Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di
sekolah banyak ditentukan kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana
diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa
tulis sehingga menuntut anak harus melakukan aktivitas membaca guna
memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan
pengajaran. Kemampuan membaca ini tidak dapat diperoleh secara alamiah,
tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab
guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan membacanya.
Banyak sekali informasi yang dapat digali dari kegiatan membaca. Orang
yang banyak membaca akan mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca.
Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan
kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan. Sehingga
dengan kata lain, membaca dapat membantu pula seseorang untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bentuk lain. Apalagi dalam
masyarakat yang berteknologi modern seperti sekarang ini, seseorang haruslah
banyak membaca agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi
karena kesulitan dalam membaca merupakan cacat yang serius dalam
kehidupan (Slamet, 2003: 74). Menumbuhkan minat membaca siswa dengan
metode yang tepat, dapat digunakan sebagai langkah awal dalam pembelajaran
membaca.
Sering kita mengalami  kesulitan  dalam memahami sebuah buku atau
bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah bacaan, kita
membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian? Banyak orang yang
membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan cara membaca keseluruhan
bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu,  orang tersebut beranggapan akan dapat

1
memahami bacaan itu dengan baik. Ternyata  anggapan tersebut tidak terlalu
tepat. Untuk memahami suatu bacaan, tidaklah sekedar membaca,
tetapi  memerlukan strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode dan teknik membaca?
2. Bagaimana membaca SQ3R, P2R, S-D4, dan PACER?
3. Apakah ada teknik lain dalam membaca selain SQ3R, P2R, S-D4, dan
PACER?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian metode dan teknik membaca.
2. Untuk mengetahui macam-macam metode dan teknik membaca.
3. Untuk mengetahui teknik lain dalam membaca selain SQ3R, P2R, S-D4,
dan PACER.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode dan Teknik Membaca


Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara
atau jalan. Edward Anthony (1963: 200) memberikan pendapat bahwa
metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi
pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian pun yang
bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.
Pendekatan bersifat aksiomatis (sudah jelas kebenarannya), sedangkan
metode bersifat prosedural (langkah-langkah). Metode bersifat prosedural
maksudnya penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan
melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari
penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar
mengajar, dan penilaian hasil belajar. Lebih lanjut Sangidu memberikan
batasan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan
suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (2004:
14).
Menurut Salamun dalam (Sudrajat, 2009: 7) metode pembelajaran ialah
sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan suatu
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi atau lingkungan
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan
pengertian metode di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajikan
materi pelajaran secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda
untuk mencapai tujuan tertentu di bawah kondisi yang berbeda.

3
B. Jenis-Jenis Metode Membaca
Metode membaca (reading method) merupakan tingkat penerapan teori-
teori membaca yang ada pada tingkat model membaca. Penerapan metode
membaca dilakukan dengan cara melakukan pemilihan kemahiran khusus
yang akan digunakan untuk membaca, yaitu kemahiran memanfaatkan
informasi visuola dan nonvisual.

C. Metode Dasar
Metode dasar merupakan metode membaca yang digunakan atau
diperuntukkan pembaca semula. Pembaca pemula adalah pembaca yang baru
kali pertama membaca atau belajar membaca. Menurut Wiryodijoyo
(1989:35) dan Akhadiah (1992:32), metode membaca dasar (permulaan) ada
lima, yaitu metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku kata, kata lembaga,
global, dan struktur analisis dan sintesis (SAS).
1. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad merupakan metode membaca yang digunakan atau
diperuntukkan untuk pembaca pemula yang baru belajar membaca atau
mengenal huruf dengan prosedur huruf dibaca dalam wujud abjad. Contoh
: Huruf a, b, c, d, dan seterusnya dibaca a, be, ce, de, dan seterusnya.
Metode bunyi merupakan metode membaca yang digunakan atau
diperuntukkan untuk pembaca pemula yang baru belajar membaca atau
mengenal huruf dengan cara huruf dibaca di dalam wujud bunyi. Contoh :
Huruf a, b, c, d, dan seterusnya dibaca a, eb, ec, ed, dan seterusnya.
2. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga.
Metode kupas rangkai suku kata merupakan metode membaca
yang digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula dengan prosedur
mengurai dan merangkai suku kata yang dibaca. Bacaan yang dibaca
dalam bentuk suku kata, misalnya : suku kata bo – la, bu – sa, dan bu –
ku.

