Anda di halaman 1dari 92

Seri Model Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Inovasi
Dalam Sistem Pendidikan
Potret Praktik Tata Kelola
Pendidikan Menengah Kejuruan

Komisi Pemberantasan Korupsi | Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Seri Model Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Inovasi
Dalam Sistem Pendidikan
Potret Praktik Tata Kelola
Pendidikan Menengah Kejuruan

Tim Penulis:
Doni Muhardiansyah
Aida R. Zulaiha
Wahyu D. Susilo
Annisa Nugrahani
Sulistyanto
Fahrania I. Rosalba
Bariroh Barid
IGA Nyoman Lia O.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan


Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920
Telp. (021) 2557 8300, Faks (021) 5289 2448
www.kpk.go.id
Jakarta, 2010

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesaikannya Buku Inovasi dalam
Sistem Pendidikan : Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan.
Kegiatan pengembangan buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan ini dilakukan dalam rangka mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance) di
dunia pendidikan, khususnya di tingkat unit layanan di sekolah. Pelaksanaan tata
kelola yang baik diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas layanan
publik.
Untuk memudahkan Pembaca memahami pola praktik inovasi tata kelola yang
dilakukan, buku ini menggunakan alur pembahasan berurutan mulai dari profil
daerah dan unit layanan, kondisi sebelum adanya inovasi, praktik inovasi pendidikan
yang dilakukan, kapabilitas Inovasi, dan keberlangsungan program inovasi. Objek
studi inovasi ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan unit layanan
terpilih adalah SMKN 4 Kota Malang, SMKN 8 Kota Makassar dan SMKN 2
Kabupaten Subang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Untuk penyempurnaan
buku ini sangatlah kami harapkan.

Jakarta, Desember 2010.


Tim Penulis
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Selamat membaca !

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

iii

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

DAFTAR ISI

PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.3 Pelaksanaan Studi

1.4 Cakupan Studi

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data
BAB 2 POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI INDONESIA

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK:SMA

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK

2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK

2.4 Program Pengembangan Sekolah Menegah Kejuruan

2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal

2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah

2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan
BAB 3 PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH

3.1 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis

dan Kegiatan Produktif

b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun

c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)

d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)

3.1.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.1.5 Kesinambungan Program
iv Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Hal
iii
iv
vii
1
1
3
3
4
4
5
5
6
7
7
9
9
9
9
9
10
12
14
14
14
18
18
18
19
19
21
22
22
23
25
26
26
29

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan


3.2 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar

3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan: Pengembangan Sistem Blok

3.2.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.2.5 Kesinambungan Program

3.3 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 2 Kabupaten Subang

3.3.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.3.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan

b. Program Kelas Wirausaha/Mandiri

c. Program Kelas Termediasi (Kelas Jauh)

d. Program Pengembangan Teaching Factory

e. Income Generating Unit

3.3.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.3.5 Kesinambungan Program
BAB 4 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN

DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN INOVASI SMK

4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan

Pendidikan Nasional

4.2 Peran Pemerintah Daerah

4.2.1 Peran Pemerintah Kota Malang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

4.2.2 Peran Pemerintah Kota Makassar

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

4.2.3 Peran Pemerintah Kabupaten Subang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

29
29
32
33
35
35
36
37
37
37
41
42
42
45
46
46
48
49
50
52
55
55
57
58
62
63
66
67
67
68
69
69
71
74
74
76
76
76
78

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI



5.1 Kesimpulan

5.2 Rekomendasi
Daftar Pustaka

vi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

80
80
81
83

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

DAFTAR TABEL


Road Map Pengembangan SMK 2010-2014
Tabel.1 Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN 4 Malang
Tabel.2 Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN 4 Malang
Tabel.3 Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN 4 Malang
Tabel.4 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang di Industri
Tabel.5 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program

Keahlian Persiapan Grafika
Tabel.6 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika
Tabel.7 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Multimedia
Tabel.8 Siklus Pembelajaran
Tabel.9 Ilustrasi Sistem Blok Bidang Pariwisata untuk Siswa

Tingkat I SMKN 8 Makassar
Tabel.10 Daya Serap Lulusan SMKN 8 Makassar
Tabel.11 Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar

Tahun 2007-2008
Tabel.12 Rata-rata Nilai UAN Siswa SMKN 8 Makassar Periode

Tahun 2003-2008
Tabel.13 Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/

Mandiri SMKN 2 Subang
Tabel.14 Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran

SMKN 2 Subang
Tabel.17 Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang
Tabel.19 Alokasi APBD untuk Pendidikan Kota Malang
Tabel.20 Rasio SMK: SMA Kota Malang
Tabel.21 Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar
Tabel.22 Rasio Jumlah SMK:SMA Kota Makassar Tahun 2005-2009
Tabel.23 Alokasi APBD untuk Sektor Pendidikan Subang
Tabel.24 Rasio SMK:SMA di Subang

Hal
8
27
27
27
28
28
28
28
33
34
39
40
43
49
54
64
70
73
75
75
77
78

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

vii

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa kita sadari kebiasaan mencontek saat ujian di sekolah dulu merupakan salah
satu akar dari tindakan korupsi yang terjadi selama ini. Mencontek sebenarnya
bukan sekedar kenakalan yang dilakukan oleh banyak anak sekolah. Namun, apabila
dikaji lebih jauh, hal ini tidak terlepas dari permasalahan sistem pendidikan di
Indonesia. Pendidikan bukan sekedar pengayakan intelektual, tetapi juga
menumbuhkan nilai-nilai luhur insani bagi kemajuan peradaban bangsa, termasuk
penguatan akhlak mulia, karakter unggul, dan wawasan kebangsaan.1 Akan tetapi,
sistem pendidikan kita kurang mampu mengadirkan pendidikan dalam nuansa
tersebut.
Penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu
menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan. Pengalaman
membuktikan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah
sesederhana dan semudah yang dibayangkan. Banyak aspek dari pendidikan yang
perlu ditata ulang sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Selama ini mungkin banyak orang berpendapat bahwa satu-satunya jawaban atas
permasalahan mutu pendidikan tersebut adalah tersedianya dana yang memadai
untuk pengembangan pendidikan, sehingga tidak jarang mahalnya biaya pendidikan
atau sekolah menjadi tolok ukur bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang bermutu.
Penerapan tata kelola yang baik (good governance) menawarkan solusi baru bagi
upaya peningkatan mutu pendidikan. Tata kelola yang baik yang diartikan sebagai pengelolaan yang baik merupakan serangkaian tindakan nyata untuk
menghasilkan kondisi yang lebih kondusif dalam peningkatan mutu pendidikan.
Menurut United Nation Development Programme (UNDP), tata kelola yang baik
memiliki delapan prinsip sebagai berikut: partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
efektivitas dan efisiensi, kepastian hukum, ketanggapan, konsensus, serta setara
dan inklusif. Dalam konteks pengelolaan pendidikan, beberapa karakteristik yang
melekat dalam praktik good governance menurut Effendi (2005) adalah sebagai
berikut: pertama, praktik good governance harus memberi ruang kepada pihak di
luar pemerintah yaitu masyarakat untuk berperan secara optimal sehingga
1 Nandika, Dodi. (2009). Pendidikan : Rahmat bagi Sekalian Alam, Penangkal Korupsi. Makalah
dipresentasikan pada Seminar Hari Anti Korupsi Sedunia. Jakarta.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

memungkinkan adanya sinergi di antara mereka dalam hal ini pelanggan atau
stake holder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik good governance terkandung
nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga pendidikan dapat lebih
efektif bekerja. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai
yang penting, efektivitas dan efisiensi yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan
pendidikan; ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang
bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik, dalam
hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.
Secara lebih praktis tata kelola yang baik harus menjabarkan tujuan pendidikan
nasional dan menterjemahkan dalam rumusan visi dan misi dari lembaga pendidikan
serta mengembangkan kompetensi-kompetensi dan mekanisme kerja dalam
lembaga pendidikan agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien mewujudkan
visi dan misinya.
Tata Kelola yang baik (good governance) dengan karakteristik yang melekat padanya
tidak hanya menciptakan pengelolaan dan pengurusan pendidikan yang lebih
baik akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi lagi mampu mendorong sekolah
untuk melakukan terobosan-terobosan baru menciptakan inovasi dalam pengembangan
pendidikannya. Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna pembaharuan; perubahan (secara) baru, sementara Rogers dan Shoemaker
mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek
yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat
sasaran.2 Dalam buku 24/7 Innovation, Stepen M. Shapiro melihat inovasi sebagai
sebuah keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan. Shapiro mengembangkan
konsep untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam berinovasi dengan
melihat lima elemen kapabilitas inovasi: strategi (strategy), pengukuran (measurement),
proses (processes), sumber daya manusia (people), dan teknologi (technology). Kapabilitas inovasi memungkinkan sebuah organisasi dapat melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya
proses, sumber daya manusia, dan tekonologi. Kapabilitas inovasi berasal dari
strategi yang secara nyata dilakukakan oleh organisasi dan mampu mengantarkan
output yang dapat diukur.
Buku ini bertutur tentang penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan
pendidikan yang ternyata tidak hanya menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam
pengelolaannya akan tetapi juga mendorong beberapa sekolah menengah kejuruan
(SMK) di beberapa daerah untuk melakukan terobosan baru/inovasi dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesuai dengan
kewenangannya berperan sebagai trigger mechanism merasa perlu untuk terus
mendorong semangat pelaksanaan tata kelola yang baik di setiap layanan publik.
2

Sanusi, Effendi. (2009). Inovasi : Pengertian dan Karakteristik. Diambil dari Sumber Elektronik
http://blog.unila.ac.id/effendisanusi/ tanggal 9 Nopember 2009.

2 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Wujud dorongan semangat ini antara lain dengan memberikan gambaran nyata
dari pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan di beberapa SMK di
Indonesia.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Dari latar belakang di atas, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK melakukan
studi terhadap pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan. Tujuan
studi ini adalah untuk:
1. Mempelajari praktik tata kelola yang baik di bidang pendidikan sebagai salah
satu upaya pencegahan korupsi, khususnya pendidikan menengah kejuruan di
beberapa daerah di Indonesia.
2. Memberikan gambaran mengenai kapabilitas inovasi dan tingkat keberhasilan
dari sekolah kejuruan menengah tersebut sebagai hasil dari pelaksanaan tata
kelola yang baik.
Manfaat dari studi ini adalah:
1. Pada tatanan praktis, hasil dari studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dan pembelajaran dalam pengembangan praktik-praktik pelaksanaan
tata kelola yang baik khususnya di bidang pendidikan oleh daerah-daerah lain.
Hasil akhir studi juga diharapkan dapat mendorong pengembangan layanan
pendidikan bagi masyarakat di daerah yang menerapkan kebijakan dan inovasi
layanan.
2. Dari sisi akademis, studi diharapkan dapat menambah literatur kajian mengenai
penerapan nyata tata kelola yang baik di daerah.

1.3 Pelaksanaan Studi


Studi ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan pelaksanaan good governance
dan pola keberhasilan dari inovasi yang diterapkan oleh unit layanan. Untuk
melihat tingkat inovasi dari unit layanan dikembangkan kerangka kapabilitas
inovasi yang terdiri dari lima elemen: strategy, measurement, process, people dan
technology.
Untuk menggambarkan pola praktik inovasi dan keberhasilannya agar mudah
diaplikasikan oleh daerah-daerah lain, maka sistematika penulisan didasarkan
pada alur pikir sebagai berikut:
1. Profil Daerah dan Unit Layanan
2. Kondisi Sebelumnya Adanya Inovasi
3. Pratik Inovasi Pendidikan
4. Kapabilitas Inovasi
5. Keberlangsungan Program.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Pelaksanaan studi terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1) Tahap persiapan


(pengumpulan data awal dan penentuan daerah studi); 2) Tahap pengumpulan
data dan observasi lapangan; 3) Tahap analisis; 4) Tahap pengembangan laporan
akhir; dan 5) Tahap penyusunan buku serta visualiasi berupa CD/DVD interaktif.

1.4 Cakupan Studi


Studi inovasi layanan pendidikan difokuskan kepada pendidikan menengah kejuruan,
dengan pertimbangan bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran strategis bagi
terwujudnya angkatan kerja nasional yang terampil dan selain itu juga sejalan
dengan kebijakan Kemdiknas untuk mewujudkan rasio SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) berbanding dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi 70% : 30%
pada tahun 2015.
Untuk mengidentifikasi unit penelitian yang akan dipilih, beberapa kriteria
dikembangkan dalam studi ini. Kriteria pertama adalah program kemitraan SMK
dengan dunia industri yang dikelompokkan menjadi tiga bidang kemitraan, yaitu:
bidang manufaktur, bidang jasa, dan bidang agro industri. Kriteria kedua dilihat
dari program keunggulan lokal SMK, dan kriteria ketiga melihat penerapan ISO
9001-2008. Sebagai data pendukung, digunakan informasi mengenai inovasi
layanan yang dikembangkan oleh unit layanan dan mempertimbangkan rekomendasi serta masukan-masukan dari Direktorat Pembinaan SMK Kemdiknas.
Berikut adalah unit layanan yang menjadi unit analisis dalam studi ini:

No

Unit Layanan

Program Kejuruan

Pelaksaanan Observasi

SMKN 4 Malang

Grafika dan Multimedia

5-8 Oktober 2009

SMKN 8 Makassar

Pariwisata dan Perhotelan

12-15 Oktober 2009

SMKN 2 Subang

Pertanian

23-26 November 2009

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data


Observasi lapangan dan teknik wawancara digunakan sebagai alat utama
pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan kajian literatur maupun penulusuran sumber data lain.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memudahkan penjelasan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lapangan.
4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 2
POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DI INDONESIA
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan
Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional,
menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan secara lebih spesifik, bahwa:
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
jenis pekerjaan tertentu.3
Keberadaan sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sebelum Indonesia merdeka.
Dari rujukannya, Sekolah Kejuruan mulai didirikan sejak zaman penjajahan Belanda,
diantaranya adalah SMKN 4 Malang dan SMKN 8 Makassar. Dedi Supriadi (2002)
menyebut Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri tahun 1853 adalah sekolah
kejuruan yang pertama di Indonesia4. Rentang waktu yang cukup panjang sejak
penjajahan Belanda sampai sekarang, sekolah kejuruan mengalami berbagai dinamika dalam perkembangannya.
Dahulu, citra SMK sebagai sekolah kelas dua setelah SMA (Sekolah Menengah Atas,
atau yang dikenal juga dengan sebutan SMU atau Sekolah Menengah Umum)
sangat melekat dibenak masyarakat. Banyak orang tua beranggapan bahwa jalan
sukses bagi anak-anak adalah dengan menyekolahkannya ke SMA, dengan
perngharapan bahwa setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Menyandang predikat sarjana dianggap merupakan suatu jaminan mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik dan diidam-idamkan.
Akan tetapi fakta menunjukkan lain. Sejak krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia
pada tahun 1997, angka pengangguran tidak berkurang namun justru setiap
tahun semakin bertambah. Struktur tenaga kerja di Indonesia menggambarkan
dari 76 juta tenaga kerja ternyata didominasi oleh tenaga kerja yang tidak memi3
4

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006).Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan di


Indonesia. Jakarta.
Ibid
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

liki keterampilan (unskilled labor) dan hanya 19 juta tenaga kerja diantaranya yang
memiliki keterampilan. Sementara itu, tenaga kerja yang memiliki keahlian (atau
dengan kualifikasi expert/ahli) hanya sejumlah 4,5 juta pekerja.5 Melihat kondisi
seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain dalam menghadapi
era globalisasi seperti sekarang.
Belajar dari fenomena tersebut, Indonesia harus mengembangkan sistem
pendidikannya sehingga dapat mencetak dan meningkatkan tenaga siap kerja,
yang sekaligus juga dapat mencegah bertambahnya pengangguran. Sekolah
kejuruan (SMK) menjadi salah satu komponen yang patut dikembangkan untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang cukup potensial tersebut.

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan


Melihat peluang besar dan peran penting sekolah kejuruan dalam upaya penyiapan
tenaga kerja siap pakai untuk menekan tingkat pengangguran dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, perubahan paradigma penyelengaraan pendidikan
kejuruan mulai dilakukan. Perubahan paradigma tersebut terjadi pada orientasi
pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dikembangkan dari yang bersifat supply
driven menjadi demand driven. Sistem pengelolaan yang mulanya bersifat sentralistik,
berubah menjadi desentralistik. Pendekatan pembelajarannya pun bergeser, dari
pendekatan mata pelajaran menjadi pembelajaran berbasis kompetensi. Pola
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pun berkembang dari yang semula
sangat terstruktur menjadi lebih fleksibel/luwes dan permeable/terbuka.
SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara dari pendidikan menengah kejuruan
yang berada di bawah Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, merupakan
lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kecakapan hidup,
yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh
dunia kerja (termasuk dunia bisnis dan industri), memberikan pendidikan tentang
kewirausahaan, serta membentuk kecakapan hidup (life skill). Murid di SMK lebih
ditekankan untuk melakukan praktik sehingga mereka berpengalaman dan mantap
untuk langsung memasuki dunia kerja, tetapi ini tidak menutup kemungkinan para
lulusan SMK untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu saat ini banyak SMK yang bertaraf internasional untuk menghadapi
persaingan di era globalisasi.

