Anda di halaman 1dari 7

METODE AL-BARQY DALAM PENGAJARAN BTQ

Metode Al-Barqy adalah metode pengajaran baca tulis Al-Quran, yang


menggunakan metode yang sedang dikembangkan oleh berbagai ahli dalam
pengajaran baca tulis dalam berbagai bahasa yaitu yang dikenal dengan pendekatan
global atau Gestald Psychologie.Yang bersifat Analitik Sintetik yang juga dikenal
dengan nama Struktural Analitik Sintetik (SAS).
Metode Al-Barqy menggunakan metode kata lembaga sebagai kata kunci yang
harus dihafal dengan pendekatan global dan bersifat analitik sintetik. Metode AlBarqy menggunakan empat kata lembaga dan tiap kata lembaga terdiri dari empat
suku kata, yaitu:
1.
A DA RA JA =
2.
MA HA KA YA =
3.
KA TA WA NA =
4.
SA MA LA BA =
Tiap-tiap kata lembaga memiliki arti, sehingga mudah dipahami dan dihafal,
yang kemudian dapat digunakan kunci rujukan pada saat anak lupa. Metode AlBarqy menggunakan sistem sebagai berikut:
Pertama : Pengamatan sebuah struktur kata, Misalnya :KA TA=
Kedua
: Pemisahan, Misalnya : A-DA-RA-JA
Ketiga
: Pemilihan, Misalnya : MAHA KAYA (Supaya gampang di ingat)
Keempat : Pemaduan, Misalnya : SA MA LA BA=
Teknik metode Al-Barqy menggunakan teknik penyajian sebagai berikut:
a. Konsentrasi menggunakan titian ingatan (untuk mengingat sewaktu lupa)
b. Mengadakan pengelompokan bunyi untuk mengenal/ pindah dari huruf yang
dikenal ke huruf yang sulit (transfer).
c. Menggunakan pengenalan dengan titian unta (urutan yang mengarah) dalam
mengajarkan huruf mati.
Metode ini sifatnya bukan mengajar, tetapi hanya mendorong, guru hanya tut
wuri handyani. Murid dianggap sudah memiliki persiapan dengan pengetahuan
tersedia. Murid membuka buku atau melihat alat peraga tidak dalam keadaan
kosong. Karena sudah punya persiapan, maka murid tinggal membaca sendiri,
memisah sendiri, memilih sendiri, dan memadu sendiri. (Muhadjir Sulthon,1999: 6).
Metode ini memandang bahwa pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Belajar untuk menemukan sendiri.


Belajar untuk berpikir kritis
Belajar untuk menyeleksi materi yang diterimanya secara tepat.
Scaffolding

Jadi untuk mengembangkan potensi anak melalui pembelajaran yang


menyenangkan, tidak memaksa, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang dimiliki
oleh anak.

A.

Manfaat Metode Al-Barqy.

Sebenarnya belajar baca tulis Al-Quran itu adalah merupakan bagian daripada
belajar Bahasa Arab. Bahkan ia merupakan langkah awal daripada belajar bahasa
tersebut. Oleh karena itu dalam pengajaran baca tulis huruf Al-Quran harus
menggunakan metode pengajaran Bahasa Arab.
Selama ini pengajaran baca tulis huruf Al-Quran seakan-akan terpisah dari
pengajaran bahasa, sehingga banyak buku yang terbit tentang pengajaran baca tulis
Al-Quran yang mengabaikan metode yang lazim dipakai untuk pengajaran bahasa.
Padahal semestinya setiap buku yang mengajarkan bahasa harus menggunakan
disiplin metode yang akurat. Jadi bukan hasil otak-atik yang dianggap matuk, tetapi
sering dari metode maupun aspek psikologis dari bahasa itu sendiri dalam kaitannya
dengan anak didik yang belajar bahasa tersebut.
Malangnya, sampai sekarang ini masih banyak buku pengajaran baca tulis
huruf Al-Quran yang tanpa mencantumkan metode atau pendekatan yang dipakai
oleh buku tersebut.
Beberapa buku ditingkat Ibtida'iyyah di negara Arab, ternyata sudah sejak lama
menggunakan metode ini. Jadi sudah meninggalkan pengenalan dengan nama
huruf, yaitu Alif ( ) , Ba' ( ) , Ta' ( ) dan seterusnya. Yang dapat diketahui
sekarang ini ada 2 (dua) metode yang berkembang dalam pengenalan huruf Arab di
negara Arab, Yaitu :
a) SAS murni
b) Semi SAS
Yang dimaksud semi SAS disini ialah penggunaan Struktur kata atau kalimat,
yang tidak mengikutkan bunyi mati/ sukun, umpama ; jalasa, kataba. Penyusun buku
ini berpendapat bahwa untuk bahasa Arab atau bahasa Indonesia lebih cocok
menggunakan semi SAS, sebab kedua bahasa ini, terutama bahasa Arab
mempunyai fonim yang sempurna yaitu satu suku kata, satu huruf dan tak ada huruf
rangkap.
Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam satu suku kata mungkin diwakili dengan
tiga huruf atau lebih, umpamanya : one, two, three, dan lain sebagainya. Untuk
bahasa yang demikian ini sangat cocok menggunakan SAS murni, karena antara
tulisan dengan bunyi tidak sama.
Tiap-tiap metode harus memenuhi 3 hal, yaitu : Pendekatan, sistem dan
tekhnik. Untuk itulah, maka ini sengaja menggunakan metode yang diberi nama
metode kata lembaga (sebagai kata kunci yang harus dihafal) dengan pendekatan
global dan bersifat analitik sintetik.
Tiap kata lembaga hanya 4 suku kata, karena jumlah huruf yang dicapai lebih
sedikit, yaitu setengah dari jumlah huruf Arab, yang mirip dengan bunyi Indonesia.
Yang perlu diingat, tiap-tiap kata lembaga tersebut memiliki arti, hingga mudah
difahami dan dihafal, yang kemudian dapat digunakan sebagai kunci rujukan pada
saat anak-anak lupa. Karena itu, metode ini membuat mereka ANTI LUPA.
Tekhnik penyajian yang akurat, seperti :
a) Konsentrasi menggunkan titian ingatan (untuk mengingat sewaktu lupa).
b) Mengadakan pengelompokan bunyi untuk mengenal/pindah dari huruf yang
telahdikenal ke huruf yang sulit (transfer).
c)
Isyarat bunyi (morse).
d) Mengelompokkan bentuk huruf untuk memudahkan belajar menyambung
(imla').

