Gelatinisasi adalah proses pembekakan granula pati yang luar biasa dan bersifat tidak
kembali seperti semula. Suhu pada saat granula pati pecah, disebut gelatinisasi yang
dilakukan dengan penambahan panas, suhu gelatinisasi dapat ditentukan dengan
polarized mikroskop (Winarno, 2004).
Jika suspensi air pati dipanaskan, perubahan irreversible terjadi mulai pada
temperature tertentu dimana berkarakteristik untuk masing-masing tipe tepung / pati
(50C-70C) disebut suhu gelatinisasi (Belite and Grosch, 1999).
Gelling point yaitu suhu dimana butiran sama sekali tidak larut dalam air dingin dan
pemanasan, butiran tiba-tiba mulai mengembung. Sedangkan pemanasan lebih lanjut
diatas suhu penggelatinan mengakibatkan pengembungan butiran lebih lanjut
sehingga campuran menjadi kental dan bening (De Man, 1997). Melting point adalah
temperature dimana suhu zat mencair atau perubahan suhu zat dari padat menjadi
bentuk cair (Winarno. 2004).
Mekanisme Gelatinisasi
Gelatinisasi pati merupakan peristiwa pembentukan gel yang dimulai dengan hidrasi
pati, yaitu proses penyerapan molekul-molekul air oleh molekul-molekul pati. Jika
suspersi granula pati dalam air dipanaskan hingga mencapai suhu 60-70C sedikit
demi sedikit granula pati yang besar menggelembung dengan cepat (Harsono et al.,
2006).
Lemak dalam campuran pati diduga menghambat proses gelatinisasi pati. Sebagian
besar lemak diabsorbsi oleh permukaan granula sehingga terbentuk lapisan lipid yang
bersifat hidrofobik. Lapisan ini menghambat pengikatan air oleh granula pati
(Afrianti. 2002).
Bila pati mentah dimasukkan dalam air dingin, granula patinya akan menyerap air
dan membengkak, namun demikian jumlah air yang terserap dan pembengkakannya
terbatas sedangkan bila suspensi pati yang keruh tiba-tiba mulai jernih pada suhu
tertentu, tergantung jenis pati yang digunakan, terjadinya translusi larutan pati
terbentuknya gel lambat dari pada pH 4-7 kecepatan pemebentukan gel lebih lambat
dari pada pH 10 tetapi bila pemanasan diteruskan, viskositas tidak berubah.
b. Konsentrasi Pati, makin tinggi konsentrasi, gel yang terbentuk makin berkurang
kental dan setelah beberapa waktu viskositas akan turun.
c. Suhu, suhu gelatinisasi berbeda-beda tiap jenis pati. Semakin tinggi suhu maka
semakin cepat pembentukan gel. Pada kisaran suhu yang menyebabkan 90% butir
pati di dalam air panas membengkak sedemikian rupa sehingga tidak kembali
kebentuk semula.
d. Penambahan senyawa lain, senyawa tersebut misalkan gula, penambahan gula juga
berpengaruh pada kekentalan. Hal ini juga gula mengikat air, sehingga membengkak
butir-butir pati terjadi lebih lambat.
2.4. Pengaruh Bahan Tambahan Terhadap Terbentuknya Gelatinisasi
Menurut Winarno (2002), penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel
yang terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan. Hal ini disebabkan gula akan
mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir granula pati lebih lambat.
Akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel lebih
tahan terhadap kerusakan mekanik.
Agar merupakan polisakarida yang di ekstrasikan rumput laut, senyawa-senyawa ini
tidak mempunyai nilai nutrisi tetapi seperti pectin, mereka dapat membentuk gel
(Gamman dan Sherington. 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti. L. H. 2002. Pati Termodifikasi. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2202.html. Diakses Pada Tanggal 05 Desember 2010.
Aanwar. E. Antokaling N. Harianto. 2006. Pati Pregel Pati Singkong Fosfot
Sebagai Bahan Pensuspensi Sirup Kering Ampisilin. Jurnal Departemen
Farmasi FMIPA-UI. Jakarta.
Belitz. H. D. And Grosch. 1999. Food Chemistry. Springe. Berlin