5 Ibid
6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK


Kebijakan khusus terkait pengembangan SMK sebagai suatu konsekuensi perubahan
paradigma terhadap pendidikan menengah kejuruan mutlak diperlukan. Terdapat
tiga pilar utama pendidikan, yaitu:
1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan;
2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Untuk membangun SMK yang dapat menghasilkan SDM yang siap kerja, cerdas
dan kompetitif, maka melalui tiga pilar utama pendidikan tersebut, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melakukan beberapa
kebijakan strategis yang mendukung perkembangan pendidikan menengah
kejuruan untuk memenuhi tuntutan tersebut, yaitu:

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK : SMA

Kemdiknas memiliki kebijakan untuk membalik rasio peserta didik SMK


dibanding SMA dari 30 : 70 pada tahun 2004, menjadi 70 : 30 pada tahun
2015. Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi
pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri.
Selama kurun tahun 2005 2008, SMK telah dibangun lebih banyak dari
pada SMA, yaitu sebanyak 466 Unit Sekolah Baru (USB) SMK dibandingkan
dengan SMA sebanyak 237 USB.
Dalam hal pendanaan, anggaran untuk SMK juga dialokasikan lebih banyak
dari SMA, yaitu untuk Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) SMK
sebesar Rp.175 milyar pada tahun 2007 dan Rp.209 milyar pada tahun 2008;
sedangkan untuk BOMM SMA sebesar Rp.94 milyar pada tahun 2007 dan
Rp.85 milyar pada tahun 2008. Bantuan khusus murid SMK, dengan alokasi
anggaran Rp.328 milyar pada tahun 2008, sedangkan untuk SMA sebesar
Rp.242 milyar.
Hingga tahun 2008, Pemerintah telah berhasil meningkatkan rasio peserta didik SMK : SMA menjadi 46 : 54, dibandingkan pada akhir tahun 2004
sebesar 30 : 70. Peningkatan sebesar 16% ini dicapai melalui ekstensifikasi
dan intensifikasi penyelenggara pendidikan kejuruan berbagai bentuk SMK,
seperti SMK besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di pesantren atau
institusi sejenis, SMK di daerah perbatasan, SMK kecil di daerah terpencil
dan pedesaan, SMA terbuka, dan sekolah menengah terpadu.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK


Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

#+ #+ #+
#+ #+
Road Map
#
Pengembangan SMK 2010-2014

+#"
%(&1121

- #+
='> #+9'> #
.
Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan
jumlah siswa SMK dalam mencapai
perbandingan
70%
siswa
SMK
dan
30%
siswa
SMA diantaranya dilakukan dengan
) ! #+
cara:
#+2
a) Bersama
mitra dariindustri
berupaya
meningkatkan
jumlah
siswa SMK
)

terus



disamping
juga
terus
meningkatkan
mutu
SMK;
FFF ""F#+ "
b) Menumbuhkan
minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki
2
paradigma dan persfektif baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif
jalur pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang;


c) Kemdiknas dalam dua tahun terakhir melakukan conditioning guna
meyakinkan masyarakat terutama siswa lulusan SMP agar lebih berminat
memilih pendidikan kejuruan dalam menempuh karier pendidikan lebih
lanjut.

8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008

Dalam upaya meningkatkan standar layanan birokrasi di semua unit kerja


Kemdiknas, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, Kemdiknas
berupaya secara serius agar semua unit kerja dapat memberikan layanan
yang prima dan bertaraf internasional. Untuk itu Kemdiknas melakukan
penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif melalu sertifikasi
ISO 9001-2000.

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK

Pengembangan fasilitas pada SMK-SMK, misalnya fasilitas laboratorium


praktik kerja yang up to date, dsb., dikembangkan melalui kerja sama dalam
bentuk kemitraan dengan dunia usaha/industri, serta memperluas akses
dan kemudahan bagi siswa yang akan menempuh pendidikan SMK.

2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK

Dengan cara memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan


kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai
dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang, disamping itu, dilakukan
upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di SMA bagi siswa
yang akan bekerja setelah lulus.

2.4 Program Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan


Berbagai kebijakan strategis seperti yang dikemukakan sebelumnya diikuti dengan
berbagai program pengembangan SMK, antara lain:

2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal

Dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi sekolah kejuruan, Kementerian Pendidikan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Nomor 252/C/KEP/
MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008, menetapkan 6 (enam) bidang studi
keahlian, yaitu:
1. Teknologi dan rekayasa
2. Teknologi informasi dan komunikasi
3. Kesehatan
4. Seni, kerajinan dan pariwisata
5. Agribisnis dan agroteknologi
6. Bisnis dan manajemen
Dalam era otonomi daerah yang diikuti dengan desentralisasi, penentuan
pengembangan bidang studi keahlian SMK perlu dipertimbangkan dan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

disesuaikan dengan potensi daerah. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan


SMK benar-benar bermanfaat bagi daerah tersebut dalam memajukan dan
mengembangkan potensinya. SMK diharapkan mampu memacu
pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi baik sumber
daya alam maupun sumber daya lainnnya. Pemanfaatan potensi daerah
sebagai basis pengembangan dan perluasan pendidikan harus dilihat dari
tiga aspek utama, yaitu:
a) Potensi geografis yang meliputi kekayaan alam, letak wilayah, dan sumber
daya buatan
b) Faktor budaya, kepercayaan nilai-nilai moral, dan norma yang menentukan kepribadian masyarakatnya
c) Kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat kemajuan masyarakatnya
Dalam konteks pengembangan pendidikan kejuruan, daerah memiliki
kewenangan menentukan kebijakan pengembangan program pendidikan
SMK yang sesuai dengan konteks daerah. Program pendidikan SMK
dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja atau sumber daya
manusia yang produktif dan mampu mendayagunakan potensi
perekonomian daerah sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan
kemandirian daerah. Selain itu fungsi SMK juga dikaitkan dengan penyediaan
tenaga penggerak perekonomian daerah, dimana SMK diharuskan agar
mampu membuka cakrawala pemikiran lebih luas bagi tenaga kerja lulusan
SMK, sehingga para lulusan dapat mengembangkan potensinya dalam
menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa. Kemampuan ini
penting terutama dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan lapangan
usaha, sehingga lulusan SMK tidak hanya bergantung pada lapangan kerja
yang ada, akan tetapi mampu mengembangkan kesempatan kerja yang
masih potensial dengan mendayagunakan potensi ekonomi daerah yang
masih ada.

2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah

Pencapaian efisiensi tenaga kerja SMK yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), sehingga SMK dapat memperoleh justifikasi eksistensi kuat
dari masyarakat.
Saat ini pemerintah memberikan otonomi yang luas pada tingkat sekolah,
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai
dengan prioritas kebutuhan sekolah tersebut. Dengan adanya otonomi ini
sekolah dituntut mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan
prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah, dengan

10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

tetap memperhatikan tata kelola yang baik. Secara rinci Manajemen Berbasis
Sekolah bertujuan untuk:
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memperdayakan sumber daya yang tersedia;
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai
Prinsip utama pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah :
a) Fokus pada mutu
b) Bottom up planning and decision making
c) Manajemen yang transparan
d) Pemberdayaan masyarakat
e) Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, ada beberapa kewenangan yang
didesentralisasi pada sekolah, yaitu:
a) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhan nya (school-based plan);
b) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi dan pemantauan
terhadap pelaksanaan dan hasil program-program sekolah, khususnya
evaluasi yang dilakukan secara internal;
c) Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya dan memodifikasi) kurikulum, namun tetap dalam koridor standar pendidikan
nasional atau tidak dapat mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara
nasional;
d) Sekolah diberi kebebasan memiliki strategi, metode, dan teknik-teknik
pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya
yang tersedia di sekolah;
e) Pengelolaan ketenagakerjaan, mulai dari analisa kebutuhan, perencanaan,
rekrutmen, pengembangan, insentif dan sanksi (reward and punishment),
hubungan kerja, sampai dengan evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah
(guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya) dapat dilakukan
oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian/pengupahan/imbal
jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih
ditangani oleh Pemerintah Pusat/Daerah;
f ) Sekolah dapat melakukan pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan),
mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

11

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

g)

h)

i)
j)

pengembangannya. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa


sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,
kesesuaian, maupun kemutakhirannya;
Sekolah dapat melakukan pengelolaan keuangan, terutama dalam hal
pengalokasian/penggunaan uang sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah
juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan (income generating activities) sehingga
sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah;
Sekolah melakukan pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa
baru, pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk
melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga sampai
pada pengurusan alumni;
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan
keterlibatan keduanya dalam meningkatkan intensitas dan ekstensitas
hubungan sekolah-masyarakat;
Pengelolaan iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik
merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar
yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan
harapan/espektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah,
dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered
activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewenangan
sekolah sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih
intensif dan ekstensif.

2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga


pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja siap
kerja tingkat menengah. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK turut
bertanggung jawab dalam pembenahan, peningkatan keahlian dan keterampilan
siswa dalam mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan terpercaya yang
siap memasuki pasar tenaga kerja baik skala regional dan global. Keterserapan
lulusan di pasar industri menjadi salah satu parameter keberhasilan dari
sekolah kejuruan. Dalam rangka peningkatan daya serap tersebut, Kementerian
Pendidikan Nasional melakukan program, antara lain:
a) Memperkuat kemampuan adaptif
Upaya untuk meningkatkan kemampuan adaptif ini dilakukan dengan
memperkuat kemampuan dasar siswa melalui mata pelajaran matematika
terapan dan sains terapan, memperkuat kemampuan wirausaha siswa
melalui mata pelajaran pemasaran (marketing) dan keuangan,
memperkuat penguasaan bahasa nasional dan internasional, serta
memperkuat penguasaan kompetensi dasar teknologi informasi dan
komunikasi.

12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

b) Mengembangkan kemitraan SMK-Industri (Teaching Industry)


Kemitraan antara SMK dengan industri yang telah dikembangkan meliputi
berbagai bidang :
Bidang Manufaktur (meliputi : perangkat keras dan perangkat lunak
teknologi informasi, otomotif, machine tools and hands tools, dan
elektronik)
Bidang Bisnis Ritel/Jasa
Bidang Agro Industri

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

13

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 3
PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DI DAERAH
Kehadiran manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam penyelenggaraan sekolah
kejuruan memberikan ruang bagi sekolah untuk mengelola sumber daya dan sumber
dana sesuai dengan prioritas kebutuhan dari sekolah tersebut. Dengan adanya
otonomi ini sekolah dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan
sumber-sumber baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah dengan tetap
memperhatikan tata kelola yang baik.
Dari sinilah, SMK melakukan inovasi di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya
pengembangan pendidikan kejuruan. Kapabilitas inovasi memungkinkan SMKSMK itu melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara
tipikal menghendaki adanya kapabilitas processes, people, dan technology. Processes
mencakup bagaimana semua aktivitas dalam organisasi berjalan, people meliputi
antara lain struktur organisasi, peraturan, budaya dan perilaku organisasi, sementara
technology meliputi perangkat keras seperti teknologi informasi dan komunikasi
serta perangkat lunak yang membantu aktivitas dalam organisasi. Kapabilitas
inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukan oleh organisasi dan mampu
mengantarkan hasil yang dapat diukur. Berikut adalah praktik inovasi pendidikan
yang dilakukan oleh SMK di beberapa daerah di Indonesia.

3.1 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang


Dengan program praktik kerja industri (prakerin) satu tahun, siswa merasa berada
dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam rentang waktu satu tahun prakerin
inilah proses pembentukan softskill siswa berjalan...

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah

Malang layaknya kota-kota di Indonesia lainnya yang baru tumbuh dan


berkembang setelah hadirnya pemerintah Kolonial Belanda, yang ditandai
dengan beroperasinya kereta api pada tahun 1879.
Dalam salah satu sidang paripurna gotong-royong Kotapraja Malang pada
tahun 1962, Malang ditetapkan sebagai Kota pelajar/pendidikan, Kota
industri, dan kota pariwisata. Ketiga pokok tersebut menjadi cinta-cita
masyarakat Kota Malang yang harus di bina yang kemudian dikenal dengan
TRI BINA CITA Kota Malang.

14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sejarah telah menempatkan Malang sebagai Kota yang kental akan tradisi
pendidikannya. Sekolah-sekolah peninggalan Belanda seperti HIS setingkat
SD, MULO setingkat SMP, dan AMS setingkat SMU pernah berdiri di Malang.
Nuasan inilah yang sampai sekarang hidup dan menjadi simbul Kota Malang sebagai Kota Pendidikan.
Sebagai Kota Pendidikan, Malang selalu melakukan upaya-upaya pengembangan
pendidikan dengan jargon PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan). Peningkatan peran serta masyarakat senantiasa digalakkan
dengan menerapkan pendidikan berbasis komunitas (community based
education) melalui pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
serta lingkungan sekitar.
Selain itu Kota Malang juga dikenal sebagai Kota Vokasi, dimana antara
sekolah umum dan kejuruan berbanding 50:50. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan pendidikan di Kota Malang berorientasi kepada penciptaan lulusan
yang siap kerja. Sebagai kota vokasi, Malang menyimpan banyak cerita
menarik tentang upaya sekolah kejuruan dalam merespon tantangan khas
yang harus dihadapinya. Salah satu diantaranya adalah cerita tentang SMKN
4 Malang dalam pengembangan sekolah kejuruannya.
SMKN 4 Malang didirikan pada tahun 1938 oleh Keuskupan Malang dan
merupakan Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan nama STM Grafika Malang. Periode kepemimpinan pertama dan kedua (1949-1959) dikepalai oleh
seorang warga Belanda, HBA. Lommelaars dan Nolascus Waijers. SMKN 4
Malang telah mengalami beberapa kali perubahan nama. Terakhir, setelah
perubahan nama STM menjadi SMK, ada suatu kebijakan yang memberi
kebebasan sekolah untuk membuka jurusan/program studi sesuai dengan
muatan lokal. Dari sinilah SMKN 4 Malang mulai membuka program keahlian yang lain diluar grafika.
Visi SMKN 4 Malang adalah:
Unggul dalam bidang Iptek yang dilandasi Imtaq.
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah Misi SMKN 4 Malang
sebagai berikut:
1. Meningkatkan bimbingan terhadap siswa untuk melaksanakan agama
yang dianut dengan konsekuen.
2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
membentuk tenaga profesional dibidang Grafika dan Teknologi informasi
dan Komunikasi.
3. Meningkatkan kualitas tamatan menjadi warga negera yang produktif
serta memiliki budi pekerti yang luhur, cinta pada bangsa, dan negara.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

15

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

4. Mengoptimalkan unit produksi dan jasa sebagai tempat pembelajaran


kewirausahaan siswa di sekolah.
5. Mengembangkan sekolah Nasional menuju tarap Internasional.
6. Mempertebal nilai-nilai disiplin kepada warga sekolah.
7. Meningkatkan lingkungan sekolah yang tertib, bersih dan indah.
8. Mengembangkan penerapan manajemen berbasis sekolah.
9. Meningkatkan penyelenggaraan latihan dan bimbingan untuk berprestasi
di bidang olah raga.
SMKN 4 Malang membuka enam jurusan/program studi, yaitu:
a) Jurusan Persiapan Grafika/desain grafika
Jurusan ini dibuka sejak pertama kali SMKN 4 Malang berdiri, yaitu pada
tahun 1938. Program keahlian ini menyiapkan siswa agar menjadi ahli
desain dan persiapan reproduksi grafika (media cetak). Siswa dibekali
dengan kemampuan desain dan seni, penguasaan perangkat lunak desain
grafis, pengaturan (setting) dan tata letak media, serta proses reproduksi
foto. Program persiapan grafika meliputi kompetensi :
Desain grafis
Setting
Montase
Foto reproduksi
Plate-making
b) Jurusan Produksi Grafika
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknik
reproduksi grafika (percetakan), yaitu berupa keahlian mengontrol
beberapa jenis mesin dalam industri percetakan, menyelesaikan dan
mengepak media cetak. Siswa dibekali kemampuan teknik mencetak,
mengerti dan mampu mengoperasikan mesin, serta melakukan
perawatan, teknik jilid kemas dan menghitung biaya produksi. Program
produksi grafika meliputi kompetensi :
Cetak offset
Cetak tinggi
Sablon
Jilid dan kemas
c) Jurusan Multimedia
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknologi
informasi dan desain multimedia. Siswa dibekali dengan kemampuan
dasar seni dan desain, mengontrol perangkat lunak desain grafis, 2
dimensi (2D) atau 3 dimensi (3D), desain situs dan media interaktif, fotografi,
mengedit audio visual, dan animasi komputer. Program multimedia
meliputi kompetensi:
Desain grafis
16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Desain situs/web
Animasi 2 dimensi dan 3 dimensi
Audio video editing
Presentasi multimedia
Shooting
d) Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/Pemrograman
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli pemograman
perangkat lunak. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar perangkat
keras komputer dan pemasangan perangkat lunak, menguasai bahasa
pemrograman, dan mengatur database.
e) Jurusan Animasi
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli produksi
film animasi. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain,
penguasaan teknik menggambar, baik manual maupun digital,
menguasai perangkat lunak animasi, 2D 3D, dan teknik spesial efek
animasi, fotografi, sinematografi, dan memproduksi film animasi.
f ) Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli dalam
menangani troubleshooting perangkat keras dan perangkat lunak, serta
melakukan perencanaan, pemasangan dan pengelolaan jaringan.
Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 4 Malang:

LITBANG

KOMITE SEKOLAH

KEPALA SEKOLAH

KASUBAG TAUS

KOORD
SESBID
8

WAKA KESISWAAN

WAKA SARANA

WAKA KURIKULUM

WAKA HUMAS & HI

KOORD SESBID 1

TEAM BELANJA

STAF KURIKULUM

KOORDINATOR BKK dan


PRAKERIN

KOORD SESBID 2 & 5

KOORD SESBID 3,4 & 7

KAPROKAL
PERSIAPAN GRAFIKA

KAPROKAL
PRODUKSI GRAFIKA

KAPROKAL
MULTIMEDIA

KAPROKAL
RPL

KAPROKAL
ANIMASI

PENANGGUNG JAWAB
WALI KELAS 1,2,3 DAN SISWA, MASYARAKAT

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

17

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

Citra sekolah kejuruan sebagai sekolah kelas dua salah satunya tercermin
dari tidak berkembangnya program kejuruan yang ada. Hal serupa sempat
dialami SMKN 4 Malang pada tahap awal perjalanannya. Dalam rentang
waktu kurang lebih 64 tahun sejak pertama berdiri di tahun 1938, SMKN 4
Malang hanya memiliki dua program kejuruan. Paradigma penyelenggaraan
pendidikan masih menggunakan pola-pola lama, seperti sistem pembelajaran
berbasis waktu; fungsi guru sebagai instruktur, dimana keterlibatan siswa
sangat minim dalam proses belajar mengajar; dan tidak ada kejelasan
mengenai kompetensi apa saja yang harus dikuasai dari setiap mata
pelajaran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan dari
SMKN 4 Malang baik dari sisi akademis maupun produktif.
Hadirnya kebijakan baru yang memberi ruang kepada sekolah kejuruan
untuk membuka program kejuruan sesuai dengan keunggulan lokal menjadi
titik awal berkembangnnya SMKN 4 Malang sampai seperti sekarang.

