I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Masuk RS
No. RM
II.
: An. U
: 4 tahun
: Perempuan
: Lampuara
Nama ayah
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
:W
: 34 Tahun
:: Wirasawasta
: 18 april 2016
: 071921
Nama ibu
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
: SA
: 32 Tahun
:: Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
(anamnesis/alloanamnesis terhadap: tante pasien )
1.
2.
hati. Mual tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak ada, mimisan tidak ada. Pasien di
bawa berobat ke dokter keluarga dan di beri obat 3 macam sirup (tante lupa nama obat)
Sejak 2 bulan SMRS pasien mengaeluh BAB darah , BAB darah sebanyak 6-8 kali
dalam sehari, BAB darah disertai dengan nyeri perut kiri yg menjalar ke ulu hati, nyeri perut
dirasakan terus menerus tidak membaik dengan pemberian makanan, nyeri perut terutama jika
saat BAB, BAB lembek pasien di bawa ke rumah sakit dan dirawat selama 3 hari
Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh BAB darah sebanyak 3-4 kali dalam sehari<
BAB disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri perut kiri yg menjalar ke ulu hati.
Sejak 3 hari SMRS pasien mengeluh BAB darah sebanyak 4-5 kali disertai muntah
sebanyak 2 kali,BAB darah tidak pernah berhenti dari 1 tahun yang lalu, berhenti selama 3 hari
setelah keluar dari rumah sakit pada 2 bulan yg lalu.keluhan BAB darah disertai dengan nyeri
perut kiri bawah, Nyeri terasa seperti diris-iris bagian dalamnya. Nyeri dirasakan terus menerus,
tidak mereda dengan makan maupun minum. Nyeri dirasakan terutama saat BAB, BAB cair.
Muntah sebanyak 1 kali isi makanan dan air.
5.
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Merangkak
: 7 bulan
Duduk
: 9 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 11 bulan
Berbicara
: 13 bulan
Silsilah/Ikhtisar keturunan:
Keterangan:
: ayah pasien meninggal
: ibu pasien meninggal
: kakak pasien meninggal
: pasien
7.
Riwayat Pribadi:
Riwayat kehamilan:
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan dan merupakan
kehamilan pertama. Ibu tidak pernah mengalami sakit yang serius selama hamil.
Riwayat
minum
alkohol
dan
merokok
disangkal.
Ibu
memeriksakan
Riwayat Makanan:
3
Umur
ASI /PASI
Buah
Biskuit
Bubur
Nasi Tim
(bulan)
0-2
+/-
Susu
-
2-4
+/-
4-6
+/-
6-8
+/+
8-10
+/+
10-12
+/+
+
+
+
Asi (+) hingga usia 1 tahun dan dilanjutkan dengan susu formula dan dengan
makanan tambahan sejak usia 6 bulan sampai sekarang.
Jenis Makanan
Nasi
Frekuensi
Setiap hari, @3x/hari @1/2 centong nasi/x
Sayuran
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Tempe
Susu
Setiap hari, @ 1x/hari @ 1 gelas belimbing/x
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup
9.
Imunisasi:
(Tante pasien tidak tahu mengenai imunisasi yang telah diterima oleh pasien)
BCG
:-
DPT
:-
Polio
:-
Campak
:-
Hepatitis B
:-
Ulangan / booster : -
Imunisasi lain
:-
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Tanda Utama
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
: 28 x/menit
Suhu
: 36.1 Celsius
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
4. Status Gizi:
Klinis: tampak kurus, tidak edema
Antropometri:
Berat Badan (BB)
Tinggi/Panjang Badan(TB/PB) :
12 kg
105 cm
BB/U
TB/U
BB/TB
SD -3 ( sangat kurus)
