Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Hubungan Antara Fungsi Organisasi
Dengan Etika Profesi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hubungan
antara fungsi organisasi dengan etika profesi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna

bagi

kami

sendiri

maupun

orang

yang

membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata


yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Sukabumi,
2016

Penyusun

Juli

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sebuah organisasi haruslah
memiliki interaksi antar anggotanya. Dalam beberapa pengertian
organisasi disebutkan haruslah memiliki tujuan yang akan dicapai,
dalam mencapai tujuan tersebut maka sebuah organisasi akan
membentuk karakteristik anggotanya agar sesuai dengan tujuannya
tersebut. Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja
secara bersama-sama dengan mengunakan sumber daya tertentu
untuk

berusaha

mencapai

tujuannya.

Dengan

kata

lain

bahwa

organisasi itu terdiri dari orang-orang yang bekerja dalam suatu sistem
pencarian tujuan. Agar supaya tujuan organisasinya tercapai maka
perlu dilakukan usaha-usaha tertentu untuk mengelola organisasinya.
Dalam mengelola organisasi ini sudah pasti tidak dapat terlepas dari
aspek-aspek managerial yang berkaitan erat dengan aktivitas untuk:
1. Merencanakan apa yang hendak dicapai oleh organisasi beserta
sub-sub unitnya selama periode waktu tertentu.
2. Mengkoordinasikan semua rencana berserta aktivitasnya dari
seluruh bagian yang ada demi tercapainya keselarasan kerja yang
mengarah pada tujuan yang sama.
3. Mengolah informasi yang terdapat dalam setiap unit organisasi
maupun diantara unit-unit yang ada serta informasi yang berasal
dari lingkungan ekstern guna pengambilan keputusan.

4. Mengevaluasi informasi tersebut untuk dibandingkan terhadap apa


yang

diinginkan

dan

mengambil

tindakan

tertentu

untuk

mengoreksi atas penyimpangan yang terjadi.


5. Mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisai
tersebut untuk diarahkan pada tujuannya.
Proses tercapainya pengendalian dalam suatu organisasi mencakup
suatu

analisa

tentang

pola

otonomi

yaitu

hubungan-hubungan

struktural yang ditetapkan oleh pucuk pimpinan yang dicerminkan


dalam bagan struktur organisasinya, serta gaya manajemen yang
diterapkan

oleh

pucuk

pimpinan

di

dalam

usahanya

untuk

mempengaruhi prilaku bawahannya. Tercapainya tujuan organisasi


sangat tergantung pada ada atau tidaknya unsur kerja sama diantara
sesama anggotanya, baik melalui struktur formalnya maupun struktur
informalnya. Yang dimaksud dengan struktur formal disini adalah pola
hubungan antara sesama anggota yang terjadi yang diatur melalui
struktur organisasinya, sedangkan struktur informal di sini adalah pola
hubungan antara sesama anggota yang diatur melalui struktur
organisasinya,

sedangkan

struktur

informal

disini

adalah

pola

hubungan antara sesama anggota yang terjadinya secara spontan dan


tidak

diatur

melalui

struktur

organisasinya. Secara

sederhana,

organisasi bisa diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama


untuk

mencapai

tujuan

bersama

dengan

pola

tertentu

yang

perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non fisik.


Sehingga bisa dimungkinkan terjadinya suatu konflik dalam sebuah
organisasi yang dikarenakan oleh adanya ketidakselarasan tujuan,
perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh
ekspektasi perilaku dan sebagainya.
Dewasa ini, ada kecenderungan dalam masyarakat untuk menuntut
profesionalisme dalam bekerja. Sedemikian luas kecenderungan ini,
sehingga timbul kesan istilah ini digunakan serampangan tanpa jelas
konsepnya. Tidak jarang seseorang dengan mudah mengatakan bahwa
yang penting profesional. Tetapi ketika ditanyakan tentang apa yang

dimaksud dengan profesional, ia tidak dapat memberikan jawaban


yang jelas.
Kata profesionalisme rupanya bukan hanya digunakan untuk
pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan hampir
pada semua pekerjaan. Dalam bahasa awam, segala pekerjaan
(vocation) kemudian disebut sebagai profesi. Dalam bahasa awam
pula, seseorang disebut profesional jika kerjanya baik, cekatan, dan
hasilnya memuaskan.
Etika

