BAB I
PEMBAHASAN
Proses gelatinasi terjadi apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka energi
panas akan menyebabkan ikatan hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam granula pati. Air
yang masuk selanjutnya membentuk ikatan hidrogen dengan amilosa dan amilopektin.
Meresapnya air ke dalam granula menyebabkan terjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran
granula akan meningkat sampai batas tertentu sebelum akhirnya granula pati tersebut pecah.
Pecahnya granula menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin berdifusi keluar. Proses
masuknya air ke dalam pati yang menyebabkan granula mengembang dan akhirnya pecah.
Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka kemampuan menyerap air
sangatlah besar pula. Terjadi peningkatan viskositas disebabkan air yang dulunya berada di luar
granula dan bebas bergerak sebelum suspense dipanaskan, kini sudah berada dalam butir-butir
pati dan tidak dapat bergerak bebas lagi. Suhu gelatinisasi pati merupakan sifat khas untuk
masing-masing pati. Suhu gelatinisasi ini diawali dengan pembengkakan yang ‘’ irreversible‘’
granula pati dalam air panas dan diakhiri pada waktu telah kehilangan sifat kristalnya
(McCready, 1970 ).
Menurut McCready 1970, dengan semakin naiknya suhu suspensi pati dalam air maka
pengembangan granula semakin besar. Mekanisme pengembangan tersebut disebabkan karena
molekul-molekul amilosa dan amilopektin secara fisik hanya dipertahankan oleh adanya ikatan-
ikatan hidrogen yang lemah. Atom hirogen dari gugus hidroksil akan tertarik pada muatan
negatif atom oksigen dari gugus hidroksil yang lain. Suhu suspensi yang semakin meningkat
akan menyebabkan ikatan hidrogen semakin lemah, sedangkan di lain pihak molekul-molekul air
memiliki energi kinetik yang lebih tinggi sehingga dengan mudah berpenetrasi ke dalam granula.
Pada akhirnya jika suhu suspensi masih tetap naik, maka granula akan pecah sehingga molekul-
molekul pati akan keluar terlepas dari granula masuk ke dalam sistem larutan. Kejadian ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan kekentalan. Bila suspensi pati dalam air dipanaskan,
beberapa perubahan selama terjadinya gelatinisasi dapat diamati. Mula-mula suspensi pati yang
keruh seperti susu tiba-tiba mulai menjadi jernih pada suhu tertentu, tergantung jenis pati yang
digunakan. Terjadinya translusi larutan pati tersebut biasanya diikuti dengan pembengkakan
granula. Bila energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik-menarik
antarmolekul pati di dalam granula, air dapat masuk ke dalam butir-butir pati. Hal inilah yang
menyebabkan bengkaknya granula tersebut. indeks refraksi pati yang membengkak itu
mendekati indeks refraksi air dan hal inilah yang menyebabkan sifat translusen Winarno, 1997
Menurut Swinkels 1985, mekanisme gelatinisasi terjadi dalam tiga tahap antara lain: 1 granula
pati menyerap air sampai batas hampir mengembang dimana air secara perlahan-lahan
berimbibisi ke dalam granula, sehingga terjadi pemutusan ikatan hidrogen antara molekul-
molekul granula; 2 granula mengembang secara cepat karena menyerap air sampai kehilangan
sifat birefringencenya; 3 jika cukup air dan suhu terus naik maka granula pecah sehingga
molekul amilosa keluar dari granula.
D. DAMPAK GELATINASI TERHADAP MUTU PANGAN
Gel yang kehilangan cairan akan kehilangan struktur dan mengalami pengerutan yang
biasa disebut dengan istilah sineresis. Contohnya sineresis dalam bidang pangan seperti pada
selai dan yoghurt yang mengeluarkan cairan, saat lama disimpan. Untuk mencegah terjadinya
sineresis dalam produk pangan, terlebih untuk produk pangan yang menggunakan pati dalam
pembuatannya, maka muncullah modifikasi dalam pengolahannya untuk produk pangan dengan
tujuan mencegah terjadinya sineresis. Modifikasi pati dilakukan untuk mengatasi sifat-sifat dasar
pati alami yang kurang menguntungkan seperti tidak tahan pada pemanasan suhu tinggi, terjadi
penurunan kekentalan suspensi pati dengan meningkatnya suhu pemanasan, kekentalan produk
yang tidak sesuai yang diinginkan dan kelarutan pati alami terbatas di dalam air. Pati modifikasi
adalah pati yang telah diubah sifat aslinya, yaitu sifat kimia dan atau fisiknya sehingga
mempunyai karakteristik sesuai dengan yang dikehendaki (Wurzburg, O.B. 1989).
Pembentukan gelatinasi dalam bidang pangan mengambil peran yang sangat penting,
contohnya dalam pembuatan saus tomat, butter, yoghurt, selai, confection (permen dan
marshmallow), sehingga pengetahuan tentang proses pembentukan gel, perannya dan
pencegahan terjadinya sineresis dapat meningkatkan kualitas produk pangan yang dihasilkan.
BAB II
KESIMPULAN
Afina Firdiana Nurfajri, dkk (2017). Gelatinisasi dan Hidrolisis Pati dari Tepung Terigu.
Jakarta.