Anda di halaman 1dari 13

Jenis-Jenis Metode Membaca

Metode membaca (reading method) merupakan tingkat penerapan teori-teori membaca


yanga da pada tingkat model membaca. Penerapan metode membaca dilakukan dengan cara
melakukan pemilihan kemahiran khusus yang akan digunakan untukmembaca, yaitu kemahiran
memanfaatkan informasi visuola dan nonvisual. Dari berbagai ragvam metode membaca dapat
diklasifikasi menjadi tiga, yaitu metode dasar, metode menengah, dan metode lanjutan.
A. Metode Dasar
Metode dasar merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan pembaca
semula. Pembaca pemula adalah pembaca yang baru kali pertama membaca atau belajar
membaca. Menurut Wiryodijoyo (1989:35) dan Akhadiah (1992:32), metode membaca dasar
(permulaan) ada lima, yaitu metode abjad, bunyi, kupas rangkai suku kata, kata lembaga, global,
dan struktur analisis dan sintesis (SAS).
1. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan untuk
pembaca pemula yang baru belajar membaca atau mengenal huruf dengan prosedur huruf dibaca
dalam wujud abjad.
Contoh : Huruf a, b, c, d, dan seterusnya dibaca a, be, ce, de, dan seterusnya.
Metode bunyi merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan untuk
pembaca pemula yang baru belajar membaca atau mengenal huruf dengan cara huruf dibaca di
dalam wujud bunyi. Contoh : Huruf a, b, c, d, dan seterusnya dibaca a, eb, ec, ed, dan seterusnya.
2. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga.
Metode kupas rangkai suku kata merupakan metode membaca yang digunakan atau
diperuntukkan pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai suku kata yang
dibaca. Bacaan yang dibaca dalam bentuk suku kata, misalnya : suku kata bo – la, bu – sa, dan
bu – ku.
Suku kata-suku kata tersebut dibaca dengan prosedur :
1. Tiap suku kata diurai atau dibaca huruf demi huruf.
2. Huruf demi huruf dirangkai atau dibaca menjadi suku kata.
Contohnya adalah :
bo – la
b–o–l–a
bo – la
bu – sa
b–u–s–a
bu – sa
bu – ku
b–u–k–u
bu – ku
Metode kata lembaga adalah metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan
pembaca pemula dengan prosedur mengurai dan merangkai kata lembaga yang dibaca. Bacaan
yang dibaca tidak dalam bentuk suku kata, namun dalam bentuk kata. Misalnya kata topi, mata,
dan sapu.  Kata-kata tersebut dibaca dengan prosedur :
1) Kata dibaca (diuraikan) menjadi suku kata-suku kata,
2) Suku kata dibaca (diurai) menjadi huruf demi huruf,
3) Huruf demi huruf dibaca (dirangkai) menjadi suku kata,
4) Suku kata-suku kata dibaca (dirangkai) menjadi kata.
Contohnya adalah :
topi
to – pi
t–o–p–i
to – pi
topi
mata
ma – ta
m–a–t–a
ma – ta
mata
sapu
sa – pu
s–a–p–u
sa – pu
sapu
Persamaan kedua metode itu adalah menggunakan prosedur yang sama, yaitu mengurai
dan merangkai suku kata mengurai suku kata  menjadi huruf demi huruf dan merangkai huruf
demi huruf menjadi suku kata, sedangkan metode kata lembaga mengurai kata menjadi suku kata
– suku kata, mengurai suku kata menjadi huruf-huruf, merangkai huruf-huruf menjadi suku kata
merangkai suku kata – suku kata menjadi kata.
3. Metode Global
Metode global merupakan yang digunakan atau diperuntukkan pembaca pemula dengan
prosedur memperkenalkan bacaan secara utuh (biasanya kalimat), membaca bagian demi bagian
(unsur) bacaan, dan membaca secara utuh kembali. Prosedur penerapan metode ini adalah
berikut ini.
o Pembaca membaca beberapa kalimat.
o Salah satu kalimat dipilih untuk dibaca lebih lanjut.
o Kalimat yang terpilih dibaca (diurai) kata demi kata.
o Kata-kata tersebut dibaca (diurai) suku kata demi suku kata.
o Suku kata-suku kata itu dibaca (diurai) huruf demi huruf.
o Huruf dan huruf dibaca (dirangkai) menjadi suku kata.
o Suku kata-suku kata dibaca (dirangkai) menjadi suku kata.
o Kata-kata dibaca (dirangkai) menjadi kalimat.
Penerapan metode ini adalah :
a. Membaca beberapa kalimat, misalnya :
Ini bola saya
Ini bola dia
Ini bola adik
b. Kalimat yang dipilih dibaca dengan cara diurai dan dirangkai, misalnya kalimat “ini bola
saya”
                                              Ini bola saya
                Ini                                 bola                         saya
              I – ni                             bo – la                     sa – ya
            I – n – i                       b – o – l – a             s – a – y – a
              I – ni                             bo – la                     sa – ya
                Ini                                 bola                         saya
                                              Ini bola saya
4. Metode SAS
Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS) merupakan metode membaca permulaan yang
terdiri atas tiga tahapan, yaitu membaca secara struktur, analisis, dan sistaksis. Dalam
penerapannya, metode SAS dibagi menjadi dua jenis, yaitu metode SAS tanpa buku dan dengan
buku (Zuchdi 1997:55)

