PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu. (Brunner dan Suddarth,
2001 : 1062).
Gastritis atau lebih lazim kita menyebutnya sebagai penyakit maag
merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas dan bila tidak
ditangani dengan baik dapat juga berakibat fatal. Biasanya penyakit
gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan tidak
teratur dan merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi
mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Gejalagejala sakit gastritis selain nyeri di daerah ulu hati adalah mual, muntah,
lemas, kembung dan terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat,
suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing, atau selalu bersendawa
dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah (wijoyo,2009).
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat
sehingga telat makan, stres tinggi yang berimbas pada produksi asam
lambung berlebih, dan makanan dan minuman yang memicu tingginya
sekresi asam lambung. Ada beberapa faktor lain yaitu infeksi kuman (ecolli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan, dan konsumsi alkohol
berlebih (Purnomo,2009).
Di Indonesia pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan
yang ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di seluruh rumah
sakit di indonesia dengan jumlah kasus 218.500 serta survey yang
dilakukan pada masyarakat Jakarta pada tahun 2010 yang melibatkan
1.645 responden mendapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis ini
mencapai 60% artinya masalah gastritis ini memang ada dimasyarakat dan
tentunya harus menjadi perhatian kita semua. Prevalensi meningkat
dengan meningkatnya umur, di negara berkembang yang tingkat
ekonominya lebih rendah. Terjadi infeksi pada 80% penduduk setelah usia
20 tahun (Andi, 2010).
Gastritis
merupakan
Ketidakseimbangan
faktor
masalah
agresif
dan
kesehatan
defensif
di
masyarakat.
lambung
dapat