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis dan Kegiatan


Produktif
SMKN 4 Malang merupakan salah satu dari sekolah kejuruan yang
sangat memperhatikan aspek akademis selain aspek utamanya dalam
pengembangan kompetensi keterampilan siswa melalui kegiatan
produktif. Pada tahun ajaran 2008/2009, tingkat kelulusan siswa diatas
90% bahkan mendekati 100% dengan nilai rerata UAN di atas 7,5. Hal ini
cukup membuktikan usaha dan komitmen yang serius dari penyelenggara
SMKN 4 Malang pada aspek akademis. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh SMKN 4 Malang tersebut berupa:
1. Pembekalan Modul Belajar saat Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Para siswa tetap dituntut dan diharapkan tidak melupakan sisi
pembelajaran aspek normatif dan adaptif meskipun dalam kegiatan
prakerin. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan modul-modul
untuk kemudian dievaluasi. Selama prakerin, evaluasi terhadap proses
pembelajaran normatif dan adaptif tetap dilakukan.
2. Try Out Menghadapi UAN
Dalam mempersiapkan siswa menghadapi UAN, sekolah
melaksanakan try out dengan fokus pada latihan soal tiga mata
pelajaran yang diujikan, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Wakil Kepala kurikulum dan staf berperan dalam merencanakan, menyusun dan menyiapkan soal yang digunakan untuk
try out. Hasil try out kemudian direkap dan dilaporkan kepada Kepala

18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sekolah. Berdasarkan rekap hasil try out tersebut, Kepala Sekolah


menyusun peta kerawanan siswa. Siswa-siswa yang masuk kategori
rawan akan mendapat perhatian lebih ekstra dengan memberikan :1)
latihan soal, 2) memberikan pelajaran tambahan untuk tiga mata
pelajaran UAN, 3) motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendorong siswa lebih siap
dan bersemangat dalam menghadapi UAN.
b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun
Praktik kerja industri (Prakerin) di SMK N 4 Malang dilaksanakan dengan
sistem block release6 selama satu tahun pada semester IV dan V. Program
prekerin ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh SMKN
4 setelah mendengar masukan dari pihak industri. Metode ini mampu
menjawab permasalahan link and macth antara dunia industri dan sekolah.
Bagi pihak siswa dan sekolah, prakerin satu tahun memberikan kesempatan
pembelajaran yang lebih baik dalam rangka peningkatan kompetensi
dan keahlian. Siswa diberi kesempatan untuk terpapar pada teknologi
terkini (up to date), baik itu perangkat keras, lunak, maupun proses yang
dapat mengurangi beban investasi sekolah. Metode ini juga memberi
dan menjamin relevansi pengetahuan yang dipelajari di sekolah dengan
dunia industri. Sebagai catatan, bagi SMK dengan program kejuruan
teknologi, beban investasi untuk pengadaan peralatan modern untuk
mendukung pembelajaran siswa tidaklah kecil. Dengan terpapar pada
dunia kerja sesungguhnya, para siswa mendapat manfaat berupa
pembentukan softskill yang sudah siap pakai dan diperlukan di industri.
Prakerin satu tahun ini pun memberi keuntungan bagi industri. Industri dapat yakin bahwa siswa dapat belajar dengan baik dan memberikan kontribusi bagi perusahaan, sehingga pada akhirnya perusahaan mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dan dapat meningkatkan efisiensi biaya
dan produktivitasnya.
c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)
Dalam rangka mendekatkan lulusan dengan pasar kerja, SMKN 4 Malang
membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK), yang berfungsi sebagai media
penyaluran lulusan SMK ke pasar kerja. BKK menghubungkan industri
sebagai pihak yang membutuhkan tenaga kerja dengan para lulusan
SMKN 4 yang mencari peluang kerja. Program ini hanya diperuntukkan
6 Block release : waktu pelaksanaan kegiatan belajar yang dibagi pada hitungan bulan atau
semester. Proses belajar dilakukan di sekolah selama beberapa bulan/semester secara terus
menerus, kemudian dilanjut dengan praktik di industri pada bulan/semester berikutnya.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

19

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

untuk Siswa kelas III yang sudah lulus ujian Nasional maupun ujian keahlian/
kompetensi.
Pada awalnya jaringan pasar kerja dibangun melalui program kemitraan dalam rangka prakerin. Prakerin menjadi sarana memperlihatkan bagaimana kinerja dan kualitas siswa SMKN 4 Malang, sehingga pada akhirnya
permintaan akan lulusan SMKN 4 oleh pihak industri pun semakin
meningkat.
Syarat Keanggotaan BKK adalah:
1. Alumni SMK N 4 Malang
2. Mengisi form anggota BKK
3. Menyerahkan pas foto 3x2 sebanyak 1 lembar dan 4X6 sebanyak 2
lembar
4. Menyerahkan biaya administrasi Rp.20.000,Hak Anggota BKK:
1. Menerima kartu anggota BKK dengan masa berlaku 1 tahun mulai
tanggal diterbitkan
2. Berhak mengisi lowongan kerja di BKK sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan perusahaan
3. Membawa surat pengantar tes kerja atau pengantar kerja dari sekolah ke perusahaan.
Kewajiban anggota BKK :
1. menyerahkan surat lamaran lengkap (sesuai dengan persyaratan
yang diminta perusahaan)
2. Menjaga nama baik sekolah dengan bekerja di perusahaan yang
menerima minimal 6 bulan
3. Sanggup mengikuti seleksi yang diadakan di sekolah maupun di
tempat lain sesuai permintaan perusahaan
4. Melapor kepada BKK apabila sudah diterima oleh perusahaan
5. Berpakaian sopan dan rapi.
Kriteria seleksi lamaran pekerjaan meliputi: 1) Spesialisasi jurusan, 2) Sertifikat Prakerin, Transkrip, dan 3) Surat lamaran.

20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Skema 1
Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK

1
INDUSTRI

2
BKK

ALUMNI

Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK :


1. BKK menerima permintaan tenaga kerja dari pihak industri.
2. BKK memberi informasi lowongan kerja kepada alumni melalui
pengumuman yang dipampang di sekretariat BKK.
3. Alumni mendaftarkan diri dan menyerahkan lamaran kerja kepada
BKK
4. BKK melakukan seleksi lamaran dan mengirimkan data lamaran kerja
ke Perusahaan yang meminta.
5. Perusahaan menerima data lamaran kerja beserta berkas lamaran
yang dikirim oleh sekolah setelah melalui proses seleksi di BKK. Jika
sesuai akan dilakukan panggilan tes kerja dan seleksi oleh perusahaan.
Hasil seleksi diserahkan kepada BKK.
6. Pihak sekolah/BKK mengumumkan hasil seleksi kepada alumni. BKK
mencatat laporan dari alumni yang diterima ataupun yang tidak diterima pada data alumni.

d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh SMK dalam pengembangan organisasi adalah ketersediaan sumber daya dan jam terbang yang cukup
untuk pengembangan relevansi kompetensi organisasi. Kebanyakan
SMK memberdayakan unit-unit pelayanannya yang selama ini digunakan untuk proses pembelajaran untuk digunakan juga dalam melayani
kepentingan konsumen yang lebih luas. SMKN 4 Malang merupakan
salah satu dari SMK lainnya yang mendirikan unit pelayanan ini dan
mengelolanya secara serius.
UPJ melakukan aktifitas pelaksanaan produksi dan jasa di SMKN 4 Malang, yang disesuaikan dengan program kejuruannya. Jenis produksi
dan jasa UPJ yang ditawarkan meliputi:1) Desain Grafis, 2) Setting,
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

21

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3) Offset Printing, 4) Sablon, 5) Video Shooting , 6) Laminating, 7) Hot


Print, dan 8) Pelatihan.
UPJ memiliki struktur organisasi yang berbeda dan dikelola seperti
layaknya unit bisnis yang memiliki pembagian tugas dan fungsi yang
jelas. UPJ dikepalai oleh Direktur (Kepala Sekolah) dan dibantu oleh
masing -masing Manajer Marketing yang bertugas mencari order dan
melakukan penawaran order. Sedangkan Manajer Produksi berperan
dalam membagi tugas proses produksi, memeriksa hasil produksi dari
operator dan menyerahkan hasil produksi ke Administrasi UPJ.
Administrasi UPJ inilah yang kemudian menyerahkan hasil produksi ke
pelanggan.

3.1.4 Kapabilitas Inovasi

Ada beberapa hal yang dapat dilihat untuk menggambarkan kemampuan


SMKN 4 Malang dalam menciptakan inovasi dalam pengembangan pendidikan, yaitu:
a. Strategi yang Dilakukan
1. Kemampuan untuk mendengarkan keinginan stakeholders
Kemampuan mendengar, mendefinisikan, dan merespon apa yang menjadi keinginan stakeholders merupakan dasar munculnya inovasi yang
dilakukan oleh SMKN Malang. Dengan mengetahui keinginan stakehlders, sekolah dapat mengetahui apakah layanan yang dilakukan saat
ini sudah mampu menjawab keinginan stakeholders tersebut.
2. Kemampuan untuk merespon dan memberikan jawaban yang tepat atas
keinginan stakeholder
SMKN 4 Malang terus berupaya mengoptimalkan semua sumber daya
untuk mendengarkan dan merespon apa yang menjadi keinginan dari
stakeholders. SMKN 4 Malang mampu mengembangkan sistem yang
dapat menyeimbangkan pencapaian sisi akademis dan aspek produktif
bagi pengembangan kompetensi siswa. Usaha dalam bentuk penyiapan
modul bagi siswa, pelaksanaan tryout untuk memetakan kesiapan siswa,
dan langkah perbaikan yang diambil mampu membantu siswa dalam
mencapai hasil optimal. Pengembangan pembelajaran, model prakerin
yang di desain mendekati kondisi dunia kerja mampu menciptakan
kompetensi siswa yang dapat beradaptasi dengan cepat pada standar
industri. Pengembangan unit pelayanan jasa secara profesional
menjadi salah satu alternatif potensial untuk menghadapi tantangan
keterbatasan sumber daya organisasi bagi peningkatan mutu dan tata
kelola yang baik pada institusi. Itu semua adalah bentuk dari kemampuan

22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

sekolah dalam merespon dan memberikan jawaban atas keinginan


stakeholders.
3. Kemampuan membangun dan mengembangkan jejaring
Kemampuan membangun dan mengembangkan jejaring, baik
operasional maupun strategis, menjadi salah satu faktor penting dalam
pengembangan SMKN 4 Malang. Jejaring operasional dibutuhkan dalam
membangun hubungan kerja dilingkup internal sekolah, yang dapat
dilihat dari hubungan kerja antara Kepala Sekolah, Wakasek, Kaprokal,
siswa dan semua pihak yang terlibat dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Jejaring strategis menuntun sekolah untuk menentukan arah
pengembangan ke depannya. Yang termasuk dalam jejaring strategis
adalah relasi dan sumber informasi yang memberi kekuatan organisasi
untuk mencapai tujuannya.

b. Proses
Penerapan
( # ISO 9001 : 2000
Penguatan
tatakelola di SKMN 4 Malang dilakukan dengan penerapan
#?(''.&'''
ISO 9001:2000,
yang merupakan suatu standar internasional Sistem
#+ : #?
Menejemen
Mutu
(SMM) yang telah diterapkan secara luas dan diakui
(''.&''' #
dunia internasional.
SMM ISO 9001:2000 memperbaiki kinerja di dalam
$#) ##?
suatu organisasi
pendidikan
dan mampu menciptakan budaya organisasi
(''.&'''
yang peduli
akan
mutu,
baik
mutu proses maupun mutu jasa, sehingga

mampu menjawab
tantangan
menghadapi era globalisasi.

Skema
2
%
Proses KBM
SMKN 4 Malang
#&&

# #?(''.&'''
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
$

23

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 mengutamakan pengendalian


proses sejak awal, sehingga seluruh proses kerja (mulai dari penerimaan
murid baru, proses pendidikan/KBM, sampai murid lulus, sesuai dengan
target yang diharapkan) menjadi titik-titik kritis dan penting yang
menentukan keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu anak
didik. Semua fungsi yang berdampak terhadap mutu anak didik
dikendalikan sedemikian rupa. Hal ini jika diterapkan secara konsisten
akan menjamin tercapainya konsisten mutu.
Dengan penerapan ISO tersebut, sistem manajemen sekolah menjadi
lebih baik dan berkembang, dan aspek tata kelola yang baik menunjang
dalam setiap proses KBM sehingga mendorong sekolah menciptakan
inovasi-inovasi dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Berikut adalah aspek tata kelola yang baik dalam proses KBM SMKN 4
Malang:
1. Transparan dalam proses penerimaan siswa baru dengan sistem
online (PSB online), meskipun sistem ini belum diaplikasikan untuk
seluruh calon pendaftar SMKN 4 Malang. Dengan sistem ini,
hasil penyaringan siswa baru akan lebih mudah, cepat, akurat,
transaparan, dan murni berdasarkan DANUN (Daftar Nilai Ujian
Nasional). Selain itu jumlah penerimaan siswa bisa dipantau untuk
menghindari keributan dan provokasi kekosongan bangku. PSB online
juga dapat menghindari terjadinya pencabutan berkas pendaftaran,
karena masing-masing siswa hanya diterima di satu pilihan saja.
2. Daya tanggap sekolah terhadap kebutuhan stakeholders mendorong sekolah melakukan terobosan baru dalam kegiatan belajar mengajar. Program prakerin satu tahun, upaya sekolah untuk melakukan
penyeimbangan prestasi akademik maupun produktif, maupun
program BKK merupakan contoh nyata dari daya tanggap sekolah
terhadap kebutuhan stakeholders.
3. Untuk menilai efisiensi dan efektivitas sistem manajemen mutu, audit
internal dilakukan dua kali dalam setahun. Audit dikalukan dengan
sistem cross audit, dimana tim audit dari program keahlian tertentu
mengaudit program keahlian lain. Hal ini untuk menjaga independesi dalam proses audit.
4. SMKN 4 Malang melakukan survei kepuasan pelanggan sebagai
tolok ukur dari kinerja sistem manajemen mutu sekaligus untuk
memantau informasi mengenai persepsi pelanggan terhadap
organisasi. Melalui instrumen audit dan survei kepuasan pelanggan
inilah SMKN 4 selalu berupaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan
dalam pelayanannya.
24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