4
Suku kata-suku kata tersebut dibaca dengan prosedur :

1. Tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf.


2. Huruf demi huruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata.
Contohnya adalah :

bo – la b–u–s–a

b–o–l–a bu – ku

bu – sa b–u–k–u

Metode kata lembaga adalah metode membaca yang digunakan atau


diperuntukkan pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan
merangkai kata lembaga yang dibaca. Bacaan yang dibaca tidak dalam
bentuk suku kata, namun dalam bentuk kata. Misalnya kata topi,
mata, dan sapu.  Kata-kata tersebut dibaca dengan prosedur :

1. Kata dibaca (diuraikan) menjadi suku kata-suku kata,


2. Suku kata dibaca (diurai) menjadi huruf demi huruf,
3. Huruf demi huruf dibaca (dirangkai) menjadi suku kata,
4. Suku kata-suku kata dibaca (dirangkai) menjadi kata.
Contohnya adalah :

to – pi ma – ta

t–o–p–i m–a–t–a

sa – pu s–a–p–u

Persamaan kedua metode itu adalah menggunakan prosedur yang


sama, yaitu mengurai dan merangkai suku kata mengurai suku kata 
menjadi huruf demi huruf dan merangkai huruf demi huruf menjadi suku
kata, sedangkan metode kata lembaga mengurai kata menjadi suku kata –
suku kata, mengurai suku kata menjadi huruf-huruf, merangkai huruf-
huruf menjadi suku kata merangkai suku kata – suku kata menjadi kata.

3. Metode Global

5
Metode global merupakan yang digunakan atau diperuntukkan
pembaca pemula dengan prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh
(biasanya kalimat), membaca bagian demi bagian (unsur) bacaan, dan
membaca secara utuh kembali. Prosedur penerapan metode ini adalah
berikut ini.
1. Pembaca membaca beberapa kalimat.
2. Salah satu kalimat dipilih untuk dibaca lebih lanjut.
3. Kalimat yang terpilih dibaca (diurai) kata demi kata.
4. Kata-kata tersebut dibaca (diurai) suku kata demi suku kata.
5. Suku kata-suku kata itu dibaca (diurai) huruf demi huruf.
6. Huruf dan huruf dibaca (dirangkai) menjadi suku kata.
7. Suku kata-suku kata dibaca (dirangkai) menjadi suku kata.
8. Kata-kata dibaca (dirangkai) menjadi kalimat.

D. Metode Menengah
Metode menengah merupakan metode membaca yang digunakan atau
diperuntukkan untuk pembaca yang sudah mahir membaca permulaan.
Kemahiran yang didapat dengan metode ini adalah tidak hanya penyandian
kembali simbol-simbol grafis tersebut.
a. Metode Kata. Metode kata merupakan cara membaca kata demi kata pada
sebuah bacaan. Penerapan metode ini didasarkan atas pandangan (asumsi)
bahwa bacaan merupakan susunan atas kata-kata yang mengandung
makna.
b. Metode Frase. Metode frase merupakan cara membaca unsur bacaan yang
berbentuk frase. Pembaca menggerakkan matanya dari frase ke frase dan
memahami atas frase-frase yang dibacanya. Metode ini didasarkan atas
asumsi bahwa penulis menyampaikan ide-ide dan perasaannya bukan
dalam bentuk kata, melainkan dalam bentuk frase (Hardjasujana dan
Mulyati 1997:177).

c. Metode Kalimat. Metode kalimat merupakan cara membaca dengan


menelaah kalimat demi kalimat yang adaal dalam bacaan. Metode ini

6
diterapkan dengan asumsi bahwa penulis menyampaikan ide-idenya atau
gagasannya dalam bentuk kalimat. Dengan menerapkan metode ini
pembaca akan dapat membaca lebih efisien dan efektif. Keefektifan
metode ini adalah pembaca akan lebih mudah memahami bacaan karena
pembaca dapat menangkap ide demi ide yang dituangkan dalam bentuk
kalimat.

d.  Metode Paragraf. Metode paragraf merupakan cara membaca dengan


menelaah paragraf demi paragraf.

