ILUSTRASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. S
Usia/Tanggal Lahir
BB
: 32 kg
TB
: 140 cm
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS
: 24/04/2016
Tanggal Periksa
: 25/04/2016
No. RM
: 2015-679148
Ayah
Ibu
Nama
Tn. I
Ny. J
Umur
39 th
36 th
Pendidikan
III.
SMA
Pekerjaan
Satpam
Agama
Islam
SD
Pembantu Rumah Tangga
Islam
ANAMNESA
Alloanamnesa dengan ibu pasien
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
BAB hitam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nafsu makan menurun.
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak sejak 3 hari SMRS.
Demam dirasakan terus menerus. Menurut ibu pasien 3 hari SMRS saat bangun tidur os
mengeluh demam tinggi, demam naik secara mendadak, terus menerus sepanjang hari,
disertai menggigil, tidak mengigau dan tidak ada penurunan kesadaran. Keluhan disertai
dengan mual, muntah setiap kali makan, nyeri perut, nafsu makan menurun, nyeri pada
seluruh tubuh, dan lemas. Keluhan mimisan,, gusi berdarah, BAB hitam, mencret
disangkal. Kemudian ibu membawa pasien ke puskesmas karena khawatir dengan
anaknya. Dilakukan cek laboratorium dan hasilnya normal.Dokter meresepkan penurun
demam dan antibiotik. Riwayat bepergian keluar kota disangkal. Setelah 3 hari minum
obat, pasien merasa tidak ada perubahan, semakin lemah dan terdapat BAB hitam satu
kali, tidak cair, tidak ada ampas, jumlah kurang lebih setengah cangkir teh. Ibu pasien
kemudian membawa anaknya ke RS. Kemudian pasien dianjurkan untuk di rawat inap (di
bangsal mawar).
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit
seperti ini sebelumnya.
Dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit yang sama dengan pasien.
kehamilan ibu pasien tidak mengalami penyakit tertentu. Ibu pasien tidak
merokok, memakai obat-obatan dan minum-minuman beralkohol. Ibu pasien juga
rutin melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur di klinik. Kontrol kehamilan
teratur setiap bulan pada trimester I, II, dan trimester III setiap 1 minggu
sekali.Kesan : ANC rutin, janin tunggal dan tidak ada masalah selama kehamilan.
2. Riwayat Persalinan
3. Pasien lahir secara spontan di klinik dan ditangani oleh bidan dengan usia
kehamilan 38 minggu. Berat lahir 3200 gram, panjang badan 46 cm,
langsung menangis + spontan dan gerak aktif, nilai apgar tidak tahu, bayi
langsung menangis, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Orang tua pasien tidak ingat pasti tumbuh kembang anak tetapi orang tua pasien
menganggap anaknya tumbuh normal tidak ada keterlambatan tumbuh kembang seperti
anak normal pada umumnya.
Riwayat Makanan :
Pasien minum ASI sampai umur 6 bulan. Mulai diberi makan bubur (seperti
cerelac) umur 6 bulan. Diberi nasi tim umur 9 bulan. Sehari-harinya pasien makan 3 kali
sehari sesuai dengan apa yang dimasak di rumah. Anak mau makan sayur-sayuran , tahu
tempe, ayam dan daging. Anak suka minum air mineral dan minum susu sehari 2 kali.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan cukup
-
Riwayat Imunisasi
Sosial Ekonomi :
Ayah pasien bekerja sebagai satpam sedangkan Ibu pasien sebagai PRT. Menurut
ibu pasien penghasilan mereka perbulan sekitar Rp 3.500.000,- sehari . Dengan
penghasilan sebanyak itu, ibu pasien mengaku tidak cukup untuk mencukupi segala
kebutuhan pasien dan adiknya.