5. Pertanggungjawaban atas kebijakan sekolah, program kegiatan dan


penggunaan sumber daya dilakukan secara berjenjang. Pada tingkat
pertama, program keahlian, pelaksanaan kebijakan, program kegiatan dan penggunaan sumber daya di program keahlian dipertanggungjawabkan ke Ketua Program Keahlian masing-masing.
Pada tingkat kedua, masing-masing Ketua Program Keahlian harus
mempertanggungjawabkan semua kebijakan, program kegiatan dan penggunaan sumber daya kepada Kepala Sekolah. Jenjang
terakhir, semua kebijakan, program kegiatan dan penggunaan sumber
daya di sekolah harus dipertanggungjawabkan kepada stakeholders
melalui Komite Sekolah.
c. Sumber Daya Manusia
Penciptaan Iklim dan Budaya Sekolah
SMKN 4 Malang mampu menciptakan iklim dan budaya yang kondusif di
sekolah, kondisi ini sangat menfasilitasi bagi setiap komponen sekolah
untuk aktif terlibat dalam proses pembuatan kebijakan sekolah. Ruang
otonomi juga ditumbukan disetiap program keahlian sehingga masingmasing program keahlian dapat mengembangkan sistem pembelajaran
yang efektif bagi program keahlian masing-masing.
Hal ini membawa banyak perubahan dalam kegiatan belajar-mengajar di
SMK 4 Malang, perubahan yang dirasakan antara lain :
Pembelajaran berbasis waktu (time based) berubah menjadi berbasis
kompetensi (competence based).
Fungsi guru yang sebelumnya sebagai instruktur menjadi fasilitator
Penilaian berdasarkan materi yang telah dijadwalkan menjadi
penilaian objektif kepada setiap siswa sesuai kompetensi maksimal
yang dipersyaratkan atau dicapai.
Metode umum pembelajaran menjadi lebih beragam antara lain
ceramah, penugasan, diskusi, dinamika kelompok, penggalian
potensi diri, dan studi kasus.
Penilaian siswa yang tadinya tertutup menjadi penilaian terbuka dan
transparan. Penilaian juga dilakukan oleh beberapa pihak antara lain
sekolah, dalam kelompok belajar, dan perusahaan.
Siswa dapat menggunakan haknya untuk remidial (perbaikan) dan
reinforcement (pengayaan) kepada setiap guru yang mengajarnya.
Siswa mengetahui kompetensi dari masing-masing mata diklat yang
harus dikuasai selama satu semester.
Textbook oriented menjadi multi reference oriented. Pembelajaran dari
trimedia (buku, alat tulis dan papan tulis) menjadi multimedia (buku,
alat tulis, papan tulis, modul, majalah, surat kabar, radio, kaset, televisi,
CD, VCD, DVD, dan data projector).
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

25

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

d. Teknologi
Pada tahun 1999, SMKN 4 Malang memiliki e-mail resmi pertama
sebagai sarana komunikasi langsung dengan Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan. Pada saat itu belum banyak sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki e-mail. Inilah tahapan penting yang mengantarkan SMK Negeri 4 Malang lebih dikenal sebagai SMK Grafika sekaligus
SMK Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Perkembangan peran teknologi informasi dan komunikasi ini dimulai
sejak implementasi Jaringan Internet (Jarnet) tahun 2000. Kemudian
berturut-turut adalah Jaringan Informasi Sekolah (JIS) Kota Malang
tahun 2001, Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online tahun 2002, Wide Area
Network (WAN) Kota Malang tahun 2003, ICT Center Kota Malang tahun
2004, SMK Besar tahun 2005, Televisi Edukasi (TVE) Kota Malang tahun
2005, SMK Bertaraf Internasional tahun 2006 dan Client ICT Center Kota
Malang tahun 2006. Kepercayaan tersebut berkesinambungan sampai
dengan hari ini.
Aplikasi teknologi informasi dan telekomunikasi menjadi dasar
pengembangan sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang. Pengembangan
sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang meliputi:
1. Peningkatan kualitas proses belajar dan mengajar yang menarik dan
menyenangkan berbasis multimedia melalui penyediaan perangkat
LCD data projector dan wallscreen permanen di bengkel-bengkel kerja
bidang keahlian Grafika dan ruang-ruang kelas.
2. Penambahan sarana praktik Grafika berupa mesin digital printing.
Pengembangan sumber daya informasi dan komunikasi meliputi:
1. Pengembangkan fasilitas intranet dan internet di sekolah, untuk
mendukung program edukasi dan administrasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
2. Peningkatkan kualitas dan profesionalitas guru dengan menggunakan
notebook/laptop sebagai alat bantu belajar dan mengajar.
3. Melengkapi komputer dengan perangkat lunak standar yang berlisensi
sebagai wujud kesadaran hak atas kekayaan intelektual.
e. Pengukuran (Measurement)
Pencapaian SMKN 4 dapat dilihat berdasarkan tingkat kelulusan dan rerata
nilai UAN siswa sekolah. Selama periode 2005-2008, tingkat kelulusan
terendah mencapai 98.3 % dan tingkat tertinggi mencapai 100%dengan
tingkat rerata UAN diatas 7. Rerata nilai UAN dari siswa SMKN 4 Malang
selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
26 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tabel. 1
Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN

Tahun

Jumlah
Siswa

B. Indonesia

B. Inggris

Matematika

Rata2 Total

%Kelulusan

2005/2006

117

7,59

6,78

7,64

7,34

98,3

2006/2007

150

7,60

7,61

7,94

7,72

100

2007/2008

199

7,72

7,20

7,02

7,31

99,5

2008/2009

210

7,39

7,82

7,82

7,68

100

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.2
Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN

Tahun

Jumlah
Siswa

B. Indonesia

B. Inggris

Matematika

Rata2 Total

%Kelulusan

2005/2006

193

7,41

6,36

7,77

7,18

99,5

2006/2007

229

7,18

7,38

8,02

7,52

98,7

2007/2008

265

7,15

7,15

7,67

7,32

99,3

2008/2009

289

7,38

7,63

7,80

7,60

99,3

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.3
Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN

Tahun

Jumlah
Siswa

B. Indonesia

B. Inggris

Matematika

Rata2 Total

%Kelulusan

2005/2006

193

7,41

6,36

7,77

7,18

100

2006/2007

229

7,18

7,38

8,02

7,52

99,03

2007/2008

265

7,15

7,15

7,67

7,32

100

2008/2009

289

7,38

7,63

7,80

7,60

100

Sumber: SMKN 4 Malang

Pencapaian SMKN 4 juga dapat dilihat dari sisi serapan siswa pada pasar
tenaga kerja. Dibandingkan dengan rata-rata industri, capaian SMKN 4 Malang memiliki kecenderungan tren yang semakin membaik dari periode
2005/2006 ke 2007/2008. Bahkan untuk tahun 2007/2008 capaian serapannya
melebihi capaian serapan SMK secara keseluruhan ataupun jika dibandingkan
dengan SMK kelompok teknologi yang lain di Malang. Ilustrasi dari hal
tesebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

27

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tabel.4
Daya Serap Lulusan SMKN4 Malang di Industri
No

2005/2006

2006/2007

2007/2008

Total serapan seluruh SMK Malang

Keterangan

63.23%

62.0%

59.25%

Total serapan SMK Kelompok


Tehnologi

57.51%

60.98%

56.07%

Total Serapan SMK 4

45.14%

60.17%

71.03%

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Malang & SMKN 4 Malang

Tabel.5
Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program Keahlian Persiapan
Grafika
Tahun

Jml
Tamatan

PNS

Mandiri

Swasta
Relevan

Swasta
Lain

Perti

Blm
Bekerja

2005/2006

117

55

19

38

2006/2007

149

109

11

15

13

2007/2008

199

103

18

28

47

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.6
Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika
Tahun

Jml
Tamatan

PNS

Mandiri

Swasta
Relevan

Swasta
Lain

Perti

Blm
Bekerja

2005/2006

193

74

11

10

94

2006/2007

226

116

10

93

2007/2008

263

181

24

15

38

Sumber: SMKN 4 Malang

Tabel.7
Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Multimedia
Mandiri

Swasta
Relevan

Swasta Lain

2005/2006

19

20

2006/2007

10

33

47

12

2007/2008

60

13

33

Tahun

Sumber: SMKN 4 Malang

28 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Perti

Blm Bekerja

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sederet prestasi penghargaan berhasil diraih oleh siswa-siswi SMKN 4 Malang (tercatat 82 penghargaan sejak tahun 2003) mulai dari yang sifatnya
kegiatan ektrakulikuler - seperti band dan teater - sampai ke hal yang sifatnya
teknis kompetensi - seperti Juara 1 Animasi LKS SMK di Makassar yang
secara tidak langsung menunjukkan output dari SMKN 4 Malang memiliki
keunggulan. Selengkapnya mengenai prestasi, dapat dilihat pada lampiran.

3.1.5 Kesinambungan Program

Keberlanjutan inovasi membutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak


yang terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMKN 4 Malang.
Konsistensi dalam memastikan jalannya proses sesuai dengan rencana serta
upaya untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu mekanisme pemantauan, evaluasi serta langkah perbaikan
yang berkelanjutan terhadap proses dan kualitas layanan menjadi faktor kesinambungan inovasi di SMKN 4 Malang.
Penerapan ISO juga dijalankan untuk menjamin kualitas proses dan ouput
menuntut profesionalisme dari sumber daya manusia yang ada. Tingkat
aktivitas pekerjaan yang semakin tinggi yang harus dihadapi oleh manajemen SMKN 4 Malang - seperti rutinitas sekolah (kewajiban mengajar bagi
guru-guru), pemastian mekanisme ISO berjalan, pengelolaan aktivitas unit pelayanan jasa, dan sebagainya - menyebabkan waktu menjadi sumber daya
yang langka dan tekanan yang tinggi bagi pihak pengelola. Oleh karena
itu peningkatan pada aktivitas sekolah diharapkan berjalan seiring dengan
peningkatan manfaat dari semua pihak yang terlibat sehingga kesinambungan
program dapat terjamin.

3.2 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar


Sistem blok dikembangkan untuk menjawab permasalahan link and match
antara dunia pendidikan dan dunia industri. Link and macth mengandung
makna keserasian dan kesepadanan antara program pembelajaran yang
diajarkan di sekolah dan kebutuhan industri.
3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah
Kota Makassar berawal dan berada di muara Sungai Tallo dengan pelabuhan
niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Makassar sempat
menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia dibawah kekuasaan
pemerintahan Raja Gowa tetapi kemudian mengalami kemunduran
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

29

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

akibat serangan kompeni dagang belanda (VOC) pada tahun 1669. Selama
dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang terlupakan. Baru setelah
pemerintah Hindia Belanda menggantikan kompeni (VOC) yang bangkrut
pada akhir abad ke 18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya
sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846.
Pada awal abad ke-20, Belanda menjadikan Makassar sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Dideklarasikan sebagai Kota Madya
pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua luar
jawa. Pada tahun 1971 terjadi penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan Jumpandang yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman. Baru pada tahun
1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya pada tanggal 13 Oktober
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999.
Secara geografis Kota Makassar memiliki kedudukan strategis yang berimplikiasi pada bidang ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar dapat menjadi simpul jasa distribusi yang menawarkan efisiensi yang
lebih dibandingkan daerah lain untuk kawasan Indonesia bagian timur. Aktivitas perekonomian yang tinggi terutama yang ditunjang oleh sektor perdagangan, perhotelan dan restoran mendorong kebutuhan dan permintaan tenaga kerja disektor ini semakin tinggi. Hal inilah yang kemudian
akan memberikan kesempatan pada institusi pendidikan yang dapat menawarkan kebutuhan akan tenaga kerja disektor perdagangan, perhotelan
dan restoran.
SMKN 8 Makassar-lah yang mampu merespon tantangan-tantangan tersebut. SMKN 8 Makassar berdiri pada tanggal 27 Nopember 1947/1950 dengan nama OSVO (Opleiding School Voor Onderwyseres). Dari OSVO berubah
menjadi SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) pada tahun 1951 dengan
lama pendidikan empat tahun. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka pada tahun 1964 SGKP mengalami
perubahan kurikulum dan pada tahun 1968 namanya menjadi SKKA (Sekolah
Kesejahteraan Keluarga Atas) dengan lama pendidikan tiga tahun. SKKA
mempunyai dua program jurusan, jurusan Bagian A dan B yaitu Menjahit
dan Memasak/Binatu.
Pada tahun 1976/1977 sampai dengan tahun pelajaran 1993/1994 SKKA
berubah menjadi SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga),
30 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

dengan program kejuruan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada
tahun 1994/1995 diberlakukan kurikulum baru, seiring dengan perubahan
tersebut nama SMKK berubah menjadi SMK sehingga kurikulum 1994/1995
disebut Kurikulum SMK Kelompok Pariwisata. Pada tahun 1997 menjadi
SMK Negeri 8 Makassar hingga saat ini.
Visi dari SMKN 8 Makassar adalah:
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar
Internasional.
Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan Misi SMKN 8 sebagai berikut:
1. Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar Internasional.
2. Mengembangkan program Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar
Internasional.
3. Mengembangkan program pengabdian masyarakat pada bidang pariwisata.
4. Mengembangkan kemitraan nasional dan internasional.
SMK Negeri 8 Makassar yang termasuk dalam sekolah kelompok pariwisata
telah membuka dua bidang studi keahlian dan tujuh kompetensi keahlian,
yaitu:
1. Bidang studi keahlian pariwisata 1. Terdiri dari dua program studi keahlian,
yaitu:
a) Program studi keahlian pariwisata, dengan kompetensi keahlian:
Akomodasi perhotelan (SBI), (Front Office & House Keeping).
Usaha Perjalanan Wisata
b) Program studi keahlian Tata Boga. Dengan kompetensi keahlian:
Jasa Boga
Patiseri
2. Bidang studi keahlian pariwisata 2. Terdiri dari dua program studi keahlian,
yaitu:
a) Program studi keahlian Tata Busana, dengan kompetensi keahlian
Busana Butik.
b) Program studi keahlian Tata Kecantikan, dengan kompetensi kecantikan
rambut dan kulit.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

31

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 8 Makassar:

3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

Pada awalnya pihak hotel dan mitra industri beranggapan bahwa lulusanlulusan SMKN 8 Makassar belum siap kerja dikarenakan pola pembelajaran
masih menggunakan metode-metode konvensional. Pada pembelajaran
konvensional, tidak dibedakan minggu pembelajaran praktik dan pembelajaran
teori, sehingga sering ditemukan setelah belajar olah raga siswa belajar
praktik memasak atau tata hidang. Sementara badan sudah berkeringat dan
durasi praktik tidak mencerminkan sistem kerja di hotel.
Prakerin bila hanya 3 bulan dianggap tidak memberi kontribusi kepada
industri tempat prakerin. Penerapan sistem blok membawa perubahan
besar dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMKN 8 Makassar.

32 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan


Pengembangan Sistem Blok

Sistem blok merupakan sistem yang dikembangkan SMKN 8 Makassar untuk


menjawab permasalahan link and match antara dunia pendidikan dan dunia
industri. Sistem blok dikembangkan mulai tahun 1995 dengan mendengarkan
masukan-masukan dari pihak industri. Sistem ini membagi siswa berdasarkan
blok-blok pembelajaran, yaitu (i)normatif/adaptif, (ii) teori kejuruan, dan (iii)
praktik kejuruan, yang saling terkait satu sama lain dalam sebuah kesatuan
proses.
Penekanan diberikan pada proses pembelajaran dan evaluasi/penilaian
yang berkelanjutan (on going learning proses and assesment). Sekedar ilustrasi,
saat ini ada enam kelas siswa tingkat I. Siswa dari enam kelas ini kemudian
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas di kelompok
normatif/adaptif, dua kelas di kelompok teori kejuruan dan dua kelas di
kelompok praktik kejuruan. Pemberian nama kelompok tersebut berhubungan
dengan materi yang akan siswa terima selama satu minggu. Selama satu
minggu tersebut, kelompok normatif/adaptif akan menerima materi terkait
dengan mata pelajaran normatif/adaptif (pendidikan agama, Bahasa
Indonesia, matematika, IPS dan lainnya), sedangkan kelompok teori praktik
kejuruan akan menerima materi yang terkait teori kejuruan yang akan mereka
mereka praktikan nanti selama satu minggu kedepan. Kelompok praktik
kejuruan akan memulai proses pembelajaran dari kegiatan praktik kejuruan
selama satu minggu. Setelah satu minggu, masing-masing kelompok akan
berganti blok (blok normatif/adaptif menjadi blok teori praktik kejuruan,
blok teori praktik akan melakukan praktik dan blok praktik menjadi blok
normatif/adaptif ). Siklus ini akan berlangsung selama tiga minggu dan setelah itu siklus akan berulang.
Tabel.8
Siklus Pembelajaran
Minggu

Teori Umum
(normatif/adaptif)

teori kejuruan

Praktik

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok III

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok II

Kelompok III

Kelompok I

(Berulang)

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

33

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Pada saat melakukan praktik, siswa akan dibagi berdasarkan blok-blok


(enam blok dari blok A sampai dengan blok F) yang berhubungan dengan
kompetensi yang harus dikuasai pada tingkat I. Hal ini selain dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dimana setiap kelompok
nantinya yang terbentuk akan terdiri dari kurang lebih 12 orang dan
ditangani oleh 2-3 orang pengajar/instruktur. Tujuan lainnya adalah untuk
menjamin bahwa penilaian (assesment) dan perhatian dapat diberikan
pada masing-masing individu sehingga usaha peningkatan kompetensi
dapat dilakukan secara optimal. Penilaian akhir dilakukan pada setiap akhir
sesi praktikum untuk melihat apakah kompetensi siswa sudah tercapai atau
belum. Jika belum tercapai, proses akan dilanjutkan/diulang kembali sehingga target kompetensi pembelajaran pada hari itu tercapai. Penekanan
pada aspek pencapaian kompetensi ini memungkinkan SMKN 8 Makassar
menghasilkan siswa dengan tingkat kompetensi yang sesuai dengan
spesifikasi industri.
Tabel.9
Ilustrasi Sistem Blok Bidang Pariwisata untuk Siswa Tingkat I SMKN 8
Makassar

Area
Hari

Dapur
Instruksi

Dapur
Produksi/Cafe

Restoran

Patiseri

Senin
Selasa

House Keeping

Front Office

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Sumber: SMKN 8 Makassar

Output atau keluaran yang dihasilkan oleh siswa pada saat praktik akan
digunakan oleh siswa yang lain sebagai sarana praktik juga. Sebagai contoh, kue atau makanan yang dihasilkan didapur atau bagian patiseri akan
disajikan di restoran atau kafe oleh siswa yang praktik tata boga di restoran.
Sistem blok yang dikembangkan menuntut sebuah proses yang berkelanjutan dan saling terkait sehingga satu bagian dari sistem tersebut tidak boleh
ada yang berhenti berproduksi/berproses.
34 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.2.4 Kapabilitas Inovasi


a. Strategi yang Dilakukan
1. Kemampuan untuk mendengarkan keinginan stakeholders
Pengembangan jurusan pariwisata terutama akomodasi perhotelan
dan restoran oleh SMKN 8 Makassar memiliki kesesuaian dengan tren
kebutuhan pasar yang ada. Indikasi tren kebutuhan industri ini dapat
dilihat diantaranya melalui kontribusi peran sektor perdagangan dan
perhotelan pada perekonomian ekonomi daerah. Kecenderungan
juga menunjukkan bahwa peran sektor ini meningkat dari tahun
ketahun dan secara tidak langsung memberikan sinyal adanya
kebutuhan atau permintaan tenaga kerja disektor ini.

