Enterobius Vermikularis
Enterobius Vermikularis
1
KELOMPOK 6 B
Tutor :
(G1A113132)
EFANDER TAMPUBOLON
(G1A113134)
MUTHIA KHANZA AB
(G1A113136)
(G1A113137)
(G1A113140)
(G1A113141)
(G1A113142)
FITRAH NURFAUZIAH
(G1A113143)
(G1A113144)
M. GALIHKA AYATULLAH
(G1A113145)
Skenario 2.
An. Y, 5 tahun dibawa berobat ke Puskesmas dengan keluhan kurang nafsu makan, lesu, rewel , BB
menurun dan terasa gatal di daerah anus yang terutama pada malam hari. Dari pemeriksaan , dokter
melihat kuku tangan An.y panjanng dan kotor serta terdapat kuka didaerah perineal bekas garukan.
Dokter menduga , An. Y menderita cacinan pada anak dan mereancanakan melakukan pemeriksaan
penunjang untuk memastikan penyakitnya sehinggan An.Y dapat memberikan terapi yag adekuat
serta konseling secara khusus agar terhindar dari komplikasi yang tidak diinginkan.
Klarifikasi Istilah :
1.
2.
3.
4.
Perianal
: Daerah sekitar anus
Anus
: Muara rectum pada permukaan tubuh
Terapi
: Proses pemulhan sesorang yang sedang sakit
Konseling
: Proses pemeberian bantuan oleh seorang ahli kepada yang membutuhkan
dengan cara penyuluhan.
Identifikasi Masalah :
1. Makna klinis kurang nafsu makan, lesu, rewel , BB menurun , gatal pada anus malam hari ?
2. Apa hubungan kuku tangan An.Y panjang dan kotor serta luka pada daerah perianal dengan
keluhan ?
3. Apa saja jenis- jenis cacing yang sering menginfeksi pada anak- anak, dan apa kemungkinan
cacing menginfeksi An. Y ?
4. Bagaimana ciri-ciri anak yang terkena cacingan ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada An.Y ? ?
6. Bagaimana cara konseling yang dapat diberikan untuk pencegahan terhadap keluhan An. Y ?
7. Apa saja diagnosis banding dari penyakit An. Y ?
8. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada penyakit An. Y ?
9. Apa yang terjadi pada An. Y ?
10. Apa definisi dari penyakit yang dialami An. Y ?
11. Apa Epidemiologi dari penyakit yang dialami An. Y ?
12. Apa Etiologi dari penyakit yang dialami An. Y ?
13. Apa Patogenesis dan patofisiologi dari penyakit yang dialami An. Y ?
14. Apa Manifestasi klnis dari penyakit yang dialami An. Y ?
15. Apa Tata laksana dari penyakit yang dialami An. Y ?
16. Apa Komplikasi dari penyakit yang dialami An. Y ?
17. Apa Prognosis dari penyakit yang dialami An. Y ?
Analisis Masalah :
1. Makna klinis kurang nafsu makan, lesu, rewel , BB menurun , gatal pada anus malam hari ? (4)
Rasa gatal pada waktu malam hari terjadi karena migrasi cacing betina terjadi di
waktu malam. Hal ini akan menyebabkan gangguan tidur pada anak-anak (insomnia) oleh
karena rasa gatal, anak akan kurang tidur dan badannya pun menjadi lemah serta lebih
cengeng atau sensitif. cepat marah, dan gigi menggeretak. Kondisi yang tidak mengenakkan
ini membuat nafsu makan anak berkurang. Berat badannya serta merta berkurang. Kadangkadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke
lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut.
2. Apa hubungan kuku tangan An.Y panjang dan kotor serta luka pada daerah perianal dengan
keluhan ?
Kuku An.Y yang panjang dapat menjadi salah satu jalur penularan berbagai macam
penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh cacing. Kemugkinan terjadi penularan dari
tangan ke mulut setelah menggaruk daerah perianal (auto infeksi) atau tangan dapat
menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang bendabenda yang terkontaminasi.
Sedangkan luka garuk yang timbul di daerah sekitar anus dapat disebabkan adanya
rasa gatal pada daerah perianal sehingga menyebabkan penderita menggaruk pada daerah
perianal tersebut sampai terjadi luka
3 .Apa saja jenis- jenis cacing yang sering menginfeksi pada anak- anak, dan apa kemungkinan
cacing menginfeksi An. Y ?
