OLEH :
Nama
NIM
:12312241015
Kelompok
:2A
phototube
atau
tabung
foton
hampa.
Alat
yang
digunakan
adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari
suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti
oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopkar,
1990). Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak
tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton
dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energy cahaya terserap digunakan untuk transisi
electron. Karena energy cahaya UV lebih besar dari energy cahaya tampak maka energy
UV dapat menyebabkan transisi electron dan .
Hidroksilami-HCl 5 %
Fenantrolin 0,1 %
Aquades
H2SO4
5 buah
3 buah
1 buah
D. PROSEDUR KERJA
1. Membuat Larutan Blanko
Memasukkan 1 mL larutan hidroksilamina-HCl 5%, 5 mL 1,10-fenantrolin
0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5% kedalam labu takar 25mL
Mengencerkan campuran dengan menambahkan aquades hingga tanda batas,
kemudian mengkocoknya hingga homogen
Mengukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20 (510nm)
2. Membuat Larutan Standar Dan Larutan Sampel
Menyiapkan 5 labu takar 25 mL dan memberi label pada masing-masing label
1ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm, dan 3 ppm
Menambahkan kemasing-masing labu takar 1 mL larutan hidroksilamina-HCl
5%, 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1% dan 8 mL Natrium asetat 5%
Menambahkan 0,25 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 1 ppm, 0,375 mL
Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 1,5 ppm, 0,5 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan
labu takar 2 ppm, 0,675 mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 2 ppm dan 0,75
mL Fe(NH4OH)2SO4 kedalan labu takar 3 ppm
Membuat larutan sampel dengan cara seperti diatas
Mengukur absorbansi larutan menggunakan spektronik-20 (510nm)
E. HASIL PENGAMATAN
No
Larutan
1.
Blanko
0,00
2.
Fe (II) 1 ppm
0,310
3.
0,503
4.
Fe (II) 2 ppm
0,707
5.
0,902
6.
Fe (II) 3 ppm
1,037
7.
Sampel
0,915
F. ANALISIS DATA
Pengukuran Penambahan Volume Larutan
1. Larutan standar Fe (II) 1 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 1
= V2 . 100
V2
= 0,25 ml
2. Larutan standar Fe (II) 1.5 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 1.5 = V2 . 100
V2 = 0,375 ml
3. Larutan standar Fe (II) 2 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 2
= V2 . 100
V2
= 0,5 ml
4. Larutan standar Fe (II) 2,5 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 2.5 = V2 . 100
V2
= 0,675 ml
5. Larutan standar Fe (II) 3 ppm
V1.M1
= V2.M2
25 ml. 3
= V2 . 100
V2
= 0,75 ml
Grafik
spektrum
tertentu
yang
khas
untuk
komponen
yang
berbeda
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang.
Percobaan ini diawali dengan pembuatan larutan blangko. Larutan blanko biasanya
digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri.
Larutan blangki merupakan larutan yang hanya berisi reagen dan tidak mengandung
sampel. Larutan blangko dibuat dengan memasukkan 1 mL larutan hidroksilamina-HCl
5%, 1-10-fenantrolin 0,1 % dan 8 mL Natrium asetat kedalam labu takar 25 mL, lalu
diencerkan dengan akuades hingga tanda batas, lalu mengocok hingga homogen. Larutan
blangko diukur dengan menggunakan spektronik-20 pada panjang gelombang 510 nm.
Deret larutan standar Fe (II) dibuat dari pengenceran larutan baku Fe (II) 100 ppm.
Larutan Fe (II) 1 ppm; 1,5 ppm; 2 ppm; 2,5 ppm; dan 3 ppm masing-masing dibuat dari
0,25 mL; 0,375 mL; 0,5 mL; 0,675 mL dan 0,75 mL larutan baku Fe (II) 100 ppm yang
ditambahkan dengan 1 mL larutan hidroksilamina- HCL 5%, 1-10-fenantrolin 0,1 % dan 8
mL natrium asetat ke dalam labu takar 25 mL, lalu diencerkan dengan akuades hingga
tanda batas. Kemudian mengocoknya hingga homogen. Ketika reagen direaksikan dengan
larutan sampel akan menghasilkan kompleks berwarna orange. Semakin tinggi konsentrsi
Fe (II) maka warna larutan akan semakin pekat. Kadar besi dapat ditentukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis.
Syarat analisisi menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil
membentuk kompleks dan larutan berwarna. Besi yang akan dianalisis, direduksi terlebih
dahulu kemudian dikomplekskan dengan senyawa pengompleks, sehingga menghasilkan
warna spesifik. Senyawa besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (fero) dan Fe3+
(feri). Pada umumnya besi cenderung membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada
dalam bentuk ferro. Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk mereduksi Fe3+ (ferri)
menjadi Fe2+ (ferro) diantaranya seng ion Sn2+, sulfit, hidroksilamin klorida, hidrazin,
hidrogen sulfida, natrium tiosulfat, asam askorbat, dan hidrokuinon.
