administratif

37

Pelayanan tersebut adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh public misalnya status kewarganegaraan kepemilikan suatu barang dan lain-lain. b. Kelompok Pelayanan Barang Pelayanan yang menghasilkan bentuk /jenis barang yang digunakan oleh public misalnya jaringan telephon, PDAM dan lain-lain. c. Kelompok Pelayanan Jasa Pelayanan yang menghasilkan bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik misalnya pendidikan pemeliharaan kesehatan dan lain-lain. 2. Hakekat Pelayanan Publik Dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakekat pelayanan public adalah pemberian pelayanan yang terbaik kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Kemudian selain hakekat pelayanan ada yang dinamakan dengan asas pelayanan masih berdasarkan Kep MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 tentang asas pelayanan publik. 3. Asas Pelayanan Publik Untuk memenuhi kepuasan pelanggan dalam masalah pelayanan bagi pengguna jasa maka harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004): a. Transparansi Besifat terbuka, nudah diakses oleh semua orang serta mudah dipahami dan dimengerti. b. Akuntabilitas Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku.

38

c. Kondisional Sesuai dengan kondisi yang ada baik dari pemberi pelayanan ataupun penerima pelayanan. d. Partisifatip Mendorong peran masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e. Kesamaan Hak Tidak adanya diskriminasi atau tidak membeda-bedkan suku, ras, agama golongan, gender dan sebagainya. f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing. 2.1.7.3 Standar Pelayanan Ukuran standar dari keberhasilan mutu atau kualitas pelayanan adalah baik dan buruknya sebuah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum, adapun pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis (1994), merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Dalam standar pelayanan ada istilah Pelayanan prima atau Excellent Service secara harfiah diterjemaahkan sebagai pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik, sebuah intansi pemerintah ataupun organisasi swasta apabila belum mempunyai standar pelayanan maka penilaian pelayanan primanya akan sulit terwujud karena tujuan dari pelayanan prima sendiri adalah untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat sedangkan manfaat dari pelayanan prima adalah sebagai upaya peningkatan kualiatas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan.

39

2.1.7.4. Prinsip pelayanan Dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Kesederhanaan Prosedur pelayanan public tidak berbelit-belit mudah dipahami dan mudah dilaksanakan 2. Kejelasan Kejelasan ini mencakup dua hal : a. Persyaratan teknis dan administrative b. Unit kerja atau aparatur yang berwenang harus bertanggung jawab c. Rincian biaya 3. Kepastian waktu Pelayanan public dpat dilaksanakan dalam waktu yang telah ditentukan 4. Akurasi Pelayanan public yang diberikan benar, tepat dan sah 5. Keamanan Produk pelayanan public memberikan rasa aman dan kepastian hukum 6. Tanggung Jawab Penyelesaian keluhan pelanggan dapat dipertanggung jawabkan oleh aparatur penyelenggara pelayanan. 7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana dalam peralatan kerja akan memberikan kemudahan dalam pemberian pelayanan. 8. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan mudah dijangkau oleh masyarakat 9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah tamah, serta memberikan pelayanan dengan iklas 10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur disediakan ruang tunggu dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan. 2.1.7.5. Kualitas Pelayanan Masyarakat pada umumnya mengharapkan produk barang ataupun jasa yang diterima atau dinikmatinya didapatkan dengan pelayanan yang baik atau memuaskan, sebuah organisasi atau intansi harus memperhatikan mutu dari jasa (Service Quality) pelayanan karena hal inilah yang membedakan dengan intansi

40

atau organisasi yang lainnya mutu dan kualitas tersebut yang akan menjadi ciri khas dari suatu orgnisasi sehingga dapat memenangkan persaingan. Menurut Tjiptono (2005:110) kualitas jasa atau kulitas pelayanan yang didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Orang yang dilayani pada umumnya akan menilai sebuah kualitas pelayanan setelah mereka menerima jasa pelayanan, penilaian tersebut bisa buruk, baik bahkan lebih baik, tetapi tinggi rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diterima tidak terlepas dari bagaimana seorang pelanggan atau masyarakat pada umumnya memandang produk layanan yang mereka peroleh. Maka dengan hal itu dapat disimpulkan bahwa definisi kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditunjukan melalui sikap dan sifat oleh pemberi pelayanan. Mengenai pengukuran sebuah kualitas pelayanan menurut Zeithaml, Parasuraman & Berry yang dikutip oleh Tjiptono (2005:223) dengan menggunakan istilah SERVQUAL (Service Quality) ini merupakan skala multi item yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atau kualitas pelayanan meliputi lima dimensi, adapun lima dimensi tersebut adalah : 1. Reliability (Kahandalan) Kemampuan seseorang atau kelompok dalam memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

41

2. Responsiveness (daya tanggap) Kemampuan pegawai dalam memberikan layanan yang cepat tanggap terhadap apa yang dibutuhkan. 3. Assurance Sopan santun, dapat dipercaya dan bebas dari resiko juga keragu-raguan dalam memberikan pelayanan dari para pegawai. 4. Empathy Kemudahan dalam mendapatkan layanan, dengan komunikasi yang baik penuh perhatian dan memahami keinginan pelanggan. 5. Tangibles Fasilitas secara pisik yang disediakan oleh pemberi layanan, seperti tempat duduk, sarana komuikasi perlengkapan pegawai, sehingga yang dilayani merasa nyaman. 2.1.8. Penerimaan Calon Prajurit TNI Angkatan Darat Ajudan jenderal kodam III/Siliwangi merupakan satuan badan pelaksana Kodam III/Siliwangi yang salah satu tugasnya adalah memberikan pelayanan dibidang penerimaan atau pengadaan calon prajurit TNI AD, hal ini didasarkan pada Undang-undang Pemerintan No. 34 Tahun 2004 yang didalamnya terdapat tugas dan tanggung jawab TNI AD, diantaranya adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara, kemudian penjabaran lebih luasnya dijabarkan di Peraturan Kasad Nomor Perkasad/125/XII/2011, tentang Tugas-tugas TNI Angkatan Darat tersebut, untuk administrasi TNI sendiri terdapat didalam Undang-undang No. 39 Tahun 2010 Bab II tentang penyediaan prajurit TNI AD. Sedangkan untuk penerimaan disetiap pendaftaran yaitu berdasarkan Surat Telegram Kasad, yang ditujukan ke setiap Kodam salah satunya adalah ST Nomor :ST/430/2013 tanggal 13-6-2013 tentang

42

petunjuk pelaksanaan penerimaan Bintara tahun 2013 yang dimulai tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan tanggal 12 Juli 2013.

Proses penerimaan calon prajurit yang dilakukan di Ajendam III/Siliwangi meliputi berbagai proses seleksi mulai dari seleksi awal yaitu seleksi administrasi kemudian pengukuran tinggi badan, seleksi jasmani, kesehatan dan psikologi, kemudian setelah lulus masuk kelembaga pendidikan atau lemdik dimana untuk tamtama lemdiknya terletak di daerah pangalengan dengan lama pendidikan enam bulan, dengan aturan tiga bulan pembentukan, ditambah tiga bulan kecabangan, sedangkan untuk bintara tempat lemdiknya berada di daerah Serang Banten dengan lama pendidikan selama satu tahun dengan aturan enam bulan pembentukan ditambah kecabangan selama enam bulan. Sedangkan untuk Akademi Militer pendidikan selama empat tahun ditambah dengan pendidikan kecabangan dimana setiap kecabangan mempunyai waktu yang berbeda-beda dalam pendidikan, setelah selesai pendidikan kemudian disebar kesetiap satuan diseluruh indonesia. 2.1.9. Hubungan Perilaku Aparatur dengan Kualitas Pelayanan dalam penerimaan Calon Prajurit Dalam proses penerimaan calon prajurit tentunya melibatkan para aparatur dibagian pengadaan, dari pengamatan peneliti selama ini proses pelayanan yang berlangsung masih kurang optimal terutama dalam sikap dan sopan santun para aparatur sehingga secara otomatis akan mempengaruhi kualitas dari pelayanan, perilaku aparatur merupakan ujung tombak penilaian dari orang yang dilayani maka dengan itu perilaku aparatur merupakan hal mutlak yang

43

harus diperhatikan agar orang yang dilayani merasa puas dengan pelayanan yang diberikan aparatur. Yang menjadi penilaian dari perilaku disini adalah perilaku setiap individu, oleh karena itu perilaku setiap individu harus mendapat perhatian dari pimpinan agar perilaku yang diharapkan sesuai dengan kepentingan organisasi pada umumnya dan kepentingan seksimindiasahpra pada khususnya. 2.2. Model Penelitian Dalam proposal penelitian ini ada dua jenis variabel, yaitu variabel x (bebas) dan variabel y (terikat) di dalam proposal ini variabel x (bebas) adalah Perilaku Aparatur sedangkan variabel y (terikat) adalah Kualitas Pelayanan, variabel X (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Y (terikat), sedangkan variabel Y (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel X (bebas), untuk keperluan penelitian dalam skripsi ini peneliti menggambarkan pada gambar 2.2 sebagai berikut: Gambar. 2.2 Model Penelitian Variabel Penelitian (Perilaku Aparatur dan Kualitas Pelayanan) Variabel Bebas (X) Perilaku Aparatur 1. Individu 2. Kelompok 3. Organisasi Variabel Terikat (Y) Kualitas Pelayanan 1. 2. 3. 4. 5. Reliability Responsiveness Assurance Empathy Tangibles

(Stephen P. Robbins,2003:27)

(Tjiptono, 2005:223)

44

2.3.

