Anda di halaman 1dari 4

UJI MIKROSKOPIK, MAKROSKOPIK, DAN PENENTUAN

KADAR AIR SERBUK DAUN TAPAK DARA

CAECILIA JESSICA UNARSO (G84120008)


ENENG NUR LAELA (G84110090)

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2015

Pada percobaan ini dilakukan uji analisis mutu simplisia daun tapak dara
berupa uji makroskopik dan mikroskopik serta penentuan kadar air simplisia
tersebut. Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi,
ukuran, warna, dan bau simplisia yang diuji. Uji mikroskopik dilakukan dengan
menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan
keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial,
paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Hasil uji makroskopik dan
mikroskopik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik sampel daun tapak dara
Uji
Makroskopik

Parameter
Tekstur
Ukuran
Warna
Bau

Hasil
Kasar
80 mesh
Hijau
Menyengat (++)

Simplisia+air

Mikroskopik

Simplisia+iodin

Pada Tabel 1 dapat diamati hasil percobaan uji makroskopik serbuk daun
tapak dara, yaitu bertekstur kasar, berwarna hijau, serbuk berukuran 80 mess, dan
berbau menyengat. Uji mikroskopik dilakukan menggunakan air dan pewarna
iodin. Hasil pengamatan mikroskopik dapat dilihat pada Tabel 1 dengan
perbesaran mikroskop yang telah disesuaikan. Pada uji mikroskopik dicari unsurunsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini diketahui jenis simplisia
berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia
(Suryanto 2006).
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air sampai batas yang
terbaik sekitar 8-10 % karena pada tingkat kadar air tersebut, kemungkinan bahan
cukup aman terhadap pencemaran, baik yang disebabkan oleh jamur ataupun
insektisida (Cangel 2003). Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk
mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di
dalam bahan (Prasetiyo 2003). Menurut Afifah (2009), kadar air merupakan
persentase kandung air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat
basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah
mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air

berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100% yang hilang jika dipanaskan pada
kondisi uji tertentu.
Penentuan kadar air dilakukan menggunakan metode gravimetri dengan
memanaskan contoh dalam oven pada suhu 105C bertujuan untuk
menghilangkan kadar air bebas yang tersimpan dalam simplisia. Cawan porselin
dipanaskan dalam oven dengan suhu 105C selama 30 menit. Pemanasan cawan
porselin ini bertujuan menghilangkan kadar air bebas yang terkandung dalam
cawan porselin. Cawan porselin ditempatkan kedalam desikator selama 15 menit
kemudian ditimbang bobot kosongnya. Pendinginan yang dilakukan dalam
desikator bertujuan menghilangkan uap air yang kemungkinan masih lengket dan
menempel pada cawan porselin, setelah diyakini kadar air bebas dan uap air tidak
lagi menempel pada cawan porselin, barulah cawan porselin ditimbang untuk
mengetahui bobot kosongnya. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan kadar
air bebas yang terkandung dalam simplisia. Cawan yang berisi sampel
didinginkan didalam desikator kemudian ditimbang. Pendinginan ini bertujuan
untuk menghilangkan uap air yang masih terkandung didalam simplisia.
Penimbangan bertujuan untuk membandingkan massa simplisia sebelum
pengeringan dan sesudah pengeringan (Suastuti 2009).
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa yaitu menguapkan
air yang terkandung dalam bahan dengan jalan pemanasan menggunakan oven.
Penimbangan bahan dengan berat konstan dilakukan ketika semua air telah habis
diuapkan. Simplisia atau bahan yang telah dikeringkan atau dipanaskan dalam
oven lebih bersifat hidroskopis dari bahan asalnya, oleh karena itu sebelum
penimbangan bahan didinginkan terlebih dahulu didalam desikator (Agoes 2007).
Hasil pengukuran kadar air serbuk daun tapak dara dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data pengukuran kadar air sampel daun tapak dara
Ulangan
1
2
3

Bobot
cawan
kosong (g)

Bobot
simplisia
(g)

34.44
36.30
36.00

2.00
2.00
2.02

Bobot cawan + simplisia


(g)
sesuda
Sebelum
h
36.34
36.22
38.30
38.18
38.02
38.02

Kadar
air (%)
6
6
0

Contoh perhitungan :
Kadar
air
=
( cawan+isi sebelum pemanasan-cawan kosong ) -( cawan+isi sesudah pemanasan-ca
bobot simplisia
x 100%
1.90 - 1.78
= ( 2.00

) x 100%

=6%
Hasil pengukuran kadar air pada Tabel 2 menunjukkan hasil persentase
kadar air yang baik, yaitu 6% untuk dua kali ulangan dan 0% untuk ulangan
ketiga. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8
- 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik

dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan. Oleh sebab itu, maka dapat
disimpulkan bahwa prosedur yang telah dilakukan untuk mendapatkan persen
kadar air efektif dan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes G. 2007. Teknologi bahan alam. Bandung (ID): ITB press.
Afifah DN.2009. Ikan dan hasil perikanan lainnya. [terhubug berkala].
http://eprints.undip.ac.id/1059/1/IKAN_semester_1.pdf (29 April 2015).
Cangel YA. 2003. Heat Transfer (second edition). New York (US): McGraw Hill.
Prasetiyo YT. 2003. Instan: jahe, kunyit, kencur, temulawak. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Suastuti NG. 2009. Kadar air dan bilangan asam dari minyak kelapa yang dibuat
dengan cara tradisional dan fermentasi. Jurnal Kimia 3 (2): 69-74.
Suryanto D, Kelana TB, Munir, Nani N. 2006. Uji Brine-Shrimp dan pengaruh
ekstrak metanol daun tumbuhan Pradep (Psychothria stipulacea Wall.)
terhadap mikroba. Indonesian Pharmaceutical Journal 14 (1): 85-92.

Anda mungkin juga menyukai