Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS DENGAN TEKNIK

OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) PADA TOPOLOGI


MESH DALAM JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN)
MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER

Disusun Oleh :
1. Nadia Fadamochsadanya
2. Ricky Sugiharto
3. Rivania Keumala Putri

PROGRAM STUDI BROADBAND MULTIMEDIA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
LAN telah menjadi suatu teknologi yang sangat banyak digunakan
baik di perusahaan, kantor, kampus, sekolah ataupun di perumahan. Local
Area Network (LAN) adalah sekumpulan komputer yang saling dihubungkan
bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam
satu kantor atau gedung. Mengingat kebutuhan akan informasi jaringan
komputer begitu penting terutama untuk mencari kerusakan jaringan secara
cepat, mudah, dan murah, maka untuk mengatasi masalah di atas seorang
administrator jaringan memerlukan aplikasi Network Monitoring System
untuk simulasi yang dapat mencerminkan arsitektur dari jaringan komputer
pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan aplikasi Cisco
Packet Tracer, simulasi data mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi
informasi tentang keadaan koneksi suatu komputer dalam suatu jaringan
apabila terjadi masalah dalam interkoneksi jaringan. OSPF merupakan sebuah
routing protokol yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal di mana
masih memiliki hak.
Semakin besar suatu jaringan maka manajemen jaringan juga menjadi
lebih kompleks dan rumit. Oleh karena itu perlu adanya manjemen jaringan
dan proses routing yang tepat untuk menentukan jalur tercepat atau terdekat
dalam mengirimkan paket-paket data sampai ke tujuannya. Aturan router
dalam melakukan proses routing tersebut dikenal dengan protokol routing.
Baik secara statis maupun dinamis routing harus didesain agar sangat efisien.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan Internet Protokol
(IP) paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket.
Static routing adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan routing
table dengan konfigurasi manual. Dynamic routing adalah suatu mekanisme
routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan
dilakukan secara dinamis. Dalam skala jaringan yang kecil yang terdiri dari
dua atau tiga router saja, pemakaian static routing lebih umum dipakai.
OSPF merupakan sebuah routing protokol yang hanya dapat bekerja
dalam jaringan internal di mana masih memiliki hak administrasi terhadap
jaringan tersebut. OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar
terbuka, yaitu routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun.
Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun
dapat kompatibel dengannya, dan dimanapun routing protokol ini dapat
diimplementasikan. OSPF menggunakan protokol routing link-state, yang

memiliki titik berat pada kinerja processor, kebutuhan memori dan konsumsi
bandwidth.
Setiap protokol routing memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Routing Information Protocol (RIP) dan OSPF salah satu dari
dynamic routing. Namun OSPF lebih baik daripada RIP, karena RIP dapat
menimbulkan routing loop dan menggunakan bandwith yang lebih besar
(Syafrizal, 2008).69
Dengan beberapa kelebihan routing protokol OSPF, sehingga dalam
studi kasus ini digunakan routing OSPF. Oleh karena itu perlu
mengoptimalkan kinerja Protokol Routing OSPF terutama masalah pengaruh
bandwith dengan menentukan model dan area jaringan routing OSPF untuk
mengoptimalkan
1.2 TUJUAN
Salah satu jaringan telekomunikasi yang sedang berkembang adalah
jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi
yang sangat banyak digunakan baik di perusahaan, kantor, kampus, sekolah
ataupun di perumahan. Local Area Network (LAN) adalah sekumpulan
komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu yang
tidak begitu luas.
1.3 METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu
pembuatan model jaringan, penentuan IP address, dan konfigurasi Router.

