TUJUAN PERCOBAAN
PRINSIP PERCOBAAN
Sejumlah tertentu, larutan sampel Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ oleh K2S2O8 yang akan ditetapkan
konsentrasinya dengan pereaksi KSCN membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah
darah. Larutan Fe3+ diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, = maka serapan akan sebanding dengan konsentrasinya, sehingga
[Fe3+] dapat dihitung .
DASAR TEORI
Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton
hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur
transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda
banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi
atomic (Hardjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar
putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau
celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel
pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan
tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap.
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua
sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh
mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang
umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga
dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74.
Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22 oC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah
maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini
hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus
terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan
menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya
bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang
dihasilkan harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi
sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber
sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki
satu proton dan tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV
tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh
karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen
tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu
diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar
pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel
koloid/ suspensi.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak.
Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi
dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang
diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer
dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan.
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah
warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan
berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila
larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang
gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan
diteruskan (Day dan Underwood, 1986).
4. Spektrofotometri Inframerah
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan
panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat,
inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh
dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 m. Pada spektro IR
meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa,
terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu
menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Penadahan Panjang Gelombang Frekwensi, Hz Bilangan
umum cm-1
Hukum Lambert-Beer
Menurut hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari.
Menurut hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahay monokromatik dan larutan yang sangat
encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini
dapat dijadikan satu dalam hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding
lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:
= atau =
Dimana:
A = serapan (tanpa dimensi)
a = absorptivitas (g-1cm-1)
b = ketebalan sel (cm)
c = konsentrasi (g. 1-1)
= absorptivitas molar (M-1cm-1)
Jadi, dengan hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan.
Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang
gelombang dan pelarut tertentu.
Besi
1. Alat: 2. Bahan:
Spektrofotometer Visible (NH4)2SO4.FeSO4.6H2O
Gelas kimia 100 ml Larutan sampel Fe2+
Buret mikro 10 ml KSCN 3N
Botol semprot Aqua dm
Labu ukur 100 ml, 50 ml dan 25 ml Larutan H2SO4 (p)
Pipet tetes Larutan K2S2O8 jenuh
Kuvet
Rak kuvet
Pipet ukur 10 ml
Botol timbang
SINGKATAN PROSEDUR
DATA PENGAMATAN
1. Persamaan reaksi
Reaksi oksidasi : Fe2+ Fe3+ + 3e x2
Reaksi reduksi : 2e + S2O82- 2SO42- + x1
: 2Fe2+ + S2O82- 2Fe3+ + 2SO42-
: 6Fe3+(aq) + 6SCN-(aq) [Fe(SCN)6]3- (aq)
Merah darah
2. Pembuatan larutan induk Fe3+ 1000 ppm
mg = ppm x L
mg = 1000ppm x 0,05L = 50 mg
mg = 1000ppm x 0,05L = 0,05 gram
Massa garam mohr yang ditimbang = 2+
392
Massa garam mohr yang ditimbang = 0,05 = 0,35
56
3. Perhitungan pengenceran larutan standar induk 1000 ppm menjadi 100 ppm
1 1 = 2 2
1 10000. = 100 100
1 = 10
4. Perhitungan pembuatan deret standar
2 ppm 4 ppm
1 1 = 2 2 1 1 = 2 2
1 10000. = 50 2 1 10000. = 50 4
1 = 1 1 = 2
6 ppm 8 ppm
1 1 = 2 2 1 1 = 2 2
1 10000. = 50 6 1 10000. = 50 8
1 = 3 1 = 4
5. Perhitungan [Fe3+] dalam larutan sampel
[ 3+ ] = ( )
100
[3 ] = 4,8880 ( ) = 97,76
5
6. Kurva kalibrasi dan [Fe3+] dalam sampel dengan spektrofotometer visible
7. Gambar-gambar penentuan [Fe3+] secara spektrofotometri visible
Larutan deret standar, sampel, dan blanko dalam kuvet
Kertas print
pencetak hasil pengamatan
Monitor
tempat melihat hasil pengamatan
Sample compartement
tempat larutan sampel/stan-
dar dalam kuvet yang akan
diukur absorbannya
Tombol larutan
tombol untuk memilih larutan yang
akan ditentukan absorbannya
PEMBAHASAN
1. Nyalakan alat spektrofotometer genesys, biarkan kurang lebih 15 menit untuk memanaskan
alat agar stabil.