Kemitraan yang terjalin erat dengan dunia industri menjadi jembatan


bagi sekolah untuk selalu mendengar apa yang menjadi kebutuhan
pasar, yaitu kebutuhan mengenai profil tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
industri seperti kompetensi, keahlian, sikap, dan standar perilaku. Hal
ini memungkinkan SMKN 8 Makassar untuk mengembangkan produk
sesuai dengan kebutuhan pasar, yaitu dengan cara pengembangan
sistem blok, waktu praktik kerja industri (prakerin) selama enam bulan,
dan krietria penerimaan siswa.

2. Kemampuan merespon dan memberikan jawaban yang tepat atas


keinginan pasar
Tidak hanya mendengarkan apa yang menjadi keinginan pasar, SMKN
8 Makassar diharapkan juga memiliki kemampuan menerjemahkan
kebutuhan tersebut ke level operasional, dan mendesain proses
dan produk untuk menjawab kebutuhan tersebut. Dua hal yang
dikembangkan oleh SMKN 8 Makassar dalam pendesainan proses
dan produk tersebut adalah:
1) Pengembangan sistem blok yang memungkinkan pembentukan
tingkat kompetensi siswa sesuai yang diharapkan dapat terjadi
2) Pengembangan iklim dan budaya sekolah yang disesuaikan dengan
kondisi dunia kerja.
3. Kemampuan untuk mengembangkan jejaring dan hubungan dengan
mitra industri
Peran industri sangat besar bagi SMKN 8 Makassar, yaitu menyerap lulusan SMKN 8 Makassar dan sebagai mitra dalam pengembangan desain sistem belajar mengajar. Bahkan untuk penerimaan siswa baru,
pihak sekolah mengakomodir dan menyesuaikan standar penerimaan sesuai dengan kriteria minimal yang diinginkan industri. Pengembangan jejaring strategis menjadi salah satu faktor kunci dalam

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

35

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

pengembangan SMKN 8 Makassar sehingga tidak hanya memiliki


jejaring di dalam negeri, tetapi SMKN 8 Makassar juga memiliki jejaring
mitra industri di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia dan Inggris
yang telah dirintis sejak tahun 1996 hingga saat ini.
b. Proses
Penguatan Tatakelola Melalui Penerapan ISO 9001:2000
Dalam hal penguatan tata kelola institusi, SMKN 8 melakukan penguatan
dengan melakukan perbaikan administrasi pengelolaan manajemen
sekolah. Indikator kinerja ditunjukkan dengan keberhasilan SMKN 8
memperoleh ISO 9001:2000 mengenai sistem manajemen mutu. Sistem
Manajemen Mutu terkait bagaimana cara organisasi menjaga dan
meningkatkan kualitas dari produk mulai dari komitmen manajemen,
manajemen sumber daya, proses realisasi produk, dan pengukuran, analisa, perbaikan di sistem, sehingga produk institusi dapat dijaga kualitasnya dan terus menerus ditingkatkan untuk kepuasan pelanggan.
Beberapa implementasi penerapan program penguatan tata kelola di
SMKN 8 diantaranya adalah adanya pemantauan dan pengukuran mengenai:
1. Kepuasan Pelanggan
Sebagai salah satu tolak ukur kinerja sistem manajemen mutu, SMKN
8 memantau informasi mengenai persepsi pelanggan terhadap
organisasi, dalam bentuk survei kepuasan pelanggan. SMKN 8
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai konsekuensi
hasil pengukuran kepuasan pelanggan tersebut.
2. Audit Internal
SMKN 8 menetapkan audit mutu internal minimal dilakukan 2 kali
dalam satu tahun, guna menilai efektivitas dari sistem manajemen
mutu tersebut.
Audit harus mencakup penilaian dari :
Kegiatan atau proses belajar dan kinerja siswa.
Praktik, sistem, prosedur dan instruksi kerja.
Dokumentasi lainnya.
Audit harus dilaksanakan oleh personil yang mempunyai kualifikasi
memadai dan tidak bertanggung jawab langsung terhadap
bidang yang diaudit.
3. Pemantauan dan Pengukuran Proses.
SMKN 8 mengidentifikasi metode pengukuran dan melakukan
pengukuran untuk mengevaluasi kinerja proses. Adapun alternatif
metode pengukuran dan pemantauan proses adalah sebagai berikut
:
36 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

a. Supervisi kelas
b. Menganalisa laporan pencapaian sasaran mutu.
c. Menyelenggarakan rapat-rapat rutin yang membahas kemajuan
pekerjaan dan membahas pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi.
d. Membuat laporan berkala yang memuat hal-hal yang menyangkut
kemajuan pekerjaan.
e. Apabila terdapat ketidaksesuaian dari hasil pemantauan dan
pengukuran tersebut, maka akan dilakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan yang memadai.
4. Pemantauan dan Pengukuran Produk
SMKN 8 mengukur dan memantau karakteristik produk atau jasa atau
peserta didik (siswa) untuk memverifikasi bahwa persyaratan kompetensi
tersebut telah dipenuhi. Untuk itu SMKN 8 mengambil langkah-langkah
pemeriksaan/pemantauan awal terhadap barang/material ataupun
jasa yang dibeli, pemeriksaan/pemantauan dalam proses belajar mengajar dan pemeriksaan/pemantauan akhir.
Penyerahan produk dan jasa atau peserta didik (siswa) tidak boleh
dilakukan sampai semua pengaturan pemeriksaan pemantauan telah
selesai secara memuaskan.
5. Pengendalian Produk Tidak Sesuai / Peserta Didik Bermasalah
Semua produk dan jasa tidak sesuai atau peserta didik yang bermasalah
diiidentifikasi dan dikendalikan, untuk mencegah penggunaan atau
penyerahan yang tidak dikehendaki.
Adapun yang dimaksud dengan produk tidak sesuai misalnya:
Calon peserta didik yang tidak memenuhi persyaratan.
Peserta didik belum menyelesaikan semua kompetensi yang
dipersyaratkan.
Peserta didik yang secara hukum terlibat dalam tindak kriminal
dan asusila.
Peserta didik yang belum menyelesaikan persyaratan administrasi.
c. Sumber Daya Manusia
Pengembangan Iklim dan Budaya Sekolah
Pengembangan iklim dan Budaya sekolah yang mendekati atau
dikondisikan sesuai dengan dunia kerja memungkinkan SMKN 8 membentuk siswa yang dapat dengan cepat beradaptasi di dunia kerja. Sebagai
ilustrasi pembentukan ini, Pihak sekolah menugaskan siswa-siswa SMKN
8 sebagai petugas piket setiap hari secara bergiliran sebagai pihak pen-

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

37

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

erima tamu/receptionis, cleaning service, tugas memasak untuk kantin/


caf dan pramusaji pada caf dan kantin sekolah serta tugas lainnya
seperti halnya dihotel untuk mengembangkan budaya dan sikap kerja.
Penegakkan tata tertib dan system denda terutama bagi yang melanggar
aspek lingkungan (kebersihan) dilakukan dengan ketat.
d. Teknologi yang Digunakan
Teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi menjadi
bagian penting dalam upaya pengembangan SMKN 8 Makassar. Pada
tahun 1996 SMKN 8 Makassar memiliki website ketika prakerin mulai
dilakukan di luar negeri yaitu Singapura dan Malaysia. Dengan proses
teknologi pulalah SMKN 8 membangun dan melebarkan jejaring
strategisnya, sampai akhirnya mampu mengantarkan siswanya untuk
melakukan prakerin di Inggris.
Peran teknologi dalam proses kegiatan belajar mengajar menjadi
sebuah keharusan terutama untuk program studi keahlian tertentu.
Program studi keahlian akomodasi perhotelan pada kompetensi reservasi
dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan Fidelio System yang
merupakan Computer Reservation System (CRS). Sementara program
studi Usaha Perjalanan Wisata menggunakan Galileo system untuk
kompetensi tiketing.
Teknologi menjadi media penghubung yang efisien antara sekolah dengan
semua stakeholdersnya. Guru, siswa, orang tua siswa, masyarakat dapat
mengakses semua informasi yang terkait dengan SMKN 8 Makassar
melalui jaringan internet yang sudah online sejak tahun 1996.
e. Pengukuran (Measurement)
Penerapan sistem blok yang dilakukan oleh SMKN 8 Makassar memungkinkan penciptaan kualitas lulusan yang sesuai dengan standar industri.
Selain itu, pengembangan iklim dan budaya kerja disekolah memungkinkan pembentukan sikap dan perilaku siswa sehingga lebih sesuai
dengan standar norma kerja industri. Dengan kata lain pengembangan
sistem dan atmosfir pembelajaran yang diterapkan SMKN 8 Makassar
memungkinkan terbentuknya tingkat kompetensi, sikap dan perilaku
yang diperlukan untuk pengembangan diri siswa agar siap memasuki
dunia kerja.
Pengembangan jejaring dengan mitra industri merupakan sisi lain yang
mendukung keberhasilan SMKN 8 Makassar. Hubungan baik antara
SMKN 8 Makassar dan mitra industri tercipta atas dasar asas manfaat dan
38 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

keuntungan timbal balik yang berdampak pada lebih mudahnya siswa


lulusan SMKN 8 Makassar diserap oleh pasar tenaga kerja. Pengembangan
jejaring bernilai strategis dan bermanfaat pada SMKN 8 mengingat mitra
industra tidak hanya berperan sebagai pasar, tetapi juga sebagai mitra
dalam pengembangan sistem pembelajaran (tempat untuk prakerin,
sumber perbaikan kurikulum, up date kompetensi dan pengetahuan,
dan lain-lain) secara berkelanjutan. Ilustrasi dari bagaimana hubungan
dengan mitra industri dapat membantu serapan lulusan dapat terlihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel.10
Daya Serap lulusan SMKN 8 Makassar

No

Keterangan

Kuliah

2004
Jmlh
50

2005

2006

2007

2008

Jmlh

Jmlh

Jmlh

Jmlh

25.3

42

22.7

29

17

25

16.6

17

8.4

Bekerja

130

65.7

124

67

120

70.5

97

64.2

177

87.6

Tanpa Info

18

19

10.3

10

5.8

15

9.9

3.9

Jumlah Tamatan

198

100

185

100

170

100

151

100

202

100

Sumber: SMKN 8 Makassar

Sistem yang sama juga memungkinkan SMKN 8 Makassar untuk


berkembang menjadi salah satu SMKN Pariwisata di bidang Akomodasi
Perhotelan dan Restoran yang menonjol di Indonesia. Sederet penghargaan
dan prestasi sekolah/siswa yang pernah diraih, diantaranya:
1. Wiyata Mandala Tahun 1995/1996
2. Sekolah Pertama di Indonesia Melaksanakan Prakerin Luar Negeri
1996
3. Juara PKS (Promosi Kompetensi Siswa) Tingkat Nasional, Akomodasi
Perhotelah, Tata Busana, 1995, dan Tahun 1998 Tata Boga.
4. Sekolah Terbersih se Kota Makassar tahun 2002/2003
5. SMK Unggulan Tingkat Propinsi Sulawesi Selatan 2003/2004
6. SMK OUTLET tahun 2005
7. SMK TUK (Tempat Uji Kompetensi) 2005
8. Rintisan SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) 2006
Tingkat penerimaan pasar yang tinggi di SMKN 8 Makassar apabila terjadi secara konsisten akan memberikan signal positif pada pasar baik
itu pasar calon konsumen maupun industri mengenai kualitas SMKN 8
Makassar. Hal ini juga merupakan sarana komunikasi yang efektif, powerful dan efisien untuk meningkatkan animo konsumen (calon konsumen/
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

39

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

siswa dan industri). Sebagai indikasi awal dapat dilihat pada table berikut ini yang menunjukkan adanya peningkatan secara perlahan jumlah
siswa yang mendaftar dan diterima selama dua tahun belakangan ini.
Tabel.11
Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar
Tahun 2007-2008
Bidang Keahlian

2007/2008

2008/2009

Pendaftar

Diterima

Pendaftar

Diterima

1. Hotel & Restoran

193

155

203

134

2. Tours & Travel

60

38

39

36

3. Busana & Kecantikan

61

48

83

80

314

241

325

314

Total
Sumber: SMKN 8

Ditengah pencapaian yang sudah disampaikan diatas, terdapat beberapa


catatan yang dapat menjadi masukan untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan di SMKN 8. Hal ini berkaitan dengan prestasi nilai UAN yang
masih dibawah rerata nasional (Nilai 7). Akan semakin melengkapi capaian
SMKN 8 jika kesuksesan tadi dilengkapi dengan capaian di bidang
pengembangan akademis siswa. Berikut adalah table yang menggambarkan
rerata nilai UAN siswa SMKN 8.
Tabel.12
Rata-rata Nilai UAN Siswa SMKN 8 Makassar Periode Tahun 2003 - 2008
2003/2004

2004/2005

2005/2006

2006/2007

2007/2008

2008/2009

Bahasa
Indonesia

Mata Pelajaran

5.72

6.04

5.98

6.31

6.33

6.75

Matematika

5.73

5.66

4.8

5.17

3.87

6.16

Bahasa Inggris

3.58

6.05

6.09

6.79

5.96

6.54

7.79

7.74

7.92

6.52

5.98

6.84

Produksi
Rata-rata Total

5.01

Sumber : SMKN 8 Makassar

40 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

5.92

5.62

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.2.4 Kesinambungan Program


Keberlanjutan inovasi yang diterapkan merupakan satu hal yang menjadi
komitmen SMKN 8 karena telah memberikan kontribusi nyata bagi
pencapaian yang diperoleh sejauh ini. Komitmen ini paling tidak ditunjukkan
dengan pegembangan dan peningkatan sarana dan prasarana dan unit
produksi pembelajaran baru oleh SMKN 8 berupa education hotel. Konsistensi
komitmen pimpinan sekolah dan staff penting bagi keberlanjutan inovasi
ini. Karena capaian yang diperoleh saat ini dan kedepan menuntut perbaikan
pada sistem pembelajaran dan penjalinan jejaring dengan mitra industri
secara berkelanjutan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

41

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.3 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 2 Kabupaten Subang


Jauh dari benak pikiran kita, bahwa mereka ternyata ada....
Mereka adalah pemuda yang kalau sekolah tidak bisa makan kalau bisa makan tidak bisa sekolah, serta terkendala oleh jarak, topografi dan kondisi jalan
yang jelek. Untuk itu mereka harus sekolah sambil bekerja atau bekerja sambil
sekolah tanpa harus meninggalkan desanya.

