Anda di halaman 1dari 6

TAZIAH DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian dan Hukumnya.


Pengertian.
Kata-kata Taziah berasal dari bahasa Arab yang mengandung
beberapa artian seperti Tashbir (menyabarkan), Tasliyah (menghibur)
dan Tasbit (meneguhkan hati), maka dengan berpedoman kepada arti
tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dikatakan Taziah
itu adalah berkunjung ke tempat ahli bait (ahli rumah yang ditimpa
musibah) dalam upaya menyabarkan, menghibur dan meneguhkan hati
keluarga yang ditimpa musibah, dalam waktu-waktu tertentu.
Hukumnya.
Adapun hukum Taziah menurut jumhur ulama adalah Sunnat
yakni berpahala kalau dikerjakan dan tidak berdosa meninggalkannya.
Sehubungan dengan ini Nabi Saw. Bersabda yang diriwayatkan oleh
Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi



Tidak ada seorang mukmin yang bertaziah kepada saudaranya yang
mendapat suatu musibah, kecuali Allah akan memakaikan padanya
pakian kemulyaan pada hari kiamat.
Imam Nawawi berkata :
Menurut Imam Syafii dan Ash-Hab, Taziah itu adalah suatu perbuatan
yang disukai (disunnatkan) kita disukai mentaziahi semua kerabat yang
meninggal, baik kecil maupun besar, baik laki-laki maupun perempuan,
terkecuali kalau wanita itu masih muda maka ia hanya ditaziahi oleh
mahram-mahramnya saja.
B. Jangka Waktu Taziah .
Batasan waktu bertaziah itu belum penulis temukan dalil
syaranya, Cuma sementara penulis berpedoman kepada pendapat para
ulama terdahulu, diantaranya :
1. Imam Nawawi. Waktu Taziah menurut pendapat Ash-Hab kami, ialah
dari saat meninggalnya sampai tiga hari setelah dikuburkan.
2. Imam Mutawalli. Taziah yang paling utama ialah sesudah dikuburkan
dalam jangka waktu tiga hari, kecuali yang bertaziah itu tidak
berada di tempat atau yang akan ditaziahi, maka boleh lebih dari
tiga hari asal saja tidak terlalu kelewatan sebab kalau sudah terlalu
lewat waktunya, boleh jadi seakan-akan melakukan kesedihan baru
dalam hati ahli musibah.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa waktu taziah
sudah boleh dilakukan semenjak meninggalnya sampai tiga hari
setelah dikuburkan terkecuali orang yang akan bertaziah tidak
ditempat dan juga sebaliknya asal saja tidak terlalu lewat, kalau
sudah lewat waktu tidak di pandang baik lagi, karena perbuatan yang
demikian seakan-akan membangunkan ular tidur, yakni kambuh
penyakit itu kembali atau kembali sedih.
C. Adab Bertaziah.

Upaya dalam menyabarkan hati dan memperteguh iman ahli


musibah dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti :
1. Datang semata-mata berkunjung ke ahli musibah. Maksudnya hanya
sekedar datang saja, tanpa memberikan apa-apa, namun yang
demikian sudah dapat dikatakan Taziah. Kehadiran kita yang seperti
sudah merupakan pertanda ikut berlangsung kawa dan berbagi duka
atau turut merasakan apa yang dirasakan oleh ahli musibah.
2. Taziah tidak hanya semata-mata datang diiringi dengan kata-kata
nasehat. Bentuk taziah yang seperti ini sungguh sangat bermanfaat
sekali kepada ahli musibah, sebab pada saat-saat yang seperti
demikian sangat membutuhkan sekali nasehat-nasehat atau
bimbingan dalam upaya menghilangkan rasa duka yang mereka
derita. Untuk itu berikut ini akan penulis kemukakan bentuk-bentuk
kata taziah yang diucapkan Nabi diantaranya :
a. Hadis riwayat Ahmad menceritakan sewaktu Rasulullah
mentaziahi seorang laki-laki lalu beliau mengucapkan :


