STROKE ISKEMIK
Disusun Oleh:
Devi Yuliana
NIM: 030.10.077
Pembimbing:
dr. Hastari Soekardi, Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat-Nya saya
dapat menyelesaikan pembuatan makalah presentasi kasus yang berjudul Stroke Iskemik
ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Neurologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati Jakarta.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar di SMF
Neurologi, khususnya dr. Hastari Soekardi Sp.S, atas bimbingannya selama berlangsungnya
pendidikan di bagian neurologi ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan
semaksimal kemampuan saya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini serta untuk
melatih kemampuan penulis dalam menulis makalah berikutnya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB I
3
STATUS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Alamat
Suku bangsa
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Status Menikah
No. RM
Ruangan
: Tn. I
: Laki-laki
: 57 tahun
: Islam
: JL. Taman Wijaya Kusuma III
: Indonesia
: Pegawai Swasta
: Tamat SLTA
: Menikah
: 01333699
: 622
1.2 ANAMNESIS
Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 04 Desember 2014 dan masuk ruang
rawat inap RSUP Fatmawati pada tanggal 05 Desember 2014. Autoanamnesis dan
alloanamnesis pada tanggal 05 Desember 2014.
a. Keluhan Utama
Bicara pelo 2 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien merasa bahwa bicaranya menjadi pelo. Awalnya suara pelo ini
dirasakan pasien 14 hari SMRS ketika pasien dirawat akibat menggigil yang dirasakan
pasien. 2 hari SMRS bicara pelo dirasakan memberat secara mendadak pada saat pasien
sedang beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sering tersedak saat makan dan minum disertai
air liur yang menetes terus.Demam, mual, muntah, kejang, kelemahan sisi tubuh, rasa
kesemutan, dan penurunan kesadaran disangkal oleh pasien. Tidak ada pandangan mata
kabur, penglihatan ganda, gangguan penciuman, gangguan pendengaran, dan gangguan
merasakan makanan.. BAB dan BAK baik.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya 14 hari SMRS. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu. Mengkonsumsi amlodipine namun
4
tidak teratur. Pasien juga memiliki riwayat kencing manis sejak 1 tahun lalu
mengkonsumsi metformin namun tidak teratur serta memiliki riwayat kolesterol. Riwayat
Jantung, Asma disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga pasien, ibu pasien meninggal akibat penyakit kencing manis yang
dideritanya. Adik pasien saat ini juga menderita hipertensi, kencing manis, dan stroke.
e. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok 1 hari 3 batang dan minum kopi 1 hari 3 gelas.
Pasien baru berhenti merokok dan minum kopi selama 2 minggu. Riwayat kebiasaan
minum alkohol disangkal.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di ruangan 622 bangsal RSUP Fatmawati tanggal 05 Desember 2014
A. Keadaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis, GCS: E4M6V5 = 15
Tekanan darah
: 150/80 mmHg
Nadi
: 70x/menit, regular, kuat, isi cukup, ekual
Pernapasan
: 20x/menit, reguler
Suhu
: 36,50C
Berat badan
: 75 kg
Tinggi badan
: 172 cm
BMI
: 25,35 kg/m2
B. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
: Tidak ada
Pulsasi Aa. Carotis
: Teraba kanan=kiri, regular, equal
Pembuluh Darah Perifer
: Capillary refiil time < 2 detik
Kelenjar Getah Bening
: Tidak ada pembesaran KGB submandibula, parotis
Columna Vertebralis
Kulit
Kepala
Mata
dan submental
: Lurus di tengah, skoliosis (-), kifosis (-)
: Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