BAB II
DASAR TEORI
2.1. LAN (Local Area Network)
Local Area Network adalah jaringan lokal yang dibuat pada area
tertutup. Misalkan dalam suatu gedung atau dalam suatu ruangan. Kadangkala
jaringan lokal disebut juga jaringan privat. LAN biasanya digunakan untuk
jaringan kecil yang menggunakan resource bersamasama, seperti penggunaan
printer bersama, dan penggunaan media penyimpaan bersama. Bentuk
jaringan LAN dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Local Area Network


2.1.1. Topologi Jaringan LAN (Local Area Network)
Topologi mesh adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana
setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di
dalam jaringan. Akibatnya, dalam topologi mesh setiap perangkat dapat
berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju. Topologi jaringan
mesh diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Gambar Topologi Mesh

2.2. Router
Router adalah suatu alat jaringan komputer yang digunakan untuk
mengirimkan paket data dari suatu jaringan menuju tujuannya melalui proses
yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi di layer 3 dari tujuh
lapisan osi layer. Router adalah komputer yang memiliki komponen dasar
yang sama seperti komputer PC biasa, tetapi router di desain untuk
melakukan fungsi tertentu. Misalkan untuk menghubungkan dan
menyediakan proses komunikasi diantara dua jaringan dan menentukan jalur
terbaik untuk perjalanan data melalui jaringan yang terhubung. Router
menggunakan protokol routing untuk menentukan jalur terbaik untuk setiap
paket data yang akan dikirimkannya.
2.3. Routing
Routing adalah proses pemilihan jalur di jaringan yang digunakan
untuk mengirimkan paket data ke alamat tujuan. Router membuat keputusan
routing berdasarkan IP address tujuan dari paket. Istilah routing digunakan
untuk pemilihan jalur sebuah paket dari sebuah jaringan ke jaringan lain yang
saling terhubung melalui router. Router hanya memperhatikan network tujuan
dan jalur terbaik untuk menuju ke network tujuan. Pada suatu sistem jaringan
komputer, router menyimpan informasi tentang routing didalam tabel routing.
Router akan berpedoman pada tabel routing ini untuk menentukan jalur mana
yang digunakan untuk mencapai network tujuan terhadap paket-paket yang
dilewatkan kepadanya. Router menggunakan tabel routing untuk menentukan
tujuan pengiriman paket. Jika sebuah paket tiba di sebuah router, dan router
tersebut tidak memiliki tabel routing yang sesuai dengan tujuannya, maka
router akan membuang paket tersebut. Agar router dapat bekerja dengan baik,
seluruh router dalam sebuah jaringan harus memiliki rute ke semua jaringan
yang ada.

2.3.1. Routing Dinamis


Router Dinamis adalah router yang merutekan jalur yang dibentuk
secara otomatis oleh router itu sendiri sesuai dengan konfigurasi yang dibuat.
Jika ada perubahan topologi antar jaringan, router otomatis akan membuat
routing yang baru.
2.3.2. Protokol Routing
Protokol routing adalah komunikasi yang terjadi antara router.
Protokol routing memungkinkan router untuk membagi informasi tentang
jaringan dan hubungannya dengan router sekitarnya. Router menggunakan
informasi ini untuk membangun tabel routing.
2.3.3. Klasifikasi Protokol Routing
Protokol routing diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Distance Vector
Algoritma yang digunakan untuk protokol routing ini yaitu algoritma
Bellman dan algoritma Ford-Fulkerson. Dengan distance vector, setiap router
mengirimkan informasi tabel routing yang dimilikinya ke router lain yang
saling terhubung. Informasi ini kemudian diteruskan oleh router tersebut ke
router yang lainnya yang terhubung dengannya. Jadi dengan metoda distance
vector tabel routing dibuat berdasarkan informasi yang didapat dari tangan ke
dua. Distance vector mengupdate perubahan topologi setiap 30 detik. Hal ini
memungkinkan perubahan di suatu router belum sempat diketahui oleh
router lainnya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya routing loop. Routing
loop menyebabkan paket dikirim berulang ulang mengelilingi jaringan
sampai akhirnya paket dibuang (drop) oleh router. Jika terjadi routing loop
maka jaringan akan dipenuhi oleh paket-paket yang tidak pernah sampai ke
tujuan. Contoh dari protokol routing distance vector adalah IGRP, RIP, dll.
b. Link State
Algoritma yang digunakan untuk protokol routing ini yaitu algoritma
Dijkstra. Link State mengumpulkan informasi lengkap mengenai topologi dan
jaringan. Protokol routing Link State meng-update tabel routing berdasarkan
perubahan topologi yang terjadi (event triggered update) sehingga
mempunyai waktu convergence (waktu yang di perlukan oleh semua router di
dalam jaringan untuk mengikuti perubahan topologi jaringan) yang lebih
cepat. Kelemahan dari protokol ini adalah router membutuhkan sumber daya
yang lebih tinggi, karena proses komputasi yang dilakukan lebih rumit.
Contoh dari protokol routing link state adalah OSPF dan IS-IS (Intermediate
System Intermediate System).