a) Merekam Bahasa Siswa. Kalimat yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah yang
sesuai dengan tingkat baca siswa sehingga bahasa hasil rekaman dipilih terlebih dahulu,
tidak semua bahasa hasil rekaman dipakai sebagai bahan bacaan.
b) Menampilkan Gambar Sambil Cerita. Guru menampilkan gambar kepada siswa
sambil bercerita. Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sederhana, mudah
dilihat, dan dikenal siswa.
c) Membaca Gambar. Membaca gambar caranya sama dengan menampilkan gambar
sambil cerita, yaitu guru memperlihatkan sebuah gambar. Setelah menampilkan gambar,
guru mengucapkan sebuah kalimat gambar tersebut. Kalimat berikutnya tidak dari guru,
melainkan dari siswa.
d) Membaca Gambar dengan Kartu Kalimat. Kali pertama yang dilakukan guru dalam
membaca gambar dengan kartu kalimat adalah memperlihatkan gambar pada siswa.
e) Membaca secara Struktural. Membaca secara struktural (s) adalah membaca bacaan
yang berupa kalimat-kalimat secara struktural, yaitu membaca kata demi kata yang
menyusun kalimat yang dibacanya.
f) Membaca secara Analisis. Membaca secara analisis merupakan membaca dengan cara
menganalisis (mengurai) unsur bacaan yang besar, kalimat yang dibaca menjadi kata-
kata, kata-kata menjadi suku kata-suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf.
g) Membaca secara Sintesis. Membaca secara sintesis adalah membaca dengan cara
mensintesis (merangkai) unsur pembentuk bacaan yang kecil menjadi yang lebih besar,
yaitu merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata-suku kata menjadi kata, dan
kata-kata menjadi kalimat.
5. Metode Menengah
Metode menengah merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan
untuk pembaca yang sudah mahir membaca permulaan. Kemahiran yang didapat dengan metode
ini adalah tidak hanya penyandian kembali simbol-simbol grafis tersebut.
1. Metode Kata. Metode kata merupakan cara membaca kata demi kata pada sebuah
bacaan. Penerapan metode ini didasarkan atas pandangan (asumsi) bahwa bacaan
merupakan susunan atas kata-kata yang mengandung makna.
2. Metode Frase. Metode frase merupakan cara membaca unsur bacaan yang berbentuk
frase. Pembaca menggerakkan matanya dari frase ke frase dan memahami atas frase-frase
yang dibacanya. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penulis menyampaikan ide-ide
dan perasaannya bukan dalam bentuk kata, melainkan dalam bentuk frase (Hardjasujana
dan Mulyati 1997:177).
3. Metode Kalimat. Metode kalimat merupakan cara membaca dengan menelaah kalimat
demi kalimat yang adaal dalam bacaan. Metode ini diterapkan dengan asumsi bahwa
penulis menyampaikan ide-idenya atau gagasannya dalam bentuk kalimat. Dengan
menerapkan metode ini pembaca akan dapat membaca lebih efisien dan efektif.
Keefektifan metode ini adalah pembaca akan lebih mudah memahami bacaan karena
pembaca dapat menangkap ide demi ide yang dituangkan dalam bentuk kalimat.
4. Metode Paragraf. Metode paragraf merupakan cara membaca dengan menelaah paragraf
demi paragraf.
6. Metode Lanjutan
Metode lanjutan merupakan cara yang diterapkan dalam membaca oleh pembaca yang
sudah menguasai metode menengah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran
membaca. Cara membaca yang dimaksud adalah bagaimana pembac dapat membaca seefisien
dan seefektif mungkin. Pembaca dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat membaca
sebanyak-banyaknya dan dapat memahami bacaan yang dibaca dengan baik.