e)
f)

Menggunakan pengenalan dengan titian unta (urutan yang mengarah) yaitu


dalam mengajarkan sukun dan tasydid.
Menggunakan latihan bacaan (drill) dalam mengenalkan makhraj maupun
kepekaan terhadap huruf dan kefasihan membaca.

Sistem pengamatan, pemisahan, pemilihan, dan pemaduan ini jika


diperuntukkan anak TK dengan cara bermain, maka dapat memacu kecerdasan.
Metode Al-Barqy merupakan metode yang paling banyak mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam kemampuannya membaca Al-Quran dengan baik dan
cepat. metode Al-Barqy lebih tepat digunakan secara klasikal dan dapat masuk
dalam kegiatan intrakulikuler.(Hasan Muarif Ambari dan Taufik Abdillah, 1996 : 391).
Adapun penerapan metode Al-Barqy secara global adalah sebagai berikut:
Langkah pertama: guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu
beberapa kata kunci dalam metode Al-Barqy. Kata kunci tersebut merupakan struktur
yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah, Contohnya: ADA RAJA MAHA KAYA KATA
WANA SAMA LABA. Guru membacakan kata-kata kunci tersebut dengan cara
menyanyikannnya kemudian diikuti oleh peserta didik. Sehingga peserta didik di
SMP Plus Laboratorium Indonesia Karawang merasa belajar Al-Quran sangat
menyenangkan dengan cara bermain, bernyayi sambil belajar.
Langkah kedua: setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan kata-kata
kunci tersebut, kemudian guru menuliskannya di papan tulis. Contohnya :

Selanjutnya guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf tersebut,


karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata kunci, maka huruf-huruf
hijaiyyah yang dituliskan guru mampu dibaca peserta didik dengan sangat lancar
sambil menyayikannya.
Langkah ketiga : guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci
tersebut dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa mengikuti
contoh tulisan huruf tersebut selanjutnya guru meminta siswa menutup buku AlBarqy dan membuka lembaran baru yang kosong kemudian guru menyebutkan salah
satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya di lembaran kosong dengan cara
guru mendikte dan siswa menulis sambil menyebutkan huruf yang ditulisnya
berulang kali sampai hafal.
Langkah keempat : guru meminta siswa satu persatu untuk membaca hurufhuruf tersebut dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak
teratur. Contohnya :
Penerapan metode Al-Barqy secara spesifik dan rinci adalah sebagai berikut:
1.

Fase Analitik A:
Guru mengucapkan kata lembaga (struktur) pada halaman 1 lajur A, yaitu:
( tidak boleh dieja), murid menirukan sampai hafal. Untuk lebih menarik, murid
disuruh memejamkan mata, lalu mengucapkan kata lembaga dan menghafal.
(Setelah ini, murid memiliki pengetahuan tersedia, dan guru tinggal mendorong saja,
yang seolah-olah tanpa mengajar lagi)

a.
b.
c.
2.