E. Metode Lanjutan
Metode lanjutan merupakan cara yang diterapkan dalam membaca
oleh pembaca yang sudah menguasai metode menengah untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemahiran membaca. Cara membaca
yang dimaksud adalah bagaimana pembac dapat membaca seefisien dan
seefektif mungkin. Pembaca dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat
membaca sebanyak-banyaknya dan dapat memahami bacaan yang dibaca
dengan baik.

F. Metode SQ3R
Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik
yang dikembangkan oleh F.P. Robinson pada tahun 1970. SQ3R sendiri
kependekan dari Survey, Question, Read, Recite, dan Review.
Tampubolon dalam Suyatmi (1997: 210) membuat akronimnya dalam
bahasa Indonesia menjadi surtabaku yang merupakan akronim dari survei,
tanya, baca, katakan, dan ulang. Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik
dari penggunaan metode ini dalam kegiatan membaca (Suyatmi, 1997:
210-211). 
Pertama, adanya tahap Survey terhadap bacaan yang dihadapi
memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah materi
yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Hal itu

7
berarti jika bacaan itu memang diperlukannya, tentu pembaca akan
meneruskan kegiatan membacanya. Jika tidak, pembaca akan mencari
bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua, metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca
untuk berlaku fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk
setiap bagian bahan bacaan tidaklah harus sama. Pembaca akan
memperlambat tempo bacaannya mana kala bertemu dengan hal-hal yang
relatif baru baginya, yang memerlukan perenungan untuk dapat
memahaminya, dan bagian-bagian bacaan yang berisi informasi yang
diperlukan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan tempo kecepatan
bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang relevan dengan
kebutuhannya atau sudah dikenalinya.

Ketiga, metode SQ3R membekali pembaca dengan metode belajar


yang sistematis. Belajar dengan menggunakan metode tertentu akan
menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil belajar yang lebih baik
daripada tidak bermetode. Penerapan metode ini dalam pembelajaran akan
menghasilkan pemahaman yang komprehensif, bukan ingatan.
Pemahaman yang komprehensif relatif akan bertahan lebih lama tersimpan
di dalam otak kita, daripada hanya sekadar mengingat fakta.

1. Tahap Survey (Menjelajahi)


Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap (Agustinus Suyoto, 2008: 1). Pendapat
yang lebih komplet dikemukakan oleh Soedarso (2002: 60), prabaca
adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara
lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang
akan dibaca. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut jelas bahwa
survey dilakukan untuk mengetahui sejauh mana bacaan tersebut akan
bermakna baginya.
Kegiatan prabaca dilakukan untuk mengenal organisasi dan
ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk:  mempercepat
penangkapan arti, mendapatkan abstrak, mengetahui ide-ide yang

8
penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan
memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada
pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan.
Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan
makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif (Bruns, dkk
1996) dalam (Somodayo, 2011: 35).
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep tentang
sesuatu. Skemata menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun
dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat,
tindakan, atau peristiwa. Untuk menjadi pembaca yang sukses, siswa
membutuhkan berbagai skemata. Mereka harus memiliki konsep-
konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahsa
bicara dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosakata dan
pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan
dengan gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran sastra
(Rahim, 2005: 99-100). Ada beberapa teknik dalam melakukan  survei.
Setiap jenis bacaan, teknik surveinya pun berbeda.
2. Survei Buku
Dalam prabaca buku, tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Memperhatikan judul dan topik . Bertujuan untuk mengetahui
secara garis besar informasi yang akan didapatkan.
b. Telusuri daftar isi. Bertujuan untuk mendapatkan keseluruhan
organisasi buku atau informasi.
c. Baca kata pengantar. Bertujuan untuk mendapatkan tujuan dari
penulisan buku dan pembatasan permasalahan.
d. Lihat tabel, grafik, dan gambar. Bertujuan untuk menolong
pembaca dalam memahami isi buku.