Hipotesis Adapun anggapan sementara dari hasil penelitian, maka penulis

membuat hipotesis sementara, yaitu Terdapat Hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan pada penerimaan calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. Hipotesis statistiknya adalah : - Ho : = 0, Tidak terdapat Hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan pada penerimaan calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi - Ha :

0, Terdapat Hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas

pelayanan pada penerimaan calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi.

45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti penelitian tersebut didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara maasuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia. Sedangkan sistematis artinya menggunakan langkah-langkah logis. Menurut pendapat Sugiono (2002:1) metode penelitian adalah : Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan releibel, dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dapat dikembangkansuatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang administrasi. Dalam proposal ini peneliti menggunakan metoda kuantitatif, metode penelitian kuantitatif dinamakan juga metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsapat positivisme, metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif /statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari dalam proses penelitian tersebut

46

penelitian ini adalah untuk menunjukan hubungan antara variabel dan menguji teori. 3.2. Populasi, Karakteristik Responden, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Arikunto (1996:115) yang dimaksud populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi sasaran dalam penelitian ini, yang berjudul Hubungan Perilaku Aparatur dengan Kualitas Pelayanan Penerimaan pendaftaran Calon

Prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. terdiri dari dua sumber yaitu sebagai berikut : 1. 2. Seluruh pegawai yang ada dibagian penerimaan calon prajurit TNI AD. Calon Prajurit Tamtama, Bintara dan Akmil pengadaan tahun 2013.

Untuk populasi dari pegawai yang ada dibagian penerimaan pendaftaran calon prajurit berjumlah 17 orang dengan data sebagai berikut : Tabel 3.1 Jumlah Populasi dari para pegawai di bagian pendaftaran calon Prajurit TNI AD No 1. 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah 12 5 17 Ket

47

Sedangkan untuk populasi dari calon Tamtama, Bintara dan Akmil dapat dilihat di tabel selanjutnya. Tabel 3.2 Jumlah Populasi dari Calon Prajurit No 1. 2. 3. Calon Prajurit Tamtama Bintara Akmil Jumlah Jumlah populasi 1.872 3.264 743 5.879

Jumlah total populasi dalam penelitian ini adalah 5.896 responden 3.2.2. Karakteristik Responden Dari populasi yang dijelaskan diatas karakteristik responden dari focus penelitian yang akan diteliti adalah dilihat dari dua faktor, yang pertama adalah faktor pendidikan salah satu contohnya untuk pengadaan Pa PK diwajibkan menggunakan ijazah diploma dan sarjana, sedangkan yang lainnya hanya menggunakan ijazah SMA, kemudian yang keduanya adalah dilihat dari faktor usia dimana rata-rata yang berminat menjadi prajurit TNI AD adalah remaja yang berusia antara 20-25 tahun. Sedangkan untuk para pegawai sendiri dilihat dari pendidikan ada yang SMA, D-3 dan pendidikan militer mulai dari Tamtama, Bintara dan perwira sedangkan usianya antara 25 s/d 50 tahun. 2.1.7. Sampel dan Teknik Sampling Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, maka dari itu sampel yang diambil dari populasi

48

harus betul-betul representatif (mewakili). Sedangkan untuk teknik sampling secara garis besarnya dibagi menjadi dua yaitu Probability sampling dan Non Probability sampling. Didalam proposal penelitian ini yang digunakan sebagai teknik pengambilan data adalah teknik Probability Sampling dimana didalamnya ada yang dinamakan Simple Random Sampling atau pengambilan sampel secara acak tetapi sampel yang digunakan adalah sampel yang refresentatif atau yang mewakili. Kemudian ada Stratified Sampling (ada tingkatan), Cluster Sampling (melalui pengelompokan) dan Systematic Sampling. Dengan jumlah populasi (calon yang mendaftar menjdi prajurit )yang cukup banyak, sangat tidak efisien jika seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Oleh karena itu dalam proposal penelitian ini peneliti menentukan jumlah sampel dan teknik pengumpulan data tersebut dengan menggunakan rumus Slovon (Umar 2005;108) yaitu : N n = 1 + N.(e) Keterangan : n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi e : Persen kelonggaran ketidak telitian karena masalah pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir di inginkan (dalam hal ini ditentukan sebesar 10%) Dengan demikian salah satu contoh perhitungan untuk mendapatkan sampel dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

49

Jumlah calon prajurit dari Tamtama, Bintara, dan Akmil di Tahun 2013 dan para pegawai dibagian pengadaan adalah 5.896 orang, maka sampel yang diambil adalah : Diketahui: N e n n = 5.896 = 10 % (0.1) =Jumlah Sampel = 5.896 1 + 5.896* (0.1) n = 5.896 1+ 5.896*(0.01) n = 99.98 (dibulatkan 100) = 5.896 58.97

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dalam penelitian ini besarnya sampel yang diambil adalah 100 orang. 3.3. Definisi Operasional Variabel dan Indikator-Indikator Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, Karlinger mengatakan bahwa variabel adalah kontruk (Constructs) atau sifat yang akan dipelajari, ada beberapa macam variabel diantaranya Variabel Independen, Variabel Dependen, Variabel Moderator, variabel Intervening, dan Variabel Kontrol, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel penelitian yaitu:

50

1.

Independen Variabel (Variabel Bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perilaku Aparatur.

2.

Dependen Variabel (Variabel Terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kualitas pelayanan. Adapun pengertian kualitas adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan

oleh perusahaan atau organisasi guna memenuhi harapan konsumen, untuk operasional variabel dan indicator-indikatornya dapat dilihat ditabel sebagai berikut : Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Perilaku Aparatur (X) NO Variabel X Dimensi Variabel Indikator Mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja Pengambilan keputusan adalah wewenang pimpinan tetapi pegawai berhak memberikan masukan Setiap pegawai mempunyai kemampuan masing-masing Nilai dan kepribadian setiap pegawai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kulitas seorang pekerja Jika terjadi konflik diselesaikan dengan musyawarah Jika ada kesulitan dalam pekerjaan satu sama lain saling membantu
Item Instrumen

1.

Individu

3 4

Perilaku Aparatur

2. Kelompok

51

Dalam menyelesaikan pekerjaan secara kelompok terkadang keputusan diambil secara kelompok. Kebutuhan IPTEK dalam mencapai tujuan organisasi sangat berperan penting Penempatan SDM sesuai 3. Organisasi dengan Tupoksinya masingmasing akan mempermudah tercapainya tujuan organisasi Organisasi harus mempunyai karakteristik tersendiri agar mudah dikenali. Sumber : Stepen P. Robbin (2003 : 27-291) Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan variabel (Y) No Variabel Y Dimensi Variabel Indikator

10

Item Instrumen

1.

2.

Kualitas Pelayanan

3.

Proses pelayanan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang ditentukan Dalam memberikan pelayanan tidak ada yang Reliability didahulukan dan tidak ada yang diakhirkan (tidak pilih kasih) Pelayanan dapat diberikan secara akurat dan memuaskan Cepat tanggap dalam memberikan pelayanan Petugas pelayanan dapat menguasai tugasnya masingResponsiveness masing dengan baik Segala harapan pelanggan dalam pemberian pelayanan sudah terpenuhi Semua pegawai bersikap Assuranse ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan

4 5

52

4.

Empathy

Waktu yang di berikan ketika memberikan pelayanan telah disesuaikan dengan SOP Biaya pelayanan telah diketahui secara transfaran Dalam memberikan pelayanan komuniksi berjalan dengan baik Pelayanan mudah didapatkan Para aparatur yang melayani bisa memahami apa yang diinginkan oleh pelanggan Sarana dan prasarana dalam pemberian pelayanan sudah maksimal atau belum Jumlah personel yang melayani sudah sesuai dengan kebutuhan Infrastruktur pendukung lain dalam pemberian pelayanan sudah sesuai dengan kebutuhan Pelanggan

9 10

11 12

13

5.

14

Tangible

15

Sumber : Tjiptono (2005: 223) 3.4. Uji Instrumen Penelitian, Validitas dan Reliabilitas 3.4.1. Uji Instrumen penelitian Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditentukan dalam ilmu sosial keadaannya mengalami perubahan setiap saat, titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabelvariabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan ditentukan indikator-indikatornya, dari proposal penelitian yang diambil maka instrumen yang diuji adalah instrumen manajemen sumber daya manusia dan instrumen kualitas pelayanan, uji instrumen tersebut dimaksudkan sebagai alat ukur tingkat validitas dan realibilitasnya, tetapi

53

dalam penelitian kuantitatif data yang asalnya ordinal harus dijadikan data interval, dimana data tersebut diperoleh dari hasil kuisioner dan diolah dengan microsoft excel atau menggunakan program SPSS (Statistical Pakage for the sosial Sciences). 1.4.2 Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2002:109), langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas tersebut yaitu dengan mengkorelasikan skor setiap butir X dengan skor setiap butir Y . Uji validitas di dalam proposal ini peneliti menggunakan rumus Pearson Product Moment (r), yang dikemukakan oleh Ridwan dan Sunarto (2009;80), yaitu :

r =

Keterangan : r = Korelasi product moment / korelasi pearson X = Tiap item pertanyaan Y = Jumlah dari setiap pertanyaan N = Jumlah sampel Dari hasil korelasi setiap skor butir x dan setiap butir skor y, untuk menentukan valid dan tidaknya tergantung dari nilai yang didapatkan, jika nilai yang didapatkan lebih besar atau sama dengan 0,3 ( 0,3) maka data tersebut dinyatakan valid dan jika nilai yang dihasilkan kurang dari 0,3 (< 0,3) maka data tersebut tidak valid, data yang tidak valid harus dibuang atau disisihkan.