Semoga engkau mendapat rahmat dari Allah dan memberi
pahala.

engkau

b. Hadis dari Usamah bin Zaid Riwayat Bukhari Muslim :





Kami sedang berada disamping Rasulullah lalu seorang putri Beliau
orang menyampaikan kepada Rasulullah, meminta beliau datang dan
memberitahukan bahwa seorang anak kecilnya menghadapi maut,
maka Rasulullah bersabda, kembalilah kepadanya dan beritahulah dia
bahwa bagi Allah apa yang diambilnya, juga kepunyaannya apa yang
diberinya dan segala sesuatu yang disisinya adalah dengan ajal yang
ditentukan maka suruh dia bersabar dan mengharapkan pahala
mencari ridha Allah.
c. Hadis dari Anas Ra. Riwayat Jamaah :

Sesungguhnya Nabi Saw. Melewati seorang perempuan yang sedang


menangis disisi sebuah kubur, maka beliau bersabda, bertaqwalah
kepada Allah dan bersabarlah.
3. Taziah dengan membawa makanan.
Kalau kata-kata Taziah alamatnya adalah hati dalam upaya
meringankan beban batin ahli musibah. Disamping itu Rasulullah juga
menuntun kita meringankan beban hidup meraka sehari hari yang oleh
karena musibah menimpa mereka menjadi sibuk dan repot sehingga tidak
sempat memikirkan urusan penting mereka. Maka hal ini Rasul
menegaskan dengan sabdanya yakni : Hadis dari Abdullah Bin Jafar
Riwayat lima ahli hadis kecuali NasaI :

Tatkala sampai berita kematian Jafar sewaktu terbunuh dalam


peperangan, Rasulullah bersabda, buatkanlah makanan buat keluarga
Jafar, karena sesungguhnya telah menimpa mereka sesuatu yang
menyusahkan.
Beranjak dari hadis di atas tampak jelas bahwa menurut sunnah Rasulullah,
jiran atau tetangga, karib kerabat, kenalan atau umumnya orang-orang
yang bertaziah yang membawa makanan, uang dan semisalnya dalam
rangka meringankan beban ahli musibah yang bersifat materil. Jadi bukan
sebaliknya yaitu ahli musibah yang bersusah payah menyediakan makanan
dan lain sebaginya untuk orang yang datang bertaziah, hal ini sungguh
tidak masuk akal, yang mana orang yang dalam keadaan kalud, susah
dipersusah dan direpotkan lagi. Apa lagi orang yang kena musibah orang
yang tidak punya sama sekali, tapi karena sudah kelaziman dan takut
dihukum masyarakat seperti dikucilkan dan lain sebagainya, maka terpaksa
ia meminjam kesana kesini bahkan kalau perlu menggadaikan dan menjual
sesuatu.
Acara tidak pula cukup satu kali malah berulang kali dengan beragam
bentuk seperti meniga hari, menujuh hari, dua kali tujuh, empat puluh hari
bahkan sampai menyeratus hari.
Untuk lebih tuntasnya masalah ini baiklah, maka beberapa pendapat
fuqoha menjelaskan hal ini sebagai berikut:
a. Imam Syafii
Saya menyukai tetangga simayat atau kerabatnya menyediakan
makanan untuk ahli mayit pada hari meninggalnya dan malamnya
yang dapat mengenyangkan mereka, sungguh yang demikian itu
adalah sunnah yang mulya, juga merupakan perbuatan yang
diperbuat oleh ahli-ahli kebaikan sebelum dan sesudahnya. Saya
benci yaitu berkumpul-kumpul (dirumah orang kematian) walaupun
tidak ada tangisan, karena yang demikian itu bisa membangkitkan
kesedihan dan membebankan biaya. (Al-Umm Juz 1 hal. 278-279).
b. Imam Nawawi
Adapun ahli mayat yang menyediakan makanan ( untuk pentaziah )
dan mengumpulkan manusia untuk makan makan, maka tidak ada
dinukilkan sesuatu riwayatpun. Dan itu adalah perbuatan bidah yang
diada adakan ( Al- Adzkar hal. 138 ).
c. Ibnu Qudamah.
Disunatkan menyediakan makanan untuk ahli mayat. Dan bukan ahli
mayat yang menyediakan makanan untuk orang taziyah.( Syahrul
kabir Juzu II hal 426 )
d. Imam Saukani.
Berkumpul kumpul ditempat ahli mayat sesudah penguburan dan
makan makan disisi mereka adalah merupakan suatu jenis dari
niyahah ( meratap ), sebab menyusahkan mereka dan memberatkan
disamping kesusahan mereka. Dengan kematian simayat, menurut
jamaah merupakan yang disuruh membuatkan makanan untuk ahli
mayat bukan sebaliknya.( Nailul Authar Juzu IV hal. 148 )