: gizi kurang
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kulit
: tidak ada hematom, tidak ikterik dan tampak sikatrik pada wajah dan
kedua tangan
2. Kepala : tidak ada deformitas, rambut lurus kecoklatan, tidak mudah dicabut.
3. Mata
: konjungtiva anemis kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, pupil bulat
a. Jantung
Inspeksi
sinistra
Palpasi
Perkusi
: (Tidak dilakukan)
Kiri
Inspeksi
Gerakan simetris
Gerakan simetris
Palpasi
fremitus normal
fremitus normal
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
10. Abdomen :
Tidak terdengar
wheezing
11. Ekstremitas:
Akral teraba hangat, Capilary Refill Time kurang dari 2 detik
Tidak sianosis
Pemeriksaan
WBC
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Hasil
6,4 x 10 5/L
4.04 x 10 12/L
6.4 d/dL
19.7%
48,8 fL
15.8 pg
325 g/L
123 x 10 9/L
Nilai normal
4.0 10
3.5 9.5
11 17.9
20.0 70.0
75.0 118.0
23.2 38.7
319.0 370.0
150.0 450.0
Interpretasi
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Rendah
DIAGNOSIS KERJA
Colitis ulcerative
VII.
DIAGNOSIS BANDING
Usia
Rectal bleeding
Abdominal pain
Diare
Growth failure
Tenesmus
Lokasi
Colitis
Chorns
Divertikulum
hemorroid
ulcerative
15-25y
+
+
+
+
+++
Colon
disease
15-25y
+
+
+++
+/GIT
meckel
< 2y
+
+/+/Ileum
20-65y
+
+/Rektum dan perianal
RL 15 tpm
Zinc syr 1x 20 mg
Konsul bedah
Suportif
Beri minum secukupnya dan batasi susu jika intoleransi laktosa, berikan
makanan lunak seperti biskuit, bubur. Dan makanan yg di batasi yaitu daging
dan makan yg tinggi serat seperti sayuran, kacang dan biji bijian.
BBI (berat badan idela )= (usia dalam tahun x2 )+ 8
BBI = (4x2)+ 8= 16kg
Kebutuhan kalori
Anak usia 4-5 thn = 90 kal/ Kg BBI
= 90x 16 = 1440 cal
Kebutuhan protein
10% dari total kalori :4
(10%x1440):4= 36 gram
Kebutuhan lemak
20% dari total kalori:9
(20%x1440):9= 32 gram
Kebutuhan karbohidrat
70% dari total kalori:4
(70%x1440):4= 252 gram
Pembagian makanan sehari diet 1440 kalori 36 gram protein
C.
Rencana Pemantauan
9
D.
mengenai asupan makanan untuk pasien dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
X.FOLLOW UP
Tanggal
19-04-2016
Keterangan
S: BAB darah 4-5 kali dalam sehari, nyeri perut, batuk
O: Keadaan Umum
Sens: CM
RR : 26 x/menit
N : 100 x/menit
T : 36,6 oC
Keadaan spesifik
Kepala
10
Leher
Thorak
Cor
Pulmo : retraksi (-), vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal,
cubitan perut kembali cepat.
Ekstremitas : edema (-), anemis (-), CRT < 2 menit
A: hematoskezia pro evaluasi
P:
IVFD RL 12-16 tpm
Cefotaxim 600mg/ 12 jam / iv
As traneksamat 125 mg / 8 jam / iv.
Zinc syr 1x 20 mg
Tranfusi PRC 1x 125 cc habis dalam 4 jam
Instruksi transfusi
Spooling NACl 0,9%
Dexamethason amp sebelum transfusi
Masukan PRC 125 cc habis dalam 4 jam
Furosemid 10 mg post transfusi
Cek HB 2 jam setelah transfusi
Hasil lab post transfusi
Pemeriksaan
WBC
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
20-04-2016
Hasil
10,7
6,25
13,6
42,8
69
21.0
318
391
Nilai normal
4.0 10
3.5 9.5
11 17.9
20.0 70.0
75.0 118.0
23.2 38.7
319.0 370.0
150.0 450.0
Interpretasi
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
N : 110 x/menit
T : 36,8 oC
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorak
11
Cor
Pulmo : retraksi (-), vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal,
cubitan perut kembali cepat.
Ekstremitas : edema (-), anemis (-), CRT < 2 menit
A: hematoskezia pro evaluasi
P:
IVFD RL 10-12 tpm
Cefotaxim 600mg/ 12 jam / iv
As traneksamat 125 mg / 8 jam / iv.