54

Setelah seluruh data dari penyebaran quisioner terkumpul maka langkah selanjutnya melakukan pengujian validitas untuk kedua variabel tersebut dengan tujuan agar semua data yang akan diuji benar-benar valid. Dik : x y x y = 345 = 3554 = 1313 = 127524

x*y = 12433 n = 100

dimasukan ke rumus Pearson Product Moment (r), maka :

100(12433)-(345)(3554) r = {100(1313)-(345)}{100(127524)-(3554)} 17170 = 1491216100 17170 = 38616.3 = 0.45

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan rumus diatas maka dari 10 item pertanyaan variabel x dalam penelitian ini, terdapat empat item pertanyaan yang tidak valid, sesuai dengan ketentuan bahwa data yang tidak valid harus dibuang atau tidak boleh digunakan, untuk data yang valid dapat dilihat koefesian korelasinya di tabel sebagai berikut :

55

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Kontruksi Variabel X Perilaku Aparatur No Item Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Koefisien Korelasi 0.45 0.37 0.43 0.40 0.33 0.38 0.47 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari tabel tersebut dapat dilihat item pertanyaan variabel X yang mempunyai validitas tertinggi adalah item pertanyaan nomor tujuh dengan

koefesien korelasi sebesar 0.47, sedangkan yang paling rendah adalah item pertanyaan nomor lima dengan koefesien korelasi sebesar 0.33. Selanjutnya untuk variabel Y, untuk pengujian validitasnya dapat dilihat ditabel sebagai berikut : Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Kontruksi Variabel Y Kualitas Pelayanan No Item Pertanyaan 7. 8. 9. 10. 11. 12. Koefisien Korelasi 0.38 0.32 0.32 0.31 0.42 0.53 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid

56

3.4.3. Uji Reliabilitas Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan dari hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliable). Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown yang dikutip dari Sugiyono (2002;104). Untuk itu maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok disusun sendiri masing-masing kelompok skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap lalu dicari korelasinya. Koefisien korelasi ini dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown, yaitu : 2.rb ri = ( 1 + rb ) Keterangan : ri rb : Reliabilitas instrumen : Koefisien Korelasi antara 2 belahan kuesioner

Dari olahan data hasil penelitian setelah dipisahkan antara instrument ganjil dan genap maka didapat data sebagai berikut : x y : 2450 : 2148

x : 61188 y : 47088

57

x*y : 53138 r :? 100(53138)-(2450)(2148) r = {100(61188)-(2450)}{100(47088)-(2148)} 51200 = 11036404800 47148 = 33221.08 = 1.54

Dari perhitungan diatas didapat koefesien korelasi 0.49 selanjutnya koefesien korelasi dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown, yaitu : 2 (1.54) ri = ( 1 + 1.54 ) = 2.54 3.08 = 1.21

Jadi reliabilitas instrumen perilaku aparatur dan kualitas pelayanan sebesar = 1.21, karena berdasarkan uji coba instrumen ini sudah valid dan sudah reliable seluruh butirnya maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai seting dari berbagai sumber dan berbagai cara dalam hal ini sumber data, ada yang bisa langsung memberikan data dan ada yang tidak langsung memberikan data atau hanya lewat dokumen, pada proposal penelitian dibawah ini peneliti menggunakan beberapa teknik diantaranya :

58

3.5.1. Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data mengenai keadaan wilayah lokasi penelitian serta latar belakang teoritik dan normative, dengan cara mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan lain yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian sebagai penunjang dalam menganalisis data. 3.5.2. Studi Lapangan Studi lapangan dalam proposal ini peneliti melakukan peninjauan secara langsung proses pendaftaran calon prajurit TNI AD di Ajendam III/SIliwangi, khususnya di Seksimindiasahpra, maka dengan hal itu data primer dapat diperoleh dengan cara: 1. Wawancara Wawancara dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data secara langsung dalam menemukan permasalahan yang diteliti,wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. 2. Kuesioner (Angket) Penyebaran angket atau kuesioner ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan peneliti kepada responden, dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner kepada calon prajurit TNI AD sekitar proses pelayanan pendaftaran . 3. Observasi

59

Observasi dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung, adapun menurut Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. 3.6. Prosedur Pengolahan Data/Teknik Pengolahan Data, Uji Normalitas Data dan Analisis Data 3.6.1. Prosedur Pengolahan Data/Teknik Pengolahan Data Hipotesis / jawaban sementara adalah salah satu cara dalam pengolahan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya. Kuesioner yang berisi pertanyaan yang dibuat menggunakan skala likert. Dengan kententuan bobot atau nilai alternative sebagai berikut : Tabel 3.9 Kategori Penilaian Perilaku Aparatur No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Tabel 3.10 Kategori Penilaian Kualitas Pelayanan No 1. 2. 3. 4. 5. Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Skor 5 4 3 2 1 SS S RR TS STS Skor 5 4 3 2 1

60

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, artinya yang berhubungan dengan variabel penelitian perilaku aparatur dan kualitas pelayanan, untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel yang diteliti diperlukan suatu alat ukur atau scala tes yang valid atau dapat diandalkan agar dapat kesimpulan yang tidak keliru serta memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan sebenarnya. Data yang diuji oleh validitas dan reliabilitas dari alat pengukur merupakan konsep penentuan untuk menganalisa data lebih lanjut dari sejak konsep sampai data disiapkan. Untuk mengetahui berapa prosentase tanggapan responden dari jumlah instrument di setiap sub variabel, baik untuk instrument sub variabel x atau instrument sub variabel y yaitu dengan cara : 1. Jumlahkan setiap skor instrument dalam setiap sub variabel. 2. Cari skor ideal dengan cara: jawaban alternatife tertinggi x jumlah instrument x jumlah responden. 3. Prosentase : Jumlah total jawaban responden dari jumlah instrument dibagi jumlah skor idaeal. Kemudian bandingkan dengan rentang nilai tiap katagori instrument, untuk lebih jelasnya dapat dilihat ditabel sebagai berikut :

61

Tabel 3.11 Rentang Nilai tiap katagori Rentang Nilai Kategori

20%-36% Tidak Baik 36.01%-52% Kurang Baik 52.01%-68% Cukup Baik 68.01%-84% Baik 84.01%-100% Sangat Baik Sumber : Arikunto (1998:348) 3.6.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang berdistribusi normal, hal ini diperlukan karena semua perhitungan menggunakan Statistik Parametris untuk menguji hipotesa penelitian yang sedang dilakukan. Maka dengan itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka peneliti terlebih dahulu akan melakukan pengujian normalitas data. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data yaitu dengan menggunakan Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya, dalam hal ini data penilaian perilaku aparatur dan kualitas pelayanan (dalam lampiran). b. Menentukan jumlah kelas interval. c. Menentukan panjang kelas interval yaitu : (data terbesar data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval. d. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung Chi Kuadrat.

62

e. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel, dimana persentasenya adalah : 2.7%, 13.34%, 33.96%, 33.96%, 13.34%, 2.7% dan seterusnya. f. Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo - fh) dan (fo - fh) / fh dan menjumlahkannya. Harga (fo fh) / fh adalah merupakan harga Chi Kuadrat. g. Membandingkan harga-harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel, maka distribusi data dinyatakan normal dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal. A. Uji Normalitas Data Perilaku Aparatur (Variabel X) Tabel 3.12 Tabel penolong untuk pengujian normalitas data Perilaku Aparatur No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Interval 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30 31-33 Jumlah fo 4 10 29 37 14 6 100 fh 2.7 13.34 33.96 33.96 13.34 2.7 100 (fo-fh) -1.3 3.34 4.96 -3.04 -0.66 -3.3 0 (fo-fh) 1.7 11.16 24.7 9.3 0.44 10.9 58.2 (fo-fh)/fh 0.63 0.84 0.73 0.28 0.03 4.04 6.55

Dari tabel diatas dapat diketahui Chi Kuadrat hitungnya adalah 6.55, harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat tabel, dengan dk (derajat kebebasan) adalah 6-1 = 5 bila dk 5 dengan taraf kesalahan 5 % maka harga Chi Kuadrat tabel adalah 11.070 Karena Chi Kuadrat hitungnya lebih kecil

63

dari harga Chi Kuadrat

tabel (6.55 < 11.070) maka distribusi data Perilaku

Aparatur (Variabel X) tersebut normal. B. Uji Normalitas Data Kualitas Pelayanan (Variabel Y) Tabel 3.13 Tabel penolong untuk pengujian normalitas data Kualitas Pelayanan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Interval 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30 Jumlah fo 7 18 30 31 10 4 100 fh 2.7
13.34 33.96 33.96

(fo-fh) -4.3 -4.66 3.96 2.96 3.34 -1.3 0

(fo-fh) 18.5 21.8 15.7 8.8 11.2 1.7 77.7

(fo-fh)/fh 6.85 1.63 0.47 0.26 0.84 0.63 10.68

13.34 2.7 100

Dari tabel diatas dapat diketahui Chi Kuadrat hitungnya adalah 10.68, harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat tabel, dengan dk (derajat kebebasan) adalah 6-1 = 5 bila dk 5 dengan taraf kesalahan 5 % maka harga Chi Kuadrat tabel adalah 11.070 Karena Chi Kuadrat hitungnya lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (10.68 < 11.070) maka distribusi data Kualitas Pelayanan (Variabel Y) tersebut normal. 3.6.3 Analisa Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan metoda penelitian kuantitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas yaitu di arahkan untuk menjawab semua rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.