9
e. Telusuri indeks. Bertujuan untuk mendapatkan kata- kata kunci,
sehingga dapat dicocokkan dengan kebutuhan dan tujuan.
3. Survei Bab
Menurut Soedarso (2002: 61) sebelum membaca suatu bab, adakan
survei terlebih dahulu yang lebih teliti lagi dibandingkan survei secara
keseluruhan isi buku. Selain itu, diamati pula subjudul-subjudul dan
kaitannya, alat-alat bantu visual yang ada di bab seperti grafik, peta,
dan lain-lain. Alat-alat bantu visual tersebut mampu memberikan
gambaran secara jelas bab yang dibahas.
Selanjutnya perhatikan paragraf pertama dan akhir, karena kadang-
kadang penulis menggunakan paragraf tersebut untuk menyampaikan
pokok yang akan dibicarakan dalam bab itu. Kemudian lihatlah
ringkasannya, karena ringkasan atau ikhtisar merupakan kesimpulan isi
dari bab tersebut. Terakhir, melihat subjudul, karena dengan adanya
subjudul, pembaca semakin mengetahui hubungan bagian-bagian isi
buku itu.
4. Survei Artikel
Ada beberapa macam artikel yang dibaca, yaitu (1) ada yang terus
saja ditelan, (2) ada yang perlu diuji kembali, (3) ada yang perlu
diringkas, (4) ada yang perlu ditimbang-timbang, dan (5) ada yang
langsung dibuang saja (Soedarso, 2002: 61). Oleh karena itu, sebelum
membaca hendaklah melakukan survei terlebih dahulu. Barulah jika
diperlukan, membacanya secara keseluruhan. Setiap artikel umumnya
terbagi dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup/
kesimpulan. Setiap paragraf mempunyai topik yang memuat pokok
pikiran paragraf. Kalimat pertama atau dua kalimat pertama biasanya
kalimat topik.
Pertama baca judul, judul tidak hanya menunjukkan masalah yang
akan dibahas, tetapi untuk merangsang pembaca berpikir hal-hal yang
akan didapatkan dari judul, gagasan-gagasan yang ada, dan hal yang
telah diketahui.

10
Kedua baca semua subjudul dengan cepat. Subjudul membantu
pembaca membentuk pengertian yang menyeluruh. Subjudul
menunjukkan fokus yang khusus serta aspek-aspek yang mengacu
pada keseluruhan topik.
Ketiga baca kalimat pertama sub-bab, karena kalimat pertama
sering menuturkan isi bagian tulisan itu. Jika tidak maka baca kalimat
terakhir paragraf karenakalimat ini sering mengulangi gagasan utama
paragraf tersebut.
Keempat amati tabel untuk memahami isi. Kelima buang jika
memang benar-benar tidak dibutuhkan dan tidak bermanfaat.
5. Tahap Question (Bertanya)
Menurut Beatty (2002: 2) sebelum kegiatan membaca dilakukan,
dimulai dengan menyusun beberapa pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mengenai topik secara kesatuan. Kegiatan ini
sebagai aktivitas pemanasan sebelum membaca. Hal ini dikarenakan
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan prediksi-prediksi
pembaca pada saat melakukan survey akan memandu pembaca pada
saat melakukan aktivitas baca yang sesungguhnya.
Pertanyaan ini muncul karena dorongan atau hasrat ingin tahu
tentang sesuatu hal yang diduga jawabnya akan diperoleh melalui
bacaan tersebut. Mengajukan pertanyaan bisa dengan mengubah judul
dan subjudul serta subbab dari subjudul menjadi suatu pertanyaan.
Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana (5W+1H). Mel Silberman (1996: 94) menjelaskan manfaat
dari pertanyaan yaitu membuat siswa aktif sehingga pembelajaran
yang berlangsung menjadi efektif. Terlebih dahulu, tanpa penjelasan
dari guru, siswa mencari permasalahan yang ada dalam bacaan. Atau
dengan cara guru menstimulus siswa dengan beberapa pertanyaan.
Pada waktu survey buku secara keseluruhan, pertanyaan yang disusun
mungkin terlalu umum, tetapi pada saat survey pada bab ke bab
pertanyaan-pertanyaan itu dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat
menimbulkan beberapa pertanyaan lain tentang isi bacaan secara lebih