: Normosefali, rambut hitam, distribusi merata
: Konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+,
Sinus
Telinga
Hidung
Mulut
Lidah
Tenggorok
Leher
Kanan
Kiri
Kaku Kuduk
(-)
Laseque
>70
>70
Kernig
> 135
> 135
Brudzinski I
(-)
(-)
Brudzinski II
(-)
(-)
: (-)
: (-)
Papil edema
4) Saraf-saraf Kranialis
N. I
N.II
Kiri
6
Acies Visus
6/60
6/60
Visus Campus
Normal
Normal
Melihat Warna
Normal
Normal
Funduskopi
tidak dilakukan
N. III, IV, VI
Kedudukan Bola Mata
Kanan
tidak dilakukan
Kiri
Ortoposisi
Ortoposisi
Ke Nasal
Normal
Normal
Ke Temporal
Normal
Normal
Ke Nasal Atas
Normal
Normal
Ke Nasal Bawah
Normal
Normal
Ke Temporal Atas
Normal
Normal
Ke Temporal Bawah
Normal
Normal
Eksopthalmus
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Pupil
Isokor
Isokor
Bentuk
Bulat, 3mm
Bulat, 3mm
(+)
(+)
(+)
(+)
Akomodasi
Normal
Normal
Konvergensi
: `
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Opthalmik
Normal
Normal
Maxilla
Normal
Normal
Mandibularis
Normal
Normal
Kanan
Kiri
N. V
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
N. VII
Motorik Orbitofrontal
Normal
Normal
Motorik Orbicularis
Normal
Parese
Pengecap Lidah
Normal
Normal
7
N. VIII
Kanan
Vestibular
Romberg
Nistagmus
Cochlear
Tinnitus
Rinner
Weber
Schwabach
Kiri
: tidak dilakukan
(-)
:
:
:
:
tidak dilakukan
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
tidak ada lateralisasi
sama dengan pemeriksa
N. IX, X
Bagian Motorik
Suara biasa/parau/tak bersuara
Kedudukan Arcus Pharynx
Kedudukan Uvula
Bagian Sensorik
Reflek Muntah (pharynx)
N. XI
: Bicara pelo
: simetris, kuat angkat
: deviasi ke kiri
: normal
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
Normal
Normal
Menoleh
Normal
Normal
N. XII
Kanan
Kedudukan Lidah
Waktu istirahat
Waktu gerak
Atrofi
Fasikulasi/tremor
:
:
:
:
Kiri
deviasi ke kanan
deviasi ke kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
5) Sistem Motorik
Ekstremitas Atas Proksimal Distal
: 5555
5555
: 5555
5555
6) Gerakan Involunter
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Atetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
7) Trofik
8) Tonus
9) Sistem Sensorik
Kanan
Kiri
Proprioseptif
(+)
(+)
Eksteroseptif
(+)
(+)
: Normal
Jari-Hidung
: Normal
: (-)
Apraksia
: (-)
Afasia
: (-)
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi Keringat
: Baik
Kanan
Kiri
Kornea
(+)
(+)
Bisep
(+1)
(+1)
Trisep
(+1)
(+1)
Patella
(+1)
(+1)
Achilles
(+1)
(+1)
Kanan
Kiri
Hoffman Tromner
(-)
(-)
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Gonda
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Klonus Lutut
(-)
(-)
Klonus Tumit
(-)
(-)
:Normal
9
Tanda regresi
: (-)
Demensi
: (-)
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
11.8
g/dL
12-14
Hematokrit
37
37-43
Leukosit
9.2
ribu/ul
5-10
Trombosit
510
ribu/ul
150-500
Eritrosit
4.14
juta/uL
4,0-5,0
VER
89,1
fl
82-92
HER
28,5
18,5
27-31
KHER
31,9
g/dL
32-36
RDW
13,9
11,5-14,5
SGOT
32
U/L
0-34
SGPT
43
U/L
0-40
161
mg/dl
20-40
HEMATOLOGI
VER/HER/KHER/RDW
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah
10
Kreatinin Darah
4,6
mg/dl
0,6-1/5
140
mg/dl
<180
Natrium
132
mmol/l
137-145
Kalium
5,30
mmol/l
36-5,0
Klorida
105
mg/dl
8,4-10,2
DIABETES
Glukosa Garah Sewaktu
ELEKTROLIT DARAH
1.4.2 Radiologi
sempit
Infra tentorial tidak tampak lesi hipo/hiperdens pada pons/cerebellum dan
CPA
Sella dan Dorsum sella baik
Tak tampak perselubungan pada sinus paranasal yang tervisualisasi
Kesan : Infark multiple pada basal ganglia kiri, kapsula interna kiri, kotrikal
oksipital kiri dan periventrikuler kanan-kiri, Atrofi cerebri senilis.