Gambar 3 Klasifikasi routing protocol


2.3.4. Open Shortest Path First (OPSF)
OSPF adalah sebuah protokol routing yang dikembangkan untuk
jaringan IP oleh Internet Engineering Task Force (IETF). Sesuai dengan
namanya protokol ini memiliki 2 (dua) karakteristik utama. Pertama protokol
ini bersifat terbuka artinya spesifikasi dari protokol ini terbuka untuk umum
dan yang kedua adalah routing dari OSPF ini berbasis algoritma SPF. OSPF
adalah protokol routing dinamik, yang dapat mendeteksi perubahan topologi
yang terjadi di dalam sebuah AS, misalkan karena interface yang tidak
berfungsi dan segera melakukan kalkulasi rute baru yang bebas dari
perulangan. OSPF termasuk dalam link-state routing protocol. LSA (Link
State Advertisement) adalah kumpulan informasi yang berisi tentang status
link di setiap router. LSA inilah yang setiap periode tertentu dikirimkan ke
router yang saling terhubung dalam sebuah domain OSPF tertentu. LSA ini
berisi link id, state of the link, dan cost menuju network tetangga. OSPF
memiliki kemampuan pengelompokan terhadap network tertentu.
Pengelompokan tersebut dikenal dengan area. Topologi di sebuah area akan
membuat informasi mengenai area tersebut tidak bisa diketahui oleh area
lainnya. Penyembunyian informasi ini akan menyebabkan penurunan yang
signifikan terhadap trafik routing yang didistribusikan oleh setiap router.
Seperti yang telat disebutkan sebelumnya bahwa algoritma yang dipakai oleh
link-state yaitu algoritma djikstra di mana jalur terpendek akan dibangun
berdasarkan jalur-jalur terbaik dan disimpan di tabel routing, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Link State

ALGORITMA DIJKSTRA
Algoritma ini bertujuan untuk menemukan jalur terpendek berdasarkan bobot terkecil
dari satu titik ke titik lainnya. Misalkan titik mengambarkan gedung dan garis
menggambarkan jalan, maka algoritma Dijkstra melakukan kalkulasi terhadap semua
kemungkinan bobot terkecil dari setiap titik.

Contoh keterhubungan antar titik dalam algoritma Dijkstra


Pertama-tama tentukan titik mana yang akan menjadi node awal, lalu beri bobot jarak
pada node pertama ke node terdekat satu per satu, Dijkstra akan melakukan
pengembangan pencarian dari satu titik ke titik lain dan ke titik selanjutnya tahap
demi tahap.
Berikut adalah proses algoritma djikstra pada teknik OSPF :
a. Pertama-tama data masih berupa bit-bit yang kemudian dikemas menjadi paket
paket data.
b. Setiap router mengupdate tabel routing.