64

1). Uji Hipotesis (a). Uji Korelasi Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan koefisien korelasi product moment, yang berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel x dan variabel y, adapun rumusnya adalah sebagai berikut : N(X*Y) (X)(Y) r = {[n(X)-(X)][n(Y)-(Y)]} r n X X Y Y = Koefesien korelasi antara variabel x dan Variabel y = Banyaknya responden = Jumlah variabel x = Jumlah variabel x dikuadratkan = Jumlah variabel y = Jumlah variabel Y dikuadratkan

X*Y = Jumlah perkalian antara variabel x dengan variabel y Adapun interpretasi koefisien korelasi yang menentukan keeratan hubungan antara variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : Tabel 3.14 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 0,199 0,20 - 0,399 Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah

65

0,40 0,599 0,60 - 0,799 0,80 1,000 Sumber : Sugiyono (2004:204) (b). Uji Signifikansi

Sedang Kuat Sangat Kuat

Langkah berikutnya peneliti menguji test of significant untuk melihat hubungan yang significant antara variabel x dengan variabel y. Untuk itu perlu diadakan test of significant terhadap korelasi (rs) dengan mengadakan Uji t. Maksud pengujian ini adalah untuk menentukan apakah suatu hipotesis sebaiknya diterima atau ditolak. Yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

t
Dimana t r n :

: Koefisien uji-t : Koefisien Korelasi : Jumlah sampel Nilai t


hitung

dibandingkan dengan t

tabel

yang mempunyai tingkat

kepercayaan 95% atau

= 5% (0.05), sehingga dapat diambil kesimpulan dengan

rumusan Ho dan Ha sebagai berikut : Ho : = 0, tidak ada hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan. Ha : 0, pelayanan. ada hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas

66

Dengan ketentuan sebagai berikut : Jika t hiting Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Atau dengan ketentuan yang harus diikuti dalam pengujiannya yaitu : - Ho diterima dan Ha ditolak apabila t tabel t hitung t tabel, hal tersebut berarti variabel perilaku aparatur dan kualitas pelayanan tidak ada hubungan. - Ho ditolak dan Ha diterima apabi;a t hitung t tabel atau t hitung t tabel, hal tersebut berarti varibel perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan terdapat hubungan, untuk lebih jelasnya pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan gambar uji signifikansi apabila nilai-nilainya sudah ditemukan. 3.7. Lokasi Dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ajudan Jenderal Kodam III/Siliwangi atau Ajendam III/Siliwangi yang terletak di Jl. Bosca No. 4 Bandung (belakang mesjid cipaganti bandung), khususnya di Seksimindiasahpra bagian pendaftaran calon prjurit TNI AD. penerimaan

67

3.7.2. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tabel 3.15 Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Tahun Bulan Kegiatan

2013 Agustus September Oktober November 1 2 3 4 1 Desember 2 3 4

1 2 3 4 1

2 3 4 1 2 3 4

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Persiapan Penyusunan usulan Penelitian Penyusunan Angket Konsultasi usulan Penelitian Seminar Usulan Penelitian Penelitian Lapangan dan Pengolahan Data a. Observasi b. Wawancara c. Angket Bimbingan dan Penyusunan Skripsi Persetujuan Skripsi Ujian Komperhensip Skripsi

7. 8. 9.

68

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Ajendam III/Siliwangi Ajendam III/Siliwangi merupakan bagian dari Kodam III/Siliwangi yang keberadaannya tidak bisa dipandang sebelah mata karena awal dan cikal bakal prajurit TNI AD berasal dari Ajendam III/Siliwangi, kualitas dan kuantitas prajurit akan berhubungan dengan sumber daya manusia yang tangguh, professional dan bermoral yang pada akhirnya akan membawa nama Kodam III/Siliwangi menjadi harum di kancah nasional khususnya dibidang pertahanan dan keamanan. Sejarah singkat berdirinya Ajendam III/Siliwangi Pada tanggal 10 Desember 1949 terjadi perubahan susunan dan penyempurnaan terhadap organisasi Kementrian Pertahanan, dalam pasal 21 Ayat 1 dijelaskan bahwa staf A

mengurus segala sesuatu mengenai Personalia, Administrasi Militer, Perawatan Sosial, Perawatan Kesehatan dan Pemeliharaan Rohani. Upaya pembenahan

bidang administrasi personel khususnya merupakan salah satu perhatian utama dalam rangka konsolidasi organisasi TNI. Pada dibentuk organisasi dan tugas Ajendam tanggal 10 Desember 1956

sebagai awal terbentuknya organisasi khususnya Kodam III/Siliwangi

pengurusan administrasi diwilayah Kodam guna membantu tugas dan fungsi Ajen. Orgas Ajendam III/Siliwangi

saat ini dihadapkan dengan tugas pokok

maupun fungsi Ajen

dalam periode tahun ke tahun telah mengalami beberapa

69

kali penggantian unsur pimpinan, baik yang ada di satuan Ajendam III/Siliwangi maupun Ajenrem-Ajenrem di jajaran Kodam III/Siliwangi sebagai berikut : 1. Pejabat Pa Ajen Terr III/Siliwangi dari tahun 1950 s.d 1959 sebagai berikut : a) 1950-1957 b) 1957-1958 c) 1958-1959 Kapten Suparto Wongso Saputro. Kapten Caj R.M Cokrodirdjo. Mayor Caj A.H. Siagian.

2. Pejabat Kaajendam III/Siliwangi dari Tahun 1959 s.d. sekarang sebagai berikut : a) 1959-1962 b) 1962-1965 c) 1965-1968 d) 1968-1975 e) 1975-1978 f) 1978-1979 g) 1979-1984 h) 1984-1985 i) 1985-1991 j) 1991-1993 k) 993-1994 l) 1994-1997 m) 1997-2000 n) 2000-2002 o) 2002-2005 Kolonel Caj Wahyu Hagono. Kolonel Inf Aang Kunaefi. Kolonel Caj RH. Abdul Rojak. Kolonel Caj M. Moechsin. Kolonel Caj Singgih Wahyu. Kolonel Caj Memed Tohir. Kolonel Kav Prastyo. Letnan Kolonel Caj Achmad Nasaehudin. Kolonel Caj Binsarbini. Kolonel Caj I. Wayan Gunawan. Kolonel Caj R.Yuwono. Kolonel Caj Sumarsono. Kolonel Caj Yana Suryana. Kolonel Caj Delyuzar. Kolonel Caj Marsono.

70

p) 2005-2008 q) 2008-2010 r) 2010- 2011

Kolonel Caj Drs. Wawar M. Kolonel Caj (K) Pudjiastuti,B.A. Kolonel Caj (K) Dra. Tri Supeni.

s) 2011 s.d sekarang Kolonel Caj Firman Aidil Untuk menjamin tetap berfungsinya badan-badan tersebut, Kasad

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor Skep/1074/XI/1985 tentang Penetapan lokasi Ajendam, Ajenrem dan Lanajenrem. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad tersebut diatas, maka Dirajenad mengirimkan Surat Telegram Nomor

STR/107/1985 tanggal 17 Desember 1985 kepada seluruh Kaajendam yang berisikan penjelasan tentang lokasi Ajendam, Ajenrem dan Lanajenrem di jajaran TNI Angkatan Darat termasuk didalamnya lokasi Ajendam III/Siliwangi sebagai berikut : 1) Kedudukan Ajendam III/Siliwangi di Bandung. 2) Ajendam III/Siliwangi membawahi beberapa Ajenrem antara lain : a) Ajenrem 061/Surya Kancana berkedudukan di Makorem 061/Surya Kancana Bogor, meliputi wilayah Korem 061, Kaajenrem dijabat oleh seorang Pamen berpangkat Mayor. b) Ajenrem 062/Tarumanagara berkedudukan di Makorem

062/Tarumanagara Garut, meliputi wilayah Korem 062, Kaajenrem dijabat oleh seorang Pamen berpangkat Mayor. c) Ajenrem 063/Sunan Gunung Jati berkedudukan di Makorem 063/Sunan Gunung Jati Cirebon, meliputi wilayah Korem 063, Kaajenrem dijabat oleh seorang Pamen berpangkat Mayor.