11
mendalam. Berdasarkan pengalaman, membaca dengan maksud untuk
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan biasanya lebih sungguh-
sungguh dan cermat daripada membaca hanya sekadar untuk
membaca.
6. Tahap Read (Membaca)
Tahap selanjutnya dilakukan kegiatan membaca sesungguhnya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan (Zuchdi,
2007: 128). Pembaca tidak diharuskan untuk membaca dengan
kecepatan yang sama. Hal ini ditentukan oleh tujuannya dan
karakteristik bacaan yang dihadapinya. Cara membacanya pun bukan
seperti membaca novel yang hanya mengikuti apa yang sedang
berlangsung, melainkan secara kritis. Baca tulisan bagian demi bagian.
Bersamaan membaca bagian-bagian itu, mencari jawaban atas
pertanyaan yang muncul sehubungan dengan topik bacaan.
Menurut Soedarso (2002: 63) pada tahap membaca ini ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu (1) jangan membuat catatan-catatan
karena akan memperlambat kecepatan membaca dan berbahaya jika
hanya merupakan kutipan kata-kata penulisnya saja, (2) jangan
membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frasanya,
acap kali setelah selesai membacanya ternyata salah memilih. Pada
tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide
pokoknya serta mengetahui detail yang penting.
7. Tahap Recite (Menceritakan Kembali)
Recite merupakan kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang
telah dibaca dilakukan setelah pembaca merasa yakin bahwa sejumlah
pertanyaan yang dirumuskan sebelum kegiatan membaca dilakukan
telah terpenuhi (Soedarso, 2002: 63-64). Kegiatan menceritakan
kembali isi bacaan ini disebut juga dengan retall yang berfungsi untuk
mengingat hal-hal yang telah didapatkan. Walaupun bahan bacaan
mudah dipahami, pastikan tahap recite atau mengutarakan kembali isi
bacaan ini jangan dilewatkan agar hal-hal penting yang telah
didapatkan tidak mudah dilupakan.

12
8. Tahap Review (Meninjau Kembali)
Review merupakan kegiatan mengulangi kembali judul/ subjudul/
subbab guna  mendapatkan hal-hal penting yang seharusnya diingat
(Soedarso, 2002: 64). Hal ini sangat bermanfaat karena review
merupakan salah satu strategi membaca, yang membuat siswa
memahami keseluruhan ide (Beatty, 2002: 6).
Manfaat dari kegiatan review ini diperkuat oleh pernyataan
Darmiyati Zuchdi (2007: 129) bahwa, meninjau kembali, dilakukan
dalam jarak waktu yang tepat setelah membaca guna mengingatnya
secara permanen. Dengan demikian dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan manfaat review antara lain: (1) dapat membantu dan
meningkatkan isi bacaan, (2) lebih memperjelas pemahaman daya
ingat, (3) memperoleh hal penting lain yang luput dari pengamatan
pada saat membaca.
Berdasarkan penjabaran dari tahap-tahap SQ3R di atas, dapat
disimpulkan bahwa, tahap survey bacaan dilakukan untuk
mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Lalu dengan
mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya
diharapkan terdapat dalam bacaan tersebut akan lebih memudahkan
pembaca memahami bacaan. Kemudian dengan mencoba
mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya,
pembaca akan menguasai dan mengingatnya lebih lama. Sehingga
metode ini memungkinkan para siswa untuk belajar secara sistematis
dengan bantuan langkah-langkah kerja yang tepat dan efisien.

Tahap-Tahap Metode SQ3R sebagai berikut.

1. Survei (Peninjauan).

Manfaat Metode SQ3R sebagai berikut.

a. Membaca judul berguna untuk memfokuskan pada topik bab.


b. Pendahuluan berguna untuk memberikan orientasi dari pengarang
mengenai hal-hal penting dari bab terkait.