11
2. Foto Thorax
Tampak perselubungan paratrakeal V.Kava
Jantung : Ukuran membesar kekiri
Aorta elongasi
Paru
12
3. EKG
Sinus Rhythm
Infark inferior
ST elevasi di Lead V2 dan V3
1.3 Follow Up
Pemeriksaan fisik di ruangan 622 bangsal RSUP Fatmawati tanggal 06 Desember 2014
A. Keadaan Umum
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 72x/menit, regular, kuat, isi cukup, ekual
Pernapasan
: 20x/menit, reguler
Suhu
: 36,50C
13
B.Status Neurologis
1) GCS
Compos mentis, GCS: E4M6Vafasia
2) Rangsang Selaput Otak
Kanan
Kiri
Kaku Kuduk
(-)
Laseque
>70
>70
Kernig
> 135
> 135
Brudzinski I
(-)
(-)
Brudzinski II
(-)
(-)
Kanan
Kiri
3) Saraf-saraf Kranialis
N. VII
Motorik Orbitofrontal
Normal
Normal
Motorik Orbicularis
Normal
Parese
Pengecap Lidah
Normal
Normal
N. IX, X
Bagian Motorik
Suara biasa/parau/tak bersuara
Kedudukan Arcus Pharynx
Kedudukan Uvula
N. XII
: Bicara Pelo
: simetris, kuat angkat
: deviasi ke kiri
Kanan
Kedudukan Lidah
Waktu istirahat
Waktu gerak
Atrofi
Fasikulasi/tremor
:
:
:
:
Kiri
Deviasi ke kanan
Deviasi ke kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
4) Sistem Motorik
Ekstremitas Atas Proksimal Distal
: 5555
5555
: 5555
5555
5) Gerakan Involunter
Tremor
: (-)
14
Chorea
: (-)
Atetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
6) Sistem Sensorik
Kanan
Kiri
Proprioseptif
(+)
(+)
Eksteroseptif
(+)
(+)
7) Fungsi Otonom
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Sekresi Keringat
: Normal
8) Refleks-refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Kornea
(+)
(+)
Bisep
(+1)
(+1)
Trisep
(+1)
(+1)
Patella
(+1)
(+1)
Achilles
(+1)
(+1)
9) Refleks-refleks Patologis
Kanan
Kiri
Hoffman Tromner
(-)
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Gonda
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Klonus Lutut
(-)
(-)
Klonus Tumit
(-)
(-)
(-)
1.5 RESUME
Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan bicara pelok sejak2 hari SMRS.
Awalnya pasien mengalami bicara pelo 14 hari SMRS ketika pasien dirawat akibat
menggigil. Pasien juga mengeluhkan sering tersedak saat makan maupun minum disertai air
15
liur yang terus menetes. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM sejak 1 tahun yang
lalu.Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah 140/90, bicara pelo dan sering tersedak
ketika makan dan minum disertai air liur yang terus menetes, pada status neurologis
didapatkan, parese n VII sinistra sentral, n IX dan X sinistra, n XII sinistra sentral.
1.6 PEMERIKSAAN ANJURAN
1.7 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Sinistra sentral
Diagnosis etiologis
Diagnosis topis
Diagnosis kerja
: trombus
: subkorteks
: Recurrent CVD SI, Hipertensi Stage I, AKI, DM tipe II
1.8 TATALAKSANA
Tirah baring
NaCl 0,9% 500cc/12 jam IV
Glulisine 3x10 unit
Citicolin 500mg 2x1 IV
Candesartan 16mg 1x1 PO
Asam Folat 1x1 tab PO
Simvastatin 1x20mg PO
Amlodipin 1x10mg PO
Clonidin 2x0,15mg PO
Terasozin 1x1 tab PO
CPG 1x75mg PO
1.9 PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Stroke
Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak
yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke ditandai oleh hilangnya
fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi mendadak dan disebabkan semata-mata oleh
gangguan peredaran darah otak. Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat
mengalami perbaikan, menetap, memburuk atau penderita meninggal.