7. Metode SQ3R
Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik yang dikembangkan
oleh F.P. Robinson pada tahun 1970. SQ3R sendiri kependekan dari Survey, Question, Read,
Recite, dan Review. Tampubolon dalam Suyatmi (1997: 210) membuat akronimnya dalam
bahasa Indonesia menjadi surtabaku yang merupakan akronim dari survei, tanya, baca, katakan,
dan ulang.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode ini dalam kegiatan
membaca (Suyatmi, 1997: 210-211). Pertama, adanya tahap Survey terhadap bacaan yang
dihadapi memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah materi yang
dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Hal itu berarti jika bacaan itu memang
diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya. Jika tidak, pembaca akan
mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua, metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku
fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah
harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo bacaannya mana kala bertemu dengan hal-hal
yang relatif baru baginya, yang memerlukan perenungan untuk dapat memahaminya, dan bagian-
bagian bacaan yang berisi informasi yang diperlukan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan
tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang relevan dengan
kebutuhannya atau sudah dikenalinya.
Ketiga, metode SQ3R membekali pembaca dengan metode belajar yang sistematis.
Belajar dengan menggunakan metode tertentu akan menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil
belajar yang lebih baik daripada tidak bermetode. Penerapan metode ini dalam pembelajaran
akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang
komprehensif relatif akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita, daripada hanya
sekadar mengingat fakta.
1) Tahap Survey (Menjelajahi)
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara
lengkap (Agustinus Suyoto, 2008: 1). Pendapat yang lebih komplet dikemukakan oleh Soedarso
(2002: 60), prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap,
dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Berdasarkan
pendapat kedua tokoh tersebut jelas bahwa survey dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
bacaan tersebut akan bermakna baginya.
Kegiatan prabaca dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan
dibaca dengan maksud untuk: mempercepat penangkapan arti, mendapatkan abstrak,
mengetahui ide-ide yang penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih
banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa
yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis
sebelum membaca, dan drama kreatif (Bruns, dkk 1996) dalam (Somodayo, 2011: 35).
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa
tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu. Skemata menggambarkan sekelompok
konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat,
tindakan, atau peristiwa.
Untuk menjadi pembaca yang sukses, siswa membutuhkan berbagai skemata. Mereka
harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahsa bicara
da bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosakata dan pola kalimat yang umumnya tidak
ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran
sastra (Rahim, 2005: 99-100). Ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Setiap jenis
bacaan, teknik surveinya pun berbeda.
a. Survei Buku
Dalam prabaca buku, tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Memperhatikan judul dan topik . Bertujuan untuk mengetahui secara garis besar
informasi yang akan didapatkan.
2. Telusuri daftar isi. Bertujuan untuk mendapatkan keseluruhan organisasi buku atau
informasi.
3. Baca kata pengantar. Bertujuan untuk mendapatkan tujuan dari penulisan buku dan
pembatasan permasalahan.
4. Lihat tabel, grafik, dan gambar. Bertujuan untuk menolong pembaca dalam memahami isi
buku.
5. Telusuri indeks. Bertujuan untuk mendapatkan kata- kata kunci, sehingga dapat
dicocokkan dengan kebutuhan dan tujuan.
b. Survei Bab
Menurut Soedarso (2002: 61) sebelum membaca suatu bab, adakan survei terlebih dahulu
yang lebih teliti lagi dibandingkan survei secara keseluruhan isi buku. Selain itu, diamati pula
subjudul-subjudul dan kaitannya, alat-alat bantu visual yang ada di bab seperti grafik, peta, dan
lain-lain. Alat-alat bantu visual tersebut mampu memberikan gambaran secara jelas bab yang
dibahas.
Selanjutnya perhatikan paragraf pertama dan akhir, karena kadang-kadang penulis
menggunakan paragraf tersebut untuk menyampaikan pokok yang akan dibicarakan dalam bab
itu. Kemudian lihatlah ringkasannya, karena ringkasan atau ikhtisar merupakan kesimpulan isi
dari bab tersebut. Terakhir, melihat subjudul-subjudul, karena dengan adanya subjudul, pembaca
semakin mengetahui hubungan bagian-bagian isi buku itu.