c. Setelah mengupdate tabel routing, router memberitahukan kepada router


tetangganya berapa jarak dari router tersebut.
d. Tiap router mendapatkan informasi dari tabel routing yang telah di update lalu
algoritma dijkstra menhitung semua jarak yang menuju alamat tujuan.
e. Algoritma mencari best path ke alamat tujuan,jika alamat yang dituju sudah
ketemu maka tiap router mengupdate informasi pada tabel routing, jika tidak
maka algoritma akan menghitung ulang untuk mencari best path.
f. Jika semua router telah di periksa maka proses selesai, jika belum, maka router
akan memberi tahu kembali router tetangganya.
2.3.4.1. Karakteristik OSPF
Karakteristik dari protokol routing OSPF adalah sebagai berikut :
Setiap router yang berada dalam satu domain, memiliki database yang
identik satu sama lain.
Jaringan yang berukuran besar akan dipecah menjadi area-area yang lebih
kecil.
Jalur yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan umumnya lebih dari 1.
Tidak mengandung rute berulang.
2.3.4.2. Keuntungan dan Kerugian OSPF
Pada protokol OSPF, setiap router akan menghitung rute secara
independen terhadap router lainnya. Keuntungan dari protokol routing link
state adalah :
Bereaksi secara cepat terhadap perubahan yang terjadi di jaringan.
Paket yang dikirimkan berukuran sangat kecil.
Sedangkan kerugian yang dimiliki oleh protokol routing OSPF adalah :
Membutuhkan memori berukuran besar.
Lebih sulit untuk dikonfigurasi.
2.3.4.3. Cara Kerja OSPF
OSPF akan diilustrasikan pada Gambar 5 berikut ini [Parkhurst-98].
Router A memiliki 3 interface atau link yang aktif. Setiap interface memiliki
alamat ip dan subnet mask tersendiri. Alamat ip dan subnet mask menentukan
interface mana yang terhubung ke suatu network. Cost dari setiap link
ditentukan dari bandwidth yang dimiliki oleh link tersebut. Semakin besar
bandwidth yang dimiliki, semakin kecil cost yang dimiliki oleh link tersebut.

Gambar 5. Contoh Network OSPF


Salah satu cara untuk menghitung cost adalah membagi 100.000.000
dengan bandwidth yang dimiliki oleh sebuah link. Mengacu pada gambar 2.1,
bila jaringan ethernet dianggap memiliki bandwidth 10 mbps, maka cost
untuk link tersebut adalah 10. Link ISDN akan memiliki cost 1786, dan link
frame relay akan memiliki cost 333 (semua cost dibulatkan menjadi bilangan
bulat terdekat). Local link state dari setiap router kemudian telah terbentuk.
Dan link state untuk router A ditampilkan pada tabel 2.1. Router A akan
mengirimkan local link state yang dimilikinya ke setiap router yang
terhubung, dan setiap router akan mengirimkan informasi tersebut ke jaringan
sampai semua router memiliki link state database yang lengkap dan sama
isinya.
Tabel 1. Link state untuk Router A

Setelah setiap router memiliki link state database yang lengkap, setiap
router dapat menghitung rute terpendek. Melanjutkan topology sebelumnya,

ada banyak rute yang dapat dipilih oleh router A saat akan menuju network 5
yang ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6. Rute yang dapat dipergunakan OSPF


Ada 4 rute yang dapat dipilih oleh Router A, yaitu :
1. ISDN (1786) + Ethernet (10) = 1798
2. Ethernet (10) + Frame relay (333) + Ethernet(10) = 353
3. Frame relay (333) + Ethernet (10) = 343
4. Ethernet (10) + Frame relay (333) + Ethernet (10) = 353
Rute terpendek ditunjukan dengan rute ke 3, jadi rute inilah yang akan
digunakan oleh Router A di tabel routingnya untuk menuju ke network 5.

2.4. Parameter Sistem


Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisa
kinerja jaringan LAN, yaitu Packet Loss, Delay dan Throughput
1. Delay
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak
dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau
juga waktu proses yang lama, kategori jaringan berdasarkan nilai delay
dapat dilihat pada Tabel 2 dan untuk meghitung nilai delay dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 1.
Persamaan perhitungan Delay :

Tabel 2. Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi TIPHON)


2. Packet Loss
Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan
suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Untuk
menghitung nilai Packet Loss dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2, dan kategori jaringan berdasarkan nilai dapat dilihat pada
Tabel 3. Persamaan perhitungan Packet Loss :