13
c. Membaca sub-bab berguna untuk memberikan gambaran mengenai
kerangka pemikiran.
d. Grafik dan diagram berguna untuk memberikan informasi penting
sebagai tambahan teks.
2. Question
Question berarti bertanya. Dalam konteks membaca cepat, question
digunakan mempertanyakan masalah, isi, atau ruang lngkup buku yang
hendak dibaca. Pertanyaan sangat penting sebelum Anda membaca.
Pertanyaan ini sangat baik terutama dapat membantu pikiran Anda
terfokus pada pencarian jawaban pada sebuah buku yang Anda baca
bertanya disatukan ketika hendak melakukan survei sebuah buku
bacaan. Dengan bertanya berarti bersikap aktif. Untuk membuat hal ini
lebih efektif, pertanyaan yang akan ditanyakan adalah pertanyaan yang
sungguh berguna, berdasarkan keingintahuan sebelum membaca.
3. Read
Tahap read dilakukan jika sudah melewati dua tahap di atas. Jika
belum melewati dua tahap di atas, maka sangat sulit untuk membaca
cepat sebuah buku. Ketika sudah melewati dua tahap tersebut, tidak
akan menemukan kesulitan dalam mencari ide pokok dalam sebuah
bacaan. Semua pertanyaan yang kita ajukan akan terjawab ketika kita
membaca.
4. Recite
Tahap ini sering disebut juga resitasi  atau refleksi terhadap
sesuatu. Dalam konteks membaca cepat, recite berarti mencoba
mengingat kembali apa yang sudah di baca. Ingatan berupa ingatan
ide-ide pokok yang ditemukan selama membaca.
5. Review
Tahap review berarti harus mengulang kembali apa yang menjadi
isi bacaan yang sudah dibaca. Mengulang berarti mengungkapkan
kembali sesuatu yang telah dibaca atau dipelajari. Review dilakukan
ketika sudah membaca keseluruhan sebuah buku. Diharapkan ingatan
itu sifatnya janga panjang.

14
G. Metode P2R
Metode P2R merupakan metode membaca yang terdiri atas tahap
preview, read, dan review, yang biasanya digunakan sebagian besar
pembaca cepat dan efisien. Menurut Gordon (dalam Haryadi, 2006:91)
penjelasan ketiga tahap dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a. Preview adalah membaca sekilas untuk mengetahui struktur bacaan,
pokok-pokok pikiran, relevansi, dan sebagainya. Pada tahap ini,
pembaca melakukan pengenalan terhadap bacaan mengenai hal-hal
yang pokok yang bersifat luaran. Setelah itu, pembaca memutuskan
apakah perlu ketahap selanjutnya  (Read) atau tidak. Jika memang
sudah tahu tentang bacaan, pembaca boleh saja menganggap tidak
perlu membaca, jika belum tahu pembaca melakukan tahap
selanjutnya.
b. Read adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dan sesuai tingkat kesulitan bacaan. Tujuan umum
membaca adalah mencari informasi yang ada dalam bacaan. Informasi
bersifat pokok atau inti dan bisa juga informasi bersifat tidak inti dan
juga penjelas. Jika hanya ingin mengetahui yang pokok, pembaca bisa
hanya membaca secara sepintas (Skimming) sehingga wakyu yang
dibutuhkan singkat. Namun, jika ingin mengetahui semua informasi
yang ada dalam bacaan, pembaca membaca dnegan teliti.
c. Review adalah membaca sekilas untuk memastikan tidak ada yang
terlewatkan dan untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok
pikiran yang telah didapat dari tahap read. Pada tahap ini, pembaca
membaca bacaan seperlunya saja seperti pada preview, yang berbeda
adalah tujuannya. Jika preview untuk mengenal bacaan sedangkan
review untuk memantapkan kembali apa yang telah dipahami dan
untuk mengecek apakah bacaan sudah dibaca sesuai tujuan. Menurut
Gordon (dalam Haryadi, 2006:91) kelebihan metode P2R, pembaca
dilatih membaca sekilas, pembaca akan memperoleh pemahaman
struktur bacaan, pembaca dapat mengetahui kecepatannya

15
membacanya, dan pembaca dapat mengulang dan mengetahui apakah
ada bacaan yang terlewatkan atau tidak. Sementara, kelemahannya
adalah pembaca tidak dapat membaca secara sistematis, pembaca ceoat
bosan dan malas dalam membaca, dan pembaca merasa tidak mampu
untuk memahami bacaan.

H. Metode S-D4
Metode ini digunakan dengan melihat situasi bacaan. Situasi
bacaan terkait dengan apakah bacaan sudah dikenal atau belum oleh
pembaca dan apakah tujuan yang diinginkan oleh pembaca. Langkah-
Langkah metode S-D4:
1. Survey adalah kegiatan pembaca dalam melakukan aktivitas  membaca
secara sepintas lalu untuk mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok
pikiran utama bacaan.
2. Decide adalah proses membaca memutuskan untuk melakukan salah
satu pilihan berikut ini.
a) Skip, artinya mengabaikan atau sama sekali tidak membaca.
b) Membaca sepintas. Pilihan ini dilakukan apabila pembaca merasa
perlu membaca lagi bacaan yang telah disurvei.
3. Membaca dengan kecepatan wajar. Pilihan ini dipilih apabila pembaca
belum tahu tentang bacaan yang telah disurvei sehingga pembaca perlu
membacanya dengan kecepatan yang normal.
4. Mempelajari materi bacaan. Pada pilihan ini, pembaca membaca
dengan sungguh-sungguh, teliti, dan hati-hati sehingga kecepatan
bacanya relative pelan.