c. Survei Artikel
Ada beberapa macam artikel yang dibaca, yaitu (1) ada yang terus saja ditelan, (2) ada
yang perlu diuji kembali, (3) ada yang perlu diringkas, (4) ada yang perlu ditimbang-timbang,
dan (5) ada yang langsung dibuang saja (Soedarso, 2002: 61). Oleh karena itu, sebelum
membaca hendaklah melakukan survei terlebih dahulu. Barulah jika diperlukan, membacanya
secara keseluruhan.
Setiap artikel umumnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup/
kesimpulan. Setiap paragraf mempunyai topik yang memuat pokok pikiran paragraf. Kalimat
pertama atau dua kalimat pertama biasanya kalimat topik.
Pertama baca judul, judul tidak hanya menunjukkan masalah yang akan dibahas, tetapi
untuk merangsang pembaca berpikir hal-hal yang akan didapatkan dari judul, gagasan-gagasan
yang ada, dan hal yang telah diketahui.
Kedua baca semua subjudul dengan cepat. Subjudul membantu pembaca membentuk
pengertian yang menyeluruh. Subjudul menunjukkan fokus yang khusus serta aspek-aspek yang
mengacu pada keseluruhan topik.
Ketiga baca kalimat pertama sub-bab, karena kalimat pertama sering menuturkan isi bagian
tulisan itu. Jika tidak maka baca kalimat terakhir paragraf karenakalimat ini sering mengulangi
gagasan utama paragraf tersebut.
Keempat amati tabel untuk memahami isi. Kelima buang jika memang benar-benar tidak
dibutuhkan dan tidak bermanfaat.

2) Tahap Question (Bertanya)


Menurut Beatty (2002: 2) sebelum kegiatan membaca dilakukan, dimulai dengan
menyusun beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mengenai topik
secara kesatuan. Kegiatan ini sebagai aktivitas pemanasan sebelum membaca. Hal ini
dikarenakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan prediksi-prediksi pembaca pada
saat melakukan survey akan memandu pembaca pada saat melakukan aktivitas baca yang
sesungguhnya.
Pertanyaan ini muncul karena dorongan atau hasrat ingin tahu tentang sesuatu hal yang
diduga jawabnya akan diperoleh melalui bacaan tersebut. Mengajukan pertanyaan bisa dengan
mengubah judul dan subjudul serta subbab dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan
kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (5W+1H). Mel Silberman (1996:
94) menjelaskan manfaat dari pertanyaan yaitu membuat siswa aktif sehingga pembelajaran yang
berlangsung menjadi efektif. Terlebih dahulu, tanpa penjelasan dari guru, siswa mencari
permasalahan yang ada dalam bacaan. Atau dengan cara guru menstimulus siswa dengan
beberapa pertanyaan.
Pada waktu survey buku secara keseluruhan, pertanyaan yang disusun mungkin terlalu
umum, tetapi pada saat survey pada bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu dapat lebih spesifik.
Suatu pertanyaan dapat menimbulkan beberapa pertanyaan lain tentang isi bacaan secara lebih
mendalam. Berdasarkan pengalaman, membaca dengan maksud untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan biasanya lebih sungguh-sungguh dan cermat daripada membaca hanya
sekadar untuk membaca.

