BAB I
PENDAHULUAN
tubuh
serta
mengoptimalkan
proses
pertumbuhan
dan
pengecap
rasa
(taste
buds)
yang
terletak
di
lidah,
pipi,
kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa. Rasa ini
meliputi aroma makanan, bumbu, tingkat kematangan, suhu, dan tekstur
makanan (Drummond KE & Brefere LM, 2010).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Christiana Handayani pada
tahun 2003 di asrama Wing Dik Tekkal TNI-AU mengenai persepsi siswa
terhadap penampilan makanan yang disajikan didapatkan bahwa dari 63
sampel yang diteliti sebanyak 31 siswa menyatakan penilaiannya kurang
baik terhadap penampilan makanan yang disajikan (49,2%). Hasil tersebut
menyatakan hampir sebagian siswa kurang menyukai makanan tersebut
dari segi penampilannya. Hal ini mungkin dapat disebabkan dari proses
pengolahan hidangan tersebut atau pemilihan bahan makanan yang
digunakan. Sedangkan mengenai persepsi siswa terhadap rasa makanan
yang disajikan didapatkan sebanyak 33 siswa menyatakan rasa makanan
yang disajikan kurang baik (52,4%) (Handayani, 2003)
Cita rasa makanan akan mempengaruhi daya terima konsumen.
Daya
terima
adalah
penerimaan
klien
terhadap
makanan
yang
Angkatan
Darat
yang
sedang
menjalani
pendidikan
akan meneliti daya terima makan siswa pada saat makan siang, karena
pada saat itu siswa mendapat makan dengan menu yang lengkap.
Sampai saat ini belum pernah ada penelitian yang dilakukan
mengenai daya terima makan siswa di Pusdik Armed. Memperhatikan hal
tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara
penampilan, rasa, dan cita rasa makanan terhadap daya terima makan
siang siswa di Pusat Pendidikan Artileri Medan, Cimahi.
umum
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
b. Mengetahui
gambaran
umum
penyelenggaraan
makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ini
menggunakan
memanfaatkan
unsur-unsur
prinsip-prinsip
manajemen
manajemen
agar
dengan
pelaksanaan
dari
serangkaian
kegiatan
dalam
penyelenggaraan
makanan adalah menghasilkan makanan dengan cita rasa yang sebaikbaiknya sesuai dengan keinginan konsumen atau pelanggan dengan
menggunakan dana, material, dan tenaga kerja sekecil mungkin (Moehyi,
1992). Selain itu agar tersedianya makanan yang memuaskan bagi klien
(Mukrie, 1990).
makanan
yang
berkualitas
baik,
yang
10
kontinyuitas
dalam
pelaksanaan
penyelenggaraan
11
rasa
makanan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
tinggi
adalah
makanan
yang
disajikan
dengan
menarik,
seringkali
digunakan
dalam
suatu
penilaian,
tetapi
12
13
makanan. Jika terlalu besar atau terlalu kecil penampilan makanan jadi
tidak terlalu menarik. (Gatchalian, 1989)
Besar porsi untuk setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan
makan. Pentingnya besar porsi makanan bukan saja berkenaan
dengan penampilan makanan waktu disajikan tetapi juga berkaitan
dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan.
(Muchatab, 1991)
d) Cara Penyajian
Cara penyajian makanan adalah penyajian makanan yang
berhubungan dengan alat makan, cara penyusunan hidangan pada alat
makan dan garnish/hiasan makanan. Penyajian makanan yang baik bila
alat makan yang digunakan lengkap, bersih, dan sesuai dengan
hidangan, serta disusun dengan menarik, dan dilengkapi dengan
hiasan yang serasi. (Puckett, 2004)
Cara penyajian makanan ini akan menentukan penampilan
makanan, sehingga bila tidak dilakukan dengan baik, maka upaya yang
telah dilakukan untuk menyediakan makanan dengan cita rasa tinggi
tidak akan berhasil. (Puckett, 2004)
2.3.2 Rasa Makanan
Rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan yang
disajikan dan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa
makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Kesukaan terhadap
makanan merupakan suatu proses yang berulang terhadap rasa
makanan kemudian akan tersimpan secara permanen sesuai dengan
keinginan yang diharapkan (Winnick, 1988). Rasa makanan dapat
dikenali dan dibedakan oleh saraf-saraf pengecapan yang terletak pada
14
papila pada lidah (Winarno, 1992). Adapun faktor yang berperan dalam
penentuan rasa makanan yaitu :
a. Aroma
Aroma makanan adalah bau yang disebarkan oleh makanan
dengan daya tarik yang kuat dan mampu merangsang indera
penciuman sehingga membangkitkan selera makan. Aroma yang yang
dikeluarkan oleh setiap makanan berbeda - beda dan melalui
pemasakan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula.
