PENDAHULUAN
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi
virus akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan
anak-anak, yang ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak
kaki, dan mukosa oral.1 Hand, foot, and mouth disease pertama kali dilaporkan
terjadi di New Zealand tahun 1957 dan penyebab tersering disebabkan oleh
coxsackievirus A16 (CVA 16) dan human enterovirus 71 (HEV71).2
Hand, foot, and mouth disease merupakan infeksi enteroviral yang
mudah menular terutama pada anak-anak.3 Hand, foot, and mouth disease
biasanya lebih sering menyerang anak-anak usia 2 sampai 10 tahun, tapi dapat
juga terjadi pada orang dewasa.4
Distribusi penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh belahan dunia dan
sering menimbulkan wabah. Hand, foot, and mouth disease lebih sering terjadi di
musim panas dan gugur sedangkan pada daerah tropis terjadi sepanjang tahun.5
Berdasarkan data dari CDC pada tahun 1997-1998 dilaporkan wabah terbesar
yang terjadi akibat hand, foot, and mouth disease yaitu terjadi di kawasan Asia
Timur dan Asia Tenggara.6 Sejak tahun 1997, wabah besar hand, foot, and mouth
disease dengan komplikasi neurologi yang berat dan tingkat keparahan kasus
dilaporkan terjadi di Malaysia, Taiwan, Singapura, Jepang, dan berbagai negara
Asia Pasifik lainnya.1 Di Indonesia pernah dilaporkan kejadian luar biasa hand,
foot, and mouth disease yaitu di Batam 7 kasus (2000), RSCM 1 kasus (2000),
RS Pondok Indah 5 kasus (2000), RS Siloam 3 kasus (2000), Bojonegoro 14
kasus (2001) dan Surakarta 57 kasus (2001).7 Hand, foot, and mouth disease
masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Singapura dengan angka
kejadian per 100.000 populasi meningkat dari 125,5 pada tahun 2001 menjadi
435,9 pada tahun 2007.8 Pada tahun 2011 dilaporkan terjadi wabah hand, foot, and
1
mouth disease di Basque, Spanyol yaitu sebanyak 4.540 anak usia kurang dari 14
tahun terkena infeksi hand, foot, and mouth disease.9
Infeksi hand, foot, and mouth disease dimulai dengan adanya demam dan
sakit tenggorokan lalu timbul lesi di mukosa oral dan lesi kutaneus berupa makula
dan vesikel.5 Penyakit ini merupakan salah satu infeksi virus yang beberapa kasus
dapat sembuh sendiri dalam waktu tujuh sampai sepuluh hari.10
Tujuan penulisan refrat ini untuk menguraikan mengenai etiologi,
patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis banding, penegakkan diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis hand, foot, and mouth disease untuk
membantu menentukan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang baik dan
tepat.
saluran cerna. Dalam 24 jam infeksi menyebar ke nodus limfa regional. Pada
sekitar hari ke 3 terjadi viremia minor yang melibatkan banyak tempat-tempat
sekunder. Multiplikasi virus di tempat ini terjadi bersama dengan mulainya gejala
klinis. Penyakit dapat bervariasi dari ringan ke infeksi yang mematikan. Viremia
MANIFESTASI KLINIS
Setelah masa inkubasi penyakit HFMD yaitu sekitar 3 sampai 6 hari
timbul gejala prodromal selama 12 sampai 24 jam berupa demam yang tidak
terlalu tinggi, malaise, dan nyeri abdominal atau gejala respiratorik lainnya.5 Dua
puluh lima persen pasien dapat mengalami limfadenopati submandibular dan atau
servikal.3
Gejala klinis ditandai dengan adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut
yang sangat pedih sehingga menyebabkan anak tidak mau makan. Lesi di mulut
berupa makula yang dapat berkembang menjadi vesikel, dengan daerah tersering
timbul yaitu di palatum, lidah, serta mukosa pipi (buccal). Lesi mukokutaneus
yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang berkembang cepat menjadi
Gambar 3. Ulserasi
pada lidah
merupakan salah satu lesi oral HFMD5
yang
Lesi kutaneus perifer terjadi pada sekitar dua per tiga kasus dan timbul
segera setelah timbul lesi oral. Lesi paling sering timbul pada telapak tangan,
telapak kaki, bokong, genitalia eksterna, muka, dan kaki. Lesi ini berkembang
sama seperti lesi oral yaitu dimulai timbulnya makula merah yang berkembang
cepat menjadi vesikel berbentuk oval, elips (berbentuk seperti bola kaki). Setelah
vesikel pecah dan membentuk krusta, lesi akan sembuh dalam waktu 7 sampai 10
hari.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk
HFMD. Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/L, terkadang
dapat terjadi
10
limfositosis. Jika dicurigai terjadi suatu epidemi atau wabah, dapat dilakukan
5
biakan dari feses atau dahak.5 Isolasi virus dilakukan dengan menggunakan
apusan dari cairan vesikel atau dari spesimen feses dan kemudian dilakukan
biakan. Neutralizing antibodies menghilang secara cepat tapi dapat terdeteksi
hanya pada fase akut. Kadar yang tinggi dari antibodi komplemen dapat muncul
pada fase konvalesen. Beberapa penelitian menunjukkan kegunaan pemeriksaan
molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction untuk mendiagnosis secara
tepat dan spesifik untuk membedakan penyebab HFMD apakah coxsackievirus
A16 atau enterovirus 71.10
Pemeriksaan laboratorium yang lain yang dapat dilakukan berupa
pemeriksaan histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus.14 Hal ini sangat
membantu evaluasi secara retrospektif dari seroprevalens penyakit ini di dalam
suatu komunitas.2
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular
epidermis yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi
netrofil, sel mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk
mendeteksi adanya neutralizing antibodies. Pada fase akut, neutralizing
antibodies dapat terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens,
terdapat peningkatan titer komplemen-antibodi. Pada pemeriksaan Tzank tidak
ditemukan multinucleated giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan
dengan mengisolasi virus di vesikel, dahak, ataupun feses.14 Feses, dahak, cairan
vesikel dapat digunakan sebagai bahan biakan. Feses dianggap sebagai sampel
yang paling tepat karena kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup
dalam waktu yang lebih lama. Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi
spesifikasi virus melalui observasi efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak
pada sel monolayer (plaque assay).14
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk HFMD yang paling mendekati yaitu Herpangina.
Penyakit lain yang dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding diantaranya
yaitu varisela, stomatitis Aphthous, erupsi obat, dan eritema multiform.5
Tabel 1. Diagnosis Banding HFMD5
Diagnosis Banding Hand, Foot, and Mouth Disease
Paling mendekati :
Herpangina
Dipertimbangkan :
Varisela
Stomatitis Aphthous
Erupsi obat
Eritema multiform
Ragu-ragu :
Herpes gingivostomatitis
KOMPLIKASI
Pasien jarang mengalami komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi
yang sangat jarang terjadi yaitu eczema coxsackium yang terjadi pada seseorang
dengan riwayat eksim sebelumnya. Dehidrasi juga dapat terjadi pada penderita
HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup serius yang diakibatkan virus
enterovirus 71
komplikasi
kasus
yang
berat
diantaranya
ensefalitis,
TATALAKSANA
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease
yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pengobatan yang dilakukan bersifat
simptomatik. Tetapi pada kasus yang berat dengan penyebab HFMD yaitu
enterovirus 71 dapat diberikan terapi.
a. Tatalaksana umum
Tatalaksana umum meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan
penyebaran virus yaitu edukasi bahwa virus yang menyebabkan HFMD tetap
ada di feses pasien selama satu bulan. Edukasi pentingnya teknik mencuci
tangan yang baik dan benar untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit.
Edukasi untuk tidak memecahkan lepuhan atau bintil untuk mengurangi
penyebaran virus. Anjurkan pasien untuk lebih sering minum untuk mencegah
dehidrasi. Ganti diet menjadi makanan lunak seperti sop jika terjadi lesi di
mulut. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di rumah sampai keadaan umum
pasien membaik dan seluruh lesi pecah dan kering untuk mempercepat proses
penyembuhan HFMD yang bersifat self limiting disease.15
b. Tatalaksana khusus
Tatalaksana khusus meliputi topikal dan sistemik. Tatalaksana topikal
diantaranya yaitu dengan pemberian obat topikal anestesi pada lesi sebelum
makan berupa larutan dyclonine hydrochlorida 0,5% atau gel lidokain untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada lesi di mulut saat penderita makan.
Tatalaksana sistemik diantaranya berupa terapi simptomatik yaitu pemberian
antipiretik untuk mengatasi demam dan analgesik untuk mengatasi arthralgia.14
Pada penderita HFMD yang tidak mau minum, dapat diberikan terapi cairan
secara intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan syok.13 Terapi awal
dengan penggunaan milrinone yaitu cyclic phosphodiesterase-inhibitor juga
berpotensi untuk mengurangi angka kematian dari penyakit yang memiliki
komplikasi berat yang disebabkan enterovirus 71. Pemberian IgG secara
intravena di China pada tahun 2000 juga menghasilkan angka keberhasilan
penyembuhan infeksi enterovirus 71 pada kasus yang parah.5,13
PENCEGAHAN
Pencegahan dengan menggunakan vaksin untuk kasus HFMD terutama
dengan penyebab enterovirus 71 sedang dikembangkan.5 Seseorang dapat
mengurangi risiko penularan HFMD yaitu dengan :
1. Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air terutama
setelah mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet
2. Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor seperti
mainan anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan sabun, lalu
disinfeksi dengan menggunakan larutan klorin.
3. Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama
peralatan makanan dengan penderita HFMD.16
PROGNOSIS
HFMD merupakan penyakit yang bersifat self-limited disease yang
sembuh dalam kisaran 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada beberapa pasien
tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi dapat berkembang
menjadi komplikasi yang mengancam jiwa.17 Tetapi beberapa kasus dilaporkan
mengalami demam yang lama, keluhan sistemik, diare, dan nyeri sendi.5
RINGKASAN
Hand, foot, and mouth disease (HFMD) merupakan suatu penyakit infeksi
virus akut yang bersifat self-limiting disease yang sering terjadi pada bayi dan
anak-anak, yang ditandai dengan adanya vesikel pada telapak tangan, telapak
kaki, dan mukosa oral. Distribusi penyebaran penyakit ini terjadi di seluruh
belahan dunia dan sering menimbulkan outbreak (wabah). Penyebab tersering
disebabkan oleh coxsackievirus A16 (CVA 16) dan human enterovirus 71
(HEV71). Transmisi terjadi melalui kontak langsung melalui droplet, sekresi oral
atau feses dalam rute fekal-oral atau oral-oral. Gejala klinis ditandai dengan
adanya ulserasi berupa lesi di sekitar mulut serta lesi mukokutaneus lainnya yang
timbul di telapak tangan dan telapak kaki terutama pada bagian jari-jari dan ibu
jari. Lesi mukokutaneus yang terjadi berupa timbul makula sampai papula yang
berkembang cepat menjadi vesikel dengan dikelilingi dasar yang kemerahan
(eritem). Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus. Pasien jarang mengalami
komplikasi akibat HFMD. Salah satu komplikasi yang cukup serius yang
diakibatkan enterovirus 71 yaitu meningitis aseptik.
HFMD ini merupakan suatu penyakit yang bersifat self-limiting disease
yang dapat sembuh dalam waktu 7-10 hari dan prognosisnya baik, tapi pada
beberapa pasien tertentu seperti pengguna imunosupresan atau neonatus, infeksi
dapat berkembang menjadi komplikasi yang mengancam jiwa. Tatalaksana umum
meliputi edukasi untuk mencegah penularan dan penyebaran virus. Tatalaksana
khusus meliputi topikal dan sistemik yang bersifat simptomatis diantaranya
pemberian anestesi topikal dyclonine hidrochlorida 0,05% untuk mengurangi rasa
tidak nyaman di mulut, pemberian antipiretik untuk mengurangi demam, dan
analgetik untuk meredakan
mengurangi angka kematian dari penyakit yang memiliki komplikasi berat yang
disebabkan enterovirus 71 diantaranya pemberian milrinone serta IgG intravena.
10
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Sarma N. Hand, foot, and mouth disease: Current scenario and Indian
Perspective. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2013; 79: 165-75
3.
4.
James WD, Timothy GB, Dirk ME. Andrews Diseases of The Skin
Clinical Dermatology. 11th Ed. Canada: Elsevier Saunders; 2010. p.398
5.
6.
Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease :
Outbreak. Available from: http://www.cdc.gov [Last accessed on 2013 May
26]
7.
8.
Ang LW et al. Epidemiology and control of hand, foot and mouth disease in
Singapore, 2001-2007. Ann Acad Med Singapore 2009; 38: 106-12
9.
11
13. Starling JC. Virus Infection. In: Burn T et al, editors. Rooks Textbook of
Dermatology. 8th Ed. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2010. p. 25.72-3
14. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th Ed. New York: The McGraw Hills, Inc.; 2009. p. 803-4
15. Health Promotion Board. Hand, Foot, and Mouth Disease. (Available from :
http://www.hpb.gov.sg, Access : May 26th 2013)
16. Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease :
Prevention and Treatment. Available from: http://www.cdc.gov [Last
accessed 2013 May 26]
17. Ooi, MH et al. Clinical Features, Diagnosis, and Management of Enterovirus
71. Lancet Neurology 2010; 9: 1097-1105
12
13
14
< 10 tahun
Demam, malaise, nyeri
Gejala prodromal
abdomen, gejala
respiratorik lain
Herpangina
< 5 tahun
Demam, malaise,
sakit kepala,
anoreksia, disfagia,
radang tenggorokan
Papul berwarna abu-
Morfologi lesi
Vesikulopustul
Posterior orofaring,
palatum, uvula, tonsil
Limfadenopati
Kaku kuduk
Jarang dilakukan
Jarang dilakukan
e.c. Enterovirus 71
Terapi simptomatik.
diberikan Milrinone
dan human IgG
Masa penyembuhan
7-10 hari
4-6 hari
Clinical Dermatology 11th Edition p. 398, & Fitzpatricks Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology 6th Edition p. 804)
16