profesi

sangatlah

dibutuhkan

dalam

berbagai

bidang

khususnya bidang pendidikan keguruan. Kode etik sangat dibutuhkan


dalam bidang keguruan karena kode etik tersebut dapat menentukan
apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak.
Pada jaman sekarang banyak sekali orang yang berprofesi sebagai
guru menyalahgunakan

profesinya

untuk

merugikan

orang

lain,

contohnya guru yang tak mampu menyalurkan informasi-informasi


yang berisikan pengetahuan kepada peserta didik yang berdampak
pada menurunnya minat peserta didik untuk mengikuti KBM. Contoh
seperti itu, harus segera diluruskan. Agar nantinya, profesi guru akan
berjalan sesuai kode etik seorang guru yang semestinya sesuai
undang-undang yang berlaku.
Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik
profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang
telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih
memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang
lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah
tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan
apa yang salah dan perbuatan apa yang harus dilakukan dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik
adalah

memberi

pelayanan

khusus

dalam

mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.

masyarakat

tanpa

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan beberapa
masalah diantaranya adalah:
1. Apa saja fungsi dari organisasi profesi?
2. Apa saja etika profesi?
3. Apa hubungan antara fungsi organisasi profesi dengan etika
profesi?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan disusunnya makalah ini
adalah:
1. Mengetahui apa saja fungsi dari organisasi profesi.
2. Mengetahui saja etika profesi.
3. Mengetahui hubungan antara fungsi organisasi profesi dengan
etika profesi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi Profesi

1. Definisi Organisasi Profesi


Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah
dimana orang-orang berkumpul bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin danterkendali. Dalam
memanfaatkan

sumber

daya

(uang,

materil,

mesin,

metode,

lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain-lain, digunakan secara


efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, atau dapat
disebut sebagai bentuk formal dari sekelompok manusia dengan
tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja dan lain-lain)
yang bekerjasama dalam sebuah proses tertentu untuk mencapai
tujuan

bersama

(tujuan

organisasi).

Organisasi

juga

merupakan

rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan


kegunaan

segala

sumber

dan

factor

yang

menentukan

bagi

berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan


fungsi dan dinamika atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan
yang sah.
Jadi secara garis besar, definisi Organisasi profesi adalah suatu
organisasi, yang biasanya bersifat nirlaba, yang ditujukan untuk suatu
profesi tertentu dan bertujuan melindungi kepentingan publik maupun
profesional

pada

bidang

tersebut.

Organisasi

profesional

dapat

memelihara atau menerapkan suatu standar pelatihan dan etika pada


profesi mereka untuk melindungi kepentingan publik.
2. Fungsi Organisasi Profesi
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Organisasi profesi
merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama
untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu. Menurut Prof. DR.
Azrul Azwar, MPH (2016: 38), ada 3 Ciri-ciri Organisasi Profesi:
a) Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi
profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti
telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama.

b) Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik


dan kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi.
c) Kegiatan

pokok

organisasi

profesi

adalah

menetapkan

serta

meurmuskan standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan


pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi.
Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi pokok dalam
kerangka peningkatan profesionalisme sebuah profesi, yaitu:
-

Mengatur keanggotaan organisasi dalam artian Organisasi profesi


menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur organisasi,
syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih
lanjut lagi menentukan aturan-aturan yang lebih jelas dalam

anggaran.
Membantu
pengetahuan

anggota
sesuai

untuk

dapat

perkembangan

terus

memperbaharui

teknologi

dalam

artian

Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat


bagi

anggotanya

untuk

meningkatkan

pengetahuan

sesuai

perkembangan dan tuntutan masyarakat yang membutuhkan


-

pelayanan profesi tersebut.


Menentukan standarisasi pelaksanaan

sertifikasi

profesi

bagi

anggotanya dalam artian Sertifikasi merupakan salah satu lambang


dari sebuah profesionalisme. Dengan kepemilikan sertifikasi yang
diakui secara nasional maupun internasional maka orang akan
melihat
-

tingkat

profesionalisme

yang

tinggi

dari

pemegang

sertifikasi tersebut.
Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua
anggota dalam artian Etika profesi merupakan aturan yang
diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi profesi. Aturan
tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak
serta pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah
profesi.

Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika profesi dalam


artian Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi
tentunya mengikat semua anggota. Sangsi bervariasi, tergantung
jenis pelanggaran dan bias bersifat internal organisasi seperti

misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi


profesi tersebut.
B. Etika Profesi
Wheel wright dalam Robertson Jack C. dan Timothy J. Louwers
(2002: 462) mendefinsikan etika sebagai berikut:
That branch of philosophy which is the systematic study of
reflective choice, of the standards of right and wrong by which it is
to be guided, and of the goods toward which it may ultimately
directed (Cabang filosofi yang merupakan studi sistematis pilihan
reflektif, yaitu standar yang menentukan benar dan salah dan ke
arah mana diarahkan pada akhirnya)
Boynton, et.al, (2001: 97) menyatakan:
Etika (ethics) berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti karakter. Kata lain
untuk etika ialah moralitas (morality), yang berasal dari bahasa latin mores, yang
berarti kebiasaan. Oleh karena itu, etika berkaitan dengan pertanyaan tentang
bagaimana orang akan berperilaku terhadap sesamanya.
Maryani T. dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai, Seperangkat aturan
atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia
atau masyarakat atau profesi. Menurut Arens, Alvin A., et.al (2008: 98) etika secara garis
besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Menurut Martandi
Indriana Farid dan Sri Suranta (2006) dalam bahasa latin etika yaitu ethica berarti
falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut
pandang budaya, susila, serta agama.
Pengertian profesi menurut Danim Sudarwan (2002: 20), Secara estimologi, istilah
profesi berasl dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya
mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan pekerjaan.
Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental.
Sedangkan Bell Danien (1973) memberikan definisi profesi, Profesi adalah aktivitas
intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal
ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok/
badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,

menggunakan

etika

layanan

profesi

dengan

mengimplementasikan

kompetensi

mencetuskan ide, kewenangan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan
adanya tingkatan dalam masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Badudu J.S. dan Sutan, 2002:848), Profesi
adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup,
definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti,
1) Bersifat profesi; 2) Memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan; 3) Latihan.
Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah
profesional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan, yang mana
dalam penelitian ini adalah auditor. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika
tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut sebagai kode
etik. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari
pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan (Desriani dalam Sihwajoeni dan Gudono:
2000).
Menurut Boyton, et.al (2001: 98),
Etika profesional adalah standar perilaku bagi seorang profesional yang dirancang
untuk tujuan praktis dan idealistik. Sedangkan kode etik profesional dapat dirancang
sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal, sehingga harus bersifat realistis dan
dapat ditegakkan.
Russell J.P. (2000: 1) memberikan definisi terkait etika professional,
The manner in the auditor conducts him/herself. Objectivity, courtesy, honesty, and
many other character attributes combine to make up the particular conduct of any
auditor during an audit. (Cara auditor memperlakukan dirinya. Objektivitas,
kesopanan, kejujuran, dan banyak atribut karakter lainnya menggabungkan untuk
membuat perilaku auditor selama audit).
Yusuf Haryono (2001) menyatakan,
Etika profesional lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup
prinsip-prinsip untuk orang-orang profesional yang dirancang untuk tujuan praktis
maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etik profesional antara lain
dirancang untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik harus realistis dan dapat
dilaksanakan. Agar bermanfaat, kode etik seyogyanya lebih tinggi dari undangundang tetapi dibawah ideal.
Sihwajoeni dan Gudono (2000) membuat definsi kode etik profesi sebagai berikut,

Kode etik profesi merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturan- aturan
yang memberi pedoman dalam berhubungan dengan klien, mayarakat, anggota
sesama profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya. Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang
berpraktik sebagai auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan, Etika profesional bagi praktik
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tinggi, mencapai tingkat kinerja yang tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi,
C. Hubungan Antara Fungsi Organisasi Profesi dengan Etika
Profesi

Anda mungkin juga menyukai