(Mahaffey, 1981)
Untuk mendapatkan bau yang cukup baik untuk sel sensori,
beberapa panelis terlatih menganjurkan untuk menghirup dengan
singkat dan kuat ke bagian atas hidung. Karena respon terhadap bau
ini terekam sangat cepat dan singkat. Untuk mendapatkan penilaian
yang sensitif, sebaiknya menghirup udara yang bersih beberapa detik
sebelum melakukan penilaian. (Gatchalian, 1989)
b. Bumbu
Bumbu adalah bahan yang ditambahkan pada makanan dalam
proses pengolahan dengan tujuan untuk mendapatkan rasa makanan
yang enak dan khas dalam setiap kali pemasakan, sehingga dapat
merangsang kerja enzim-enzim pencernaan dan meningkatkan nafsu
makan (Soeparman, 1997). Secara garis besar dikenal 2 macam
bumbu yaitu tanaman yang dipakai sebagai bumbu (herbs) dan rempah
(spices). (Sihite, 2000)
Menurut Taylor (2004), rasa dasar yang dikenal ada 5, yaitu manis
yang timbul saat dilewati oleh sukrosa dan pemanis; asin yang timbul
saat dilewati oleh ion natrium (Na+), asam yang timbul saat dilewati oleh
15
ion hidrogen (H+), pahit, dan umami atau gurih yang timbul saat dilewati
oleh asam amino glutamat. (Taylor, 2004)
c. Tingkat Kematangan
Tingkat
kematangan adalah
mentah
atau
matangnya
hasil
sangat
penting dalam
selera
untuk
makan.
Suhu
juga
mempengaruhi
16
sedangkan
makanan
yang
dingin
dapat
membius
saraf-saraf
dari
berapa
banyak
orang
tersebut
dapat
menghabiskan
17
Semakin
banyak
jenis
panca
indera
mendapat
18
c. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan
konsumen
seringkali berbeda-beda,
terlebih jika konsumen itu berasal dari daerah yang berbeda pula.
Oleh karena itu masakan yang disajikan harus bersifat netral dan
dapat diterima oleh semua konsumen. (Moehyi, 1992)
Pada penyelenggaraan makanan, menu yang direncanakan
harus sesuai dengan kebiasaan makan individu atau golongan.
Kebiasaan makan seseorang ini ditentukan oleh faktor kejiwaan,
faktor sosial budaya, agama atau kepercayaan, latar belakang
pendidikan atau pengalaman, lingkungan hidup sehari-hari, tempat
asal dan demografi. (Mukrie, 1990)
d. Pola makan
Pola makan atau konsumsi pangan merupakan hasil budaya
masyarakat
yang
mengalami
perubahan
terus-menerus,
19
20
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
RASA MAKANAN
DAYA TERIMA
MAKANAN
(aroma, bumbu,
tingkat kematangan,
suhu, tekstur)
CITA RASA
MAKANAN
(penampilan dan rasa)
GAMBAR 3.1
HUBUNGAN ANTARA PENAMPILAN, RASA, DAN CITA RASA
MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKAN SIANG SISWA DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI
21
Variabel Independen
Variabel Dependen
: Daya Terima
3.2 Hipotesis
1. Ada hubungan antara penampilan makanan dengan daya terima
makan siang siswa di Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi
2. Ada hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makan
siang siswa di Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi
3. Ada hubungan antara cita rasa makanan dengan daya terima makan
siang siswa di Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi
22
Kategori
: -
Skala
Baik
: Ordinal
siang
meliputi
aspek
aroma,
bumbu,
tingkat
: - Baik
- Kurang
Skala
: Ordinal
23
kemudian
nilainya
dikomposit
dan
dikategorikan
: Angket
Alat ukur
: Kuesioner
Hasil ukur
Kategori
: - Baik
: Ordinal
: Ordinal
: - Daya terima makanan baik jika rata-rata persentase
asupan makanan > 80% hidangan yang disajikan pada
makan siang
- Daya terima makan kurang baik jika rata-rata persentase
asupan makanan < 80% hidangan yang disajikan pada
makan siang.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian
dimana
pengukuran
variabel
independen
(penampilan, rasa, dan cita rasa) dan variabel dependen (daya terima)
dilakukan pada waktu bersamaan. (Budiarto, 2004)
25
Keterangan :
n
: besar sampel
: total populasi
sampel
Maka sampel yang dibutuhkan minimal 71 sampel.