3) Tahap Read (Membaca)


Tahap selanjutnya dilakukan kegiatan membaca sesungguhnya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan (Zuchdi, 2007: 128). Pembaca tidak diharuskan untuk
membaca dengan kecepatan yang sama. Hal ini ditentukan oleh tujuannya dan karakteristik
bacaan yang dihadapinya. Cara membacanya pun bukan seperti membaca novel yang hanya
mengikuti apa yang sedang berlangsung, melainkan secara kritis. Baca tulisan bagian demi
bagian. Bersamaan membaca bagian-bagian itu, mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul
sehubungan dengan topik bacaan.
Menurut Soedarso (2002: 63) pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) jangan membuat catatan-catatan karena akan memperlambat kecepatan
membaca dan berbahaya jika hanya merupakan kutipan kata-kata penulisnya saja, (2) jangan
membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frasanya, acap kali setelah selesai
membacanya ternyata salah memilih. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk
mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.

4) Tahap Recite (Menceritakan Kembali)


Recite merupakan kegiatan menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dilakukan
setelah pembaca merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang dirumuskan sebelum kegiatan
membaca dilakukan telah terpenuhi (Soedarso, 2002: 63-64). Kegiatan menceritakan kembali isi
bacaan ini disebut juga dengan retall yang berfungsi untuk mengingat hal-hal yang telah
didapatkan. Walaupun bahan bacaan mudah dipahami, pastikan tahap recite atau mengutarakan
kembali isi bacaan ini jangan dilewatkan agar hal-hal penting yang telah didapatkan tidak mudah
dilupakan.
Lebih lanjut Darmiyati Zuchdi (2007: 129) menjelaskan tahap recite ini dilakukan dengan
cara menyatakan jawaban dan bukti dikemukakan kepada diri sendiri dengan bergumam,
bersuara, atau dalam bentuk catatan tulisan. Hal itu berarti dengan melihat pertanyaan-
pertanyaan yang dibuat sebelum membaca pembaca mencoba menjawab pertanyaan tersebut
dengan bergumam atau bersuara yang dikemukakan pada dirinya sendiri, atau menulis
jawabannya pada selembar kertas tanpa melihat buku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pembuatan ikhtisar bacaan meliputi:(1) ikhtisar
dibuat dengan kata-kata sendiri, (2) ikhtisar dibuat secara singkat, padat, dan jelas yang
mencakup butir-butir penting isi bacaan, (3) kegiatan ini dilakukan tidak bersamaan dengan
kegiatan lain, misalnya mencatat sambil membaca atau mencatat sambil membuka-buka kembali
halaman bacaan, (4) setelah selesai membuat ikhtisar kemudian direnungkan lagi apakah hal itu
sesuai dengan pendapat penul
5) Tahap Review (Meninjau Kembali)
Menurut Soedarso (2002: 64) daya ingat manusia terbatas. Sekalipun pada waktu
membaca 85% pembaca menguasai isi bacaan, kemampuannya dalam waktu 8 jam untuk
mengingat detail bagian yang penting tinggal 40%. Lalu dalam tempo dua minggu
pemahamannya tinggal 20%. Bagaimana jika selang satu bulan bahkan 1 tahun? Tentu tinggal
2% saja hal yang diingat oleh manusia. Oleh karena itu, kegiatan terakhir yaitu review janganlah
dilewatkan.
Review merupakan kegiatan mengulangi kembali judul/ subjudul/ subbab guna
mendapatkan hal-hal penting yang seharusnya diingat (Soedarso, 2002: 64). Hal ini sangat
bermanfaat karena review merupakan salah satu strategi membaca, yang membuat siswa
memahami keseluruhan ide (Beatty, 2002: 6).
Manfaat dari kegiatan review ini diperkuat oleh pernyataan Darmiyati Zuchdi (2007:
129) bahwa, meninjau kembali, dilakukan dalam jarak waktu yang tepat setelah membaca guna
mengingatnya secara permanen. Dengan demikian dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan manfaat review antara lain: (1) dapat membantu dan meningkatkan isi bacaan, (2)
lebih memperjelas pemahaman daya ingat, (3) memperoleh hal penting lain yang luput dari
pengamatan pada saat membaca.
Meninjau ulang hanya dengan melihat-lihat bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu
untuk sekadar menyegarkan kembali ingatan. Bagian-bagian tersebut misalnya, judul-judul dan
sub-judul, gambar-gambar, diagram-diagram, grafik-grafik, dan memeriksa kembali pertanyaan-
pertanyaan baik yang telah tersedia dalam bacaan ataupun pertanyaan yang telah dirumuskan
sendiri.
Melalui kegiatan peninjauan ulang ini, pembaca bukan sekadar harus merasa yakin
bahwa apa yang akan dibacanya itu telah dikuasai dan dipahaminya, melainkan juga harus
merenungkan dan memikirkan tingkat kebenaran gagasan penulisnya, kelemahan dan kebaikan
sajian buku tersebut, bila perlu memikirkan kritik dan saran untuk penyempurnaan buku tersebut.
Akan lebih baik lagi jika hasil-hasil bacaan itu ditulis dan dirangkum (Zuchdi, 2007:
131). Pembuatan rangkuman ini meliputi: (1) judul buku, nama pengarang, penerbit, dan tahun
terbit, (2) topik/ tema bacaan, (3) catatan ringkas mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dan
ditulis dengan menggunakan bahasa sendiri, (4) kutipan selengkapnya bagian informasi atau
pernyataan yang dipandang penting disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan
halamannya).
Berdasarkan penjabaran dari tahap-tahap SQ3R di atas, dapat disimpulkan bahwa, tahap
survey bacaan dilakukan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Lalu dengan
mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri yang jawabannya diharapkan terdapat dalam
bacaan tersebut akan lebih memudahkan pembaca memahami bacaan. Kemudian dengan
mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, pembaca akan
menguasai dan mengingatnya lebih lama. Sehingga metode ini memungkinkan para siswa untuk
belajar secara sistematis dengan bantuan langkah-langkah kerja yang tepat dan efisien.

