a) Merekam Bahasa Siswa. Kalimat yang digunakan sebagai bahan bacaan adalah yang
sesuai dengan tingkat baca siswa sehingga bahasa hasil rekaman dipilih terlebih dahulu,
tidak semua bahasa hasil rekaman dipakai sebagai bahan bacaan.
b) Menampilkan Gambar Sambil Cerita. Guru menampilkan gambar kepada siswa
sambil bercerita. Gambar yang diperlihatkan adalah gambar yang sederhana, mudah
dilihat, dan dikenal siswa.
c) Membaca Gambar. Membaca gambar caranya sama dengan menampilkan gambar
sambil cerita, yaitu guru memperlihatkan sebuah gambar. Setelah menampilkan gambar,
guru mengucapkan sebuah kalimat gambar tersebut. Kalimat berikutnya tidak dari guru,
melainkan dari siswa.
d) Membaca Gambar dengan Kartu Kalimat. Kali pertama yang dilakukan guru dalam
membaca gambar dengan kartu kalimat adalah memperlihatkan gambar pada siswa.
e) Membaca secara Struktural. Membaca secara struktural (s) adalah membaca bacaan
yang berupa kalimat-kalimat secara struktural, yaitu membaca kata demi kata yang
menyusun kalimat yang dibacanya.
f) Membaca secara Analisis. Membaca secara analisis merupakan membaca dengan cara
menganalisis (mengurai) unsur bacaan yang besar, kalimat yang dibaca menjadi kata-
kata, kata-kata menjadi suku kata-suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf.
g) Membaca secara Sintesis. Membaca secara sintesis adalah membaca dengan cara
mensintesis (merangkai) unsur pembentuk bacaan yang kecil menjadi yang lebih besar,
yaitu merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata-suku kata menjadi kata, dan
kata-kata menjadi kalimat.
5. Metode Menengah
Metode menengah merupakan metode membaca yang digunakan atau diperuntukkan
untuk pembaca yang sudah mahir membaca permulaan. Kemahiran yang didapat dengan metode
ini adalah tidak hanya penyandian kembali simbol-simbol grafis tersebut.
1. Metode Kata. Metode kata merupakan cara membaca kata demi kata pada sebuah
bacaan. Penerapan metode ini didasarkan atas pandangan (asumsi) bahwa bacaan
merupakan susunan atas kata-kata yang mengandung makna.
2. Metode Frase. Metode frase merupakan cara membaca unsur bacaan yang berbentuk
frase. Pembaca menggerakkan matanya dari frase ke frase dan memahami atas frase-frase
yang dibacanya. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa penulis menyampaikan ide-ide
dan perasaannya bukan dalam bentuk kata, melainkan dalam bentuk frase (Hardjasujana
dan Mulyati 1997:177).
3. Metode Kalimat. Metode kalimat merupakan cara membaca dengan menelaah kalimat
demi kalimat yang adaal dalam bacaan. Metode ini diterapkan dengan asumsi bahwa
penulis menyampaikan ide-idenya atau gagasannya dalam bentuk kalimat. Dengan
menerapkan metode ini pembaca akan dapat membaca lebih efisien dan efektif.
Keefektifan metode ini adalah pembaca akan lebih mudah memahami bacaan karena
pembaca dapat menangkap ide demi ide yang dituangkan dalam bentuk kalimat.
4. Metode Paragraf. Metode paragraf merupakan cara membaca dengan menelaah paragraf
demi paragraf.
6. Metode Lanjutan
Metode lanjutan merupakan cara yang diterapkan dalam membaca oleh pembaca yang
sudah menguasai metode menengah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemahiran
membaca. Cara membaca yang dimaksud adalah bagaimana pembac dapat membaca seefisien
dan seefektif mungkin. Pembaca dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat membaca
sebanyak-banyaknya dan dapat memahami bacaan yang dibaca dengan baik.
7. Metode SQ3R
Metode SQ3R merupakan suatu prosedur belajar yang sistematik yang dikembangkan
oleh F.P. Robinson pada tahun 1970. SQ3R sendiri kependekan dari Survey, Question, Read,
Recite, dan Review. Tampubolon dalam Suyatmi (1997: 210) membuat akronimnya dalam
bahasa Indonesia menjadi surtabaku yang merupakan akronim dari survei, tanya, baca, katakan,
dan ulang.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode ini dalam kegiatan
membaca (Suyatmi, 1997: 210-211). Pertama, adanya tahap Survey terhadap bacaan yang
dihadapi memberi kemungkinan pada pembaca untuk menentukan apakah materi yang
dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Hal itu berarti jika bacaan itu memang
diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya. Jika tidak, pembaca akan
mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kedua, metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku
fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah
harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo bacaannya mana kala bertemu dengan hal-hal
yang relatif baru baginya, yang memerlukan perenungan untuk dapat memahaminya, dan bagian-
bagian bacaan yang berisi informasi yang diperlukan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan
tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang relevan dengan
kebutuhannya atau sudah dikenalinya.