Penggunaan larutan hidroksilamina- HCL 5% ialah untuk mereduksi Fe3+ (ferri)
menjadi Fe2+ (ferro). Pembentukan senyawa kompleks besi dapat dilakukan dengan
mengomplekskan besi terhadap senyawa pengompleks tertentu. Oleh karena itu, untuk
sampel yang tidak memiliki warna harus dibuat warna harus dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna.
Intensitas warna yang dihasilkan diukur absorbansinya pada spektofotometer visible. Zatzat yang mengandung ion-ion kompleks dapat menimbulkan warna karena adanya
elektron-elektron tidak berpasangan.
Senyawa pengompleks yang dapat digunakan molybdenum, selenit, difenilkarbazon,
dan fenantrolin. Pengompleks yang akan digunakan yaitu 1,10-fenantrolin karena secara
umum fenantrolin dapat digunakan untuk pengompleks besi tanpa menggunakan zat
pengabsorbsi dan tidak memerlukan waktu yang lama. Pengelompokan besi dengan
menggunakan 1,10-fenantrolin akan menghasilkan pewarnaan merah jingga, yang
disebabkan pembentukan kation [Fe(C12H8N2)3]2+. Selain itu, dalam penentuan larutan
standar besi dengan 1,10-fenantrolin secara spektrofotometri absorbansi tidak berubah
dalam waktu tertentu. Warna merah jingga dari kompleks yang dihasilkan ini stabil sekitar
kisaran pH 2-9.
Reaksi antara besi dengan fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan
berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap
dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat
dilakukan sebelum penambahan fenantrolin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Fe2+(aq) + 3 C12H2N2 (aq) [(C12H2N2)3Fe]2+(aq) (kompleks merah jingga)
Sebelum mengukur kadar Fe(II) dalam setiap larutan standar terlebih dahulu harus
melakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan blanko, supaya hasil pembacaan
absorbansi lebih valid. Fungsi dari blanko adalah mengukur serapan pereaksi yang
digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai
absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pe-reaksi dan Fe) dikurangi serapan
pe-reaksinya. Kemudian dibuat pula pembuatan kurva baku standar untuk memudahkan
perhitungan kadar Fe dalam sampel menggunakan perbandingan regresi linier.
Hasil pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektronik-20 menunjukkan bahwa
larutan Fe(II) 1 ppm; 1,5 ppm; 2 ppm; 2,5 ppm;3 ppm dan larutan sampel berturut-turut
memiliki absorbansi sebesar 0,310, 0,503, 0,707, 0,902, 1,037 dan 0,915. Dengan
menggunakan analisis regresi dari hasil pembacaan absorbansi larutan standar Fe(II) dapat
dihitung kadar Fe(II) dalam sampel. Berikut adalah grafik hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi :
Dari grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan nilai
absorbansi. Hal ini menyebabkan pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat
menjadi sangat rapat, yang akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara
molekul melakukan serapan. Persamaan regresinya yaitu Y = 0,3706X - 0,0494. Dalam
persamaan tersebut Y sebagai absorbansi, dan X sebagai kadar Fe(II) dalam sampel.
Diketahui besarnya absorbansi larutan sampel sebesar 0,915, sehingga dapat dihitung
besarnya kadar Fe(II) dalam sampel sebesar 2,602 ppm.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar/Konsentrasi Fe(II) pada sampel adalah 2,602 ppm
2. Cara menggunakan spektofotometer UV-Vis:
Menyalakan spektrofotometer dan tunggu sampai cahaya indikator spektrofotometer
berwarna hijau.
Meletakkan larutan blanko, sampel dan larutan standar kedalam kuvet secara
bergantian.
Mengukur absorbansi larutan standar dan larutan sampel secara bergantian yang
didahului
dengan
mengukur
absorbansi
larutan
blanko
(bertujuan
untuk
mengkalibrasi). Lampu hijau akan berkedip, hal ini bahwa menunjukkan pengukuran
sedang berlangsung.
Jika spektrofotometer berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah selesai.
Membaca hasil pengukuran absorbansi yang tertera pada layar monitor
spektrofotometer.
Setelah selesai pengukuran, kemudian mengambil larutan yang talah diukur
absorbansinya dan membersihkan kuvet.
Langkah terakhir adalah mematikan alat dan meletakkan ketempat semula.
I. DAFTAR PUSRAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik
Instrumen.
LAMPIRAN