71

d) Ajenrem 064/Maulana Yusuf berkedudukan di Makorem 064/Maulana Yusuf Serang, meliputi wilayah Korem 064, Kaajenrem dijabat seorang Pamen berpangkat Mayor. Ajendam III/Siliwangi yang berkedudukan dibandung yang lokasi kantornya sekarang di Jl. Boscha No.4 Bandung untuk mempermudah pembagian atau penugasan kerjanya dibagi menjadi tujuh seksi, adapun tugas dari masing-masing seksi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Seksi Tuud Seksi Tuud adalah seksi tata urusan dalam dimana didalamnya terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari Urusan Dalam (Urdal), Juru Bayar (Juryar) Sekertariat dan Program Anggaran (Progar).dimana tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kepada anggota Ajendam III/Siliwangi baik kepada Militernya maupun kepada PNS nya. 2. Seksi Diasah Seksi Diasah adalah seksi pengadaan dan pemisahan dimana didalamnya terbagi menjadi dua bagian yaitu Diaga dan Ursah, tugas utama seksi ini adalah Diaga memberikan pelayanan pengadaan militer dari mulai tamtama sampai dengan Akmil, sedangkan untuk Ursah adalah melayani

pemberhentian dan Pensiunan. 3. Seksi Perspra Seksi Perspra adalah seksi personel prajurit dimana tugasnya memberikan pelayanan terhadap militer dibidang KPI/KPS, tanda jasa dan pembinanaan karier bagi perajurit.

72

4. Seksi Perssip Seksi Perssip adalah seksi personalia sipil dimana tugasnya adalah memberikan pelayanan kepada Pegawai Negeri Sipil mulai dari penerimaan, kemudian pembuatan KARIS/KARSU, tanda jasa dan pembinaan karier PNS. 5. Seksi Dosir Seksi Dosir adalah seksi data otentik Personel dimana tugasnya adalah menyimpan dan menjaga arsip biodata personel seluruh anggota Kodam III/Siliwangi baik PNS ataupun militer yang masih aktif dan yang sudah purna. 6. Seksi Minu/jahril Seksi Minu/jahril adalah Seksi Administrasi Umum Kesejahteraan dan Moril dimana tugasnya adalah memberikan informasi kepada seluruh seksi Ajendam III/Siliwangi tentang tata naskah dan memberikan pelayanan hiburan terutama penyediaan alat musik 7. Satsikmil Satsikmil adalah bagian satuan dari Ajendam III/Siliwangi yang dipimpin oleh Komandan berpangkat Mayor Caj dengan tugasnya adalah memberikan

pelayanan kepada setiap satuan yang berada dibawah komando Kodam III/siliwangi khususnya penyediaan musik militer. Untuk Struktur organisasi Ajendam III/Siliwangi dapat dilihat digambar sebagai berikut :

73

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Ajendam III/Siliwangi


Kepala Ajendam III/Siliwangi Wakil Kepala Ajendam Wakil III/Silwangi

Kasimindiasahpra

Kasipespra

Kasiperssip

Kasiminujahril

Kasidospers

Kasituud

Satsikmil

Kepala Ajenrem 061/062/063/064

Untuk pejabat dan tugas pokoknya masing-masing saat sekarang adalah, dapat dilihat di uraian sebagai berikut : 1. Kepala Ajendam III/Siliwangi Tugas Pokok : Mengawasi dan mengendalikan seluruh kegiatan yang

berhubungan dengan tugas Ajendam III/Siliwangi, menghadiri acara-acara yang berubungan dengan kegiatan TNI sebagai perwakilan orgnisasi. dan bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan atasan yaitu panglima Kodam III/Siliwangi. 2. Wakil Kepala Ajendam III/Siliwangi Tugas Pokok : Bertanggung jawab penuh terhadap tugas urusan dalam

dan menggantikan posisi kepala untuk urusan luar jika kepala Ajendam sedang berhalangan hadir.

74

3. Kasimindiasahpra Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok Simindiasahpra yang meliputi bidang penyelenggaraan administrasi penyediaan tenaga, cadangan veteran, dalkuat dan pemisahan personel militer. 4. Kasiminpersspra Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok Siminperspra yang meliputi bidang pembinaan karir personel militer tingkat Kodam III/Siliwangi, pengajuan tanda jasa dan pembuatan KPI (Kartu Kepemilikan Istri) untuk Prajurit Kodam III/Siliwangi. 5. Kasiminperssip Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok Siminperssip yang meliputi bidang pembinaan karir Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kodam III/Siliwangi, pengadaan PNS dan pembuatan KARIS (Kartu Istri) dan KARSU (Kartu Suami) khusus untuk Pegawai Negeri Sipil. 6. Kasiminujahril Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok minujahril yang meliputi bidang administrasi umum seperti Takkah dan aturan surat menyurat kemudian

75

kesejahteraan dan morilnya adalah mengendalikan dan mengatur jadual pelayanan hiburan untuk tingkat Kodam III/Siliwangi. 7. Kasidosper Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok dospers yang meliputi bidang arsip dokumen baik untuk personel militer ataupun Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk yang purna dan untuk yang masih aktif setingkat Kodam III/Siliwngi. 8. Kasituud Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok Tuud yang meliputi bidang urusan dalam Ajendam III/Siliwangi, program anggaran, pembayaran gaji pegawai setingkat Ajendam, arsip surat menyurat yang masuk dan keluar dari Ajendam dan melakukan koordinasi dengan Kepala Ajenrem apabila ada kegiatankegiatan yang melibatkan Ajendam III/Siliwangi. 9. Dansatsikmil Type B Tugas Pokok : Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh

kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok Satsikmil yang meliputi bidang pelayanan untuk menyediakan alat musik beserta personel dan yang lainnya, apabila ada hari-hari besar yang berhubungan dengan TNI AD, kemudian mempersiapkan personel prajurit yang mempunyai keahlian dibidang music dari mulai pembinaan awal sampai ke tingkat professional. Untuk para Ajenrem tugasnya sama dengan Kaajendam yaitu

mengendalikan dan mengawasi kegiatan keajenan di tingkat Korem dan

76

bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan yaitu Kepala Ajendam III/Siliwangi, II. Gambaran Umum Seksimindiashpra Khususnya bagian Pengadaan

Prajurit Seksimindiasahpra adalah salah satu bagian seksi dari Ajendam

III/Siliwangi yang tugasnya sudah dijelaskan diatas yaitu pemisahan prajurit dan pengadaan prajurit, pemisahan dibagi dua yaitu pemberhentian dan pensiunan, sedangkan untuk Struktur Organisasi dibagian pengadaan dapat dilihat digambar sebagai berikut : Gambar 4.2 Struktur Organisasi Seksimindiasahpra bagian pengadaan

Kasimindiasahpra

Kaurdiaga

Paur Perwira

Paur Bintara

Operator Komputer

Bintara Diaga

Tur Dokumentasi

Tur Pendaftaran

Tur Lapkuat

77

Untuk tugas dan pokoknya masing-masing bagian dari struktur organisasi diatas yang dimulai dari Kaurdiaga adalah sebagai berikut : 1. Tugas pokok Kaur Diaga Bertanggung jawab terhadap semua pendaftaran yang dilakukan oleh bagian pengadaan baik bintara ataupun tamtama dari mulai bahan administrasi sampai dengan hasil selsksi dan pengiriman ketempat pendidilkan dengan atasan langsung Kasimindiasahpra. 2. Tugas Pokok Paur diaga Perwira Paur Diaga perwira bertanggung jawab dalam penerimaan perwira perajurit dalam hal ini Pa PK dri mulai bahan administrasi proses seleksi dan sampai penempatan pendidikan dengan atasan langsung Kaur Diaga 3. Tugas Pokok Paur Diaga Bintara dan Tamtama Paur Diaga Bintara dan Tamtama bertanggung jawab dalam penerimaan

bintara dan tamtama mulai dari pemeriksaan Hanmin, proses seleksi sampai dengan penempatan pendidikan dengan atasan langsusng Kaur Diaga 4. Operator Komputer Operator Komputer bertugas mengerjakan semua pekerjaan yang berhubungan dengan diaga yang diperintahkan oleh Kasi, Kaur dan juga Paur dalam hal membuat surat dinas, mengelola hasil seleksi dan yang lainnya, atasan langsungnya adalah Kaur dan Paur. Jumlah anggota yang terlibat dua orang anggota. 5. Bintara Diaga

78

Tugas pokok dari Bintara Diaga adalah membantu paur perwira dan bintara tamtama dalam proses penerimaan dari mulai proses pendaftaran, proses seleksi, sampai ke tempat pendidikan dengan atasan langsung Kaur dan Paur, dan anggota yang menjabat bintara diaga sebanyak dua anggota. 6. Tur Dokumentasi Tugas dari Turmin dokumentasi adalah melayani pas foto, membuat dokumentsi setiap kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan prajurit dari mulai penerimaan pendaftaran, proses seleksi Hanmin, dan yang lainnya dengan atasan Bintara Diaga, utuk jabatan Tur Dokumentasi terdiri dari dua orang anggota 7. Tur Pendaftaran Tur pendaftaran bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola kelancaran proses pelayanan pendaftaran mulai dari penerimaan Hanmin, pengukuran tinggi badan dan berat badan kemudian membantu proses seleksi Hanmin, untuk petugasnya maksimal lima orang anggota minimal tiga orang anggota. 8. Tur Lapkuat Tugas dan tanggung jawab turmin laporan kekuatan adalah membuat

verifikasi kekutaan setiap ada pembukaan pendaftaran, beserta anggota yang melakukan penerimaan, dimana laporan tersebut dibutuhkan untuk laporan ketingkat Kodam III/Siliwangi, atasan langsung adalah bintara diaga yang akan di cek langsung oleh Kaur diaga, jumlah anggota yang terlibat sebanyak dua orang anggota.