Ketiga, metode SQ3R membekali pembaca dengan metode belajar yang sistematis.
Belajar dengan menggunakan metode tertentu akan menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil
belajar yang lebih baik daripada tidak bermetode. Penerapan metode ini dalam pembelajaran
akan menghasilkan pemahaman yang komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang
komprehensif relatif akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita, daripada hanya
sekadar mengingat fakta.
1) Tahap Survey (Menjelajahi)
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara
lengkap (Agustinus Suyoto, 2008: 1). Pendapat yang lebih komplet dikemukakan oleh Soedarso
(2002: 60), prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap,
dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca. Berdasarkan
pendapat kedua tokoh tersebut jelas bahwa survey dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
bacaan tersebut akan bermakna baginya.
Kegiatan prabaca dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan
dibaca dengan maksud untuk: mempercepat penangkapan arti, mendapatkan abstrak,
mengetahui ide-ide yang penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih
banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa
yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis
sebelum membaca, dan drama kreatif (Bruns, dkk 1996) dalam (Somodayo, 2011: 35).
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa
tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu. Skemata menggambarkan sekelompok
konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat,
tindakan, atau peristiwa.
Untuk menjadi pembaca yang sukses, siswa membutuhkan berbagai skemata. Mereka
harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahsa bicara
da bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosakata dan pola kalimat yang umumnya tidak
ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda dengan berbagai aliran
sastra (Rahim, 2005: 99-100). Ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Setiap jenis
bacaan, teknik surveinya pun berbeda.
a. Survei Buku
Dalam prabaca buku, tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Memperhatikan judul dan topik . Bertujuan untuk mengetahui secara garis besar
informasi yang akan didapatkan.
2. Telusuri daftar isi. Bertujuan untuk mendapatkan keseluruhan organisasi buku atau
informasi.
3. Baca kata pengantar. Bertujuan untuk mendapatkan tujuan dari penulisan buku dan
pembatasan permasalahan.
4. Lihat tabel, grafik, dan gambar. Bertujuan untuk menolong pembaca dalam memahami isi
buku.
5. Telusuri indeks. Bertujuan untuk mendapatkan kata- kata kunci, sehingga dapat
dicocokkan dengan kebutuhan dan tujuan.
b. Survei Bab
Menurut Soedarso (2002: 61) sebelum membaca suatu bab, adakan survei terlebih dahulu
yang lebih teliti lagi dibandingkan survei secara keseluruhan isi buku. Selain itu, diamati pula
subjudul-subjudul dan kaitannya, alat-alat bantu visual yang ada di bab seperti grafik, peta, dan
lain-lain. Alat-alat bantu visual tersebut mampu memberikan gambaran secara jelas bab yang
dibahas.
Selanjutnya perhatikan paragraf pertama dan akhir, karena kadang-kadang penulis
menggunakan paragraf tersebut untuk menyampaikan pokok yang akan dibicarakan dalam bab
itu. Kemudian lihatlah ringkasannya, karena ringkasan atau ikhtisar merupakan kesimpulan isi
dari bab tersebut. Terakhir, melihat subjudul-subjudul, karena dengan adanya subjudul, pembaca
semakin mengetahui hubungan bagian-bagian isi buku itu.
c. Survei Artikel
Ada beberapa macam artikel yang dibaca, yaitu (1) ada yang terus saja ditelan, (2) ada
yang perlu diuji kembali, (3) ada yang perlu diringkas, (4) ada yang perlu ditimbang-timbang,
dan (5) ada yang langsung dibuang saja (Soedarso, 2002: 61). Oleh karena itu, sebelum
membaca hendaklah melakukan survei terlebih dahulu. Barulah jika diperlukan, membacanya
secara keseluruhan.
Setiap artikel umumnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup/
kesimpulan. Setiap paragraf mempunyai topik yang memuat pokok pikiran paragraf. Kalimat
pertama atau dua kalimat pertama biasanya kalimat topik.
Pertama baca judul, judul tidak hanya menunjukkan masalah yang akan dibahas, tetapi
untuk merangsang pembaca berpikir hal-hal yang akan didapatkan dari judul, gagasan-gagasan
yang ada, dan hal yang telah diketahui.
Kedua baca semua subjudul dengan cepat. Subjudul membantu pembaca membentuk
pengertian yang menyeluruh. Subjudul menunjukkan fokus yang khusus serta aspek-aspek yang
mengacu pada keseluruhan topik.
Ketiga baca kalimat pertama sub-bab, karena kalimat pertama sering menuturkan isi bagian
tulisan itu. Jika tidak maka baca kalimat terakhir paragraf karenakalimat ini sering mengulangi
gagasan utama paragraf tersebut.