Lingkungan
Tempat tinggal pasien berada dikawasan yang cukup padat penduduknya. Tempat
tinggal pasien berukuran 5 x 12 m, beratap genteng, lantai keramik dengan 1 kamar tidur,
1 kamar mandi, ruang tamu, dan dapur merupakan dapur umum. Rumah tersebut
merupakan rumah sewaan. Sumber air bersih baik. Pembuangan sampah pada tempat
pembuangan sampah. Tempat penampungan air tidak ditutup, terdapat banyak barang
bekas. Dilingkungan tempat tinggal pasien banyak yang menderita DBD
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
: Compos Mentis
3. Tanda-tanda Vital
o Frekuensi Nadi
: 37C
: Normocephal, Lingkar kepala cm,
rambut hitam merata dan tidak mudah dicabut.
5. Mata
6. Telinga
7. Hidung
8. Tenggorok
9. Mulut
10. Leher
11. Jantung
4
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
12. Paru
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
13. Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
dibawah arcus costae, turgor kulit baik, nyeri tekan di region quadran
kanan atas
d. Perkusi
14. Ekstremitas
Berat Badan
: 32 kg
Tinggi Badan
: 140 cm
Lingkar kepala
: 51 cm
BB/U
32
33
TB/U
140
137
BB/TB
32
x 100 = 91 %
35
x 100 = 96.96%
x 100 = 102 %
V.
32
=16.3
1.96
:Gizi Baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi
24/04/2016
Nilai Rujukan
Hemoglobin
16.4
Hematokrit
48
35 43%
Leukosit
6.400
5500 15.500/ L
Eritrosit
6.94
Trombosit
43.000
217.000 497.000/
L
VI.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak sejak 3 hari
SMRS.Pada 3 hari SMRS demam dirasakan tinggi, naik secara mendadak, terus
menerus sepanjang hari, disertai menggil, tidak mengigau dan tidak ada penurunan
kesadaran. Keluhan disertai mual, muntah setiap kali makan, nyeri perut, tidak nafsu
makan, lemas, nyeri pada seluruh tubuh dan persendian. Kemudia pasien dibawa
berobat ke PUSKESMAS oleh ibunya. Setelah 3 hari minum obat, pasien merasa
tidak ada perubahan, semakin lemah dan terdapat BAB hitam satu kali, tidak cair,
tidak ada ampas, jumlah kurang lebih setengah cangkir teh. Ibu pasien kemudian
membawa anaknya ke RS. Di lingkungan rumah tempat pasien tinggal banyak yang
terkena DBD.
VII.
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana
Medikamentosa
1. Diberikan O2 2-4 L/menit
2. Pemberian cairan kristaloid 20 ml /kgbb secepatnya (diberikan bolus dalam 30 menit)
20 x 32 Kg = 640 mL (Secepatnya bolus dalam 30 menit)
Pantau tanda-tanda vital setiap 10 menit, ukur diuresis dan balans cairan.
3. Ukur kembali TTV setelah 30 menit apabila ekstremitas hangat, diuresis 1 cc/kgbb,
tekanan nadi tidak menyempit 20 mmHg. Turunkan cairan dan tetesan menjadi 10
cc/kgbb/jam
10 cc x 32 kg = 320 cc/jam dapat diberikan selama 24 jam
320 x 24 jam = 7680 ml.
4.Evaluasi ketat ttv, hb, ht, tr, dan duresis setiap 6 jam . Jika kondisi tetap stabil dan membaik
maka cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam ( 7 x 32 kg x 6 jam = 1344ml)
5.
jika kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi 5 ml/kgBB/jam (5
x 32 kg x 6 jam = 960ml)
6.
Istirahat total
Monitoring TTV, Hb,Ht,Trombosit setiap 6 jam
Monitoring jumlah dan frekuensi diuresis.
Edukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M
menutup, menguras, mengubur barang-barang yang dapat menampung air; menganjurkan
agar pasien memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat berada di
lingkungan sekolah; dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun
kuantitasnya.
5. Kebutuhan kalori
70 kal x 32 Kg = 2240 kkal dalam sehari.