Jenis-Jenis cacing dan morfologi nya
Jenis cacing
Ascaris
lumbricoides -
Ciri Khas
putih kekuningan
3 lipatan bibir : I
bibir dorsal dan 2
bibir subventral
1 pasang papil
peraba
Jantan
2 spikula
Bagian
posterior
melengkung ke
depan (spt
tanda panah)
Ukuran 1530cm x 3-5mm
Betina
Vulva
anterior
Bagian
posterior lurus
Ukuran 2235cm x 3-6mm
Necator
Americanus
dan
Ancylostoma duodenale
Putih abu-abu
sampai
kemerahan
Bulat panjang,
bilateral, dan
asimetris
Necator
americanus
bursa kopulasi
tebal, panjang.
Dorsal rays
bercabang.
Dua spikula
Necator
Americanus
ujung posterior
tidak ada spina
caudal. Vulva di
bagian anterior
pertengahan
Telur
Yang dibuahi
: terapung di
larutan garam
Terdiri atas 3
lapisan yaitu,
albuminoid
(luar), kitin,
dan vitellin
(dalam)
Yang
dekortikasi
:telur yang
dibuahi
kehilangan
lapisan
albuminoid
dan terapung
dalam larutan
garam
Yang tidak
dibuahi :
dinding tipis
dan
tenggelam di
larutan garam
Yang
berembrio :
infektif dan
terdapat larva
didalamnya
Oval
Dinding luar
vitellin tipis
N.americanus
: 9000-10000
telur
Trichuris
trichiura
Necator
americanus
seperti huruf S
dan buccal capsul
nya sempit denga
semilunar cutting
plate
- Ancylostoma
duodenale seperti
huruf C dan
buccal capsul nya
dengan 2 gigi
ventral triangular
cutting plate
- Seperti cambuk,
3/5 anterior
seperti benang
diujung ada
kepala
- Esophagus
sempit
sepanjang
bagian tipis.
berdempetan
Ancylostoma
duodenale bursa
kopulasi
melebar seperti
paying. Dorsal
rays tunggal.
Dua spikula
berjauhan
Bagian
posterior
melengkung
kedepan
1 spekulum
berbentuk
pinset
Ukuran 3045mm
tubuh
Ancylostoma
duodenale
ujung posterior
ada spina
caudal seperti
jarum. Vulva di
bagian posterior
tengah tubuh
A.duodenale :
10000-20000
telur
Bagian
posterior
membulat dan
tumpul
Organ kelamin
tidak
berpasangan
Ukuran 3050mm
Strongyloides
stercoralis
Enterobius
vermicularis
Ekor
melengkung ke
anterior
2 spikula kecil
Esophagus
lonjong dengan
bulbus
700x50
Memiliki 1
spikulum yang
jarang terlihat
Ekor
menggulung
Ukuran 25 x
0,1-0,3mm
Esophagus
lonjong
dengan bulbus
di posterior
Ekor lurus dan
runcing
Vulva di
pertengahan
tubuh
1mm x 50
Vulva ventral
1/3 anterior
tubuh
Vagina agak
panjang, genital
berpasangan
1/5 bagian
dorsal
merupakan
jaringan hialin
yang runcing
Ukuran 8-13 x
0,3-0,5mm
Kedua ujung
ada
operculum
jernih dan
menonjol
Terapung
dalam
larutan
garam
3000-10000
telur
Ukuran 55x
25
Bentuk
asimetris
Tidak
berwarna
Di dalam nya
mengandung
larva terlipat
Ascaris lumbricoides
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Trichiuris trichura
Enterobius vermicularis
Strongyloides
Pada infeksi berat dapat dijumpai mencret yang mengandung darah dan lendir
(sindrom disentri), menimbulkan intoksikasi sistemik dan anemia.Trichuris trichiura
disamping menggunakan karbohidrat juga akan menyebabkan anak kehilangan darah, seekor
cacing dewasa menghisap 0,005 ml darah per hari
Gejala klinis yang terjadi tergantung pada derajat infeksi, makin berat infeksi
manifestasi klinis yang terjadi semakin mencolok, berupa, anoreksia, mual, muntah, diare,
kelelahan, sakit kepala, sesak napas, palpitasi, dispepsia, nyeri disekitar duodenum, jejenum
dan ileum. Juga bisa ditemukan ditemukan protein plasma yang rendah (hypoalbuminemia),
kelainan absorpsi nitrogen dan vitamin B12, tetapi yang tetap paling menonjol adalah
berkurangnya zat besi.
Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk penyakit yang berjalan kronis.