Dalam referensi lain metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan
penimbul pertanyaan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan
penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan
pengolahan materi secara mendalam dan luas. Strategi SQ3R yang dicetuskan oleh Francis P.
Robinson pada tahun 1941 dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami
substansi teks dan bahan bacaan dalam suatu bidang pengetahuan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode SQ3R yaitu:
1. Survey
Langkah pertama dalam strategi SQ3R adalah survey, yaitu guru perlu membantu dan
mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur pokok kajian.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui panjangnya pokok kajian, judul bagian (heading), dan
judul sub bagian (sub heading), istilah kata kunci dan sebagainya (Syah, 1997:131).
Dalam melakukan survey, siswa menyiapkan pensil, kertas dan alat pewarna (stabilo)
untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan
pertanyaan perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah
selanjutnya.
2. Question
Guru memberikan petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan. Pertanyaan yang dibuat bisa menggunakan rumus
5W1H-nya wartawan. Rumus 5W1H itu berarti, Who, What, When, Why, Where dan How
(Thabrany, 1995: 86).
3. Read
Guru menyuruh siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini membaca secara aktif juga berarti
membaca difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban
yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi (Syah, 1994: 131).
4. Recite
Recite merupakan latihan untuk meningkatkan kembali pemahaman tentang materi
pelajaran dengan memberi penekanan pada butir-butir penting yang dapat dilakukan dengan
mendengarkan sendiri, menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan (Trianto, 2007:149).
5. Review
Menurut Gie (1994: 82), setelah melakukan resitasi siswa masih perlu menengok seluruh
catatannya untuk memperoleh sebuah gambaran yang lengkap mengenai segenap ide yang telah
dipelajari. Untuk mencegah ide-ide terlupakan lagi, pengulangan terhadap bahan pelajaran perlu
dilakukan sewaktu-waktu.
Dalam buku Seni & Strategi Membaca Cepat Tanpa Lupa karya Tarcy Hurmali dijelaskan
bahwa metode SQ3R dipopulerkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode ini sering
digunakan orang. Selain itu metode ini lebih mudah dipahami dalam konteks membaca cepat.
Pemahaman yang diperoleh dalam membaca cepat lebih mendalam daripada metode-metode
lainnya.
Tahap-Tahap Metode SQ3R sebagai berikut.
1. Survei (Peninjauan).
Survei ini berfokus pada melihat sepintas sebuah bacaan atau sebuah buku. Hal-hal yang
dilihat adalah judul utama, subjudul, sinopsis, kata pengantar, dan daftar isi. Survey ini
merupakan langkah awal sebelum membaca keseluruhan sebuah buku. Setelah melihat bagian-
bagian penting itu,selanjutnya adalah melihat bagian dalam sebuah buku, seperti bab, subjudul,
huruf-huruf yang dicetak miring, tabel. Dari penglihatan ini bisa mendapat pesan sebuah buku
yang hendak dibaca.
Tujuan dari survei ini adalah Anda akan cepat menangkap arti, mendapatkan abstrak,
mengetahui ide-ide penting,melihat susunan bacaan dan Anda pun akan berminat dalam sebuah
buku. Teknik dalam survei sebagai berikut.
1. Teknik Survei Buku
a. Lihatlah daftar isi.
b. Baca kata pengantar.
c. Lihat tabel dan grafiknya.
d. Lihat dan telusuri indeksnya.
2. Teknik Survei Bab
a) Lihatlah paragraf pertama dan terakhir.
b) Lihat ringkasannya.
c) Lihat subjudul.
3. Teknik Survei Artikel
a. Baca judul dan subjudul.
b. Lihat tabel.
c. Baca kata pengantar.
d. Baca kalimat pertama sub-sub dan buatlah keputusan baca atau tidak.
4. Teknik Survei Kliping
o Lihat judul.
o Perhatikan penulisnya.

