Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SENYAWA KIMIA

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) dalam SUATU SAMPEL


dengan SPEKTROSFOTOMETER UV-VIS

OLEH :

Nama

: Muhammad Labib Ridlo

NIM

:12312241015

Kelompok

:2A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) dalam SUATU SAMPEL dengan


SPEKTROSFOTOMETER UV-VIS
A. TUJUAN
1. Menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
2. Dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis
B. KAJIAN PUSTAKA
Besi (Fe) merupakan salah satu mikroelemen yang dibutuhkan oleh tubuh yang
berperan dalam proses metabolisme tubuh. Namun, kelebihan kadar besi (Fe) dalam tubuh
dapat mengakibatkan rusaknya organ-organ penting, seperti pankreas, otot jantung dan
ginjal. Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam
tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur
metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin,
pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir disetiap tempat dibumi
pada semua lapisan-lapisan geologis dan badan air. Besi dalam air tanah dapat berbentuk
Fe(II) dan Fe(III) terlarut. Fe(II) terlarut dapat tergabung dengan zat organik membentuk
suatu senyawa kompleks. Pada kadar 1-2 ppm besi dapat menyebabkan air berwarna
kuning, terasa pahit, meninggalkan noda pada pakaian dan porselin.
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector
vacuum

phototube

atau

tabung

foton

hampa.

Alat

yang

digunakan

adalah

spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari
suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti
oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar,
1990). Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak
tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton
dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk transisi
electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak maka energy
UV dapat menyebabkan transisi electron dan .

Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna


antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam suatu sample yang
diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis
menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan ortoFenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat
menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan
larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti
hidroksilamina. HCl yang akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga
pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. (Hendayana, S, ,2001 :
22)
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakkan dengan
membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap terhadap larutan
standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar adisi , pada cara
yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur serapannya, kemudian
tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi. Cara yang kedua dilakukan
dengan menambahjkan sejumlah larutan contoh yang sama kedalam larutan standar
Analisis spektrofotometri campuran Fe2+ dan Fe3+ secara umum merupakan
metode tidak langsung yang dilakukan secara bertahap. Orthofenantrolin atau ofenantrolin sebagai agen pengompleks dapat berikatan dengan Fe2+ dan Fe3+ membentuk
kompleks berwarna berbeda, sehingga diharapkan Fe2+ dan Fe3+ dalam campuran bisa
ditentukan secara langsung sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri.
Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan 1,10phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi dalam air
yang digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi membentuk
ion phenanthrolinium, phen H+ dalam medium asam.
Kandungan Besi III dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu
dengan spektrofotometer sinar tampak. Salah satu metode yang cukup handal pada
spektrofotometer adalah dengan penambahbakuan atau adisi standar. Metode ini
merupakan suatu pengembangan metode spektrofotometer sinar tampak dengan biaya
relatif lebih murah.
C. METODE PRAKTIKUM
Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat
: Laboratorium Analisis Kimia FMIPA UNY
Waktu
: Rabu, 4 November 2015

Alat dan bahan


Alat :
Spektronik-20
Labu takar 25 mL
Pipet volume
Gelas kimia
Pipet tetes
Botol semprot
Bahan :
Garam Fe(NH4OH)2SO4

Hidroksilami-HCl 5 %

Fenantrolin 0,1 %

Aquades

H2SO4

5 buah
3 buah
1 buah

D. PROSEDUR KERJA
1. Membuat Larutan Blanko
Memasukkan 1 mL larutan hidroksilamina-HCl 5%, 5 mL 1,10-fenantrolin
0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5% kedalam labu takar 25mL
Mengencerkan campuran dengan menambahkan aquades hingga tanda batas,
kemudian mengkocoknya hingga homogen
Mengukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20 (510nm)
2. Membuat Larutan Standar Dan Larutan Sampel
Menyiapkan 5 labu takar 25 mL dan memberi label pada masing-masing label
1ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm, dan 3 ppm
Menambahkan kemasing-masing labu takar 1 mL larutan hidroksilamina-HCl
5%, 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5%
Menambahkan 0,25 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 1 ppm, 0,375 mL
Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 1,5 ppm, 0,5 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan
labu takar 2 ppm, 0,675 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 2 ppm dan 0,75
mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 3 ppm
Membuat larutan sampel dengan cara seperti diatas
Mengukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20 (510nm)

E. HASIL PENGAMATAN

No

Larutan

Absorbansi (A) dengan


= 510 nm

1.

Blanko

0,00

2.

Fe (II) 1 ppm

0,310

3.

Fe (II) 1,5 ppm

0,503

4.

Fe (II) 2 ppm

0,707

5.

Fe (II) 2,5 ppm

0,902

6.

Fe (II) 3 ppm

1,037

7.