3.3.1 Profil Daerah dan Sekolah

Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi


Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 % dari luas
Provinsi Jawa Barat. Dengan curah hujan yang relatif tinggi serta ditunjang
oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai menjadikan
sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk pertanian.
Sebagai penyandang predikat salah satu lumbung padi nasional, Kabupaten
Subang menyumbangkan produksi padi yang mencapai 1.020.606 ton
terhadap stok padi nasional. Produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan
basah 1.015.695 ton dan sisanya dari ladang. Selain tanaman pangan
potensi pertanian yang ada di Kabupaten Subang adalah tanaman palawija
dan holtikultura. Ditengah kecenderungan perkembangan daerah lain yang
mengarah kepada industrialisasi, Subang tetap mempertahankan sektor
pertanian sebagai salah satu sektor utama dalam perekonomiannya. Hal ini
tercermin dari visi Kabupaten Subang yang ingin mewujudkan Subang
sebagai daerah agribisnis.
Potensi besar Subang di bidang pertanian sebenarnya sudah diantisipasi
sejak awal dengan berdirinya sekolah kejuruan pertanian, dan SMK Negeri 2
Subang salah satunya. Pada awalnya SMKN 2 Subang adalah STM Pertanian
dengan satu program keahlian yaitu Teknologi Produksi (TP). Berjalan sejak
tahun 1966 dan resmi ditetapkan sejak 7 Desember 1967. Dalam perjalanannya
berkembang menjadi dua program keahlian yaitu dengan dibukanya
Program Keahlian Teknologi Peralatan Pertanian (TPP) pada tahun 1980.
Pada tahun 1985 berubah menjadi SMT Pertanian dengan 5 Program
Keahlian (Budidaya Tanaman, Budidaya Ternak, Budidaya Ikan, Mekanisasi
Pertanian, dan Teknologi Hasil Pertanian). Pada Tahun 1995 berubah
menjadi SMK Negeri 2 Subang hingga saat ini.
Visi dari SMKN 2 Subang adalah:
Mewujudkan sekolah berbasis kewirausahaan/bisnis yang dikelola dan

42 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

disenyelenggarakan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan


Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 sehingga mampu
menghasilkan lulusan sesuai kebutuhan pelanggan nasional atau
internasional atau mampu berwirausaha di bidang agribisnis/agroindustri/
pariwisata/manufaktur pada tahun 2014.
Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut :
1. Menjadikan pendidik SMK Negeri 2 Subang memenuhi standar kompetensi
yang dipersyaratkan undang-undang guru dan dosen serta memenuhi
standar Industri pada tahun 2014.
2. Menjadikan pendidik dan tenaga kependidikan profesional di bidangnya
dan melayani pelanggan sesuai standar yang dipersyaratkan sehingga
mampu menghantarkan SMK Negeri 2 Subang sebagai SMK Standar
Internasional pada tahun 2014.
3. Menjadikan Laboratorium Pengawasan Mutu SMK Negeri 2 Subang
Bersertifikat ISO 17025 : 2005 pada tahun 2012.
4. Menjadikan Bidang Keahlian Pertanian, Peternakan, Budidaya Ikan Air
Tawar, dan Teknologi Hasil Pertanian sebagai inti pencitraan fisik sekolah
dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup.
5. Menjadikan Bidang Keahlian Pertanian sebagai inti kegiatan agribisnis
dan agroindustri yang menerapkan sistem manajemen mutu sehingga
mampu menjadikan lulusannya sebagai plasma agribisnis/agroindustri
atau sebagai pekerja di perusahaan agribisnis Nasional dan Internasional.
6. Menjadikan Bidang Keahlian Pelayaran Berstandar Internasional yang
menerapkan Sistem Manajemen Mutu sehingga mampu menghasilkan
lulusan sebagai pelaut yang memiliki sertifikat Ankapin II/Atkapin II
serta memenuhi Standard International Maritim Organization (IMO)
untuk bekerja di perusahaan perkapalan/kapal Internasional.
7. Menjadikan Bidang Keahlian Teknologi sebagai Plasma Industri
Komponen Otomotif, Perakitan Komputer, Peralatan Elektronik dan
Mesin Perkakas yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu sehingga
memenuhi standar industri dan berkembang bersama industri serta
menjadikan kegiatan tersebut sebagai tempat diklat kelas wirausaha
dan menjadikan lulusan kelas wirausaha sebagai wirausaha Plasma Industri.
8. Menjadikan Bidang Keahlian Teknologi Berstandar Internasional yang
menerapkan Sistem Manajemen Mutu sehingga mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki standar kompetensi internasional dan bekerja di
perusahaan multinasional.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

43

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

9. Menjadikan Bidang Keahlian Pariwisata sebagai plasma industri garmen


yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu sehingga memenuhi standar
industri dan berkembang bersama Industri serta menjadikan kegiatan
tersebut sebagai tempat diklat kelas wirausaha dan menjadikan lulusan
kelas wirausaha sebagai Wirausaha Plasma Industri Tata Busana/Garmen.
10. Menjadikan Program Keahlian Usaha Jasa Pariwisata sebagai Inti Promosi
dan pemasaran Wisata Vokasi dan Wisata Agro SMK Negeri 2 Subang.
11. Menjadikan Program Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak dan Elektronika
Industri sebagai Inti Pencitraan Sekolah di bidang IT dan Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ).
12. Menjadikan seluruh Program Keahlian sebagai Pelestari Lingkungan
Hidup sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya sehingga memenuhi
Standar ISO 14001 : 2004.
Sampai saat ini SMKN 2 Subang mempunyai delapan belas Program Keahlian,
yaitu:
1. Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura
2. Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman
3. Agribisnis Ternak Unggas
4. Agribisnis Ternak Ruminansia
5. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
6. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
7. Agribisnis Perikanan
8. Teknik Kendaraan Ringan
9. Teknik Sepeda Motor
10. Rekayasa Perangkat Lunak
11. Teknik Elektronika Industri
12. Teknik Pemesinan
13. Jasa Boga
14. Usaha Perjalanan Wisata
15. Busana Butik
16. Nautika Kapal Niaga
17. Nautika Kapal Penangkap Ikan
18. Teknika Kapal Penangkap Ikan

44 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Berikut adalah struktur organisasi SMKN 2 Subang:

KEPALA SEKOLAH

WAKA
DIKLAT

KOORD. TU

WAKA
MANAJEMEN
MUTU &
LINGKUNGAN

KOMITE

WAKA
KETARUNAAN

WAKA
HKI

WAKA PI & SDM BID. REKNOLOGI

WAKA
SARPRAS

WAKA PI & SDM BID. PER, PEL & PAR

KA. PRODI. BB

KA. PRODI. JB

KA. PRODI. UPW

KA. PRODI. PELAYARAN

KA. PRODI. AHP

KA. PRODI. API

KA. PRODI. APTD

KA. PRODI. APTN

KA. PRODI. RPL

KA. PRODI. TEI

KA. PRODI. TM

KA. PRODI. TO

PEMBIMBING/WALI KELAS/GURU

TARUNA

3.3.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi


Menurunnya minat tamatan SMP untuk melanjutkan pendidikan ke SMK
Pertanian dan banyaknya tenaga kerja pengganti di sektor pertanian bagi
tamatan SMK Pertanian menyebabkan jumlah siswa terus menurun dan
tamatannya banyak yang tidak bekerja atau bekerja bukan pada bidangnya.
Kondisi ini mulai dirasakan oleh SMKN 2 Subang sejak 1995 yang pada
akhirnya mencapai titik terendah pada tahun 2000 dengan jumlah siswa
554 orang yang terbagi dalam 5 program keahlian (budidaya tanaman,
budidaya ternak, budidaya ikan, teknologi hasil pertanian, dan mekanisasi
pertanian). SMK Pertanian dinilai gagal menyiapkan tamatannya menjadi
petani atau bekerja di sektor pertanian sehingga tidak diminati.
Kondisi ini menyebabkan motivasi guru menurun dan cenderung
menyalahkan keadaan, sehingga tidak memberi solusi tetapi menambah masalah dengan sikapnya yang cenderung apatis dan menyerah pada
keadaan. Kondisi lingkungan sekolah tidak terawat dan tidak mencerminkan
sebagai sekolah pertanian yang dapat menjadi contoh petani, kedisiplinan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

45

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

siswa menurun dan motivasi belajarnya rendah Hasil Monitoring dan Evaluasi
(M&E) SMK dan Kepala SMK sebelum tahun 1997 berkisar antara cukup dan
kurang.
3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan
a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan
1. Landasan utama diterapkannya sistem ketarunaan adalah
a) Kebutuhan Pelanggan (institusi pasangan, DU/DI, orang tua
siswa, masyarakat) yang mengharapkan calon tenaga kerjanya/
anaknya/warganya yang sehat, kuat, disiplin dan berbudaya
(komunikasi/bahasa, tata krama/etika, kemampuan komputer
dan mengakses informasi, serta kemampuan mengembangkan diri).
b) Kebutuhan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa untuk
mencapai standar taruna
c) Kebutuhan Guru Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif dalam
menerapkan nilai-nilai kecakapan hidup.
2. Tujuan
Latihan Dasar Ketarunaan bertujuan untuk membentuk karakter taruna
sebagai berikut :
a) Sehat sesuai standar yang ditetapkan pelanggan
b) Kuat
c) Disiplin
d) Memahami dan Menerapkan Peraturan Baris Berbaris
e) Memahami dan Menerapkan Tata Cara Penghormatan Sipil dan
Militer
f ) Memahami dan Menerapkan Tata Upacara Bendera
g) Memahami dan Mampu Melaksanakan Survival dan Cross Country
h) Memahami dan Mampu Melaksanakan Search and Resque (SAR)
i) Memahami dan Mampu Melaksanakan Sholat sesuai ketentuan
j) Memahami dan Mampu Mengekspresikan diri
k) Memahami dan Mampu Berorganisasi
l) Memahami dan Mampu Melaksanakan Tugas
3. Materi
a) Tes Kesehatan oleh Dokter Pemerintah dan tindaklanjut pelayannya
b) Pendidikan Jasmani Taruna (Lari, sit up, push up, pull up, angkat
beban, olah raga permainan)
c) Peraturan Baris Berbaris (PBB) dan Tata Cara Penghormatan Sipil
dan Militer
d) Tata Upacara Bendera
e) PMR, P3K, SAR, Survival dan Cross Country
46 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

f ) Placement Test Sholat dan Bimbingan Sholat


g) Placement Test Baca Al Quran dan Bimbingan Baca Al Quran
h) Placement Test Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Komputer dan
Tindaklanjut Pelayannya
i) Basic Mentallity
j) Demokrasi, Organisasi dan Kepemimpinan
k) Seni dan Budaya
4. Waktu Pelaksanaan
Latdastar dilaksanakan di semester satu selama 5 bulan dengan tahapan
sebagai berikut :
Tahap pertama selama satu bulan mulai dari pukul 06.00 16.00
Tahap kedua selama 4 bulan mulai pukul 06.00 07.30 dilanjutkan
pukul 13.00 16.00
Kegiatan ini dimonitor dan dievaluasi oleh Tim Manajemen dan Guru
Mata Pelajaran. Hasilnya dibahas dan tindaklanjuti oleh Guru Mata Pelajaran
dan oleh Tim Manajemen
5. Sertifikasi dan Pelantikan
Hasil Monitoring dan Evaluasi dijadikan sebagai bahan Sidang Korps
untuk menentukan Kelulusan dan Sanksi yang harus dijalani bagi yang
belum lulus. Bagi yang lulus diberi sertifikat dan dilantik dan yang
bersangkutan berhak menggunakan seragam korps taruna.
6. Implementasi Nilai-Nilai Ketarunaan
Setelah dilantik dan menggunakan seragam korps taruna, maka para
taruna menerapkan nilai-nilai ketarunaan dalam kegiatan sehari-hari.
7. Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu Taruna dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang
yang didukung oleh dokumen pengendali mutu taruna berupa buku
kendali mutu taruna yang dimonitor setiap hari dan dievaluasi setiap
minggu. Selain itu juga diterapkan Re-orientasi Ketarunaan bagi taruna
yang pulang prakerin dan become to outcome bagi taruna yang akan lulus
sampai diterima bekerja.
8. Penjaminan Mutu
Penjaminan Mutu Taruna menggunakan Skill Passport Praktik Kerja Industri.

b. Program Kelas Wirausaha/Mandiri

Data Dinas Pendidikan Kabupaten Subang menunjukkan bahwa jumlah


lulusan SLTP, lima tahun terakhir sebanyak 86.386 orang. Dari jumlah
tersebut yang melanjutkan hanya 55.000 orang, sehingga masih ada
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

47

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

31.386 orang yang tidak melanjutkan. Permasalahan tersebut salah satunya adalah kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga
kalau dipaksakan, kalau sekolah tidak bisa makan kalau bisa makan tidak
bisa sekolah. Padahal tidak sedikit dari keluarga tidak mampu tersebut
terdapat siswa-siswa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan,
kedepannya mereka dapat berubah tarap hidupnnya punya harkat dan
martabat yang lebih baik. Melihat kenyataan tersebut SMK Negeri 2 Subang
mencoba menawarkan satu program agar anak-anak tidak mampu
tersebut mendapatkan akses pendidikan melalui pembukaan kelas
wirausaha/mandiri.
Kelas Wirausaha/Mandiri adalah kelas untuk taruna atau siswa yang
kurang mampu. Para taruna diharapkan dapat membiayai dirinya sendiri
untuk proses pendidikan dan pelatihannya melalui kegiatan produksi
yang dilakukan semala proses pembelajaran. Taruna yang diterima melalui
jalur ini adalah taruna yang mempunyai kemauan untuk merubah
kehidupannya melalui bekerja keras, mempunyai motivasi ingin
meningkatkan kesejahteraan, dan diutamakan dari kalangan taruna
yang tidak mampu.
Proses pembelajaran di kelas wirausaha/industri mandiri dititikberatkan
pada kegiatan produksi pada masing-masing program studi keahlian.
Setiap program studi keahlian dapat memiliki lebih dari satu kegiatan
unit usaha, hal ini didasarkan pada customer need analysis. Taruna kelas
wirausaha/mandiri diseleksi berdasarkan minat dan bakat untuk masuk
pada satu kegiatan unit usaha.
Taruna yang telah masuk pada kegiatan unit usaha akan mendapatkan
jatah makan siang setiap harinya, dapat membayar uang sekolah dari
hasil kerjanya,dan menyisihkan sedikit setiap bulannya untuk uang
saku. Selain itu sekolah juga memiliki target untuk taruna yaitu setiap
taruna nantinya diharapkan memperoleh pendapatan dari kegiatan unit
usaha sekolah atau teaching factory sebagai berikut: untuk taruna kelas
X memperoleh pendapatan dari kegiatan produksi sebesar Rp 5.000,00
setiap hari, kelas XI memperoleh Rp 8.000 per hari dan kelas XII
memperoleh Rp 10.000,00 per hari.
Mekanisme pengaturan pelaksanaan pembelajaran siswa wirausaha/
mandiri tiga semester digunakan untuk pembelajaran normatif/adaptif
dan tiga semester untuk pembelajaran produktif.

48 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tabel.13
Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/Mandiri SMKN 2 Subang
Semester
1, 2
3, 4, 5
6

Kegiatan
Kegiatan ketarunaan dan normatif/adaptif
Kegiatan produktif (di plasma industri)
Kegiatan normatif/adaptif untuk persiapan UAN

Untuk program keahlian terntentu seperti pertanian karena kegiatan


produktifnya sangat tergantung kepada musim, maka pembagian
kegiatan belajar antara normatif/adaptif dan produktif lebih fleksibel,
kecuali untuk kegiatan ketarunaan dilaksanakan pada semester pertama
untuk semua kelas dan program keahlian.
Berikut adalah ilustrasi pengaturan pembelajaran untuk taruna yang
ada dikelompok teknologi yang sudah memiliki kontrak khusus dengan
mitra industri (PT Banshu).
1. Siswa atau taruna kelas wirausaha/mandiri menjadi tenaga kerja
utama plasma industri. Tiga semester melakukan kegiatan normatif/
adaptif di sekolah dan tiga semester melakukan kegiatan produktif di plasma industri. Selama kegiatan produktif tersebut siswa
melakukan pembelajaran sekaligus kegiatan produksi. Dari kegiatan
produksi inilah siswa mendapatkan pendapatan untuk membiayai
diri dan sekolahnya. Setelah tamat siswa atau taruna diproyeksikan
sebagai pekerja di PT Banshu Electric Indonesia selama tiga tahun
(tahun pertama status magang, tahun kedua status kerja kontrak
tahun pertama, tahun ketiga status kerja kontrak tahun kedua).
2. Selama tiga tahun berada di industri siswa akan mendapatkan
pendidikan dan pelatihan industri (minimal 6 kompetensi pekerja
industri). Setelah tiga tahun mereka akan dipasarkan ke berbagai
industri multi nasional.

c. Program Kelas Termediasi (Kelas Jauh)

Program kelas termediasi (kelas jauh) di SMK Negeri 2 Subang didasarkan


pada banyaknya jumlah lulusan SMP yang ada di desa-desa tidak bisa
melanjutkan sekolah disebabkan belum adanya sekolah yang tingkatnya
lebih tinggi, walaupun ada tapi jaraknya sangat jauh ditambah kondisi
jalan yang jelek, dan kondisi ekonomi yang masih rendah, sehingga
sebagian besar mereka adalah pemuda yang kalau sekolah tidak bisa
makan kalau bisa makan tidak bisa sekolah, Untuk itu mereka harus
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

49

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

sekolah sambil bekerja atau bekerja sambil sekolah tanpa harus meninggalkan desanya.
Kelas jauh (kelas termediasi) SMK Negeri 2 Subang adalah rombongan
belajar atau tempat belajar yang berada di luar sekolah SMK Negeri
2 Subang, berada di kecamatan atau daerah yang ada di lingkungan
Kabupaten Subang dan pengelolaannya dilakukan oleh wakil kepala
sekolah dari SMK Negeri 2 Subang yang mendapat Surat Keputusan
dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.
Kemampuan memberdayakan sumber daya serta menggerakan partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari program kelas termediasi.
Kelas termediasi cermin dari pendidikan yang sesungguhnya, karena
bisa mengatasi batasan-batasan yang selama ini justru mengungkung
hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Mereka belajar bisa dimana
saja, tidak tergantung gedung sekolah yang megah, mereka mengandalkan pemuka-pemuka masyarakat sebagai tenaga pendidik pada awalnya. Sebagai wahana praktikum mereka bisa terjun pada proyek-proyek
dari Dinas Pertanian, Dinas Perikanan maupuan aktivitas masyarakat setempat. Semua dilakukan dengan tidak mengorbankan standar pendidikan yang telah ditetapkan di Kelas Induk yaitu SMKN 2 Subang.

d. Program Pengembangan Teaching Factory

Program teaching factory merupakan terobosan SMKN 2 dalam upaya


meningkatkan pembelajaran produktif agar sesuai dengan standar
industri. Pengembangan teaching factory dilakukan dengan kerjasama
dengan jejaring atau mitra industri. Mitra industri mendirikan plasma
industri di SMK Negeri 2 Subang sebagai media untuk pembelajaran
produktif bagi siswa dan sekaligus kegiatan produksi dengan tenaga
kerja siswa SMKN 2 Subang. Pengembangan teaching factory ini memerlukan
upaya keras dari sekolah untuk meyakinkan kepada industri agar bersedia
mendirikan plasma industri di SMKN 2 Subang. Berikut adalah tahapan
dalam pengembangan teaching factory tersebut.
1. Tahap Awal
Semua berawal dari praktik kerja industri yang dilakukan oleh taruna
atau siswa SMK Negeri 2 Subang di PT. Banshu Elektrik Indonesia.
Upaya pemantapan dan penjajagan serius dilakukan untuk menarik
mitra industri ke sekolah dengan memberikan pembekalan kepada
siswa agar bekerja dengan motivasi tinggi. Sehingga pada tahap
ini diharapkan perusahaan akan memberikan penilaian yang sebaik
mungkin kepada siswa asal SMK Negeri 2 Subang.

