Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Pertanyaan Tutorial Klinik Kasus

Mati UNTAR
Anggota kelompok:
1. Grace Juniaty
2. Willdania Yolanda
3. Kezia Jennifer
4. Gibert Christianto
5. Junetta Airene
Priskila T.

6. Ruth Zechariah
Wiyono
7. Leona Friyanti
Ngadiah
8. Chelcya
Christnathania Dewi

1. Penjelasan sebab kematian (trauma kepala) dan mekanisme kematian (asfiksia)?


Trauma kepala akumulasi massa/ peningkatan TIK cerebellum tertekan
menekan foramen magnum sampai medulla oblongata menekan pusat pernapasan
asfiksia.
2. Bagaimana menginterpretasikan pemeriksaan pertumbuhan kuku, rambut, dan
jenggot untuk menentukan onset kematian?
Cara ini dapat digunakan jika diketahui saat terakhir yang bersangkutan mencukur atau
memotong kuku. Setelah seseorang meninggal, pertumbuhan kuku dan rambut akan
terhenti. Jadi, jika kita mengetahui kapan terakhir orang tersebut memotong kuku/
mencukur kumis, kita dapat mengetahui onset kematian orang tersebut. Sebagai contoh :
jika seseorang terakhir mencukur kumis hari Senin, kemudian orang tersebut ditemukan
meninggal hari Kamis. Pada saat diukur panjang kumisnya 0,8 mm yang artinya 2 x
0,4mm/ hari. Jadi, semestinya orang tersebut meninggal 2 hari setelah hari Senin yaitu
hari Rabu, tetapi baru ditemukan hari Kamis.
3. Indikasi pemeriksaan dalam dan luar pada transportation injury?
Pemeriksaan dalam : untuk mengetahui penyebab kematian apakah murni trauma
pada kecelakaan, penyakit yang belum terdiagnosa sebelumnya, atau keracunan.
Misal : Pada pengendara sepeda motor yang menggunakan pelindung seluruh
tubuh secara lengkap (helm, sarung tangan, jaket) yang meminimalkan/

menghilangkan cedera eksternal maka pemeriksaan dalam merupakan satu

satunya cara untuk mengetahui mekanisme kematian.


Pemeriksanan luar : setiap jenazah harus dilakukan pemeriksaan luar.

4. Metode inklusi dan eksklusi untuk identifikasi forensik?


Metode eksklusi digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang
dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan
sebagainya. Apabila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan
menggunakan metode identifikasi primer (metode inklusi seperti sidik jari, sidik gigi,
DNA), sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode metode
tersebut maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang. Caranya adalah
dengan menyesuaikan data ante-mortem dengan penemuan post-mortem misalnya, tattoo,
jarigan parut, kalus, tanda lahir, dan cacat pada tubuh.
5. Bagaimana sel darah merah pada post mortem? Proses apa yang terjadi?
Pada penelitian dengan menggunakan tikus Galur Sprague-Dowley dapat dirumuskan
dan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna antara
saat kematian dan fragilitas osmotik. Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan
hasil bahwa tingkat fragilitas osmotik eritrosit (FoE) 0,5% terjadi pada 1,5 jam post

mortem.
Darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca kematian.
Morfologi sel darah merah berdasarkan onset kematian :

Approximate time interval since death based on morphology of blood cells

Postmortem
interval in
hours

Features

0-2

Normal morphology of all cells

3-4

Morphology of RBCs changes

4-6

Lysis of membrane of neutrophil, eosinophil and


monocytes begins

5-15

Neutrophil- cytoplasm change begins

7-12

Monocyte- cytoplasm change begins

8-10

Lysis of membrane of lymphocytes begins

8-15

Neutrophil -Nuclear changes begins

10-12

Eosinophil- cytoplasm change begins

10-14

Eosinophil -Nuclear changes begins

11-14

Lymphocyte- cytoplasm change begins

12-15

Monocyte -Nuclear changes begins

14-17

Monocyte- complete lysis of cell wall

15

Lymphocyte -Nuclear changes begins

18

Lysis of RBCs

18-20

Neutrophil- complete lysis of cell wall

21

Eosinophilic granules identified, no identifiable platelets.

24-27

Identifiable degenerate lymphocytes only

Anda mungkin juga menyukai