Ambroxol syr 3x cth
Zinc syr 1x 20 mg
Konsul bedah = pro COLON IN LOOP
21-04-2016
N : 100 x/menit
T : 36,6 oC
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Cor
Pulmo : retraksi (-), vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal,
cubitan perut kembali cepat.
Ekstremitas : edema (-), anemis (-), CRT < 2 menit
A: anemia pro evaluasi
P:
IVFD RL 10-12 tpm
Cefotaxim 600mg/ 12 jam / iv
As traneksamat 125 mg / 8 jam / iv.
Ambroxol 3x cth
Zinc syr 1x 20 mg
Hasil COLON IN LOOP
12
22-04-2016
N : 100 x/menit
T : 36,4 oC
Keadaan spesifik
Kepala
Leher
Thorak
Cor
Pulmo : retraksi (-), vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal,
13
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kolitis ulseratif merupakan suatu peradangan kronis pada mukosa usus
besar (kolon) ataupun pada rektum. Kolitis ulseratif adalah salah satu bentuk
Inflammatory Bowel disease yang merupakan suatu kondisi kronis, sehingga secara
umum membutuhkan perawatan terus menerus.
II. EPIDEMIOLOGI
Kolitis ulseratif dapat mengenai 150 orang dari 100.000 populasi pada
negara bagian barat.5 Kolitis ulseratif memiliki prevalensi tiga kali lebih sering
14
dibandingkan dengan penyakit Crohn. Kolitis ulseratif lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan dengan pria. Di Amerika Serikat, kolitis ulseratif terjadi lebih
sering pada populasi dengan ras kulit putih. Berdasarkan statistik internasional,
kolitis ulseratif sering terdapat di negara-negara bagian barat dan utara, insidensnya
rendah di negara-negara Asia dan Timur Tengah.2
Onset usia mengikuti pola bimodal, puncaknya berada di usia 15-25 tahun
dan onsetnya menurun pada usia 55-65 tahun, meskipun penyakit ini dapat
mengenai segala jenis usia. Kolitis ulseratif jarang mengenai populasi yang berusia
lebih muda dari 10 tahun. Dua dari 100.000 anak terkena penyakit ini, namun 2025% dari semua kasus kolitis ulseratif terjadi pada usia 20 tahun ke bawah.2
III. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang menunjukkan berat ringannya kolitis ulseratif, dapat dilihat
pada tabel berikut ini:2,4
Tabel 1. Klasifikasi kolitis ulseratif
Pergerakan usus
Darah pada feses
Demam
Ringan
<4 per hari
Sedikit
Tidak ada
Takikardia
Tidak ada
Anemia
Laju sedimentasi
Ringan
<30 mm
Sedang
4-6 per hari
Lumayan banyak
Rata-rata <37,5oC
Rata-rata
Berat
>6 per hari
Banyak
Rata-rata >37,5oC
Rata-rata
<90/menit
>75%
>90/menit
75%
>30 mm
Eritema, granula
Gambaran
endoskopi
Eritema,
kasar, corak
penurunan
vaskuler tidak
Terjadi perdarahan
corak vaskuler,
ada, terjadi
spontan dan
granula yang
perdarahan
terdapat ulserasi
masih baik
IV. ANATOMI
1. Anatomi
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk
kantung buntu di bawah taut antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum.