Manfaat Metode SQ3R sebagai berikut.


Membaca judul berguna untuk memfokuskan pada topik bab.
Pendahuluan berguna untuk memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal
penting dari bab terkait.
Membaca sub-bab berguna untuk memberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran
Grafik dan diagram berguna untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan
teks.
2. Question
Question berarti bertanya. Dalam konteks membaca cepat, question digunakan
mempertanyakan masalah, isi, atau ruang lngkup buku yang hendak dibaca. Pertanyaan sangat
penting sebelum Anda membaca. Pertanyaan ini sangat baik terutama dapat membantu pikiran
Anda terfokus pada pencarian jawaban pada sebuah buku yang Anda baca bertanya disatukan
ketika hendak melakukan survei sebuah buku bacaan. Dengan bertanya berarti bersikap aktif.
Untuk membuat hal ini lebih efektif, pertanyaan yang akan ditanyakan adalah pertanyaan yang
sungguh berguna, berdasarkan keingintahuan sebelum membaca.

3. Read
Tahap read dilakukan jika sudah melewati dua tahap di atas. Jika belum melewati dua
tahap di atas, maka sangat sulit untuk membaca cepat sebuah buku. Ketika sudah melewati dua
tahap tersebut, tidak akan menemukan kesulitan dalam mencari ide pokok dalam sebuah bacaan.
Semua pertanyaan yang kita ajukan akan terjawab ketika kita membaca.

4. Recite
Tahap ini sering disebut juga resitasi atau refleksi terhadap sesuatu. Dalam konteks
membaca cepat, recite berarti mencoba mengingat kembali apa yang sudah di baca. Ingatan
berupa ingatan ide-ide pokok yang ditemukan selama membaca.
5. Review
Tahap review berarti harus mengulang kembali apa yang menjadi isi bacaan yang sudah
dibaca. Mengulang berarti mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dibaca atau dipelajari.
Review dilakukan ketika sudah membaca keseluruhan sebuah buku. Diharapkan ingatan itu
sifatnya janga panjang.