Murid disuruh mengucapkan kata lembaga yang telah hafal tadi dan melihat
papan tulis yang tersedia tulisan (lebih baik membawa tulisan pada karton
yang tinggal menempelkan pada papan tulis.
Ketika anak mengucapkan kata lembaga (a-da-ra-ja), maka guru menunjuk
pada suku-suku kata dari kata lembaga tersebut yang telah terpampang di
papan tulis.
Begitu berulang-ulang, kadang-kadang cepat dan kadang-kadang lambat.
Fase Analitik B:
a.
Kata lembaga dibagi dua, yaitu a-da dan ra-ja
b.
Guru menunjuk dua suku kata saja, yaitu a-da. Begitu berulang-ulang dan
dibolak-balik, yaitu a-da, da-a, dan seterusnya. Begitu pula dua suku yang
lain, yaitu ra-ja, ja-ra, dst.
c.
Kata lembaga dibagi dalam tiap-tiap suku kata, yaitu : a, da, ra, dan ja
d.
Lajur D untuk mematangkan anak, pada bunyi tiap-tiap huruf, yaitu a-a-a,
da-da-da, ra-ra-ra, ja-ja-ja.
e.
Guru mengadakan evaluasi, yaitu dengan menunjuk huruf tertentu dan
anak mengucapkannya.
f.
Membaca huruf-huruf yang disambung dan dibolak-balik

3.

Fase Sintetik
Yaitu satu huruf (suku) digabung dengan suku yang lain, sehingga berupa suatu
bacaan.
A-DARA-JA, MA-HA-KA-YA, KA-TA-WA-NA, SA-MA-LA-BA
Tiap dua kata lembaga, diajarkan (dimana dua kata lembaga itu merupakan
rangkaian kalimat untuk memudahkan menghafalkan), maka dibuat sintesa berupa
bacaan yaitu :
A-DARA-JA, MA-HA-KA-YA, KA-TA-WA-NA, SA-MA-LA-BA
4.

Fase Penulisan
a.
b.
c.
d.

5.

Murid menebali tulisan yang samar-samar, seperti dengan pensil.


Guru menunjukkan jalan pena menurut arah panah, jangan sampai
terbalik.
Setelah dianggap baik, anak menulis dikertas lain
Dikenalkan beberapa variasi bentuk huruf.

Fase Pengenalan Bunyi a i u (fathah, kasroh, dhommah)


Dalam mengenalkan bunyi dan tanda-tanda tersebut melalui tiga tahap, yaitu:
Tahap Pertama : Adaraja-Mahakaya-Katawana-Samalaba
Idiriji-Mihikiyi-Kitiwini-Similibi
Uduruju-Muhukuyu-Kutuwunu-Sumulubu
Tahap Kedua : Adaraja-Idiriji-Uduruju
Tahap Ketiga : a i u ; da di du; ja ji ju dan seterusnya

6.

Fase Pemindahan
Untuk memudahkan pengenalan bunyi Arab yang sulit, maka didekatkan
dengan bunyi-bunyi bahasa Indonesia yang berdekatan. Yaitu ditulis diatas
bunyi huruf bahasa Indonesia, misal , maka dibawahnya ditulis , dan diatas
ditulis dibawahnya ditulis dengan anak panah menurun.

7.

Fase Pengenalan Tanwin


Dalam mengenalkan huruf-huruf Tanwin, guru menggunakan istilah akhiran N
untuk mempermudah siswa memahami. Harakat ganda berbunyi n atau
menggunakan istilah akhiran N (tanwin). Perlu diingatkan, bahwa tanwin itu
hanya ada pada suku terakhir dari kata. Jadi tak ada yang diawali atau ditengah

8.

Fase Pengenalan Mad (bacaan panjang)


Pada pengenalan Mad, didahulukan sebelum sukun. Ia harus dimatangkan
terlebih dahulu sebelum sukun dan syaddah. Untuk sementara agar
memudahkan anak, diatas bacaan panjang diberi tanda (**) dan tanda pendek
diberi tanda (*).
Dalam latihan atau pekerjaan rumah, anak disuruh memberi tanda bacaan
tersebut pada kalimat atau ayat. Jika benar, berarti anak sudah mengerti, mana
yang harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek .

9.

Fase Pengenalan Sukun


Dalam mengenalkan sukun, guru memberikan contoh dengan cara melalui
logika titian unta. Kemudian siswa mengikutinya. Cara mengenalkan sukun
dengan membuat titian unta, yaitu : SA-BA berubah menjadi SA+B=SAB dibuat
latihan membaca untuk mefasihkan tiap huruf (drill). Dapat dilagukan seperti
membaca Al-Quran.