Dapat berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam jumlah yang
besar, disamping itu dapat menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti, diare, sindroma
disentri dan defisiensi besi. Adanya cacing yang hidup pada usus anak secara terus menerus
dapat menyebabkan aktifasi kronik respon imun dan ketidak seimbangan status imun
Pada kasus berat ascariasis dapat menyebabkan distensi perut pada anak. Hal ini
dikarenakan terdapat banyaknya cacing Ascariasis yang menyerap isi makanan pada usus
anak dan semakin banyaknya cacing yang menumpuk pada usus sehingga membuat perut
anak menjadi distensi.
HOSPES
SIKLUS HIDUP
GEJALA KLINIS
Enterobiasis
Vermicularis
Manusia
PerianalGarukantertelan-ususkopulasibertelur di
perianal
Ascaris
Lumbricoides
Manusia
Trichuris
Trichiura
Manusia
Aancylostoma
Duodenalle
Manusia
Pruritus
ani(malam
hari),sulit
tidur,lemah,nafsu
makan
berkurang,luka
garukan di
perianal`
Sindrom loefler
(larva berada di
system
pernafasan),perd
arahan
kecil,batuk
demam
Taenia
Saginata
solium
Hewan
ternakmanusia
Telur melekat
dirumpudimakan
ternak
(menetas)cacing dewasa
diotot ternakdikonsumsi
manusia
DISTRIBUSI
BIOGRAFIK
Kosmopolit,suhu
dingin
DIAGNOSIS
Telur pada
tinja
Kosmopolit,Indonesia
Telur pada
tinja
Letih,lemah.lesu,
diare,perdarahan
di usus
Tropis,subtropics,kota
besar
Bercak
darah pada
tinja
Ditemukan
cacing
Gatal pada
kulit,letih,lemah,l
esu
Kosmopolit
Telur pada
tinja
Ditemukan
cacing dalam
tinja
2)
3)
b.
Pemeriksaan fisik
Vital Sign
Pemeriksaan vital sign wajib diakukan saat memeriksa pasien yang berguna untuk
mengetahui kedaan fisik pasien secara umum.
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen ini berguna untuk mengetahui ada atau tidak nyeri pada perut
pasien
Pemeriksaan Anus
Pemeriksaan anus dapat dilakukan dengan cara melihat daerah sekitar anus untuk
melihat ada atau tidak luka bekas garukan. Pemeriksaan penunjang nya dapat
dilakukan pemeriksaan anal swab.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosis infeksi kecacingan dari
specimen pemeriksaan faeces dan apusan perianal dapat dilakukan dengan berbagai teknik.
1)
Pemeriksaan laboratorium dengan specimen faeces
a.
Cara langsung
Prinsip dasar pembuatan sediaan dengan cara langsung yaitu, membuat sedimen
sediaan setipis mungkin yang tidak ada gelembung udara di dalamnya. Apabila
sediaan terlalu tebal, telur dapat tertutup oleh kotoran dan sisa makanan sehingga
menyulitkan untuk dapat ditemukan. Gelembung udara dalam sediaan akan
mengurangi volume yang seharusnya dibaca sehingga akan mengurangi peluang
ditemukannya telur cacing. Pemeriksaan cacing ini hanya dapat memberikan hasil
secara kualitatif dengan hasil positif dan negative saja.
b.
Cara tidak langsung
Cara ini sering juga disebut dengan teknik konsentrasi. Dalam metode ini telut cacing
tidak langsung dibuat sediaan tetapi sebelum dibuat sediaan sampel diperlakukan
sedemikian rupa sehingga telur diharapkan dapat terkumpul. Teknik konsentrasi
merupakan teknik yang sering dikerjakan karena memberikan peluang ditemukannya
telur cacing lebih besar dari pemeriksaan cara langsung, selain itu biasanya relatif
lebih murah dan mudah dalam mengerjakannya.Teknik konsentrasi merupakan teknik
yang sering dikerjakan karena cukup murah dan mudah mengerjakannya. Pada teknik
konsentrasi ini dapat dibedakan menjadi 2 cara, yaitu : sedimentasi (pengendapan)
dan flotasi (pengapungan). Pengamatan pada pemeriksaan ini diawali dengan
pengamatan makroskopis lalu dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis.
Pengamatan mikroskopis dilakukan pada seluruh lapangan pandang dari sediaan yang
dibuat. Hasil pembacaan sediaan telur cacing ini juga hanya dapat dilaporkan secara
kualitatif saja sebagaimana pada pemeriksaan metoda langsung, yaitu apabila
ditemukan telur cacing dilaporkan positif dan sebaliknya apabila tidak ditemukan
telur cacing dilaporkan negatif.