8. Metode P2R
Metode P2R merupakan metode membaca yang terdiri atas tahap preview, read, dan
review, yang biasanya digunakan sebagian besar pembaca cepat dan efisien. Menurut Gordon
(dalam Haryadi, 2006:91) penjelasan ketiga tahap dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a. Preview adalah membaca sekilas untuk mengetahui struktur bacaan, pokok-pokok
pikiran, relevansi, dan sebagainya. Pada tahap ini, pembaca melakukan pengenalan
terhadap bacaan mengenai hal-hal yang pokok yang bersifat luaran. Setelah itu, pembaca
memutuskan apakah perlu ketahap selanjutnya (Read) atau tidak. Jika memang sudah
tahu tentang bacaan, pembaca boleh saja menganggap tidak perlu membaca, jika belum
tahu pembaca melakukan tahap selanjutnya,
b. Read adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan
sesuai tingkat kesulitan bacaan. Tujuan umum membaca adalah mencari informasi yang
ada dalam bacaan. Informasi bersifat pokok atau inti dan bisa juga informasi bersifat
tidak inti dan juga penjelas. Jika hanya ingin mengetahui yang pokok, pembaca bisa
hanya membaca secara sepintas (Skimming) sehingga wakyu yang dibutuhkan singkat.
Namun, jika ingin mengetahui semua informasi yang ada dalam bacaan, pembaca
membaca dnegan teliti.
c. Review adalah membaca sekilas untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan dan atau
untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok pikiran yang telah didapat dari tahap
read. Pada tahap ini, pembaca membaca bacaan seperlunya saja seperti pada preview,
yang berbeda adalah tujuannya. Jika preview untuk mengenal bacaan sedangkan review
untuk memantapkan kembali apa yang telah dipahami dan untuk mengecek apakah
bacaan sudah dibaca sesuai tujuan.
Ketiga tahapan dalam metode ini tidak harus digunakan semua secara tertib. Hal tersebut
bergantung pada situasinya. Jika memang diperlukan, ketiga tahap itu digunakan secara tertib.
Pada saat lain, pembaca tidak melakukan tahap preview karena pembaca sudah mengenai
struktur materi bacaan. Bisa saja pembaca tidak melakukan read, ia hanya melakukan tahap
preview dan review karena tidak ada hal-hal yang baru didalam bacaan sehingga tidak perlu
dibaca. Kemungkinan lain adalah pembaca tidak perlu melakukan review sebab pembaca sudah
merasa tidak yakin ada yang terlewati dan sudah ingat semua tentang informasi yang
diperolehnya.
Menurut Gordon (dalam Haryadi, 2006:91) kelebihan metode P2R, pembaca
dilatih membaca sekilas, pembaca akan memperoleh pemahaman struktur bacaan, pembaca dapat
mengetahui kecepatannya membacanya, dan pembaca dapat mengulang dan mengetahui apakah
ada bacaan yang terlewatkan atau tidak. Sementara, kelemahannya adalah pembaca tidak dapat
membaca secara sistematis, pembaca ceoat bosan dan malas dalam membaca, dan pembaca
merasa tidak mampu untuk memahami bacaan.
9. Metode S-D4
Metode ini digunakan dengan melihat situasi bacaan. Situasi bacaan terkait dengan
apakah bacaan sudah dikenal atau belum oleh pembaca dan apakah tujuan yang diinginkan oleh
pembaca. Langkah-Langkah metode S-D4:
1. Survey adalah kegiatan pembaca dalam melakukan aktivitas membaca secara sepintas
lalu untuk mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok pikiran utama bacaan.
2. Decide adalah proses membaca memutuskan untuk melakukan salah satu empat pilihan
berikut ini.
3. Skip, artinya mengabaikan atau sama sekali tidak membaca.
4. Membaca sepintas. Pilihan ini dilakukan apabila pembaca merasa perlu membaca lagi
bacaan yang telah disurvei
5. Membaca dengan kecepatan wajar. Pilihan ini dipilih apabila pembaca belum tahu
tentang bacaan yang telah disurvei sehingga pembaca perlu membacanya dengan
kecepatan yang normal.
6. Mempelajari materi bacaan. Pada pilihan ini, pembaca membaca dengan sungguh-
sungguh, teliti, dan hati-hati sehingga kecepatan bacanya relative pelan.

Anda mungkin juga menyukai