26
b. Data Sekunder
(1) Data gambaran umum institusi pendidikan yang meliputi
nama institusi, alamat institusi, dan jenis institusi
(2) Data gambaran umum penyelenggaraan makanan meliputi
tujuan penyelenggaraan makanan, perencanaan menu,
biaya makan, standar kecukupan gizi, standar porsi dan
sistem distribusi makanan.
27
yang
disajikan
diperoleh
melalui
pengisian
kuesioner yang diberikan kepada siswa terhadap masingmasing golongan hidangan untuk makan siang.
c. Data daya terima diperoleh dari hasil penimbangan berat
awal pada setiap jenis makanan yang telah matang dikurangi
berat makanan yang tersisa dan dibagi dengan berat awal
kemudian
dipersentasikan.
Penimbangan
ini
dilakukan
kemudian
setelah
makan,
sisa
makanan
28
Kurang
Hasil :
(1) Daya terima makanan baik jika rata-rata persentase
asupan makanan > 80% hidangan yang disajikan pada
makan siang.
29
30
Rumus Chi-Square :
Keterangan:
X2
Oij
Eij
= (0,10)
Kriteria uji:
Dengan kriteria uji Ho diterima bila p > , dan Ho ditolak bila
p < , dengan = tingkat kemaknaan (0,10)
Bila pada uji Chi-Square, nilai frekuensi harapan lebih kecil dari 5
dan lebih dari 20%, maka digunakan uji Fisher Exact pada titik
kepercayaan 90% dengan = tingkat kemaknaan (0,10).
31
Keterangan :
n
= Jumlah sampel
A, B, C, D
= 0,10
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
34
dalam
proses
penyelenggaraan
makanan
seperti
kecukupan gizi, pola makan, dana, dan siklus menu (lampiran 7).
Kecukupan
gizi
para
prajurit
didapat
dari
Pedoman
Pengelolaan Gizi Prajurit TNI AD tahun 2004 yaitu sebesar 3000 kkal.
Pola makan yang ada di Pusdik Armed ialah 3 kali makan utama, yaitu
makan pagi pada pukul 06.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB,
dan makan malam pada pukul 18.00 WIB. Sedangkan dana yang
digunakan untuk penyelenggaraan makanan untuk penyelenggaraan
makanan
berasal
dari
uang
lauk
pauk
prajurit
sebesar
Rp24.000/orang/hari.
Siklus menu yang digunakan di Pusdik Armed adalah siklus
menu 7 hari, yaitu hari Senin sampai dengan hari Minggu. Siswa yang
35
36
Umur
< 35 tahun
52
73,2
> 35 tahun
19
26,8
Jumlah
71
100
umur
sangat
mempengaruhi
kebutuhan
gizi
basal.
Menurut
Almatsier
(2004),
kebutuhan
metabolisme lebih tinggi pada usia muda daripada usia tua. Pada
usia muda tubuh lebih banyak mengandung jaringan tanpa-lemak atau
otot. (Almatsier, 2004)
37
disajikan
dengan memberikan
nilai.
Penilaian
dilakukan
terhadap
Data
Penampilan
Baik
32
45,07
Kurang
39
54,93
Total
71
100,00
berikut
menggambarkan
rata-rata
penilaian
siswa
38
makanan
yang
kurang
menarik
akan
39
TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP WARNA MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Warna
Baik
34
47,89
Kurang
37
52,11
Total
71
100,00
40
pada siklus menu (lampiran 7), setiap hari pengolahan tempe, tahu,
dan ayam hanya digoreng saja. Sehingga lebih dari setengah sampel
menilai warna makanan yang disajikan kurang baik. Namun untuk
hidangan sayur sop makaroni sudah memiliki warna yang baik, yaitu
terdiri dari beberapa warna, sehingga penilaian sampel pada hidangan
sayur sop makaroni ini sudah cukup baik.
Menurut West dan Wood (1988) kombinasi warna makanan
akan lebih menarik jika terdiri lebih dari 3 warna, selain itu warna
hidangan yang disajikan juga harus kontras sehingga menimbulkan
keinginan seseorang untuk mencobanya (Fathonah, 2003).
Sebaiknya dalam kegiatan penyelenggaraan makanan, agar
warna makanan terlihat menarik menu yang disajikan dibuat lebih
bervariasi. Seperti misalnya pada menu ayam goreng dibuat ayam
goreng bumbu balado hijau, untuk menu tahu dapat dibuat tumis tahu
sayuran dengan tambahan tauge dan irisan cabai, tempe dibuat kering
tempe bumbu balado merah. Sehingga warna hidangan yang
dihasilkan dapat lebih bervariasi dan lebih menarik.