79

Setelah tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian diatas, dibagian pengadaan ada prosedur atau alur dalam proses penerimaan baik untuk Tamtama, bintara atapun perwira, alur penerimaan tersebut dapat dilihat digambar sebgi berikut : Gambar 4.3 Alur/prosedur Penerimaan Prajurit Angkatan Darat di Ajendam III/Siliwangi
Tes Seleksi : Kesehatan Jasmani MI Tertulis MI Wawancara Psikologi

Calon Prajurit

Ajendam Ajenrem wilayah

Sidang Pantohir

Sidang Sub Panda

Evaluasi Test Jas dan Psi

Calon Yang Lulus

Lemdik

Sumber: Seksimindiasahpra bagian pengadaan tahun 2013. Selain alur atau prosedur dalam penerimaan, persyaratan-persyaratan sebagai bahan kelengkapan administrasi yang wajib dipenuhi oleh calon prajurit adalah sebagai berikut : a. Pas foto 4x6 = 4 buah b. KTP calon (asli dan foto kopi satu lembar) c. KTP orang tua/wali (asli dan foto kopi satu lembar)

80

d. STTB SD, SMP, SMA, dan SKHU (asli dan foto kopi satu lembar) e. Akte Kelahiran (asli dan foto kopi satu lembar) f. Kartu keluarga (asli dan foto kopi satu lembar) g. SKCK (asli dan foto kopi satu lembar) h. Permohonan menjadi prajurit TNI i. Surat persetujuan orang tua j. Surat pernyataan belum pernah nikah k. Tinggi badan minimal 165 Cm untuk Pria, untuk waita 160 Cm l. Daftar Riwayat Hidup Sedangkan persyaratan bahan administrsi untuk Pa PK adalah sebagai berikut : a. Pas foto 4x6 = 4 buah b. KTP calon (asli dan foto kopi satu lembar) c. KTP orang tua/wali (asli dan foto kopi satu lembar) d. STTB SD, SMP, SMA, D-3 atau S1 dengan jurusan yang dibutuhkan dan SKHU (asli dan foto kopi satu lembar) e. Akte Kelahiran (asli dan foto kopi satu lembar) f. Kartu keluarga (asli dan foto kopi satu lembar) g. SKCK (asli dan foto kopi satu lembar) h. Permohonan menjadi prajurit TNI i. Surat persetujuan orang tua j. Surat pernyataan belum pernah nikah k. Tinggi badan minimal 165 Cm untuk Pria, untuk waita 160 Cm

81

l. Daftar Riwayat Hidup. Bahan persyaratan untuk PSDP adalah sebgai berikut : a. Pas foto 4x6 = 4 buah b. KTP calon (asli dan foto kopi satu lembar) c. KTP orang tua/wali (asli dan foto kopi satu lembar) d. STTB SD, SMP, SMA, D-3 atau S1 dengan jurusan yang dibutuhkan dan SKHU (asli dan foto kopi satu lembar) e. Akte Kelahiran (asli dan foto kopi satu lembar) f. Kartu keluarga (asli dan foto kopi satu lembar) g. SKCK (asli dan foto kopi satu lembar) h. Permohonan menjadi prajurit TNI i. Surat persetujuan orang tua j. Surat pernyataan belum pernah nikah k. Tinggi badan minimal 175 Cm untuk Pria, untuk waita 170 Cm k. Daftar Riwayat Hidup. B. Analisis Pengolahan Data Statistik I. Analisis Data Perilaku Aparatur dalam memberikan pelayanan

kepada calon prajurit TNI AD. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa sub variabel Perilaku Aparatur dibagi tiga yaitu tingkatan perilaku individu, kelompok, dan organisasi. Setelah dibuatangket atau quisioner yang disebarkan ke para pegawai yang ada dibagian pengadaan maka data yang asalnya ordinal menjadi interval, adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana perilaku aparatur dalam memberikan

82

pelayanan kepada calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. Adapun nilai yang didapat dari responden sebanyak seratus orang dapat dilihat ditabel sebagai berikut: a). Dalam tingkatan perilaku individu Tabel 4.1 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan individu dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan motivasi aparatur Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 22 26 29 21 2 100%

Sangat Setuju 22 Setuju 26 Ragu-ragu 29 Tidak Setuju 21 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan individu, dapat diketahui bahwa 22 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 26 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 29 %, yang menyatakan tidak setuju 21 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan individu yang berhubungan dengan motivasi aparatur masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan.

83

Tabel 4.2 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan individu dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan pengambilan keputusan secara individu Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 24 37 30 9 0 100%

Sangat Setuju 24 Setuju 37 Ragu-ragu 30 Tidak Setuju 9 Sangat Tidak Setuju 0 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.2 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan individu, dapat diketahui bahwa 24 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 37 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 30 %, yang menyatakan tidak setuju 9 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 0%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan individu yang berhubungan dengan pengambilan keputusan secara individu masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.3 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan individu dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan kemampuan secara individu Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 17 26 35 18 4 100%

Sangat Setuju 17 Setuju 26 Ragu-ragu 35 Tidak Setuju 18 Sangat Tidak Setuju 4 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

84

Berdasarkan tabel 4.3 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan individu, dapat diketahui bahwa 17 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 26 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 35 %, yang menyatakan tidak setuju 18 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 4%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan individu yang berhubungan dengan kemampuan secara individu masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.4 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan individu dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan kepribadian Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 12 43 28 15 2 100%

Sangat Setuju 12 Setuju 43 Ragu-ragu 28 Tidak Setuju 15 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.4 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan individu, dapat diketahui bahwa 12 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 43 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 28 %, yang menyatakan tidak setuju 15 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan individu yang berhubungan dengan kepribadian masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan.

85

b).

Dalam tingkatan perilaku kelompok Tabel 4.5

Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan kelompok dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan konflik Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 33 21 35 10 1 100%

Sangat Setuju 33 Setuju 21 Ragu-ragu 35 Tidak Setuju 10 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.5 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 33 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 21 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 35 %, yang menyatakan tidak setuju 10 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 1%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan kelompok yang berhubungan dengan konflik masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.6 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan kelompok dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan kelompok kerja Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 22 30 32 10 6 100%

Sangat Setuju 22 Setuju 30 Ragu-ragu 32 Tidak Setuju 10 Sangat Tidak Setuju 6 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

86

Berdasarkan tabel 4.6 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 22 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 30 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 32%, yang menyatakan tidak setuju 10 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 6%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan kelompok yang berhubungan dengan kelompok kerja masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.7 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan kelompok dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan pengambilan keputusan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 10 36 29 22 6 100%

Sangat Setuju 10 Setuju 36 Ragu-ragu 29 Tidak Setuju 22 Sangat Tidak Setuju 6 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.7 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 10 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 36 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 29%, yang menyatakan tidak setuju 22 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 6%, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan kelompok yang berhubungan dengan pengambilan keputusan kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. masuk katgori

87

c).

Dalam tingkatan perilaku Organisasi Tabel 4.8

Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan organisasi dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan informasi dan teknologi Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 42 25 18 12 3 100%

Sangat Setuju 42 Setuju 25 Ragu-ragu 18 Tidak Setuju 12 Sangat Tidak Setuju 3 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.8 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 42 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 25 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 18 %, yang menyatakan tidak setuju 12 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 3 %, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan organisasi yang berhubungan dengan informasi dan teknologi masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.9 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan organisasi dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan penempatan SDM Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 21 28 34 13 4 100%

Sangat Setuju 21 Setuju 28 Ragu-ragu 34 Tidak Setuju 13 Sangat Tidak Setuju 4 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

88

Berdasarkan tabel 4.9 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 21 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 28 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 34 %, yang menyatakan tidak setuju 13 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 4 %, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan organisasi yang berhubungan dengan penempatan SDM masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.10 Tanggapan Responden terhadap Perilaku Tingkatan organisasi dalam perilaku aparatur khususnya yang berhubungan dengan karakteristik organisasi Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 20 41 16 21 2 100%

Sangat Setuju 20 Setuju 41 Ragu-ragu 16 Tidak Setuju 21 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.10 tanggapan responden terhadap perilku aparatur dalam tingkatan kelompok, dapat diketahui bahwa 20 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 41 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 16 %, yang menyatakan tidak setuju 21 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2 %, dari analisis diatas Artinya perilaku aparatur dalam tingkatan organisasi yang berhubungan dengan karakteristrik organisasi masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan.

89

Tabel 4.11 Rekapitulasi Responden Perilaku Aparatur (Variabel X)


Jawaban No. A 1. 22 Pernyataan SS S RR TS STS TOTAL Skor Tingkatan Perilaku individu 26 29 21 2 100 345 3.45 Raguragu Ratarata Ket

Motivasi dalam bekerja Pengambilan keputusan secara individu Kemampuan Aparartur atau pegawai

2.

24

37

30

100

376

3.76

Setuju

3.

17

26

35

18

100

334

3.34

Raguragu

B 4. 5. 6. C. Pengambilan keputusan secara kelompok Kebutuhan IPTEK Penempatan SDM Karakteristik Organisasi Penyelesaian jika terjadi konflik Kesulitan dalam pekerjaan Kelompok kerja 12 33 22

Tingkatan Perilaku kelompok

43 21 30

28 35 32

15 10 10

2 1 6

100 100 100

348 375 352

3.48 3.75 3.52

Setuju Raguragu Raguragu

Tingkatan Perilaku Organisasi

7.

10

36

29

22

100

328

3.28

setuju

8.

42

25

18

12

100

391

3.91

Sangat setuju Raguragu

9.