Sampel

0,915

F. ANALISIS DATA
Pengukuran Penambahan Volume Larutan
1. Larutan standar Fe (II) 1 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 1
= V2 . 100
V2
= 0,25 ml
2. Larutan standar Fe (II) 1.5 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 1.5 = V2 . 100
V2 = 0,375 ml
3. Larutan standar Fe (II) 2 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 2
= V2 . 100
V2
= 0,5 ml
4. Larutan standar Fe (II) 2,5 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 2.5 = V2 . 100
V2
= 0,675 ml
5. Larutan standar Fe (II) 3 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 3
= V2 . 100
V2
= 0,75 ml
Grafik

Mencari Konsentrasi Sampel


Diket:
Asampel = 0,915
Y = 0,3706X - 0,0494
Ditanya: Konsentrasi sampel...?
Jawab:
Y=A
Y = 0,3706X - 0,0494
0,915= 0,3706X - 0,0494
0,915+0,0494 = 0,3706X
0,9644 =0,3706X
X = 2,602
Jadi, konsentrasi sampel adalah sebesar 2,602 ppm
G. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul penentuan kadar besi (Fe) dalam suatu sampel dengan
spektrofotometer UV-VIS bertujuan untuk menetukan kadar Fe (II)) dalam sampel
dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan bertujuan agar dapat mengoperasikan
alat spektrofotometer UV-VIS. Kegiatan praktikum ini di lakukan di Laboratorium
Analisis Kimia FMIPA UNY pada hari rabu, 4 November 2015.
Dalam melakukan percobaan ini praktikan menggunakan alat dan bahan antara lain :
Spektronik-20, labu akar 25 mL 5 buah, pipet volume 3 buah, gelas kimia 1 buah, pipet
tetes, botol semprot. Bahan yaitu garam Fe(NH4OH)2SO4, Hidroksilami-HCl 5 %,
Fenantrolin 0,1 %, Aquades, H2SO4. Penentuan kadar Fe(II) ini diukur menggunakan
deret larutan standar Fe (II) 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm, dan 3 ppm yang dibuat
dengan melarutkan Fe(II) 100 ppm.

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran


serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu
sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan

spektrum

tertentu

yang

khas

untuk

komponen

yang

berbeda

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang.
Percobaan ini diawali dengan pembuatan larutan blangko. Larutan blanko biasanya
digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri.
Larutan blangki merupakan larutan yang hanya berisi reagen dan tidak mengandung
sampel. Larutan blangko dibuat dengan memasukkan 1 mL larutan hidroksilamina-HCl
5%, 1-10-fenantrolin 0,1 % dan 8 mL Natrium asetat kedalam labu takar 25 mL, lalu
diencerkan dengan akuades hingga tanda batas, lalu mengocok hingga homogen. Larutan
blangko diukur dengan menggunakan spektronik-20 pada panjang gelombang 510 nm.
Deret larutan standar Fe (II) dibuat dari pengenceran larutan baku Fe (II) 100 ppm.
Larutan Fe (II) 1 ppm; 1,5 ppm; 2 ppm; 2,5 ppm; dan 3 ppm masing-masing dibuat dari
0,25 mL; 0,375 mL; 0,5 mL; 0,675 mL dan 0,75 mL larutan baku Fe (II) 100 ppm yang
ditambahkan dengan 1 mL larutan hidroksilamina- HCL 5%, 1-10-fenantrolin 0,1 % dan 8
mL natrium asetat ke dalam labu takar 25 mL, lalu diencerkan dengan akuades hingga
tanda batas. Kemudian mengocoknya hingga homogen. Ketika reagen direaksikan dengan
larutan sampel akan menghasilkan kompleks berwarna orange. Semakin tinggi konsentrsi
Fe (II) maka warna larutan akan semakin pekat. Kadar besi dapat ditentukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis.
Syarat analisisi menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil
membentuk kompleks dan larutan berwarna. Besi yang akan dianalisis, direduksi terlebih
dahulu kemudian dikomplekskan dengan senyawa pengompleks, sehingga menghasilkan
warna spesifik. Senyawa besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (fero) dan Fe3+
(feri). Pada umumnya besi cenderung membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada
dalam bentuk ferro. Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk mereduksi Fe3+ (ferri)