Cacing betina Enterobius vermicularis berukuran 8-13mm x 0,4mm dan berbentuk silindris.
Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yaitu 1 pasang alae yang disebut
cephalic alae dan terdapat 3 labia. Bulbus oesophagus ganda jelas sekali, ekornya panjang dan
runcing. Vulva terletak kira-kira bagian anterior. Uterus cacing yang gravid melebar dan
penuh dengan telur.
c. Cacing Jantan.
Cacing jantan Enerobius vermicularis berukuran 2-5mm berbentuk silindris juga mempunyai
3 labia dan sepasang alae yang disebut cephalic alae pada ujung anterior. Bulbus oesophagus
ganda, ujung posterior sangat melengkung jelas dengan spikulum kopulatoris yang jelas.
Tidak ada gubernculums. Mempunyai bursa kecil yang tampak sebagai alae kaudal.
Kopulasi cacing jantan dan betina kemungknan terjadi di caecum. Habitat cacing dewasa
biasanya di rongga cacem, usus besar, dan usus halus. Makanannya adalah isi dari usus
penderitanya. Caicng jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.
Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 telur akan bermigrasi ke daerah perianal
untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15-40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam
waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh dalam keadaan lembab telur dapat
hidup sampai 13 hari.
13. Apa Patogenesis dan patofisiologi dari penyakit yang dialami An. Y ? (3)
Patogenesis dan patofisiologi
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah
sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur
cacing
pindah
ke
mulut
anak
yang
lainnya
dan
akhirnya
tertelan.
Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.Setelah telur cacing
tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di
dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu).
Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari)
untuk
menyimpan
telurnya
di
dalam
lipatan
kulit
anus
penderita.
Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina
inilah
yang
menyebabkan
gatal-gatal.
Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu
ruanganyang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk
kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
MEBENDAZOL
Mebendazol adalah obat antelmintik yang berspektrum luas. Nama kimianya ialah N-(5benzoil-2-benzimidazoil). Dan sangat efektif untuk mengobati cacing gelang, cacing kremi.
Cacing tambang, dan T. Trichiura.
Cara Kerja
Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi
asetilkolineesterase cacing. Obat ini menghambat ambilan glukosa secara ireversibel
sehingga terjadi pengosongan glikogen pada cacing. Dan cacing itu akan mati secara
berlahan-lahan dan hasil terapi yang memuaskan baru tampak setelah 3 hari pemberian obat.
Farmakokinetik
Mebendazol hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral absopsinya
buruk dan akan meningkat bila diberikan dengan makanan berlemak, dan memiliki
bioavabilitas sistemik yang rendah. Dan metabolisme lintas pertama dihepar cepat. Waktu
paruh obat ini 2-6 jam. Dan di ekresikan terutama memalui urin.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik. Efek samping yang mungkin timbul
ialah mual, muntah, diare, sakit perut ringan dan sementara. Obat ini memiliki batas
keamanan yang luas. Tapi pada uji coba dengan tikus menyebabkan efek teratogenik,
sehingga obat ini tidak dianjurkan bagi ibu hamil trimester pertama, dan pada pasien dengan
alergi mebendazol. Dan penggunaan harus hati-hati pada pasien dengan sirosis hepatis.
Sediaan dan Posologi
Mebendazol tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan bentuk sirop 20 mg/mL. Dosis pada
anak dan dewasa sama yaitu 2 x 100 mg/hari selama 3 hari. Dan pengobatan diulang setelah
2-3 minggu setelah pemberian pertama untuk mencegah reinfeksis.
PIRANTEL PAMOAT
Pirantel Pamoat dipasarkan sebagai garam pamoat yang berbentuk kristal putih yang tidak
larut dalam alkohol maupun air, tidak berasa dan bersifat stabil. Efektif dalam pemberian
dosis tunggal untuk T. Trichiura.
Efek Antelmintik
Pirantel pamoat terutama digunakan untuk membrantas cacing gelang, cacing kremi, dan
cacing tambang. Pirantel Pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing
dan meningkatkan frekuensi implus, sehingga cacing mati dalam keadaan spastik. Pirantel
Pamoat juga memiliki efek menghambat enzim kolinesterase, terbukti pada askaris
meningkatkan kontraksi ototnya.
Farmakokinetik
Absorpsinya sedikit melalui usus dan sifat ini memperkuat efek yang selektif pada cacing.
Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar melalui tinja, dan sedikit melalui urin.
Efek samping dan Kontraindikasi
Efek samping pirantel pamoat jarang ditimbulkan dan bila ada hanya bersifat ringan dan
semtara, yang paling banyak yang ditimbulkan ialah keluhan saluran cerna. Pirantel Pamoat
tidak boleh diberikan bersamaan dengan piperazin karena cara kerja yang berlawanan.
Kontraindikasi obat ini ialah pada wanita hamil dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.
Sediaan dan Posologi
Pirantel pamoat tersedia dalam bentuk sirop berisi 50 mg pirantel basa/mL serta tablet 125 mg
dan 250 mg. Dosis tunggal di anjurkan dengan 10 mg/kgBB/ hari dan diperlukan pemberian 3
hari berturut-turut dan dianjurkan mengulangi dosis setelah 2 minggu.
PIPERAZIN
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A. Lumbricoides
dan E. Vermicularis.
Efek Antelmintik
Cacing biasanya akan keluar setelah 1-3 hari pemebrian obat dan tidak dibutuhkan obat
pencahan untuk hal tersebut. Piperazin bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing yaitu
dengan menggangu permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berpetan dalam
mempertahankan potensial istirahat, sehingga akan menyebabkan hiperpolarisasi dan
paralisis.
Farmakokinetik
Penyerapan melalui saluran cerna baik, kadar puncak dalam plasma 2-4 jam dan di
ekskresikan melalui urin dan pengekskresian berlangsung selama 24 jam.
Efek samping dan Kontaindikasi
Piperazin memiliki batas keamanan yang luas, pada dosis terapi umum tidak menimbulkan
efek samping, kecuali kadang-kadang terjadi gangguan pada saluran pencernaan. Piperazin
dapat memperkuat efek kejang pada pasien epilepsi, karena itu piperazin di dianjurkan
pemberiannya apada pasien epilepsi dan gangguan faal hati dan ginjal, penggunaan pada
wanita hamil diberikan bila hanya boleh diberikan jika tidak ada alternatif obat lain
Sedian daan Posologi
Piperazin tersediah dalam bentuk sirup 1gr/5mL. Penggunaan dosis pada dewasa maksimal
3,5 gr dan pada anak-anak 75 mg/kgBB ( Maksimal 3,5 gr ). Obat di berikan 2 hari berturutturut dan dapat diulangi 1 minggu kemudian.
ALBENDAZOL
Albendazol adalah obat cacing derivat benzimidazol yang berspektrum luas, yang dapat
diberikan peroral. Dosis tunggal efektif pada pemberian dosis tunggal dan dalam mengatasi
infeksi cacing kremi, cacing gelang, dan juga obat pilihan untuk penyakit hidatid dan
sistiserkosis.
Farmakodinamik
Obat ini bekerja dengan Berikatan dengan B-tubulin parasit sehingga menghambat polimerasi
mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa pada larva, sehingga pembentukan ATP
berkurang, dan akibatnya cacingpun akan mati.
Farmakokinetik
Pada pemebrian oral obat ini tidak teratur penyerapannya dalam usus,, obat ini cepat
dimetabolisme, sebagian besar di ekskresikan dalam urin, dan sedikit dalam feses, makanan
berlemak akan meningkatkan absorpsi empat kali lebih besar
Efek Samping dan Kontraindikasi
Pada penggunaan 1-3 haari aman, efek samping berupa nyeri ulu hati, diare, sakit kepala,
mual, lemas, pusing dan insomnia. Obat ini memiliki kontraindikasi terhadap Anak yang
berumur kurang dari 2 tahun, wanita hamil dan sirosis hati
Keluhan
Utama
Refleks
menggaruk
Pemeriksaan fisik :
luka diperineal, kuku
panjang
Suspek
Enterobius
Daftar Pustaka
1. Dorland, W A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC
2. Charles D. Sigara. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 2, September 2006: 112 117. Pengaruh
Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia
Sekolah Dasar
3. Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesi. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis (2nd ed).
Badan Penerbit IDAI. Jakarta
5. Hadijaja P, Sri Margono. 2011. Dasar parasitologi klinik Edisi ke-1. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
6. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK.2008. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta:
BalaiPenerbit FKUI
7. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Jakarta : Erlangga.
8. Sudoyo, A, W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu P
Jakarta : InternaPublishing.
9. Gan Gunawan,Sulistia, Rianto. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Badan Penerbit
FKUI. Jakarta