X.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanastionam
: dubia ad bonam
Analisa kasus
8
Diagnosis demam berdarah dengue derajat III ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini. Penegakan diagnosis DBD pada pasien ini
berdasarkan adanya lebih dari dua kriteria, yang memenuhi kriteria klinis dari WHO. Pada An S
didapatkan: demam tinggi mendadak selama 3 hari, mual muntah, Anoreksia, myalgia ,
abdominal pain, dan Melena. Pada pasien ini didapatkan BAB kehitaman, diduga telah terjadi
perdarahan gastrointestinal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan lemah,
hipotensi pada tanggal 24/04/16, serta didapatkan ptekie, nyeri tekan lengkung iga kanan, dan
hepatomegali. Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil
leukosit yang berada dalam batas normal, nilai hemoglobin dan hematokrit yang cenderung
meningkat serta didapatkan trombositopenia yaitu sebesar 43.000/mm3 (pemeriksaan pada
tanggal 24/04/2016) pukul 13.00 wib, 33.000/mm3 dan (pemeriksaan pada tanggal 24/04/2016)
pukul 18.30 wib, dan 31.000/mm3 (pemeriksaan pada tanggal 25/04/2016). Pada pemeriksaan
laboratorium biasanya akan ditemukan adanya hemokonsentrasi (peningkatan kadar hematokrit
20%) dan trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3). Hal ini merupakan salah satu dari
kriteria laboratories DBD. Hal ini menunjukkan bahwa pasien ini mengalami DBD derajat III.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa sindrom syok dengue, setelah demam berlangsung selama
beberapa hari keadaan umum pasien dapat tiba-tiba memburuk, yang biasannya terjadi pada saat
atau setelah demam menurun, yakni antara hari sakit ke 3-7.
Diagnosis banding pada fase akut mencakup spectrum infeksi baktei dan virus yang luas. Pada
hari-hari pertama DBD sulit didiagnosis dengan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
dengan demam dan morbili.
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan simtomatik. Terapi suportif
yang diberikan adalah pemberian O2 melalui nasal kanul 1 liter permenit. Pengobatan awal
cairan intravena pada keadaan syok adalah dengan larutan kristaloid 20 ml/kg setara dengan (640
ml) dalam 30 menit. Apabila syok belum teratasi dan atau keadaan klinis memburuk setelah 30
menit pemberian cairan awal, diberikan cairan 20 ml/kgBB/jam bersama dengan koloid 10-20
ml/kgbb/jam, dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB/jam. Pada pasien ini kondisi membaik
setelah dilakukan pemberian cairan awal sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam (7680ml) dapat dipertahankan hingga 24 jam. Evaluasi ketat ttv, hb, ht,
tr, dan duresis setiap 6 jam . Jika kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan diturunkan
menjadi 7 ml/kgBB/jam (1344ml) atau jika kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan
lagi menjadi 5 ml/kgBB/jam (960ml) kemudian dapat diturunkan lagi menjadi 3 ml/kgBB/jam
(576ml) dan dalam 48 jam setelah syok teratasi pemberian terapi cairan dapat dihentikan. Selain
medikamentosa tidak lupa juga diberikan terapi non medikamentosa, yaitu pemberian
paracetamol 320 ml- 480 ml yang diberikan setiap 4 6 jam hanya jika demam, ranitidin untuk
mengatasi mual 2 kali sehari dengan dosis 50 mg setiap kali pemberian, minum air yang banyak,
mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD dengan 3M menutup,
menguras, mengubur barang-barang yang dapat menampung air; menganjurkan agar pasien
memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat berada di lingkungan
sekolah; dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas, maupun kuantitasnya.
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik,
nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, tiga hari setelah syok
teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai adanya
distress pernafasan.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena penyakit pada
pasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam dubia ad bonam, karena
organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik. Untuk quo ad sanactionam bonam karena
kekambuhan pada DBD hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan
edukasi yang tepat, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus dengue.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
10
11
Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pad
monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE);
Pada penelitian yang dilakukan oleh Cunhakan dkk, antigen virus dengue ditemukan di
PBMC (Peripheral Blood Monosit Cell) ditunjukkan dalam sel monosit. Hasil deteksi
patri ganda menunjukkan antigen sel virus positif8.