e. Imam ibnu Qayyim Al jauziyah.


Adalah merupakan petunjuk Rasulullah mentaziahi ahli mayat dan
tidak merupakan petunjuk beliau berkumpul untuk mentaziah yang
dibacakan Alquran, menyediakan makanan untuk orang yang
bertaziah semuanya itu adalah bidah yang diada adakan sungguh
sangat tidak disukai. ( Zaadul Maaad, Juzu I hal, 146 ).
f.

Imam malik.
Mazhabnya sungguh sangat tidak menyukai berkumpul kumpul
dirumah kematian yang makan makan disana, lebih lebih lagi
makanan itu diambilkan dari warisan anak yatim yang masih kecil
atau yang belum didengar suarannya. Makanan yang disediakan dari
harta tersebut haram hukumnya dengan ijtima ulama. ( koleksi hadis
hadis hukum : oleh Hasbi Ashshideqy )

g. Syekh Ali mahfuz.


Apa yang terjadi sesudah penguburan yang berbentuk berkumpul
kumpul satu malam atau tiga malam dirumah ahli mayat perbuatan
bidah, tidak ada dasar dari syara. ( Allah dan rasul ).
Berpedoman kepada keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Hakikat bertakziah itu adalah upaya memberikan kelapangan yakni :
Kelapangan batin dari kesedihan dan kesusahan melalui kunjungan
dari pentaziah dan nasehat nasehat, juga kelapangan dari beban
materil melalui buah tangan yang dibawakan oleh yang bertaziah
bukan sebaliknya yakni menyusahkan keluarga yang ditimpa musibah
melalui makan makan bersama pada hari hari yang telah
ditentukan sebagaimana yang disebutkan diatas.
Demikianlah makalah ini di buat dengan sangat sederhana sekali,
mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita dalam rangka menambah
wawasan keilmuan agama, sehingga kita terjauh dari amal-amal
yang tidak bersumberkan dari Al-Quran dan sunnah-sunnah Nabi
Saw. Semoga kita tetap dalam bimbingan Allah dan maghfirah-Nya.
Amin.
Wallohu Alam.

KEPUSTAKAAN
1. Khaidir Khatib Bandaro, Drs. Pedoman Penyelenggaraan Jenazah menurut
Sunnah Rasulullah Saw. Penerbit CV. Pustaka Indonesia. BukittinggiTahun
1992.
2. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, Penerbit PT. Al-Maarif Bandung, Tahun 1986.
3. Muhammad Hamdi, Tugas Orang Hidup Terhadap Orang Mati, Penerbit
Pesantren Muallimin Sawah Dangka, Tigo kampuang Gadut, Tahun 2005.
4. Muh. Sjarief Sukandy, Tarjamah Bulughul Maram Fiqih berdasarkan Hadis,
Penerbit PT. Al-Maarif Bandung Tahun 1994.

ADAB TAZIAH
Disusun oleh
AKMAL HUSNI, S. AG

DISAMPAIKAN PADA MUZAKARAH AGAMA


JUMAT, 05 JUNI 2009

DI MASJID BESAR NURUL IMAN SIOBAN

KEC. SIPORA SELATAN


KAB. KEP. MENTAWAI

Anda mungkin juga menyukai