Dimana:
A : packet data yang dikirim
B : packet data yang diterima

Tabel 3. Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss


3. Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam


melakukan pengiriman data, untuk menghitung throughput dapat
menggunakan dengan Persamaan 3.
Persamaan perhitungan Throughput :

BAB III
PEMBAHASAN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
perancangan jaringan dalam jurnal ini adalah sebagai berikut:

pembuatan

1. Membuat Model Jaringan


Untuk membuat model dari jaringan komputer yang akan
digunakan bisa dilakukan dengan memanfaatkan area kerja dari Cisco
Packet Tracer. Peralatan yang digunakan dapat dipilih dari kolom
pemilihan jenis alat dan koneksi yang berada di sebelah kiri bawah. Hasil
dari model jaringan yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Model Jaringan


2. Menentukan IP Address
Dalam perancangan ini akan didefinisikan terlebih dahulu berapa
IP untuk masing-masing PC yang digunakan pada masing-masing gedung.
Untuk mengisi IP Address dengan cara klik pada PC yang ingin diberi IP
address, lalu pilih desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian
masukkan nomor IP Address, contoh pengisisan IP Address dapat dilihat
pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengisian IP Address


3. Konfigurasi Router
Cara konfigurasi router adalah dengan mengklik pada router,
setelah masuk ke menu setting pilih perintah CLI (Command Line
Interface), kemudian ketik perintah perintah yang digunakan, yaitu
perintah untuk konfigurasi setiap interface dan perutingan OSPF. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Tampilan menu CLI untuk perintah interface dan serial


router

3.1. ANALISIS
Desain Topologi dan Konfigurasi Jaringan
Untuk menentukan model Jaringan OSPF yang optimal, maka
dilakukan desain topologi dan area jaringan, serta konfigurasi routing OSPF
yang berbeda-beda. Percobaan ini dilakukan dengan 8 buah router dan 1 buah
Komputer yang masing-masing terhubung dengan router. Dengan OSPF,
maka jaringan akan dibagi menjadi tingkatan yang dinamakan sistem
pengelompokan area. Berikut ini merupakan konfigurasi masing-masing
Komputer:

Tabel 4. Konfigurasi Komputer

Jaringan Single area


Model jaringan Single area OSPF hanya terdiri dari 1 area yaitu area
0. Gambar 3 berikut ini menunjukkan desain topologi dari single area OSPF:

Gambar 10. Desain Topologi Jaringan Single Area

Konfigurasi Routing OSPF Single Area ditunjukkan melalui Tabel 5


berikut ini:

Tabel 5. Konfigurasi Routing OSPF Single Area 4.2.2


Jaringan 3 Area
Model jaringan 3 area OSPF terdiri dari 3 area yaitu area 0, area 1 dan
area 2. Berikut desain topologinya:

Gambar 11. Desain Topologi Jaringan 3 Area


Konfigurasi Routing OSPF Single Area ditunjukkan melalui Tabel 6 berikut
ini:

Tabel 6. Konfigurasi Routing OSPF 3 Area

Jaringan 5 Area
Model jaringan 4 area OSPF terdiri dari 4 area yaitu area 0, area 1,
area 2, dan area 3. Berikut desain topologinya:

Gambar 12. Desain Topologi Jaringan 5 Area

Tabel 7. Konfigurasi Routing OSPF 5 Area

IP route pada Router 1:

Network Tetangga Router 1:

Database Network Router 1:

Pengujian
Pengujian dilakukan menggunakan simulasi Traffic Generator pada
Desktop masing-masing Komputer. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan
paket antar Komputer menggunakan application Ping dan FTP dengan beban
tertentu dan interval periodik tertentu sebagai simulasi penerapan Traffic load.
Dari simulasi tersebut, dilakukan pencatatan waktu (time) yang dibutuhkan dalam
pengiriman paket. Dari hasil time tersebut dapat dilakukan analisa untuk mencapai
kesimpulan.