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan
IL-10; Interleukin-10 meningkat di fase awal pada semua kelompok pasien DBD
meningkat dan turun pada hari pemulihan. Tingkat tertinggi terdeteksi pada pasien DSS
terutama pada 1 hari sebelum fase syok. Kadar IL-10 terkait dengan tingkat kebocoran
plasma diukur dengan ukuran efusi pleura..
c) Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag;
d)Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a
dan C5a.
13
Kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD, masa perdarahan memanjang,
masa pembekuan normal, masa tromboplastin parsial yang teraktivasi memanjang. Pada kasus
DBD berat, terjadi peningkatan fibrinogen degradation product. Perdarahan kulit pada umumnya
disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia, sedangkan
perdarahan masif ialah karena akibat kelainan mekanisme yang lebih kompleks seperti
trombositopenia, gangguan faktor pembekuan. Penelitian sistem komplemen pada DBD
memperlihatkan penurunan kadar C3, C3 proaktivator, C4 dan C5, baik pada kasus yang disertai
syok maupun tidak.
Terdapat hubungan positif antara kadar serum komplemen dengan derajat penyakit. Penurunan
ini menimbulkan perkiraan bahwa pada dengue, aktivasi komplemen terjadi baik melalui jalur
klasik maupun jalur alternatif, penurunan kadar sistem komplemen disebabkan oleh aktivasi
sistem komplemen dan bukan oleh karena produksi yang menurun. Aktivasi ini menghasilkan
14
anafilatoksin C3a dan C5a yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler,
pengurangan volume plasma dan syok hipovolemik.
Pada perjalanan penyakit DBD, sejak demam hari ketiga terlihat peningkatan limfosit
atopik yang
sebagai transformed lymphocytes. Dilaporkan juga bahwa pada sediaan hapus buffy coat kasus
DBD dijumpai transformed lymphocytes dalam persentase yang tinggi (20-50%). Hal ini khas
untuk DBD oleh karena proporsinya sangat berbeda dengan virus lain. Penelitian yang lebih
mendalam dilakukan oleh Sutaryo yang menyebutnya sebagai limfosit plasma biru (LPB).
LPB pada infeksi dengue mencapai puncak pada hari demam keenam14.
15
Gejala klinis DBD diawali dengan demam tinggi mendadak 2-7 hari, disertai muka kemerahan
dan gejala klinis lain yang sering ditemukan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri pada belakang
bola mata terutama pada pergerakan mata atau bila mata ditekan, fotofobia, nyeri pada otot, sendi
dan tulang (break bone fever)11. ,Keluhan lain diantaranya nyeri tenggorokan, mual, muntah,
namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri epigastrium dan nyeri
dibawah lengkung iga kanan. Kurva demam yang bersifat bifasik (saddle back fever) tidak selalu
16
ditemukan. Demam biasanya berlangsung 2-7 hari dan bila tidak disertai syok maka panas akan
turun dan penderita akan sembuh sendiri.
Bentuk perdarahan paling sering adalah uji tourniquet (Rumple Leede) positif, yaitu bila
ditemukan 10 bintik perdarahan (petekie) dengan luas diameter 2,8 cm2 pada pembendungan
aliran darah selama 5 menit, terdapat di lengan bawah bagian volar dan fossa cubiti 11. Gejala
perdarahan biasanya mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, hematemesis, melena1.
Selain itu dapat juga ditemukan pembesaran hati terutama pada penderita yang mengalami syok,
namun pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Dari penelitian
yang dilakukan Arshad dkk, dari hasil USG 93 pasien , splenomegali tercatat di 38 anak (40,86
%) dan pada ultrasonografi perut , splenomegali tercatat di 45 (48,4 %) , hepatosplenomegali di
22 (23,65 %) , hepatomegali di 18 (19,35 %) dan tidak ada visceromegaly diamati pada 8 anakanak (8,60 %)10. Pada dasarnya terdapat empat gejala utama pada DBD, yaitu demam tinggi,
fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi14.