17
Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari berbagai
macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pola hidup yang
memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor
potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula
risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan)
yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh
darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu
sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat
mengganggu aliran darah.
Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke
pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih
besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Hipertensi (darah tinggi)
Orangyang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk
mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari
kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi
gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil
(vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan
pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai
oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus,
maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.
Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard (kematian
otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti kita ketahui,
18
bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak dijantung. Bilamana pusat
mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan
mengalami gangguan termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya
gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara mendadak
ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait
dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak
lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba
juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah
berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan
mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin
banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran darah.
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut
terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan
obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi dibandingkan dengan
kadarHDLnya (lemak baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata
memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku
dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
Jenis-Jenis Stroke
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat
diklasifikasikan sebagai stroke iskemikdan strokehemoragik (perdarahan) (Wahjoepramono
2005). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah
pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan merusaknya.
19
tersebut berlangsung hingga melewati batas toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel.
Sedangkan bila aliran darah dapat diperbaiki segera, kerusakan dapat diminimalisir
(Wahjoepramono 2005).
21
Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya trombus yang
berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas dan masuk ke dalam
aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada sirkulasi posterior umumnya mengenai
daerah arteri serebri media atau percabangannya karena 85% aliran darah hemisferik berasal
darinya. Emboli pada sirkulasi posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris
atau pada arteri serebri posterior.
Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana defisit neurologis langsung
mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul. Seandainya serangan TIA
sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan biasanya bervariasi. Hal ini
dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke iskemik karena emboli, umumnya
mengenai area perdarahan yang berbeda dari waktu ke waktu.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah
yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat
lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral,
yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan
penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam
aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non
traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
22
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh
sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan
atau tempat tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat tempat
khusus tersebut. Pembuluh pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang
makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel
pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar.
Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme
koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna
1. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian bagian yang sempit.. tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh
dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar
perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi.
Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan
mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan
dapat membengkak dan mengalami nekrosis.
Gejala Klinis
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi
bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak
yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu)
diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau
24
terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang
terkena.
Beberapa gejala stroke berikut:
atau kesemutan.
Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
Diagnosis
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Untuk membedakan stroke tersebut
termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis. antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya
adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke
non hemoragis.Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti
mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti
tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
25
26
3.b.
27
Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke nonhemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke
hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik
seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut
dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien
28
memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan
darah apapun dapat digunakan.
Catatan
4. Pemeriksaan Penunjang
Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan penyebab
seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT scan otak sering
dilakukan. Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak,
situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan penanganan yang berbeda pula.
CT Scan berguna untuk menentukan:
Jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
30
PENATALAKSANAAN
a. Terapi umum
Menilai pernapasan
b. Terapi khusus
Reperfusi
o Antitrombotik (antiplatelet: aspirin, dipiridamol, tiklopidin, klopidogrel,
cilostazol, dan antikoagulan: heparin, LMWH, warfarin)
Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemi akut.
Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada hasil pemeriksaan
imaging memastikan tidak ada perdarahan intrakranial. Terhadap penderita
yang mendapat pengobatan antikoagulan perlu dilakukan monitor kadar
antikoagulan
o Hemoreologik: pentoksifilin
o rtPA
31
Komplikasi
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah
agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai. 1 Komplikasi pada stroke
yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema
serebri:
Merupakan
komplikasi
yang
umum
terjadi,
dapat
DAFTAR PUSTAKA
2. Markam S. Trauma kapitis. Kapita Selekta Neurologi. 2nd ed. Harsono, Editor.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press;2005. p. 314.
3. Ganong W. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran;2002.
4. Misbach, Jusuf. STROKE. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Baehr M, Frotscher M. DUUS Topical Diagnosis Neurology. 4th ed. USA: Thieme;2005.
6. Richard SS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 5th ed. Jakarta:
EGC;2007.
7. Lumbantombing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI;2004.
8. Adams and Victors. Principles of Neurology. 8th ed. Ropper AH, Brown RH
9. PERDOSI. Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Neurologi;2006.
34