15
Tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum adalah apendiks, jaringan limfoid yang
mengandung limfosit. Kolon, yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak
bergelung-gelung seperti usus halus, tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus
kolon asendens, kolon transversus, dan kolon desendens. Bagian akhir kolon
desendens berbentuk huruf S, yaitu kolon sigmoid (sigmoid berarti berbentuk S),
dan kemudian berbentuk lurus yang disebut rektum (rectum berarti lurus).6
16
17
dikeluarkan. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan
proksimal kolon,sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorbsi, sedangkan
kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses
sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon
penyimpanan.7
Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan
absorpsi aktif natrium yang tinggi, dan gradient potensial listrik yang diciptakan
oleh absorpsi natrium juga menyebabkan absorpsi klorida. Taut erat diantara sel-sel
epitel dari epitel usus besar jauh lebih erat daripada taut erat di usus halus. Absorbsi
ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di sepanjang mukosa usus
besar, yang kemudian akan menyebabkan absorpsi air. Usus besar dapat
mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap hari. Bila
jumlah total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau melalui
sekresi usus besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan muncul dalam feses
sebagai diare.7
V. ETIOLOGI
Penyebab kolitis ulseratif tidak diketahui. Teori yang paling umum bahwa
kolitis ulseratif disebabkan oleh beberapa faktor genetik, reaksi sistem imun yang
salah, pengaruh dari lingkungan, penggunaan obat-obatan anti inflamasi nonsteroid, kurangnya kadar anti oksidan di dalam tubuh, faktor stress, ada atau
tidaknya riwayat merokok, dan riwayat mengonsumsi produk susu. Sebagai contoh,
beberapa orang memiliki risiko secara genetik untuk terkena penyakit ini. Bakteri
dan virus dapat memicu sistem imun mereka, sehingga mengakibatkan suatu
inflamasi. Karena kolitis ulseratif lebih sering muncul di negara-negara
berkembang, sangat memungkinkan diet tinggi lemak jenuh dan makanan yang
diawetkan memiliki kontribusi pada penyakit ini.1,2
a.
Penyebab genetik
Hipotesis terkini mengatakan bahwa genetik dapat menyebabkan seseorang
memperoleh kelainan pada respon imun humoral dan respon imun yang
dimediasi sel dan/atau respon imun secara umum yang direaktivasi oleh bakteri
komensal dan menyebabkan disregulasi respon imun pada mukosa sehingga
mengakibatkan inflamasi pada kolon. Riwayat adanya kolitis ulseratif pada
18
Reaksi imun
Reaksi imun yang membahayakan integritas barier epitel usus dapat
menyebabkan kolitis ulseratif. Autoantibodi serum dan mukosa yang sifatnya
melawan sel epitel usus mungkin terlibat. Adanya antibodi antineutrofil
sitoplasma/antineutrophil
cytoplasmic
antibodies
(ANCA)
dan
anti-
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga berperan. Sebagai contoh, bakteri yang mereduksi
sulfat, memproduksi sulfat, ditemukan pada sejumlah besar pasien dengan
kolitis ulseratif, dan produksi sulfat pada lebih tinggi pada pasien kolitis
ulseratif dibandingkan pasien-pasien lainnya.2
d.
19
e.
Etiologi lainnya
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kolitis ulseratif, antara lain:2
Stress psikologik dan stress psikososial berperan pada kolitis ulseratif dan
dapat mempresipitasi terjadinya eksaserbasi
2. Patofisiologi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kolitis ulseratif merupakan salah
satu bentuk dari penyakit inflamasi pada usus. Dalam penyakit inflamasi usus atau
inflammatory bowel disease, lamina propria diinfiltrasi oleh limfosit, makrofag, dan
sel-sel lain dari sistem imunitas. Penelitian yang intensif pada antigen yang memicu
respon imun belum menemukan suatu mikroba patogen tertentu. Antibodi antikolon telah jelas teridentifikasi dalam serum pasien kolitis ulseratif. Penyakit
inflamasi usus mungkin juga berkaitan dengan kegagalan supresi (atau
"downregulasi") dari peradangan kronis level rendah pada lamina propria sebagai
respon paparan kronis terhadap antigen luminal, khususnya bakteri komensal.8
Apapun pemicu antigeniknya, sel T lamina propria yang teraktivasi terlibat
dalam patogenesis penyakit inflamasi usus. Pada penyakit inflamasi usus, yaitu
penyakit Crohn, limfosit yang teraktivasi menjadi limfosit TH1 yang menghasilkan
interferon- (IFN-). Sitokin pro-inflamasi, termasuk interleukin-1 (IL-1) dan tumor
nekrosis faktor- (TNF-), dapat memperkuat respon imun. Cedera epitel pada
penyakit inflamasi usus tampaknya disebabkan jenis oksigen reaktif dari neutrofil
dan makrofag, serta sitokin seperti TNF- dan IFN-.8
Pada tikus, kolitis terjadi ketika gen IL-2, IL-10, atau transforming growth
factor-1 terkalahkan atau ketika ada beberapa sel T pada reseptor mutan, dan
kolitis berkembang pada tikus transgenik jika gen manusia HLA-B27 telah lebih
dulu diperkenalkan. Jika hewan yang sama dibesarkan dalam lingkungan yang
bebas dari kuman, kolitis tidak berkembang, sehingga menunjukkan bahwa kolitis
bisa menjadi satu-satunya manifestasi dari berbagai abnormalitas dalam imunitas
20
sistemik dan kolitis adalah hasil dari respon imun abnormal terhadap bakteri
komensal.8
Gejala Klinis
Gejala utama dari kolitis ulseratif adalah diare, perdarahan pada
rektum, tenesmus, adanya mukus, dan nyeri (kram) abdomen. Berat atau
tidaknya gejala penyakit berjalan seiring dengan luasnya proses penyakit.