Manifestasi klinis dewasa dan anak-anak serupa. Terjadinya perdarahan dan plasma kebocoran
juga serupa dalam presentasi antara orang dewasa dan pasien anak. Di antara parameter klinis,
satu-satunya perbedaan yang signifikan antara orang dewasa dan anak-anak adalah tes tourniquet
pada masuk, meskipun ini tidak konsisten dilakukan selama rawat inap. Satu-satunya perbedaan
laboratorium adalah hematokrit dan hemoglobin antara orang dewasa dan anak-anak, tapi temuan
ini bisa disebabkan oleh perbedaan usia terkait di sebagian values7.
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran khas hasil laboratorium DBD adalah terjadi peningkatan hematokrit (meningkat 20%,
atau nilai hematokrit lebih 3,5 kali nilai Hb) disertai penurunan trombosit kurang dari
100.000/L. Perubahan ini sering terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5 panas. Pemeriksaan
penunjang lain yang sering dilakukan adalah uji untuk mengenali antibodi spesifik virus dengue
baik imunoglobulin M (IgM) anti dengue untuk infeksi dengue primer maupun imunoglobulin G
(IgG) untuk diagnosis infeksi dengue sekunder. Pemeriksaan serologis antibodi IgM anti dengue
ataupun IgG anti dengue akan mempertajam diagnosis DBD12.
17
Parameter
Sirkulasi Stabil
Syok
Syok Dekompensasi
18
Kesadaran
Terkompensasi
Clear and lucid
(Syok
bias
terdeteksi
tidak
Perubahan
tidak mental
status
gelisah,
apabila combative)
memegang
pasien)
Waktu pengisian
Ekstremitas
Memanjang
Cepat
Ekstremitas hangat
detik)
Kulit mottled
Ekstremitas dingin
Ekstremitas dingin
dan lembab
Volume nadi
Volume baik
Lemah
Frekuensi jantung
Takikardia
menghilang
Takikardia
berat,
bradikardia
pada
Tekanan darah
Hipotensi postural
syok lanjut
Frekuensi Napas
Quite Tachypnea
Hipotensi
Diuresis
Normal
Menurun
Asidosis metabolic/
hiperpnea/kusmaull
Oliguria/anuria
Tabel 1. Hemodinamik pada anak dengan sirkulasi stabil, syok terkompensasi, dan syok
dekompensasi 15
E. Diagnosis
Diagnosis klinis DBD ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas vaskuler,
penurunan volume plasma, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terdapat
hemokonsentrasi. Berdasarkan manifestasi klinis DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
1. Derajat I
19
terapi cairan ditujukan untuk dehidrasi, mayoritas pada pasien non syok digunakan regimen
rehidrasi. Pada fase kritis terjadi peningkatan permeabilitas dan pada fase ini dapat terjadi
syok. Pada tahapan ini direkomendasikan untuk dilakukan penggantian volume plasma
dengan cairan isotonis kristaloid atau pada kasus berat dapat diberikan 24-48 jam, koreksi
gangguan elektrolit, metabolik dan transfuse darah pada perdarahan massif. Cairan yang
digunakan umumnya adalah kristaloid atau normal saline (0.9%), Kristaloid dianjurkan
sebagai cairan resusitasi namun pemberian berulang dapat menyebabkan asidosis
hipercloramic dan penurunan pH darah. Alternatif yang dapat dilakukan adalah pemberian
ringer laktat (osmolaritas lebih rendah dan kadar NaCl lebih
dianjurkan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Jenis cairan koloid yang digunakan
yaitu : gelatin, dextran dan starch based solution(Hung,dkk). Berikut merupakan tatalaksana
DBD berdasarkan derajat penyakit6.
21
22
Infeksi Virus
Infeksi Bakteri
Infeksi Parasit
Malaria
23
Daftar Pustaka
24
1. Bhave S, Rajput C S , Bhave Sa. Clinical profile and outcome of dengue fever and
dengue haemorrhagic fever in paediatric age group with special reference to who
guidelines (2012) on fluid management of dengue fever. International Journal of
Advanced Research. 2015:4 (3), 196-201
2. Pongpan S,
Wisitwong A, Tawichasri C,
25
26