  

I. Metode PACER

16
Menurut Wainwright (2006: 79) “Metode membaca PACER
adalah suatu metode membaca yang digunakan oleh sebagian besar
pembaca cepat dan efisien, namun fleksibilitas adalah kuncinya”.
Selanjutnya menurut Agus (2008: 33) “Metode PACER merupakan
metode membaca untuk memperoleh kecepatan baca yang ideal untuk
memahami bacaan sehingga pembaca dapat membaca seefektif dan
seefisien mungkin”.
Sedangkan menurut Esther (2006: 4) “Metode
membaca  PACER merupakan membaca membaca cepat dalam
meningkatkan skor dalam memahami bacaan”. Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa metode membaca PACER merupakan
metode membaca yang mengutamakan kecepatan membaca untuk
memperoleh pemahaman dari bahan bacaan seefektif dan seefisien
mungkin.

Langkah-langkah metode membaca PACER

1. Preview (Meninjau)

Preview adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengenal


teks  bacaan dengan cara mengenali struktur dari teks bacaan. Kegiatan
preview ini dilakukan pada tahap prabaca yaitu beberapa menit sebelum
siswa membaca sekilas bacaan agar siswa dapat memperoleh kesan umum
tentang teks bacaan.

2. Assess (Menaksir)

Assess adalah kegiatan yang dilakukan untuk menaksir isi dari teks
bacaan dilakukan dengan cara tanya jawab antara guru dan siswa. Assess
dapat dilakukan berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dalam
upaya memusatkan tujuan dari kegiatan asses adalah untuk membuka mata
siswa tentang bacaan berdasarkan  pengatahuan awal yang dimiliki siswa
dalam upaya memusatkan  pikiran siswa dan membangkitkan keingintauan
siswa, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan selanjutnya

17
membimbing siswa pada saat membaca sehingga siswa lebih
terkonsentrasi dan terarah dalam membaca sekilas teks bacaan.

3. Choose (Memilih)

 Merupakan kegiatan ketiga yang dilakukan siswa dengan cara


membaca sekilas teks bacaan. Pada kegiatan ini siswa memilih untuk
membaca sekilas bagian-bagian yang dianggap  penting dan mudah
dengan teknik dan prosedur membaca sekilas yang benar dan tepat.

4. Expedite (Mempercepat)

   Expedite adalah kegiatan yang dilakukan siswa pada saat membaca


sekilas teks bacaan dengan cara memperlambat kecepatan membacanya
pada bagian-bagian yang dianggap penting dan mempercepat kecepatan
membacanya pada bagian yang dianggap kurang atau tidak penting. Dalam
kegiatan expedite ini, ketika siswa membaca sekilas teks bacaan siswa
diarahkan untuk menemukan pikiran pokok dari tiap paragraf yang ada di
dalam teks bacaan.

5. Review (Meninjau Kembali)

 Review merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi


teks bacaan. Tujuan dari review adalah untuk membantu daya ingat dan
memperjelas pemahaman siswa tentang teks bacaan. Pada 20 tahapan
review ini, siswa ditugaskan untuk membuat kesimpulan dan menjawab
pertanyaan tentang teks bacaan secara keseluruhan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara
atau jalan. Edward Anthony (1963: 200) memberikan pendapat bahwa
metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi
pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian pun yang
bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.
Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan
bersistem dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dan bertahap
dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu di bawah
kondisi yang berbeda.Metode dan teknik membaca ada tiga yaitu metode
dasar, metode menengah dan metode lanjutan. Metode lanjutan diantanya
yaitu metode PQ3R, P2R, S-D4,dan PACER

B. Saran
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan, maka kami menyarankan bahwa
sebagai seorang calon pendidik pemahaman tentang membaca dalam Bahasa
Indonesia perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari –
hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa
siswa  Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami, dan khususnya pembaca
makalah ini..

19

Anda mungkin juga menyukai