50 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Dengan karakter siswa SMK Negeri 2 yang disiplin, sehat, kuat, dan
mudah beradaptasi, serta bukti yang ditunjukkan taruna atau siswa
saat melaksanakan praktik kerja di industri, timbul kepercayaan pihak
industri terhadap SMK Negeri 2 Subang. Sehingga pihak industri
meminta siswa untuk prakerin di PT. Banshu secara berkesinambungan
dan sepanjang tahun, dan pihak sekolah berusaha untuk memenuhi
kapan saja industri meminta taruna untuk prakerin.

Hasil keseriusan sekolah memenuhi permintaan perusahaan berdampak kepada semakin meningkatnya kepercayaan industri
kepada sekolah, kepercayaan itu ditunjukkan oleh perusahaan dengan menerima lulusan SMKN 2 Subang terutama taruna yang pernah
praktik kerja di PT. Banshu.

2. Tahap Uji Coba Plasma


Melihat disiplin, mental, kesehatan fisik serta keterampilan siswa selama melakukan praktik kerja di industri, pihak perusahaan mencoba
meningkatkan kerja sama dengan mendirikan plasma di SMK Negeri
2 Subang dengan sumber daya manusia alumni SMK Negeri 2 Subang
dan sebagian dari umum. Ini merupakan proses uji coba pelaksanaan
industri di Sekolah.

Dalam tahap uji coba ini ternyata hasil yang diperoleh belum
memenuhi standar yang diharapkan industri. Banyak kendala yang
dihadapi terutama kualitas sumber daya manusia yang kurang baik
sehingga berdampak kepada kualitas produk yang tidak sesuai
dengan persyaratan industri.

3. Tahap Penerapan Teaching Factory di Sekolah


Hasil dari evaluasi program pelaksanaan plasma di SMK Negeri 2 Subang
memberikan gambaran dan pemikiran baru bahwa sumber daya
manusia yang baik harus dipersiapkan, dididik, dan dilatih sesuai
dengan standar industri tetapi juga menjadi siswa SMKN 2 Subang.
Sejak tahun ajaran 2006-2007 maka dikelola kelas khusus industri
wirausaha/mandiri yang siswanya dari kalangan yang tidak mampu,
diberi kesempatan sekolah dengan memberikan fasilitas yang diperlukan
untuk sekolah berupa biaya sekolah dan tambahan lainnya. Kelas
wirausaha/mandiri inilah yang menjadi sumber daya manusia dalam
plasma industri.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

51

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tahun pelajaran 2007-2008 adalah tahun kedua pelaksanaan teaching


factory dengan pola pembelajaran inovatif. Pola pembelajaran disusun
sedemikian rupa agar siswa dapat belajar produksi sesuai dengan
standar industri, tetapi juga dapat tetap belajar sesuai dengan
persyaratan lainnya.
Pembelajaran dibagi menurut kontrak yang telah ditandatangani
sebagai berikut :
1. Tiga tahun pertama siswa akan berada di sekolah, dengan pola
pembelajaran produksi selama tiga semester di teaching factory
dan industri. Sedangkan tiga semester kedua akan berada di kelas
dan teaching factory berselang-seling.
2. Tiga tahun kedua siswa direkrut menjadi tenaga kerja di perusahaan
mengikuti pola perusahaan sebagai berikut : tahun pertama
sebagai tenaga magang atau training plus, tahun kedua menjadi
tenaga kontrak untuk tahun pertama, dan tahun ketiga menjadi
tenaga kontrak untuk tahun ke dua.
Sampai bulan Juni 2008, investasi PT. Banshu di SMK Negeri 2 Subang
berupa alat dan fasilitas pendukung di Teaching Factory sebesar
Rp 1,360 milyar. Sedangkan penerimaan (insentif, uang lauk pauk,
dan lembur) sebesar Rp 88,1 juta setiap bulannya.
Inti dari keberhasilan Teaching Factory adalah :
1. Pembentukan karakter siswa yang disiplin, sehat, kuat, dan
mudah beradaptasi sehingga mampu bersainga, melalui kegiatan
latihan dasar ketarunaan dan kegiatan lain yang menunjang.
2. Pendekatan secara intensif dan memberikan keyakinan kepada
industri bahwa sekolah dapat melakukan pekerjaan yang dituntut
industri.
3. Penanganan secara serius dan kerja cerdas tenaga pendidik dan
kependidikan serta team manajemen untuk memenehui keinginan
industri.
4. Usaha untuk selalu melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja.

e. Income Generating Unit

Terobosan lain yang dilakukan oleh SMKN 2 Subang adalah dalam hal
pembiayaan. Salah satu sasaran mutu SMK Negeri 2 Subang adalah
meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Selain itu sekolah juga memiliki target untuk siswa kelas mandiri agar mampu membiayai kegiatan pendidi-

52 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

kannya sendiri. Pencapain sasaran ini diharapkan diperoleh dari peningkatan kegiatan usaha yang dikembangkan di sekolah, bukan berasal
dari dana sumbangan orang tua siswa. Oleh karena itu masing-masing
program keahlian di dorong untuk mengembangkan unit usahanya.
Sistem pengelolaan unit usaha diserahkan kepada masing-masing program keahlian. Yang menarik dari pengembangan unit usaha ini, disatu
sisi siswa akan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
sekolahnya sementara disisi lain siswa dapat melakukan pembelajaran
produktif sesuai dengan standar industri. Hal ini yang akan membentuk
karakter atau profil lulusan SMKN 2 Subang relevan dengan kebutuhan
industri.
Sistem bagi hasil diterapkan dalam pengelolaan hasil usaha dari unit
produksi yang dikembangkan oleh SMKN 2 Subang. Berikut adalah ilustrasi
konsep bagi hasil usaha unit produksi restoran untuk Program Keahlian
Tata Boga.
A. Pendapatan dan Pengeluaran
Tabel.14
Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran SMKN 2 Subang
No

Uraian

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Penerimaan per Bulan

22,492,500.00

Pengeluaran per Bulan

Iuran SPP Bulanan Taruna

19 Orang

100,000.00

1,900,000.00

Honor Bulanan Guru

4 Orang

1,250,000.00

5,000,000.00

Cicilan Sepeda Motor per bulan

1 bulan

453,000.00

453,000.00

Cicilan Laptop per bulan

1 bulan

250,000.00

250,000.00

Pembelian bahan baku per bulan

1 bulan

7,823,526.00

7,823,526.00

Total Pengeluaran per Bulan

15,426,526.00

Sisa Saldo

7,065,974.00

B. Perkiraan hasil keuntungan


Perkiraan hasil yang didapatkan dari unit usaha jasa boga sebagai
berikut :
Pendapatan per bulan : Rp. 22.429.500,Pengeluaran per bulan : Rp. 15.426.526,
Rp. 7.065.974,Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

53

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

C. Pembagian hasil usaha


Hasil usaha dibagi untuk sekolah dan program keahlian.
Tabel.15
Pembagian Hasil Usaha SMKN 2 Subang
No

Bagian Besar

Presentasi
(%)

Sekolah

Program
Keahlian

60

40

Sub Bagian

Presentasi
(%)

Kesejahteraan karyawan sekolah

30

Pemeliharaan

20

Pengembangan usaha/penambahan modal

30

Pengelola

10

Pengelola
Program Keahlian
Kesra Program Keahlian

40

30
30

Total

100

D. Akuntabilitas Kegiatan
Kegiatan produksi dari unit usaha dikelola oleh masing-masing
program keahlian. Mekanisme pertanggungjawaban dilakukan secara berjenjang, di tingkat program keahlian yang menjadi penanggung jawab terhadap semua kegiatan dan pelaporan keuangan adalah pelaksana dimana proses montoring dan evaluasi dilakukan oleh
Ketua Program Keahlian. Di tingkat sekolah Ketua Program Keahlian
menjadi penanggungjawab kegiatan sementara proses monitoring
dan evaluasi dilakukan oleh tim monev sekolah. Dan akhirnya semua kegiatan sekolah harus dipertanggungjawabkan kepada stakeholders melalui komite sekolah.
E. Rencana Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha akan dilakukan setelah usaha jasa boga
menunjukan kemajuan yang berarti. Pengembangan bisa diarahkan
pada variasi jenis makanan yang dikelola, pembukaan cafe, pelayanan
terhadap tamu sekolah dan jasa catering untuk pelatihan yang diadakan
di sekolah.
54 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Rencana selanjutnya yang ingin dikembangkan adalah dengan


membagi hasil perolehan personal untuk diberikan/dibayarkan dan
disimpan sebagai tabungan yang akan diputarkan sebagai modal
usaha besarnya direncanakan 75 % diberikan : 25 % disimpan.
Sehingga pada akhirnya personal yang terkait dalam pengelolaan
jasa boga akan mendapatkan hasil usaha berupa persentase keuntungan dari modal yang diputarkannya dan pembagiannya akan
diberikan secara periodik.
Setelah simpanan yang menjadi hak personal pengelola akan diberikan
pada saat personal tersebut keluar, berhenti, meninggal dunia dan
atau yang bersangkutan menginginkan pengembalian modal tersebut.
Diharapkan tahun berikutnya, honor karyawan minimal dapat setara
dengan gaji golongan III Pegawai Negeri Sipil.
Usaha untuk mencapai target ini terus dilakukan dengan meningkatkan
kerja sama dengan industri lainnya agar menanam investasi di sekolah
dan sekolah menyediakan tenaga kerja terdidik sesuai dengan kebutuhan
industri.

3.3.4 Kapabilitas Inovasi


a. Strategi yang Dilakukan

SMKN 2 Subang pernah mengalami masa-masa sulit, untuk bertahan


dan akhirnya bangkit dari keterpurukan bukanlah hal yang mudah.
Berikut adalah strategi yang dilakukan SMKN 2 Subang untuk bangkit
dari keterpurukannya.
a) Kemampuan mendengarkan keinginan stakehlders
Kesadaran SMKN 2 Subang untuk mendengarkan kebutuhan dan
keinginan stakeholders nya mendorong untuk bangkit dari
keterpurukan dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai
berikut :
Re-engineering Mind Set, dengan menata ulang cara berpikir,
bersikap, dan bertindak para pendidik dan tenaga kependidikan
bahwa mereka diberi amanah untuk mengelola dan menyelenggarakan SMK agar tamatannya bisa bekerja sesuai bidangnya dengan
tingkat pendapatan yang layak serta mampu mengembangkan
dirinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Secara
keseluruhan kegiatannya meliputi :
1. memahami kondisi sekolah dan kebijakan pendidikan menengah
kejuruan
2. menumbuhkembangkan akseptabilitas individu dan tim kerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

55

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

3.
4.
5.
6.
7.
8.

menumbuhkembangkan kapabilitas individu dan tim kerja


menumbuhkembangkan akuntabilitas individu dan tim kerja
memahami kebutuhan pelanggan
memuaskan kebutuhan pelanggan
memberi akses dan kepuasan kepada semua
meningkatkan kompetensi dan pelayanan secara terus
menerus

Re-engineering Program Keahlian, upaya ini dilakukan untuk


memperbaiki citra SMKN 2 Subang dan untuk mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat.
1. mengalih-fungsikan Program Keahlian Mekanisasi Pertanian
menjadi Teknik Mekanik Otomotif (TMO);
2. membuka Program Keahlian Nautika Perikanan Laut (NPL),
Teknika Perikanan Laut (TPL), Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan Laut (TPHPL) pada tahun pelajaran 2001/2002
3. membuka Program Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak,
Elektronika Industri, Tata Boga, Tata Busana, Usaha Jasa Pariwisata
pada tahun pelajaran 2007/2008
4. mengembangkan SMK berbasis program keahlian 2006/2007
5. mengembangkan program keahlian berbasis pelanggan
2007/2008
6. mengembangkan program keahlian berbasis bisnis/wirausaha
2009/2010
b) Kemampuan untuk merespon dan menjawab dengan tepat keinginan
stakeholders
Keputusan SMKN 2 untuk menerpakan program ketarunaan salah
satunya adalah sebagai bentuk jawaban atas kebutuhan stakeholders
(institusi pasangan, DU/DI, orang tua siswa, masyarakat) yang mengharapkan calon tenaga kerjanya/anaknya/warganya yang sehat,
kuat, disiplin dan berbudaya (komunikasi/bahasa, tata krama/etika,
kemampuan komputer dan mengakses informasi, serta kemampuan
mengembangkan diri. Tidak berhenti sampai disitu, kemampuan
menjawab dengan tepat keinginan stakeholders juga harus diikuti
dengan pengendalian terhadap proses dan produk yang dihasilkan.
c) Kemampuan untuk membangun jejaring dan hubungan dengan mitra
industri
Keberhasilan SMKN 2 Subang tidak terlepas dari kemampuannya untuk
membangun jejaring operasional maupun strategisnya. Dengan bermodal jejaring ini sekolah mampu mewujudkan sesuatu yang mungkin
bagi sekolah lain mengharuskan adanya dukungan finansial yang cukup
56 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

besar. Keberhasilan program kelas jarak jauh misalnya tidak terlepas dari
bagaimana sekolah mampu meyakinkan siswa dan orang tua siswa untuk tetap sekolah dengan kondisi darurat, meyakinkan bagaimana
warga masyarakat bersedia mendukung pelaksanaan program
dengan mendonorkan semua sumber daya. Begitupun dengan
program pengembangan plasma industri di sekolah adalah bukti dari
kemampuan sekolah dalam membangun jejaring dan hubungan dengan
mitra industrinya. Dan stakeholders inilah yang pada akhirnya menuntun
dan mengarahkan sekolah pada arah pengembangan sekolah kedepannya.

b. Proses

Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000


Untuk penguatan tata kelola SMKN 2 Subang juga menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001-2000. Proses penerapan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) ISO 9001:2000 di SMK Negeri 2 Subang di awali dengan
pembentukan Steering Commite sekitar bulan Agustus 2007 dengan
jumlah anggota 25 orang, terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Manajemen
Mutu, para Wakil Kepala Sekolah, para Ketua Program Keahlian dan staf
perwakilan dari setiap program keahlian.
Dokumen mutu yang telah disusun terdiri dari Pedoman Mutu, Standar
Prosedur Operasional ( 7 SPO), Instruksi Kerja ( ada 24 IK ) dan Formulir
(ada 4 Form). Terdapat 14 unit kerja yang disertifikasi antara lain : unit
kerja Kepala Sekolah,TU, Waka Sekolah ,dan Program Keahlian. Untuk
program keahlian terdapat 18 program keahlian akan tetapi yang masuk
lingkup SMM ISO 9001:2000 baru 7 Program Keahlian yaitu : Budidaya
Tanaman, Budidaya Ternak, Budidaya Ikan Air Tawar, PPHP, NPL,TPL dan
TMO. Penerapan SMM ISO 9001 : 2000 dimulai tanggal 11 September
2007 dan sertifikasi diperoleh tanggal 22 Pebruari 2008.
Tidak jauh berbeda dengan SMKN 4 Malang dan SMKN 8 Makassar, bahwa
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 memungkinkan
sekolah untuk melakukan pemantauan pengukuran terhadap kepuasan
pelanggan (stakeholders sekolah), pemantauan terhadap proses dan
produk, pemantauan terhadap produk atau keluaran yang bermasalah
dan pelaksanaan audit internal. Jika tata kelola yang baik dipahami sebagai kepengelolaan atau kepengarahan yang baik, sebenarnya mempunyai kesamaaan dengan fungsi manajemen dan sistem operasi prosedur.
Kesamaannya adalah sama-sama sebagai strategi, cara atau metode
berkenaan dengan pencapain tujuan bersama bukan orang perorangan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

57

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Beberapa karakteristik yang melekat dalam praktik tata kelola yang baik
muncul dalam penerapan SMM di SMKN 2 seperti :
1. Tersedianya ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat
untuk berperan secara optimal sehingga memungkinkan adanya
sinergi diantara mereka dalam hal ini pelanggaran atau stake holder
lembaga pendidikan. Program kelas jarak jauh, pengembangan plasma industri bukti nyata dari sinergi semua stakeholders.
2. Hadirnya nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga
pendidikan dapat lebih efektif bekerja, seperti efisiensi, keadilan, dan
daya tanggap menjadi nilai yang penting disini. Program kelas jarak
jauh dan kelas wirausaha/mandiri menjadi satu contoh dari pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien.
3. Praktik tata kelola yang baik adalah praktik pemerintahan yang bersih
dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik
yaitu kepentingan pelanggaan pendidikan. Sistem akuntabilitas dari
pengelolaan unit usaha yang berjenjang bentuk pratik pengelolaan
kegiatan sekolah yang bersih serta berorientasi kepada kepentingan
stakeholders sekolah.

c. Sumber Daya Manusia

Kemampuan SMKN 2 Subang dalam menciptakan budaya dan iklim


sekolah yang kondusif telah membawa SMKN 2 Subang bangkit dari
keterpurukan. Penciptaan budaya dan iklim yang kondusif di SMKN 2
didukung adanya kepemimpinan yang mampu menetapkan visi dan
misi serta menyatukan semua komponen sekolah tetap pada visi dan
misinya. Berikut adalah upaya yang dilakukan oleh SMKN 2 Subang dalam mengoptimalkan peran dari setiap komponen dalam pencapaian
visi dan misi sekolah.
Menumbuhkembangkan Akseptabilitas
a) Menganggap Semua Pendidik dan Tenaga Kependidikan Baik
Langkah awal menumbuhkembangkan akseptabilitas adalah
dengan menganggap semua guru dan tenaga kependidikan baik.
Semuanya adalah warga sekolah yang memiliki tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Tidak ada orangnya kepala sekolah atau
bukan orangnya kepala sekolah, yang ada adalah tim manajemen
dan tim kerja program keahlian.
b) Menetapkan Kriteria Kinerja
Langkah kedua adalah menetapkan kriteria kinerja umum, yaitu
sebagai pembangun sekolah atau sebagai penghancur/perusak
sekolah. Hal ini sangat penting agar setiap individu tidak semaunya
sendiri, tetapi selalu bertanya pada diri sendiri apakah yang

58 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

dilakukan itu membangun sekolah atau menghancurkan sekolah.