21

28

34

13

100

349

3.49

10.

20

41

16

21

100

356

3.56

Setuju

JUMLAH Porsentase

223 22.3%

313 31.3%

286 28.6%

151 15.1%

27 2.7%

1000 100%

3554

35.54

Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.11 di atas seluruh tanggapan responden terhadap perilaku aparatur dengan dimensi variabel Tingkatan perilaku individu, tingkatan

90

perilaku kelompok dan tingkatan perilaku organisasi yang menyatakan sangat setuju 22,3%, yang menyatakan setuju 31.,3%, yang menyatakan ragu-ragu sebesar 28,6% yang menyatakan tidak setuju sebesar 15.1%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 2.7%. Artinya responden setuju dengan perilaku yang dilakukan oleh aparatur dalam memberikan pelayanan. Jumlah skor yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 x 223 = 1115, yang menjawab setuju 4 x 313 = 1252, yang menjawab ragu-ragu 3 x 286 = 858, yang menjawab tidak setuju 2 x 151 = 302, dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 x 27 = 27 total skor yang diperoleh dari penelitian sebanyak 3554. Jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 100 x 10 = 5000, jika responden menjawab semua sangat setuju maka jumlah skor terendah 100 x 10 = 1000. Maka berdasarkan data yang sudah dianalisis perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan kepada para calon prajurit adalah : (3554 : 5000) x 100% = 71,08%. II. Analisis Data Kualitas Pelayanan dalam penerimaan pendaftaran

calon prajurit TNI AD. Untuk variabel y sub variabelnya yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible adapun hasil kuisioner dari 100 orang responden dalam tiap-tiap sub variabel adalah sebagai berikut :

91

a.)

Tanggapan responden untuk kualitas pelayanan dengan dimensi

variabel reliability Tabel 4.12 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal prosedur pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 20 22 29 26 3 100%

Sangat Setuju 20 Setuju 22 Ragu-ragu 29 Tidak Setuju 26 Sangat Tidak Setuju 3 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.12 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal prosedur pelayanan, dapat diketahui bahwa 20 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 22 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 29 %, yang menyatakan tidak setuju 26 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 3 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal prosedur pelayanan masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.13 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal kesamaan dalam memberikan pelayanan (tidak pilih kasih) Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 18 34 34 12 2 100%

Sangat Setuju 18 Setuju 34 Ragu-ragu 34 Tidak Setuju 12 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

92

Berdasarkan tabel 4.13 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal kesamaan dalam memberikan pelayanan (tidak pilih kasih), dapat diketahui bahwa 18 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 34 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 34 %, yang menyatakan tidak setuju 12 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal kesamaan dalam memberikan pelayanan (tidak pilih kasih) masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.14 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal pemberian pelayanan secara akurat dan memuaskan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 18 20 37 23 2 100%

Sangat Setuju 18 Setuju 20 Ragu-ragu 37 Tidak Setuju 23 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.14 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal pemberian pelayanan secara akurat dan memuaskan, dapat diketahui bahwa 18 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 20 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 37 %, yang menyatakan tidak setuju 23 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal pemberian pelayanan secara akurat dan memuaskan, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan.

93

b.)

Tanggapan responden untuk kualitas pelayanan dengan dimensi

variabel responsiveness Tabel 4.15 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal cepat tanggap dalam memberikan pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 23 32 25 19 1 100%

Sangat Setuju 23 Setuju 32 Ragu-ragu 25 Tidak Setuju 19 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.15 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal cepat tanggap dalam memberikan pelayanan, dapat diketahui bahwa 23 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 32 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 25 %, yang menyatakan tidak setuju 19 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 1 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal cepat tanggap dalam memberikan pelayanan, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.16 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal penguasaan tugas masing-masing aparatur untuk memberikan pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 28 25 39 7 1 100%

Sangat Setuju 28 Setuju 25 Ragu-ragu 39 Tidak Setuju 7 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

94

Berdasarkan tabel 4.16 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal , penguasaan tugas masing-masing aparatur untuk memberikan pelayanan, dapat diketahui bahwa 28 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 25 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 39 %, yang menyatakan tidak setuju 7 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 1 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal penguasaan tugas masing-masing aparatur untuk memberikan pelayanan, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.17 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal terpenuhinya harapan orang yang dilayani Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 24 39 16 20 1 100%

Sangat Setuju 24 Setuju 39 Ragu-ragu 16 Tidak Setuju 20 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.17 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal terpenuhinya harapan orang yang dilayani, dapat diketahui bahwa 24 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 39 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 16 %, yang menyatakan tidak setuju 20 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 1 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal terpenuhinya harapan orang yang dilayani, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan.

95

c.)

Tanggapan responden untuk kualitas pelayanan dengan dimensi

variabel Assuranse Tabel 4.18 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal sikap dan sopan santun dalam memberikan pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 13 27 28 32 0 100%

Sangat Setuju 13 Setuju 27 Ragu-ragu 28 Tidak Setuju 32 Sangat Tidak Setuju 0 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.18 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal sikap dan sopan santun dalam memberikan pelayanan, dapat diketahui bahwa 13 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 27 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 28 %, yang menyatakan tidak setuju 32 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 0 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal sikap dan sopan santun dalam memberikan pelayanan, masuk katgori Tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.19 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal waktu pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 28 39 14 13 6 100%

Sangat Setuju 28 Setuju 39 Ragu-ragu 14 Tidak Setuju 13 Sangat Tidak Setuju 6 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

96

Berdasarkan tabel 4.19 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal waktu pelayanan, dapat diketahui bahwa 28 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 39 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 14 %, yang menyatakan tidak setuju 13 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 6 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal waktu pelayanan, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.20 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal biaya pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 13 17 41 21 8 100%

Sangat Setuju 13 Setuju 17 Ragu-ragu 41 Tidak Setuju 21 Sangat Tidak Setuju 8 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.20 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal biaya pelayanan, dapat diketahui bahwa 13 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 17 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 41 %, yang menyatakan tidak setuju 21 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 8 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal waktu pelayanan, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan.

97

d.)

Tanggapan responden untuk kualitas pelayanan dengan dimensi

variabel Empathy Tabel 4.21 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal komunikasi dalam memberikan pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 16 38 20 25 1 100%

Sangat Setuju 16 Setuju 38 Ragu-ragu 20 Tidak Setuju 25 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.21 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal , komunikasi dalam memberikan pelayanan, dapat diketahui bahwa 16 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 38 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 20 %, yang menyatakan tidak setuju 25 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 1 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal komunikasi dalam memberikan pelayanan, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.22 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal kemudahan dalam mendapatkan pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 9 19 45 24 3 100%

Sangat Setuju 9 Setuju 19 Ragu-ragu 45 Tidak Setuju 24 Sangat Tidak Setuju 3 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

98

Berdasarkan tabel 4.22 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal kemudahan dalam mendapatkan pelayanan,dapat diketahui bahwa 9 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 19 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 45 %, yang menyatakan tidak setuju 24 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 3 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.23 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal memahami apa yang diinginkan oleh para calon Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 16 35 35 13 1 100%

Sangat Setuju 16 Setuju 35 Ragu-ragu 35 Tidak Setuju 13 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.23 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal memahami apa yang diinginkan oleh para calon, dapat diketahui bahwa 16 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 35 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 35 %, yang menyatakan tidak setuju 13 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 3 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal memahami apa yang diinginkan oleh para calon, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan.

99

e.)

Tanggapan responden untuk kualitas pelayanan dengan dimensi

variabel tangible Tabel 4.24 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal sarana dan prasarana dalam proses pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 24 22 25 27 2 100%

Sangat Setuju 24 Setuju 22 Ragu-ragu 25 Tidak Setuju 27 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.24 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal sarana dan prasarana dalam proses pelayanan, dapat diketahui bahwa 24 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 22 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 25 %, yang menyatakan tidak setuju 27 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal sarana dan prasarana dalam proses pelayanan, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.25 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal jumlah personel dalam melayani para calon prajurit Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 12 28 35 19 6 100%

Sangat Setuju 12 Setuju 28 Ragu-ragu 35 Tidak Setuju 19 Sangat Tidak Setuju 6 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

100

Berdasarkan tabel 4.25 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal jumlah personel dalam melayani para calon prajurit, dapat diketahui bahwa 12 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 28 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 35 %, yang menyatakan tidak setuju 19 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 6 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal jumlah personel dalam melayani para calon prajurit, masuk katgori tidak baik atau tidak sesuai dengan harapan. Tabel 4.26 Tanggapan Responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal infrastruktur pendukung dalam proses pelayanan Pernyataan Responden Frekuensi Prosentase (%) 34 34 14 16 2 100%

Sangat Setuju 34 Setuju 34 Ragu-ragu 14 Tidak Setuju 16 Sangat Tidak Setuju 2 Jumlah 100 Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.26 tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan dalam hal infrastruktur pendukung dalam proses pelayanan, dapat diketahui bahwa 34 % responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 34 % menyatakan setuju, yang menyatakan Ragu-ragu 14 %, yang menyatakan tidak setuju 16 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju 2 %, dari analisis diatas Artinya kualitas pelayanan dalam hal infrastruktur pendukung dalam proses pelayanan, masuk katgori kurang baik atau tidak sesuai dengan harapan.

