Tidak ada seorang mukmin yang bertaziah kepada saudaranya yang
mendapat suatu musibah, kecuali Allah akan memakaikan padanya
pakian kemulyaan pada hari kiamat.
Imam Nawawi berkata :
Menurut Imam Syafii dan Ash-Hab, Taziah itu adalah suatu perbuatan
yang disukai (disunnatkan) kita disukai mentaziahi semua kerabat yang
meninggal, baik kecil maupun besar, baik laki-laki maupun perempuan,
terkecuali kalau wanita itu masih muda maka ia hanya ditaziahi oleh
mahram-mahramnya saja.
B. Jangka Waktu Taziah .
Batasan waktu bertaziah itu belum penulis temukan dalil
syaranya, Cuma sementara penulis berpedoman kepada pendapat para
ulama terdahulu, diantaranya :
1. Imam Nawawi. Waktu Taziah menurut pendapat Ash-Hab kami, ialah
dari saat meninggalnya sampai tiga hari setelah dikuburkan.
2. Imam Mutawalli. Taziah yang paling utama ialah sesudah dikuburkan
dalam jangka waktu tiga hari, kecuali yang bertaziah itu tidak
berada di tempat atau yang akan ditaziahi, maka boleh lebih dari
tiga hari asal saja tidak terlalu kelewatan sebab kalau sudah terlalu
lewat waktunya, boleh jadi seakan-akan melakukan kesedihan baru
dalam hati ahli musibah.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa waktu taziah
sudah boleh dilakukan semenjak meninggalnya sampai tiga hari
setelah dikuburkan terkecuali orang yang akan bertaziah tidak
ditempat dan juga sebaliknya asal saja tidak terlalu lewat, kalau
sudah lewat waktu tidak di pandang baik lagi, karena perbuatan yang
demikian seakan-akan membangunkan ular tidur, yakni kambuh
penyakit itu kembali atau kembali sedih.
C. Adab Bertaziah.
Semoga engkau mendapat rahmat dari Allah dan memberi
pahala.
engkau
Kami sedang berada disamping Rasulullah lalu seorang putri Beliau
orang menyampaikan kepada Rasulullah, meminta beliau datang dan
memberitahukan bahwa seorang anak kecilnya menghadapi maut,
maka Rasulullah bersabda, kembalilah kepadanya dan beritahulah dia
bahwa bagi Allah apa yang diambilnya, juga kepunyaannya apa yang
diberinya dan segala sesuatu yang disisinya adalah dengan ajal yang
ditentukan maka suruh dia bersabar dan mengharapkan pahala
mencari ridha Allah.
c. Hadis dari Anas Ra. Riwayat Jamaah :
Imam malik.
Mazhabnya sungguh sangat tidak menyukai berkumpul kumpul
dirumah kematian yang makan makan disana, lebih lebih lagi
makanan itu diambilkan dari warisan anak yatim yang masih kecil
atau yang belum didengar suarannya. Makanan yang disediakan dari
harta tersebut haram hukumnya dengan ijtima ulama. ( koleksi hadis
hadis hukum : oleh Hasbi Ashshideqy )
KEPUSTAKAAN
1. Khaidir Khatib Bandaro, Drs. Pedoman Penyelenggaraan Jenazah menurut
Sunnah Rasulullah Saw. Penerbit CV. Pustaka Indonesia. BukittinggiTahun
1992.
2. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, Penerbit PT. Al-Maarif Bandung, Tahun 1986.
3. Muhammad Hamdi, Tugas Orang Hidup Terhadap Orang Mati, Penerbit
Pesantren Muallimin Sawah Dangka, Tigo kampuang Gadut, Tahun 2005.
4. Muh. Sjarief Sukandy, Tarjamah Bulughul Maram Fiqih berdasarkan Hadis,
Penerbit PT. Al-Maarif Bandung Tahun 1994.
ADAB TAZIAH
Disusun oleh
AKMAL HUSNI, S. AG