Meskipun kolitis ulseratif dapat bersifat akut, rata-rata gejala klinis
bermanifestasi dalam jangka waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Seringkali diare dan perdarahan saluran cerna bersifat sangat ringan jadi pasien
tidak memeriksakan dirinya ke dokter.3,4,9
21
Aspek Fisik
Pada pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan fisik pada region
abdomen, tidak khas. Pemeriksaan fisik seringkali normal pada pasien
dengan gejala klinis yang ringan, kecuali terdapat nyeri perut pada kuadran
kiri bawah. Pasien dengan kolitis ulseratif yang berat dapat memiliki gejala
defisit cairan dan gejala-gejala toksisitas, antara lain: demam, takikardia,
nyeri perut yang signifikan, dan penurunan berat badan.2
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan anemia dan
trombositosis, Dapat ditemukan leukositosis, namun bukan merupakan
indikator yang spesifik pada penyakit ini. Pada pemeriksaan kimia darah
dapat ditemukan hipoalbuminemia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan
alkali fosfatase yang meningkat.2,4
Peningkatan sedimentasi eritrosit dan C-reaktif protein berhubungan
dengan fase akut dari penyakit ini. Sedangkan, pemeriksaan feses
dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain dari gejala yang
ditimbulkan.2
3.
Pemeriksaan Radiologi
a.
22
juga
gambaran
thumbprinting.
Terdapat
juga
gambaran
Thumbprinting
23
pseudopolip
24
26
c.
27
28
pada
pemeriksaan
kolonoskopi
dan
biopsi
dapat
29
30
31
Penyakit Crohn
Panintestinal
Skip-lesions dengan mukosa yang normal
di antaranya
Inflamasi terdapat pada transmural
Terdapat granuloma non-kaseosa
ASCA positif
positif
Perdarahan sering terjadi
32
Gambar 14. Foto polos abdomen yang menunjukkan limfadenopati difus yang
mengalami klasifikasi pada pasien dengan tuberkulosis gastrointestinal (dikutip dari
kepustakaan 17)
VIII. PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien kolitis ulseratif, antara
lain:1,2,5,16
Asam aminosalisilat
Obat ini memiliki efek anti-inflamasi lokal, secara khusus pada kolon, dan
dapat diberikan secara rektal atau oral. Formulasi obat yang slow-release
(pentasa atau asacol) dipecah di kolon.1,5
Kortikosteroid
Pengobatan kolitis ulseratif dengan menggunakan steroid biasanya efektif
dalam menimbulkan remisi dan digunakan secara khusus untuk mengobati
kolitis ulseratif eksaserbasi akut. Kortikosteroid ini dapat diberikan secara
intravena, oral, atau rektal..1,2,5,16
Antibiotik
Antibiotik digunakan dalam mengobati kolitis ulseratif namun tidak
memberikan hasil yang baik..2
33
Probiotik
Probiotik digunakan untuk mengembalikan flora normal pada usus, dan
telah dilaporkan berhasil pada beberapa kasus.5
1. Sulfasalazin oral (4-6 g/ hari) atau kombinasi oral dan topikal mesalazin
jika dalam 10-14 hari no respon maka pertimbangkan penggunaan
azathioprin (2,5 mg/kgbb/hari) atau mercaptopurin (1,5 mg/kgbb/ hari)
Severe colitis ulcerative
1. Rawat di rumah sakit
2. First line =Steroid IV ( metilprednisolon 60 mg/hari atau hidrokortison 400
mg/hari) dan bisa di berikan infiximab 5mg/kgbb/hari.