101

Tabel 4.27 Rekapitulasi Responden Kualitas Pelayanan (Variabel y)


Jawaban No. A 1. 20 22 Pernyataan SS S RR Reliability 29 26 3 100 330 3.30 Raguragu TS STS TOTAL Skor Ratarata Ket

2.

Prosedur pelayanan Kesamaan hak dalam pemberian layanan Akurat dan memuaskan

18

34

34

12

100

354

3.54

Setuju

3.

18

20

37

23

100

329

3.29

Raguragu

B 4. 5. 6. C. Cepat tanggap Penguasaan tugas Terpenuhinya segala harapan 23 28 24 32 25 39

Responsiveness 25 39 16 Assuranse Tidak Setuju Setuju Raguragu 19 7 20 1 1 1 100 100 100 357 372 365 3.57 3.72 3.65 Setuju Raguragu Setuju

7.

Sikap Waktu pelayanan Biaya Pelyanan

13

27

28

32

100

321

3.21

8.

28

39

14

13

100

370

3.70

9.

13

17

41

21

100

306

3.06

D.

Empathy

10.

Komunikasi Kemudahan mendapatkan pelayanan Pemahaman tentang keinginan pelanggan

16

38

20

25

100

343

3.43

Setuju

11.

19

45

24

100

307

3.07

Raguragu

12.

16

35

35

13

100

352

3.52

Setuju

102

E.

Tangible

13.

Sarana dan Prasarana

24

22

25

27

100

339

3.39

Raguragu Raguragu Sangt Setuju

14.

Jumlah Personel

12

28

35

19

100

321

3.21

15.

Infrastruktur

34

34

14

16

100

382

3.82

JUMLAH Porsentase

296 19.74%

431 28.73%

437 29.13%

297 19.8%

39 2.6%

1500 100%

5148

51.48

Sumber : Hasil Olahan Kuisioner, Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.27 di atas seluruh tanggapan responden terhadap variabel y kualitas pelayanan dengan dimensi variabel Reliability, Responsiveness, Assuranse, Empathy dan Tangible yang menyatakan sangat setuju 19,74%, yang menyatakan setuju 28,73%, yang menyatakan ragu-ragu sebesar 29,13% yang menyatakan tidak setuju sebesar 19.8%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebesar 2.6%. Artinya responden meragukan kualitas pelayanan di bagian pengadaan calon prajurit khusus diseksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. Jumlah skor yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 x 296 = 1480, yang menjawab setuju 4 x 431 = 1724, yang menjawab ragu-ragu 3 x 437 = 1311, yang menjawab tidak setuju 2 x 297 = 594, dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 x 39 = 39 total skor yang diperoleh dari penelitian sebanyak 5148. Jumlah skor ideal untuk seluruh item 5 x 100 x 15 = 7500, jika responden menjawab semua sangat setuju maka jumlah skor terendah 100 x 15 = 1500. Maka berdasarkan data yang sudah dianalisis kualitas pelayanan pada penerimaan calon prajurit dibagian pengadaan adalah : (5148 : 7500) x 100% = 68,64%.

103

III.

Analisis Data Hubungan Perilaku Aparatur dengan Kualitas

Pelayanan dalam penerimaan calon prajurit TNI AD di Ajendam III/Siliwangi (a) Uji Korelasi Uji statistik yang digunakan adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel Perilaku Aparatur (x) dengan variabel Kualitas Pelayanan (y), yang dalam pembahasan penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus koefesien korelasi product moment, adapun dari jawaban responden didapat nilai-nilai sebagai berikut : X X Y Y = 3554 = 127524 = 5147 = 267005

X*Y = 183200 N(X*Y) (X)(Y) r = {[n(X)-(X)][n(Y)-(Y)]} 100 (183200) (3554)(5147) r = {100(127524)-(3554)}{100(267005)-(5147)} 27562 r = 25376914244 27562 r = 50375.6 = 0. 54713 = (dibulatkan 0.55)

104

Hasil perhitungan diperoleh koefesien korelasi antara hubungan perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan sebesar 0.55, yang termasuk dalam katagori sedang, karena 0.55 berada pada interval 0.40 0.599 artinya terdapat hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan walaupun hubungannya masuk dalam katagori sedang. (b) Uji Signifikansi Dari koefesien korelasi (r) yang didapat yang sebesar 0.55 maka termasuk pada katagori sedang jadi terdapat hubungan perlaku aparatur dengan kualitas pelayanan hubungan tersebut baru berlaku untuk sampel tertentu yang telah ditetapkan . Untuk menguji signifikansi hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji signifikansinya. Uji signifikansi korelasi product moment bisa dilakukan secara praktis yaitu dengan membandingkan r product moment, dimana untuk n = 100, maka r tabelnya = 0.195, dengan ketentuan sebagai berikut : Bila r hitung < r tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak Bila r hitung > r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak Dari perhitungan koefesien korelasi didapatkn r tabelnya = 0.195,maka berarti r
hitung hitung

= 0.55 sedangkan r
tabel

= 0.55 lebih besar dari pada r

= 0.195

dengan demikian dapat dinyatakan korelasi positip sebesar 0.55 adalah signifikan atau dapat diberlakukan untuk semua populasi. Selanjutnya untuk membuktikan hipotesisnya penulis menggunakan rumus uji signifikansi dengan uji-t sebagai berikut :

105

r n-2 t = 1-r 0.55100-2 = t 1-(0.55) = 6.49 = 0.6975 0.5598 = 0.84 0.55(9.89) = 0.84 5.45

dari perhitungan diatas harga t hitung yang didapat tersebut dibandingkan dengan t tabel dengan kesalahan 5% uji dua fihak dan dk = n-2 maka diperoleh t tabel sebesar = 1.980, sesuai dengan ketentuan sebelumnya bahwa : - Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima , sedangkan jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, dari hasil uji signifikansi didapat t
hitung

6.49 dan t tabel = 1.980, maka 6.49 > 1.980, artinya Ho ditolak dan Ha diterima, untuk ketentuan yang harus diikuti dalam pengujian yaitu : - Ho diterima dan Ha ditolak apabila t
tabel

hitung

tabel,

hal tersebut berarti

variabel perilkau aparatur dan kualitas pelayanan tidak ada hubungan. - Ho ditolak dan Ha diterima apabi;a t
hitung

tabel

atau t hitung t

tabel,

hal

tersebut berarti varibel perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan terdapat hubungan, untuk lebih jelasnya pernyataan tersebut dapat dilihat digambar uji signifikansi dengan uji-t sebagai berikut :

106

Gambar 4.4 uji signifikansi dengan uji-t

Daerah penerimaan Ha Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ha

-6.49

-1.980

1.980

6.49

- Dari gambar 4.4 diatas ternyata telah sesuai dengan ketentuan artinya apabila t
hitung

< t tabel atau t

hitung

> t

tabel,

-6.49 < -1.980 atau 6.49 > 1.980, hal ini

berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Terdapat Hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan pada penerimaan calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi.

107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan pada penerimaan calon prajurit TNI AD di Seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi, dikatagorikan hubungannya sedang, hal ini didukung oleh hasil penelitin sebagai berikut : 1. Analisis variabel perilaku aparatur dengan dimensi variabel perilaku tingkatan individu, perilaku tingkatan kelompok dan perilaku tingakatan organisasi, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa perilaku aparatur dalam memberikan pelayanan kepada calon prajurit yang mendaftar di Ajendam III/Siliwangi masuk kriteria baik hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis dan didapatkan skor akhir sebesar 71.08 %, dari rentang nilai setiap katagori yang ditetapkan. 2. Analisis variabel kualitas pelayanan dengan dimensi variabel reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa kualitas pelayanan dalam penerimaan prajurit di Ajendam III/Siliwangi masuk kriteria baik, hal tersebut berdasarkan hasil analisis dari jawaban responden dan didapatkan skor akhir sebesr 68.64%, dari rentang nilai setiap katagori yang ditetapkan. 3. Dari seluruh jumlah jawaban responden dan diolah dengan uji korelasi maka didapatkan koefesien korelasi antara perilaku aparatur dengan kualitas

108

pelayanan sebesar 0.55%, yang masuk dalam katagori sedang, artinya terdapat hubungan antara perilaku aparatur dengan kualitas pelayanan pada penerimaan pendaftaran calon prajurit di seksimindiasahpra Ajendam III/Siliwangi. B. Saran Proses penerimaan atau pendaftaran calon prajurit di Ajendam III/Siliwangi khususnya di seksimindiasahpra akan terus berlanjut, sehingga pelayanan dari waktu kewaktu diharapkan lebih meningkat dan lebih profesional sehingga pelayanan prima dapat terwujud, adapun menurut pengamatan peneliti ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh aparatur dan pimpinan

diseksimindiasahpra sehingga pelayanan diharapkan menjadi lebih baik, yaitu dengan peningkatan hal-hal sebagai berikut : 1. Memberikan pelatihan kepada aparatur dalam hal system, pengelolaan dan pemeriksaan bahan administrasi. 2. Membuat rancangan system data base yang mudah dipelajari dan mudah digunakan oleh operator sehingga pengelolaan data base dapat berjalan lancar. 3. Melengkapi sarana dan prasarana agar proses pelayanan bisa cepat dan tepat. 4. Mengubah system pelayanan yaitu yang asalnya system manual menjadi system online, sehinga pelayanan lebih efektif dan efesien. 5. Memberikan pelayanan kepada calon prajurit TNI AD sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh protap satuan.

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

Anda mungkin juga menyukai