41
TABEL 5.4
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP BENTUK MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Bentuk
Baik
36
50,70
Kurang
35
49,30
Total
71
100,00
teknik
pemotongan
bahan
makanannya.
Misalnya
42
43
TABEL 5.5
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP BESAR PORSI MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI
PUSAT PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Besar Porsi
Baik
40
56,34
Kurang
31
43,66
Total
71
100,00
44
Agar siswa mendapat besar porsi yang sama dan asupan yang
sesuai dengan perencanaan sebaiknya untuk menu ayam goreng
gunakan bagian yang sama, seperti bagian paha saja atau bagian
dada saja. Selain itu gunakan standar porsi pada hidangan lain agar
jumlah zat gizi yang terkandung di dalamnya sama dan para siswa
pun mendapatkan asupan yang sesuai dengan kecukupannya.
Baik
45
63,38
Kurang
26
36,62
Total
71
100,00
45
(63,38%).
Sedangkan
yang
menyatakan
bahwa
cara
46
mengetahui
cita
rasa
lebih
banyak
menggunakan
indera
Rasa
Baik
34
47,89
Kurang
37
52,11
Total
71
100,00
47
48
Baik
35
49,30
Kurang
36
50,70
Total
71
100,00
dikarenakan
pada
saat
pengolahannya
tidak
49
saat
akan
dimakan
serta
bahan
makanan
dimasak
5.5.2 Penilaian
Sampel
Terhadap
Bumbu
Makanan
yang
Disajikan
Bumbu adalah bahan yang ditambahkan pada makanan dalam
proses pengolahan dengan tujuan untuk mendapatkan rasa makanan
yang enak dan khas dalam setiap kali pemasakan, sehingga dapat
merangsang kerja enzim-enzim pencernaan. (Soeparman, 1997)
Penilaian sampel terhadap bumbu makanan yang disajikan
dikategorikan baik apabila nilainya lebih dari nilai rata-rata sampel dan
kurang apabila nilainya kurang dari rata-rata sampel. Tabel 5.9
menggambarkan tentang penilaian sampel terhadap bumbu makanan
yang disajikan.
50
TABEL 5.9
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL TERHADAP BUMBU
MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT PENDIDIKAN ARTILERI
MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Bumbu
Baik
29
40,85
Kurang
42
59,15
Total
71
100,00
sampel
yang
menilai
bumbu
masih
kurang
baik
proses
pemasakannya
tenaga
pemasak
cenderung
menambah
cita
rasa
pada
makanan
sehingga
dapat
51
memiliki rasa yang pas dan pada akhirnya akan meningkatkan cita
rasa makanan.
Tingkat
Kematangan
Baik
35
49,30
Kurang
36
50,70
Total
71
100,00
52
53
TABEL 5.11
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP SUHU MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Suhu
Baik
40
56,34
Kurang
31
43,66
Total
71
100,00
54
aroma masakannya. Atau gunakan alat saji yang dapat menjaga suhu
makanan tetap terjaga seperti termos untuk nasi dan panci pemanas
untuk hidangan sayur.
5.5.5 Penilaian
Sampel
Terhadap
Tekstur
Makanan
yang
Disajikan
Tekstur makanan adalah hal yang berkaitan dengan struktur
makanan yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan
makanan di dalam mulut. Sifat yang digambarkan dari tekstur
makanan antara lain renyah/krispi, lembut, kasar, halus, berserat,
empuk, keras, dan kenyal. Bermacam-macam tekstur makanan dalam
suatu hidangan lebih menyenangkan dari pada satu macam tekstur.
(Puckett, 2004)
Penilaian sampel terhadap tekstur makanan yang disajikan
dikategorikan baik dan kurang. Baik apabila nilainya lebih dari sama
dengan nilai rata-rata sampel dan kurang apbila nilainya kurang dari
nilai rata-rata sampel. Penilaian sampel terhadap tekstur makanan
yang disajikan dapat dilihat pada tabel 5.12 di bawah ini.