Keempat amati tabel untuk memahami isi. Kelima buang jika memang benar-benar tidak
dibutuhkan dan tidak bermanfaat.
Dalam referensi lain metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan
penimbul pertanyaan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan
penimbul pertanyaan dan tanya jawab yang dapat mendorong pembaca teks melakukan
pengolahan materi secara mendalam dan luas. Strategi SQ3R yang dicetuskan oleh Francis P.
Robinson pada tahun 1941 dipandang dapat meningkatkan kinerja memori dalam memahami
substansi teks dan bahan bacaan dalam suatu bidang pengetahuan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode SQ3R yaitu:
1. Survey
Langkah pertama dalam strategi SQ3R adalah survey, yaitu guru perlu membantu dan
mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur pokok kajian.
Tujuannya adalah agar siswa mengetahui panjangnya pokok kajian, judul bagian (heading), dan
judul sub bagian (sub heading), istilah kata kunci dan sebagainya (Syah, 1997:131).
Dalam melakukan survey, siswa menyiapkan pensil, kertas dan alat pewarna (stabilo)
untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan
pertanyaan perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah
selanjutnya.
2. Question
Guru memberikan petunjuk atau contoh kepada para siswa untuk menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan. Pertanyaan yang dibuat bisa menggunakan rumus
5W1H-nya wartawan. Rumus 5W1H itu berarti, Who, What, When, Why, Where dan How
(Thabrany, 1995: 86).
3. Read
Guru menyuruh siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini membaca secara aktif juga berarti
membaca difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban
yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi (Syah, 1994: 131).
4. Recite
Recite merupakan latihan untuk meningkatkan kembali pemahaman tentang materi
pelajaran dengan memberi penekanan pada butir-butir penting yang dapat dilakukan dengan
mendengarkan sendiri, menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan (Trianto, 2007:149).
5. Review
Menurut Gie (1994: 82), setelah melakukan resitasi siswa masih perlu menengok seluruh
catatannya untuk memperoleh sebuah gambaran yang lengkap mengenai segenap ide yang telah
dipelajari. Untuk mencegah ide-ide terlupakan lagi, pengulangan terhadap bahan pelajaran perlu
dilakukan sewaktu-waktu.
Dalam buku Seni & Strategi Membaca Cepat Tanpa Lupa karya Tarcy Hurmali dijelaskan
bahwa metode SQ3R dipopulerkan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode ini sering
digunakan orang. Selain itu metode ini lebih mudah dipahami dalam konteks membaca cepat.
Pemahaman yang diperoleh dalam membaca cepat lebih mendalam daripada metode-metode
lainnya.
Tahap-Tahap Metode SQ3R sebagai berikut.
1. Survei (Peninjauan).
Survei ini berfokus pada melihat sepintas sebuah bacaan atau sebuah buku. Hal-hal yang
dilihat adalah judul utama, subjudul, sinopsis, kata pengantar, dan daftar isi. Survey ini
merupakan langkah awal sebelum membaca keseluruhan sebuah buku. Setelah melihat bagian-
bagian penting itu,selanjutnya adalah melihat bagian dalam sebuah buku, seperti bab, subjudul,
huruf-huruf yang dicetak miring, tabel. Dari penglihatan ini bisa mendapat pesan sebuah buku
yang hendak dibaca.
Tujuan dari survei ini adalah Anda akan cepat menangkap arti, mendapatkan abstrak,
mengetahui ide-ide penting,melihat susunan bacaan dan Anda pun akan berminat dalam sebuah
buku. Teknik dalam survei sebagai berikut.
1. Teknik Survei Buku
a. Lihatlah daftar isi.
b. Baca kata pengantar.
c. Lihat tabel dan grafiknya.
d. Lihat dan telusuri indeksnya.
2. Teknik Survei Bab
a) Lihatlah paragraf pertama dan terakhir.
b) Lihat ringkasannya.
c) Lihat subjudul.
3. Teknik Survei Artikel
a. Baca judul dan subjudul.
b. Lihat tabel.
c. Baca kata pengantar.
d. Baca kalimat pertama sub-sub dan buatlah keputusan baca atau tidak.
4. Teknik Survei Kliping
o Lihat judul.
o Perhatikan penulisnya.
3. Read
Tahap read dilakukan jika sudah melewati dua tahap di atas. Jika belum melewati dua
tahap di atas, maka sangat sulit untuk membaca cepat sebuah buku. Ketika sudah melewati dua
tahap tersebut, tidak akan menemukan kesulitan dalam mencari ide pokok dalam sebuah bacaan.
Semua pertanyaan yang kita ajukan akan terjawab ketika kita membaca.