10. Fase Pengenalan Syaddah


Dalam mengenalkan syaddah guru memberikan contoh. Kemudian siswa
mengikutinya. Untuk mempermudah siswa dibuat titian unta seperti pada
sukun, Contohnya : MA+S+SA=MASSA
11.

Fase Pengenalan Nama Huruf


Nama-nama huruf dikenalkan. Cara mengenalkan atau membaca nama huruf
harus dengan al. Jadi al-ba bukan hanya ba, al-jim. Hal ini untuk segera dapat
membedakan mana yang Qomariyyah dan mana yang Syamsiyyah .

12. Fase Pengenalan Qashidah Huruf Hijaiyyah


Dalam mengenalkan Qashidah huruf-huruf hijaiyah. guru memberikan contoh.
Kemudian siswa mengikutinya. Dibaca dengan lagu hingga anak mudah
menghafal.

13. Fase Pengenalan Huruf yang tidak dibaca atau dilewati


Dalam mengenalkan huruf tidak dibaca guru memberikan contoh. Kemudian
siswa mengikutinya. Huruf yang tidak mendapat tanda aksi (harakat) tidak
dibaca. Biasanya :
14. Fase Pengenalan Bacaan yang Musykil
Dalam mengenalkan bacaan yang musykil guru memberikan contoh bacaan
yang musykil. Kemudian siswa mengikutinya.
15. Fase Pengenalan Huruf-huruf Putus
Dalam mengenalkan huruf-huruf putus guru memberikan contoh tulisan cara
memutus huruf. Kemudian siswa mengikutinya.
16. Fase Pengenalan Waqaf
Dalam mengenalkan tanda-tanda wakof guru memberikan menuliskan dan
memberikan contoh.
17. Fase Pengenalan Tajwid Sederhana
Guru menggunakan simbol-simbol tajwid dengan praktis.
18. Fase Pengenalan Menyambung
Dalam mengenalkan huruf sambung guru memberikan contoh tulisan cara
menyambung huruf. Kemudian siswa mengikutinya. Untuk dapat menyambung,
hanya diperlukan menghafal 5 kunci menulis .
19. Fase Pengenalan Bentuk Tulisan Hamzah,
Dalam mengenalkan bentuk tulisan hamzah guru memberikan contoh penulisan
hamzah di awal kalimat, ditengah kalimat dan di akhir kalimat. Kemudian siswa
mengikutinya.
B.

Pelaksanaan Penggunaan Metode Al-Barqy Dalam Pengajaran Baca Tulis


Al-Quran.

Pembelajaran Al-Quran, yang terdiri atas belajar membaca dan menulis huruf
Al-Quran mengalami perkembangan yang pesat, seiring dengan perkembangan
agama Islam. Pembelajaran Al-Quran tidak hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi
juga di luar sekolah seperti surau, masjid, ataupun Pondok pesantren, sehingga
disusun beberapa buku sebagai penunjang pembelajaran beserta kurikulumnya.
Buku yang terkenal antara lain: Iqra, Qiroati, Al-bagdadi, dan Al-Barqy. Masingmasing buku tersebut mempunyai kelebihan, keunggulan, dan menggunakan metode
pembelajaran yang berbeda-beda. Peneliti memilih buku Al-Barqy karena keunikan
dari buku tersebut, antara lain :

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Memperhatikan pendekatan, sistematika dan teknik dalam pembelajaran


Menggunakan SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid belajar
Al-Quran,
Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam murid dapat
membaca dan menulis huruf Al-Quran,
Sangat cepat jika dipakai klasikal, bahkan massal, dan
Tidak membosankan karena ada teknik-teknik yang akurat dan menarik seperti:
menyanyi, permainan dan lain-lain. Dengan karakteristik tersebut, maka peneliti
ingin mengetahui keefektifan dari buku Al-Barqy.

Penggunaan Metode Al-Barqy dialaksanakan berdasarkan jadwal pelajaran


sekolah, dengan jadwal pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1.
Hari : Selasa
Waktu
: 11.20 s/d 12.40
2.
Hari : Rabu
Waktu
: 11.20 s/d 12.40
3.
Hari : Kamis
Waktu
: 10.20 s/d 11.40
Pelaksanaan pembelajaran penggunaan metode Al-Barqy, dilakukan oleh guru
dengan melakukan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru dibantu oleh observer yang
mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran.
Adapun pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa dengan mengajak menyanyi
2. Mengucapkan kata lembaga dengan berulang-ulang
3. Tiap anak merangkai kata-kata lembaga dengan kartu suku kata
4. Melaporkan hasil merangkai kata dari kartu suku kata
5. Menuliskan kembali kata-kata yang ditemukan di lembar kerja

Anda mungkin juga menyukai