TABEL 5.12
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP TEKSTUR MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Tekstur
Baik
38
53,52
Kurang
33
46,48
Total
71
100,00
55
alot,
sehingga
memakannya
dan
sampel
mengalami
mengakibatkan
kesulitan
beberapa
pada
sampel
saat
tidak
tinggi
adalah
makanan
yang
disajikan
dengan
menarik,
56
TABEL 5.13
DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN SAMPEL
TERHADAP CITA RASA MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Cita rasa
Baik
33
46,48
Kurang
38
53,52
Total
71
100,00
57
58
TABEL 5.14
DISTRIBUSI FREKUENSI DAYA TERIMA MAKAN SIANG YANG
DISAJIKAN DI PUSAT PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI
TAHUN 2011
Daya Terima
Baik
56
78,9
Kurang
15
21,1
Total
71
100,0
sampel
(21,1%)
memiliki
daya
terima
kurang.
Hasil
ini
59
Kurang
Baik
Kurang
20,5
31
79,5
39
100
Baik
21,9
25
78,1
32
100
Jumlah
15
21,1
56
78,9
71
100
60
sebelum
makan
membuat
para
siswa
merasa
lapar
dan
harus
diperhatikan
dalam
penyajian
makanan.
Tabel
5.16
61
TABEL 5.16
HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN RASA MAKANAN DENGAN
DAYA TERIMA MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT
PENDIDIKAN ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Daya Terima
Jumlah
Rasa
Kurang
Baik
Kurang
21,6
29
78,4
37
100
Baik
20,6
27
79,4
34
100
Jumlah
15
21,1
56
78,9
71
100
62
bahwa walaupun para siswa memiliki persepsi yang kurang baik terhadap
rasa makanan, tetapi mereka tidak punya pilihan lain karena para siswa
diwajibkan untuk makan di asrama dan tidak memiliki kesempatan untuk
jajan di kantin.
Pada
hasil
penelitian
mengenai hubungan
antara
rasa
63
TABEL 5.17
HUBUNGAN ANTARA CITA RASA MAKANAN DENGAN DAYA
TERIMA MAKAN SIANG YANG DISAJIKAN DI PUSAT PENDIDIKAN
ARTILERI MEDAN CIMAHI TAHUN 2011
Daya Terima
Jumlah
Cita rasa
Kurang
Baik
Kurang
21,1
30
78,9
38
100
Baik
21,2
26
78,8
33
100
Jumlah
15
21,1
56
78,9
71
100
terhadap cita rasa makanan dengan daya terima siswa. Keadaan ini
64
65
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
hubungan
antara
penampilan, rasa, dan cita rasa dengan daya terima makan siang siswa di
Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi, dapat disimpulkan :
1. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi,
Jalan Baros G 151 Kota Cimahi.
2. Dari hasil wawancara mengenai gambaran umum penyelenggaraan
makanan. Pusat Pendidikan Artileri Medan Cimahi memiliki siklus
menu 7 hari, pola makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), pola
menu meliputi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran,
danm buah; biaya makan sehari sebesar Rp 24.000/hari, dan
distribusi makan secara desentralisasi.
3. Jumlah siswa yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebanyak
71 siswa yang mengambil pendidikan Bintara dengan usia antara
30 38 tahun.
4. Penilaian siswa terhadap penampilan makan siang yang disajikan
baik (45,07%) dan kurang baik (54,93%).
5. Penilaian siswa terhadap rasa makan siang yang disajikan baik
(47,89%) dan kurang baik (52,11%).
6. Penilaian siswa terhadap cita rasa makan siang yang disajikan baik
(46,48%) dan kurang baik (53,52%).
7. Daya terima makan siang siswa baik (78,9%) dan kurang (21,1%)
8. Dari hasil analisis secara statistik menggunakan uji statistik Chi
Square menunjukkan :
a. Tidak ada hubungan yang bermakna antara penampilan
dengan daya terima (p = 1,000; = 0,10).
66
6.2 Saran
Untuk meningkatkan cita rasa makanan dan daya terima makan
siswa maka perlu dilakukan suatu upaya agar penilaian terhadap
makanan yang disajikan menjadi lebih baik. Peneliti memberikan saran
agar proses penyelenggaraan makanan berjalan lebih baik, diantaranya :
1. Perlunya membuat menu yang lebih bervariasi serta dibuatnya
standar bumbu agar warna, aroma, dan bumbu makanan yang
disajikan menjadi lebih baik dan pada akhirnya akan meningkatkan
cita rasa makanan yang disajikan
2. Institusi dapat bekerjasama dengan tenaga ahli gizi yang dimiliki
oleh
institusi
ataupun
dari
institusi
lain
untuk
mengatur
memberikan
pelatihan
mengenai
penyelenggaraan
67
DAFTAR PUSTAKA
Dengan
Daya
Terima
Makanan
Lunak
Pada
Pasien
68
69