4. Recite
Tahap ini sering disebut juga resitasi atau refleksi terhadap sesuatu. Dalam konteks
membaca cepat, recite berarti mencoba mengingat kembali apa yang sudah di baca. Ingatan
berupa ingatan ide-ide pokok yang ditemukan selama membaca.
5. Review
Tahap review berarti harus mengulang kembali apa yang menjadi isi bacaan yang sudah
dibaca. Mengulang berarti mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dibaca atau dipelajari.
Review dilakukan ketika sudah membaca keseluruhan sebuah buku. Diharapkan ingatan itu
sifatnya janga panjang.
8. Metode P2R
Metode P2R merupakan metode membaca yang terdiri atas tahap preview, read, dan
review, yang biasanya digunakan sebagian besar pembaca cepat dan efisien. Menurut Gordon
(dalam Haryadi, 2006:91) penjelasan ketiga tahap dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a. Preview adalah membaca sekilas untuk mengetahui struktur bacaan, pokok-pokok
pikiran, relevansi, dan sebagainya. Pada tahap ini, pembaca melakukan pengenalan
terhadap bacaan mengenai hal-hal yang pokok yang bersifat luaran. Setelah itu, pembaca
memutuskan apakah perlu ketahap selanjutnya (Read) atau tidak. Jika memang sudah
tahu tentang bacaan, pembaca boleh saja menganggap tidak perlu membaca, jika belum
tahu pembaca melakukan tahap selanjutnya,
b. Read adalah membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan
sesuai tingkat kesulitan bacaan. Tujuan umum membaca adalah mencari informasi yang
ada dalam bacaan. Informasi bersifat pokok atau inti dan bisa juga informasi bersifat
tidak inti dan juga penjelas. Jika hanya ingin mengetahui yang pokok, pembaca bisa
hanya membaca secara sepintas (Skimming) sehingga wakyu yang dibutuhkan singkat.
Namun, jika ingin mengetahui semua informasi yang ada dalam bacaan, pembaca
membaca dnegan teliti.
c. Review adalah membaca sekilas untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan dan atau
untuk memperkuat ingatan terhadap pokok-pokok pikiran yang telah didapat dari tahap
read. Pada tahap ini, pembaca membaca bacaan seperlunya saja seperti pada preview,
yang berbeda adalah tujuannya. Jika preview untuk mengenal bacaan sedangkan review
untuk memantapkan kembali apa yang telah dipahami dan untuk mengecek apakah
bacaan sudah dibaca sesuai tujuan.
Ketiga tahapan dalam metode ini tidak harus digunakan semua secara tertib. Hal tersebut
bergantung pada situasinya. Jika memang diperlukan, ketiga tahap itu digunakan secara tertib.
Pada saat lain, pembaca tidak melakukan tahap preview karena pembaca sudah mengenai
struktur materi bacaan. Bisa saja pembaca tidak melakukan read, ia hanya melakukan tahap
preview dan review karena tidak ada hal-hal yang baru didalam bacaan sehingga tidak perlu
dibaca. Kemungkinan lain adalah pembaca tidak perlu melakukan review sebab pembaca sudah
merasa tidak yakin ada yang terlewati dan sudah ingat semua tentang informasi yang
diperolehnya.
Menurut Gordon (dalam Haryadi, 2006:91) kelebihan metode P2R, pembaca
dilatih membaca sekilas, pembaca akan memperoleh pemahaman struktur bacaan, pembaca dapat
mengetahui kecepatannya membacanya, dan pembaca dapat mengulang dan mengetahui apakah
ada bacaan yang terlewatkan atau tidak. Sementara, kelemahannya adalah pembaca tidak dapat
membaca secara sistematis, pembaca ceoat bosan dan malas dalam membaca, dan pembaca
merasa tidak mampu untuk memahami bacaan.
9. Metode S-D4
Metode ini digunakan dengan melihat situasi bacaan. Situasi bacaan terkait dengan
apakah bacaan sudah dikenal atau belum oleh pembaca dan apakah tujuan yang diinginkan oleh
pembaca. Langkah-Langkah metode S-D4:
1. Survey adalah kegiatan pembaca dalam melakukan aktivitas membaca secara sepintas
lalu untuk mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok pikiran utama bacaan.
2. Decide adalah proses membaca memutuskan untuk melakukan salah satu empat pilihan
berikut ini.
3. Skip, artinya mengabaikan atau sama sekali tidak membaca.
4. Membaca sepintas. Pilihan ini dilakukan apabila pembaca merasa perlu membaca lagi
bacaan yang telah disurvei
5. Membaca dengan kecepatan wajar. Pilihan ini dipilih apabila pembaca belum tahu
tentang bacaan yang telah disurvei sehingga pembaca perlu membacanya dengan
kecepatan yang normal.
6. Mempelajari materi bacaan. Pada pilihan ini, pembaca membaca dengan sungguh-
sungguh, teliti, dan hati-hati sehingga kecepatan bacanya relative pelan.