2. Atur panjang gelombang hingga berada di kisaran 500 nm. Karena cahaya tampak yang dapat
diserap oleh sampel Fe2+ berada pada kisaran 450-550 nm.
3. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena
logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400 nm, sehingga jika menggunakan
spektrofotometri UV, logam besi tidak akan terdeteksi.
4. Sebelum kuvet dimasukan/ditempatkan pada sample compartement, kuvet harus dilap
terlebih dahulu oleh tissue, tujuannya agar kuvet kering sehingga hasil absorbans tepat karena
bila kuvet basah bisa mempengaruhi hasil pengamatan.
5. Saat kuvet ditempatkan pada sample compartement, bagian bening pada kuvet harus
menghadap pada cahaya.
6. Bagian bening pada kuvet tidak boleh dipegang, karena jika itu terjadi dikhawatirkan kuvet
terkena lemak/kotoran, yang akan mempengaruhi hasil absorbans karena alat tidak dapat
menyerap cahaya tampak akibat adanya kotoran tersebut sehingga % transmitan berkurang
karena cahaya dibelokan.
7. Fungsi H2SO4 (p) untuk memberi suasana asam.
8. Fungsi dari K2S2O8 untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
9. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan KSCN 3N agar
membentuk kompleks larutan berwarna.
10. Besi ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan KSCN menghasilkan senyawa kompleks
Fe(SCN)3 yang berwarna merah yang diukur pada panjang gelombang maksimum Fe yaitu
pada 475 nm. Untuk menganalisis besi ini digunakan alat spektrofotometer genesys. Pada
spektrofotometer ini menggunakan sinar visible atau tampak (380 nm-780 nm) sehingga
larutan yang diukur harus berwarna.
11. Pada analisis besi ini, larutan dibuat berwarna dengan mengoksidasi Fe 2+ menjadi Fe3+ karena
penambahan K2S2O8, ion Fe3+ dari sampel dan ion Fe3+ dari hasil oksidasi dari Fe2+ akan diukur
konsentrasinya. Ion-ion Fe3+ ini membentuk senyawa kompleks dengan KSCN, sehingga
konsentrasi Fe total dapat terukur. Penentuan konsentrasi besi dari sampel dapat ditentukan
dengan menginterpolasikan kedalam kurva kalibrasi besi.
12. Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi beberapa persyaratan. KSCN
merupakan pereaksi warna, sebab :
Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif yaitu membentuk
kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama, sehingga
serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl dan NO3 yang ada dalam
larutan.
13. Semakin besar panjang gelombang maka akan semakin besar absorbansinya. Tapi dalam
kondisi tertentu, absorbansi akan kembali turun saat bertambahnya panjang gelombang.
Setiap pergantian pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu larutan
blanko, dimana larutan blanko % transmitansinya harus 100.
14. Larutan blanko yang digunakan adalah pereaksi yang digunakan (tanpa sampel atau larutan
Fe). Fungsi dari blanko sendiri adalah mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk
analisis kadar Fe sehingga jumlah serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar
atau sampel (mengandung pereaksi dan Fe) dikurangi serapan pereaksinya. Sehingga
absorbansi yang didapat pada pengukuran ini adalah serapan untuk Fe dalam sampel, fungsi
kalibrasi juga untuk menghilangkan efek refleksi akibat pancaran sinar radiasi menuju larutan.
15. Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada suatu panjang
gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi besar terletak pada
titik ini, artinya serapan larutan encer masih terdeteksi.
16. Panjang gelombang yang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan
absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva
absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Pada panjang gelombang maksimum pun
apabila dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal
(Rohman, Abdul, 2007).
17. Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu. Berdasarkan grafik pengukuran yang dihasilkan panjang gelombang yang
diukur dari 450 nm hingga 550 nm didapatkan panjang gelombang maksimalnya pada daerah
475 nm, maka panjang gelombang yang absorbansinya terbesar yang diambil untuk
pengukuran Fe yaitu 475 nm.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Paraf Nilai