3. Second line = tacrolimus (4mg/kgbb/hari)
Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan, berupa panproktokolektomi (memotong kolon dan
rektum), merupakan terapi definitif pada kolitis ulseratif. Indikasi operasi pada
kolitis ulseratif bervariasi. Terapi medikamentosa yang gagal merupakan
indikasi yang paling sering untuk dilakukan pembedahan. Indikasi tindakan
pembedahan segera pada pasien kolitis ulseratif adalah adanya toksik
megakolon yang refrakter dengan terapi medikamentosa, adanya serangan
fulminan yang refrakter dengan terapi medikamentosa, dan perdarahan pada
kolon yang tidak terkontrol. Sedangkan, indikasi elektif adalah ketergantungan
jangka panjang pada steroid, ditemukannya displasia dan adenokarsinoma pada
biopsi skrining, dan durasi penyakit yang sudah mencapai 7-10 tahun.2,5,16
IX. PROGNOSIS
Prognosis yang buruk ditandai dengan takikardia, demam tinggi, dan
penurunan peristaltik usus, serta adanya hipoalbuminemia. Kolitis ulseratif
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Risiko kematian
meningkat pada pasien-pasien usia tua, dan pada pasien yang disertai komplikasi
(misalnya: syok, malnutrisi, anemia). Kasus-kasus yang berat dan kronik dapat
menjadi lesi prakanker. Penyebab kematian yang tersering pada kolitis ulseratif
adalah megakolon toksik.2,16
35
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
The Ohio State University Wexner Medical Center. Ulcerative colitis . Available in
Healthcare services (www.medicalcenter.osu.edu), Update 2013
4.
Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al,
editors. Harrisons principles of internal medicine 17thed. New York: McGraw Hill,
Health Professions Division; 2008.
5.
Keshav S. Ulcerative colitis and crohns disease. In: Keshav S, editor. The
gastrointestinal system at a glance. USA: A Blackwell Publishing company; 2004. p
78-9
6.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC; 1996. hlm.
7.
582-3
Guyton AC, Hall JE. Fisiologi gastrointestinal.Buku Ajar Fisiologi Kedokterran
8.
9.
10. Hanauer SB. Inflammatory bowel diseases. In: Dale DC, Federman DD, editors.
ACP medicine 3rd edition. USA: WebMD Inc.; 2007.
11. Herring W. Ulcerative colitis. Available in GI Radiology
(www.learningradiology.com), Update 2005.
12. Khan AN, Lin EC. Ulcerative colitis imaging . Available in Medscape Reference,
Drug,Disease and Procedures (www.emedicine.medscape.com), Update Juli 22,
2011.
13. Brant WE. Pediatric chest. In: Brant WE, Helms CA, editors. Fundamentals of
diagnostic radiology 2nd ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.
14. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Getiing started in clinical radiology from image to
diagnosis. Germany: Thieme; 2006. p. 197-8.
36
15. Roggeveen MJ, Tismenetsky M, Shapiro R. Best cases from the AFIP: ulcerative
colitis. RadioGraphics 2006; 26, 3: 947-51.
16. Caprilli R, Viscido A, Latella G. Current management of severe ulcerative colitis.
Nature Clinical Practice Gastroenterology & Hepatology 2007; 4, 2: 92-101.
17. Anand MKN. Gastrointestinal tuberculosis imaging . Available in Medscape
Reference, Drug,Disease and Procedures (www.emedicine.medscape.com),Update
Juni 7, 2011.
18. Johannes Meier, Andreas Strum, Current treatment of ulceratve colitis available in
www.wjgnet.com update juli 21, 2011.3204-3212
37