Aplikasi Ping
Disikan nilai TTL (Time to Live) yaitu 255, nilai TOS (Time of Service)
yaitu 255, Sequence Number 1 dan size untuk beban 14000 bit. TTL merupakan
lama waktu paket saat mengirim hingga sampai lagi. Setting ini berlaku untuk
setiap Komputer pada semua model area yang akan diujikan.

Gambar 13. Traffic Genarator Desktop Komputer


Namun pada Destination IP address dan Souce IP Address disesuaikan
seperti yang ditunjukkan melalui Tabel 8.

Tabel 8. Tabel IP Komputer asal dan tujuan pengiriman paket


Pada Simulation Settings, Periodic Interval dapat diisikan 3 second,
sehingga proseS pengiriman data akan berulang 3 detik sekali. Lakukan hal
yang sama pada semua Komputer sehingga dapat terjadi traffic load pada
Jaringan.

Gambar 14. Traffic load pada Jaringan


Dari Traffic load diatas, dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk
mengirim paket antar Komputer untuk masing-masing area sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Waktu

Aplikasi FTP

Disikan nilai TTL (Time to Live) yaitu 255, nilai TOS (Time of
Service) yaitu 255, source port 80, destination port 21 dan size 10000 bit.
Setting ini berlaku untuk setiap Komputer pada semua model area yang akan
diujikan.

Gambar 15. Traffic Genarator Desktop Komputer


Namun pada Destination IP address dan Souce IP Address disesuaikan
sebagai berikut:

Tabel 10. Tabel IP Komputer asal dan tujuan pengiriman paket


Pada Simulation Settings, Periodic Interval dapat diisikan 5 second,
sehingga proses pengiriman data akan berulang 5 detik sekali. Lakukan hal
yang sama pada semua Komputer sehingga dapat terjadi traffic load pada
Jaringan. Simulasi Traffic load Aplication FTP hampir sama dengan Simulasi
Traffic load Aplication Ping.

Gambar 16. Traffic load pada Jaringan


Dari Traffic load, dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk
mengirim paket antar Komputer untuk masing-masing area sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Waktu

BAB IV
KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan :
1. Penurunan rata-rata time antara area pada Traffic load untuk Application
Ping secara garis besar 0,067%, dan penurunan rata-rata time untuk
Application FTP secara garis besar 0,15%.
2. Semakin kecilnya nilai time menunjukkan bahwa pengiriman paket
semakin cepat, hal ini menunjukkan bahwa kinerja routing semakin
optimal.
3. Semakin banyak area pada jaringan OSPF dan pengelompokan area yang
tepat, maka semakin optimal model routing OSPF.
4. Semakin optimal kinerja routing, maka dapat menekan kinerja Processor,
Kebutuhan memori dan Konsumsi bandwidth.
5. Hal terpenting pada jaringan OSPF adalah perancangan topologi jaringan
dan konfigurasi routing OSPF yang tepat. Perancangan topologi jaringan
yang baik dapat mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
Cisco
Press,
OSPF
Design
Guide,
http://www.cisco.com/en/US/tech/tk365/technologies_white_paper09186a008009
4e9e.shtml , 2010.
[2] M, Lady S., Suhardi. 2011. PENGARUH MODEL JARINGAN TERHADAP
OPTIMASI ROUTING OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF). Jurnal
Teknologi Vol. 1. No. 2.
[3] ParkHurst William R (1998) : Cisco Router OSPF : Design and
Implementation Guide Cisco Technical Expert, McGraw-Hill Professional
[4] Villasica, Y. D., Mubarakah, N. 2014. ANALISIS KINERJA ROUTING
DINAMIS DENGAN TEKNIK OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) PADA
TOPOLOGI MESH DALAM JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN)
MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER. Jurnal SINGUDA ENSIKOM
Vol. 7. No. 3.
[5] Yanto. 2011. Analisis QOS (Quality Of Service) Pada Jaringan Internet
(Studi
Kasus:
Fakultas
Teknik
Universitas
Tanjungpura).
http://jurnal.untan.ac.id/inde x.php/justin/article/download/880/858.
(diakses
tanggal 4 Juni 2013)

Anda mungkin juga menyukai