menjadi Fe2+ (ferro) diantaranya seng ion Sn2+, sulfit, hidroksilamin klorida, hidrazin,
hidrogen sulfida, natrium tiosulfat, asam askorbat, dan hidrokuinon.
Penggunaan larutan hidroksilamina- HCL 5% ialah untuk mereduksi Fe3+ (ferri)
menjadi Fe2+ (ferro). Pembentukan senyawa kompleks besi dapat dilakukan dengan
mengomplekskan besi terhadap senyawa pengompleks tertentu. Oleh karena itu, untuk
sampel yang tidak memiliki warna harus dibuat warna harus dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna.
Intensitas warna yang dihasilkan diukur absorbansinya pada spektofotometer visible. Zatzat yang mengandung ion-ion kompleks dapat menimbulkan warna karena adanya
elektron-elektron tidak berpasangan.
Senyawa pengompleks yang dapat digunakan molybdenum, selenit, difenilkarbazon,
dan fenantrolin. Pengompleks yang akan digunakan yaitu 1,10-fenantrolin karena secara
umum fenantrolin dapat digunakan untuk pengompleks besi tanpa menggunakan zat
pengabsorbsi dan tidak memerlukan waktu yang lama. Pengelompokan besi dengan
menggunakan 1,10-fenantrolin akan menghasilkan pewarnaan merah jingga, yang
disebabkan pembentukan kation [Fe(C12H8N2)3]2+. Selain itu, dalam penentuan larutan
standar besi dengan 1,10-fenantrolin secara spektrofotometri absorbansi tidak berubah
dalam waktu tertentu. Warna merah jingga dari kompleks yang dihasilkan ini stabil sekitar
kisaran pH 2-9.
Reaksi antara besi dengan fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan
berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap
dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat
dilakukan sebelum penambahan fenantrolin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Fe2+(aq) + 3 C12H2N2 (aq) [(C12H2N2)3Fe]2+(aq) (kompleks merah jingga)
Sebelum mengukur kadar Fe(II) dalam setiap larutan standar terlebih dahulu harus
melakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan blanko, supaya hasil pembacaan
absorbansi lebih valid. Fungsi dari blanko adalah mengukur serapan pereaksi yang
digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai
absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pe-reaksi dan Fe) dikurangi serapan
pe-reaksinya. Kemudian dibuat pula pembuatan kurva baku standar untuk memudahkan
perhitungan kadar Fe dalam sampel menggunakan perbandingan regresi linier.
Hasil pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektronik-20 menunjukkan bahwa
larutan Fe(II) 1 ppm; 1,5 ppm; 2 ppm; 2,5 ppm;3 ppm dan larutan sampel berturut-turut

memiliki absorbansi sebesar 0,310, 0,503, 0,707, 0,902, 1,037 dan 0,915. Dengan
menggunakan analisis regresi dari hasil pembacaan absorbansi larutan standar Fe(II) dapat
dihitung kadar Fe(II) dalam sampel. Berikut adalah grafik hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi :

Dari grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan nilai
absorbansi. Hal ini menyebabkan pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat
menjadi sangat rapat, yang akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara
molekul melakukan serapan. Persamaan regresinya yaitu Y = 0,3706X - 0,0494. Dalam
persamaan tersebut Y sebagai absorbansi, dan X sebagai kadar Fe(II) dalam sampel.
Diketahui besarnya absorbansi larutan sampel sebesar 0,915, sehingga dapat dihitung
besarnya kadar Fe(II) dalam sampel sebesar 2,602 ppm.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar/Konsentrasi Fe(II) pada sampel adalah 2,602 ppm
2. Cara menggunakan spektofotometer UV-Vis:
Menyalakan spektrofotometer dan tunggu sampai cahaya indikator spektrofotometer
berwarna hijau.
Meletakkan larutan blanko, sampel dan larutan standar kedalam kuvet secara
bergantian.
Mengukur absorbansi larutan standar dan larutan sampel secara bergantian yang
didahului

dengan

mengukur

absorbansi

larutan

blanko

(bertujuan

untuk

mengkalibrasi). Lampu hijau akan berkedip, hal ini bahwa menunjukkan pengukuran
sedang berlangsung.

Jika spektrofotometer berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah selesai.
Membaca hasil pengukuran absorbansi yang tertera pada layar monitor
spektrofotometer.
Setelah selesai pengukuran, kemudian mengambil larutan yang talah diukur
absorbansinya dan membersihkan kuvet.
Langkah terakhir adalah mematikan alat dan meletakkan ketempat semula.
I. DAFTAR PUSRAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik

Instrumen.

Bamdung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.


Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M. 2009. Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan
Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin. Jurnal Kesehatan
Vol (1) No.1. Hal:69-78. Tasikmalaya: Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Khopkar, S. M.. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Trianjaya, Zunaidi. 2009. Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri
di PT. Cocacola Bottling di Indonesia. Karya Ilmiah. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Underwood, A. L. 1990. Analisis Kimia Kiantitatif Edisi ke Enam. Jakarta: Erlangga.

LAMPIRAN

Contoh pembuatan deret larutan Fe (II)

Deret larutan Fe (II) dan larutan blanko

Anda mungkin juga menyukai