Dengan demikian diharapkan tidak ada individu yang menjadi
beban sekolah tetapi semuanya menjadi aset sekolah.
c) Memilih Tim Manajemen
Langkah ketiga adalah mengembalikan semua proses pengelolaan
dan penyelenggaraan sekolah kepada seluruh warga sekolah
sesuai tugas pokok dan fungsinya. Hal ini dimulai dengan
pemilihan wali kelas oleh anggota tim, kemudian dilanjutkan
dengan memilih ketua program keahlian. Setelah itu baru
mengusulkan calon wakil kepala sekolah untuk dipilih oleh
forum (wakasek kesiswaan dari guru normatif, wakasek kurikulum
dari guru adaptif, serta wakasek fasilitas dan kerja sama industri
dari guru produktif ).
Pada awalnya banyak individu yang memilih temannya untuk melepas tanggung jawab, tetapi dalam perjalanannya terjadi proses
internalisasi tanggung jawab tim. Dalam proses ini akan diketahui tingkat kondusivitas tim kerja, apakah apatis-motivatif-atau
destruktif. Pada tahap ini peran kepala sekolah sangat penting
dan menentukan.
d) Pengembangan Profesi
Langkah keempat adalah mengusulkan peserta seleksi calon
kepala sekolah atau peserta yang akan mengikuti pendidikan
lanjutan. Setiap tim kerja mengusulkan kepada forum dan dipilih
oleh forum. Kepala sekolah berperan sebagai pengendali mutu,
penjamin mutu, dan penanggung jawab kegiatan tersebut.
e) Memilih dan Mengusulkan Guru Mata Pelajaran
Setelah berlangsung selama 4 tahun (2 periode ketua program
keahlian) dilakukan pelimpahan wewenang penentuan guru
mata pelajaran dari kepala sekolah kepada ketua program
keahlian. Sejak Tahun Pelajaran 2006/2007 Ketua program keahlian
memilih guru mata pelajaran berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan selama ini. Proses ini memberi gambaran
adanya guru mata pelajaran yang dipilih oleh beberapa program
keahlian dan adanya guru yang tidak dipilih oleh program keahlian
manapun. Selanjutnya kepala sekolah menindaklanjuti hasil
tersebut untuk pembinaan dan penghargaan staf.
Selain itu proses tersebut juga memotivasi setiap individu untuk
memenuhi standar kinerja minimalnya (sasaran mutu program
keahlian, sasaran mutu sekolah, kesepakatan dengan institusi
pasangan). Dengan demikian diharapkan kondisi ini akan
mengokohkan proses demokratisasi yang bertanggung jawab
sebagai pertanggungjawaban yang memilih dan yang dipilih.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

59

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Menumbuhkembangkan Kapabilitas
a) In House Training dan Workshop
Selama proses akseptabilitas berlangsung sekolah secara bertahap
juga meningkatkan kapabilitas seluruh pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap kebijakan pemerintah, filosofi dan konsep
dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK), penyusunan kurikulum
implementasi standar industri/profesi/nasional/internasional,
implementasi kurikulum di sekolah dan di industri, pengembangan
KBK, sistem pelayanan administrasi pendidikan KBK, motivation
training, dan team building. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan
dalam in house training (IHT) setiap akhir tahun pelajaran selama
enam hari efektif.
Hasil IHT ditindaklanjuti dengan workshop di setiap program
keahlian selama enam hari. Materinya adalah mendeskripsikan
berbagai kesepakatan IHT dalam sasaran mutu dan action plan
program keahlian, serta menyusun program kerja guru mata
pelajaran secara terpadu. Dengan demikian selama dua minggu
setiap program keahlian telah memiliki program kerja dan KTSP
sesuai kesepakatan dengan institusi pasangannya masing - masing.
b) Rapat Tim Manajemen
Rapat Tim Manajemen dilaksanakan setiap hari senin yang diikuti
oleh para wakasek dan para Ketua Program Keahlian. Rapat
dipimpin oleh kepala sekolah atau wakasek sesuai bidangnya.
Setiap hari Senin minggu pertama dilaksanakan bersama Komite
Sekolah dan Koordinator BP/BK serta dipimpin langsung oleh
kepala sekolah. Rapat ini merupakan wahana monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan di masing-masing program keahlian
serta penyampaian informasi terkini yang hasilnya digunakan
sebagai bahan rapat di tingkat program keahlian.
c) Rapat Kerja Program Keahlian
Rapat kerja di program keahlian dilaksanakan minimal sebulan
dua kali dengan materi hasil rapat kerja tim manajemen, hasil
monitoring dan evaluasi mata pelajaran, laporan perkembangan
taruna, serta tindaklanjut yang akan dilakukan oleh masingmasing anggota tim. Rapat dipimpin oleh ketua program
keahlian atau anggota lainnya sesuai masalah yang dibahas.
d) Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Pendidikan
Magang, sertifikasi, dan studi lanjutan bagi guru/teknisi/staf
administrasi adalah merupakan penghargaan bagi kinerja yang
bersangkutan. Proses seleksi dilakukan di tingkat program
keahlian dan hasilnya dibahas dalam rapat tim manajemen.
60 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Hasilnya ditetapkan dan diusulkan oleh kepala sekolah sedangkan


proses monitoring dan evaluasinya dilakukan oleh ketua program
keahlian masing-masing kecuali studi lanjutan oleh kepala sekolah.
Mengembangkan Akuntabilitas Individu dan Tim Kerja
a) Akuntabilitas Kebijakan dan Program
Proses menumbuhkembangkan akseptabilitas dan kapabilitas
individu dan tim kerja telah menggambarkan : i) bagaimana
peran dan tanggung jawab individu, ii) bagaimana ketua program keahlian mengelola aspirasi, kebijakan, dan keputusan, iii)
bagaimana wakil kepala sekolah memfasilitasi kebutuhan sekolah
dan program keahlian, bagaimana kepala sekolah meyakinkan
seluruh komponen dan stake holder tentang sistem pengelolaan
dan penyelenggaraan sekolah, bagaimana kepala sekolah
memfasilitasi setiap kebijakan dan program yang telah ditetapkan,
serta bagaimana kepala sekolah mencari peluang pasar bagi
pengembangan sekolah. Semuanya menunjukkan akuntabilitas
kebijakan dan program yang dilakukan sekolah.
b) Akuntabilitas Pendayagunaan Sumber Daya
Akuntablitias dalam pendayagunaan sumber daya tidak hanya
memerlukan kebenaran administrasi akan tetapi juga niat baik
untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pendayagunaan
sumber daya tersebut. Untuk itu diperlukan sistem monitoring
dan evaluasi serta sistem pertanggungjawaban secara berjenjang.
Pelaksanaan kegiatan di program keahlian tanggung jawab tingkat pertamanya berada di pelaksananya sedangkan monitoring dan
evaluasi tingkat pertama menjadi tanggung jawab ketua program keahlian. Secara internal mekanisme tersebut harus efektif
dan terukur. Kegiatan di program keahlian akan dipertanggungjawabkan ditingkat sekolah dan kepada stakeholders melalui
komite sekolah.
c) Akuntabilitas Spiritual
Pada akhirnya semuanya kembali kepada individu dan tim kerja
terhadap pertanggungjawabannya kepada Allah SWT. Pada tahap
ini kecerdasan spritual individu dan tim kerja sangat menentukan.
Untuk itu diperlukan ESQ Training secara berkala bagi seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan agar dapat menjadi teladan
dalam pengelolaan dan penyelengaraan sekolah. Tahun Diklat
2007/2008 sekolah mulai menyelenggarakan achievement
motivation training (AMT) dan diharapkan terus berlanjut dengan
kualitas penyelenggaraan yang terus ditingkatkan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

61

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

d. Teknologi

Pengembangan sistem menajemen mutu di SMKN 2 Subang, membutuhkan dukungan dari pengembangan sistem berbasis IT dan website.
Saat ini sekolah sedang mengembangkan sebuah sistem informasi
manajemen yang dirancang khusus sebagai alat bantu pengelolaan
manajemen sekolah baik manajemen administrasi, pembelajaran, dan
keuangan. Sistem informasi manajemen tersebut meliputi :
1. EMIS (Education Management Information System) atau Sistem Informasi Manajemen Pendidikan/sekolah, yang terdiri dari :
a) SAS (Sistem Administrasi Sekolah) digunakan untuk pengelolaan
administrasi siswa (data pokok, kehadiran, nilai, prestasi),
pendidik (data pokok, pangkat golongan, pendidikan, keahlian,
tugas mengajar) dan tenaga kependidikan (data pokok, pangkat
golongan, pendidikan, dan tugas).
b) SFS (Sistem Fasilitas Sekolah) digunakan untuk pengelolaan fasilitas
sekolah (bangunan, peralataan, dan infrastruktur)
c) SPS (Sistem Pembelajaran Sekolah) untuk pengelolaan pembelajaran
(inventory, modul, dan multimedia).
d) Pembelajaran jarak jauh antara sekolah induk dan kelas termediasi
(multi kampus).
e) Sistem informasi perpustakaan sebagai pendukung sistem
pembelajaran sekolah.
2. FMIS (Financial Management Information System) atau Sistem Informasi
Keuangan Sekolah) yang terdiri dari :
a) SKR (Sistim Keuangan Rutin) untuk pengelolaan anggaran rutin
(APBD, SPP, UP).
b) SKP (Sistim Keuangan Pengembangan) untuk pengelolaan
anggaran pengembangan SMK SBI-INVEST (ADB dan Pemerintah).
3. PMIS (Project Management Information System) atau Sistem Informasi
Manajemen Proyek.
Sistem PMIS ini digunakan sebagai alat bantu pengelolaan pengembangan SMK SBI-INVEST. PMIS berbasis website juga merupakan
muara dan kompilasi dari EMIS dan FMIS yang dirancang untuk memudahkan pengguna mengakses data dan informasi SMK SDB-INVEST secara online dan memanfaatkannya sesuai dengan tugas dan
fungsi penggunanya. PMIS diharapkan sebagai media koordinasi
dan komunikasi antara institusi yang terkait dengan pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi pengembangan SMK ADB-INVEST. Dengan
pengembangan sistem berbasis IT diharapkan akan sangat membantu pelaksanaan sistem manajemen mutu sekolah, disamping tentunya
seni diharapkan bisa membantu sekolah dalam mewujudkan visi dan
misinya di samping

62 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

e. Pengukuran (Measurement)

Dengan adanya program-program inovasi yang dilakukan SMKN2


Subang, telah memberikan dampak manfaat nyata bagi siswa dan
masyarakat pada umumnya. Program kelas termediasi dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan. Ini berarti permasalahan askes terhadap pendidikan khususnya pendidikan menengah telah mendapatkan
solusinya.
Tabel.16
Perkembangan Kelas Termediasi SMKN 2 Subang

Tahun Ajaran
2004/2005

Nama Kelas Jauh


Miftahul Ridwan
Al Falah
Al Hidayah
Ukil Ardli

Lokasi-Kecamatan
Kelapa Bueruem -Cisalak
Kasomalang- Cisalak
Muncul-Pagaden
Kumpai - Cijambe

Jumlah
2005/2006

Miftahul Ridwan
Al Falah
Al Hidayah
Ukil Ardli

Miftahul Ridwan
Al Falah
Al Hidayah
Ukil Ardl
Caracas

1. Miftahul Ridwan
2. Al-Fallah
3. Alhidayah
4. Ukir Ardi
5. Caracas
6. Binong
7. Legon kulon
8. Cibogo
9. Cisampih
10. Cikaum
11. Ciasem
12. Tanjung Siang.

Jumlah

1
1
1
1
4

Kelapa Bueruem -Cisalak


Kasomalang- Cisalak
Muncul-Pagaden
Kumpai Cijambe
Caracas - Cipeunduey

Jumlah
2008/2009

1
1
1
1
4

Kelapa Bueruem -Cisalak


Kasomalang- Cisalak
Muncul-Pagaden
Kumpai - Cijambe

Jumlah
2006/2007

Junmlah

1
1
1
1
1
5

Kelapa Bueruem -Cisalak


Muncul-Pagaden
Kasomalang-Cisalak
Kumpai- Cijambe
Caracas Cipeunduey
Binong
Legon kulon
Cibogo
Cisampih
Cikaum
Ciasem
Pasanggarahan-Tanjung Siang

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

63

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tahun Ajaran
2008/2009

Nama Kelas Jauh

Lokasi-Kecamatan

1. SMK Cisalak
2. SMK Cikaum
3. SMK Patok Beusi
4. SMK Binong
5. SMK Legon kulon
6. SMK Cibogo
7. SMK Cisampih
8. SMK Cikaum
9. SMK Ciasem
10. SMK Kasomalang
11. SMK Cijambe

Junmlah

Kelapa Bueruem -Cisalak


Muncul-Pagaden
Patok Beusi Patok Beusi
Binong
Legon kulon
Cibogo
Cisampih
Cikaum
Ciasem
Tanjung Siang
Cijambe

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Jumlah
2006/2007

1. SMK Cisalak
2. SMK Cikaum
3. SMK Patok Beusi
4. SMK Binong
5. SMK Legon kulon
6. SMK Cibogo
7. SMK Cisampih
8. SMK Ciasem
9. SMK Kasomalang
10. SMK Cijambe
11. SMK Pagaden Timur
12. SMK Pagaden

Kelapa Bueruem -Cisalak


Cikaum-Cikaum
Patok Beusi Patok Beusi
Binong
Legon kulon
Cibogo
Cisampih
Ciasem
Tanjung Siang
Cijambe
Pagaden
Pagaden

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Jumlah

12

Sumber : SMKN 2 Subang

Tabel . 17
Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang

Keterserapan

No

Tahun
Akademik

Jumlah
Lulusan

Bekerja

Wiraswasta

TNI/Polri

ke PT

Tidak ada Info

2005/2006

114

93

16

114

2006/2007

214

90

65

15

36

213

2007/2008

278

134

86

10

13

35

278

2008/2009

301

167

77

11

37

301

Sumber : SMKN 2 Subang

64 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Jumlah

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Dari tabel keterserapan lulusan SMKN 2 Subang di atas, mulai tahun


ajaran 2006/2007 sampai tahun ajaran 2008/2009 lulusan yang terserap
dalam dunia kerja mempunyai kecenderungan terus menaik. Dan yang
menarik adalah persentase lulusan yang berwirausaha relatif cukup
besar, hal ini menunjukkan bahwa SMKN 2 mampu mengatasi tantangan besar yang di hadapainya. Program kelas jarak jauh, kelas wirausaha/mandiri meskipun dengan segala keterbatasan sumber daya akan
tetapi mampu menghasilkan output yang dapat terserap dalam pasar
kerja dan juga mampu menciptakan peluang kerja sendiri.
Sementara itu dengan pengembangan pembelajaran berbasis
wirausaha juga telah mengahasilkan nilai usaha yang cukup membanggakan seperti terlihat dalam tabel di bawah.
Tabel .18
Jenis Usaha dan Nilai Usaha di Tiap Unit Kerja SMKN 2 Subang
No

Program Keahlian

Jenis Usaha

Volume Usaha

Nilai Usaha

BIAT

Pembenihan ikan

12000 m2

25 juta/periode

Budidaya Tanaman

Tanaman Sayuran
Tan Hias dan Buah

1 ha
100 tan/periode

48 juta/periode
2 juta/periode

Budidaya Ternak

Pembibitan Ternak
sapi

9 ekor

18 juta/periode

Budidaya Ternak

Bd. Ternak unggas

2500 ekor

35 juta/periode

Pengolahan Hasil
Pertanian Pangan

Sari Buah Nenas

3600 cup

3,6 juta/bln

Tata Boga

Katering

7800 porsi

35 juta/bln

Teknik Mekanik
Otomotif

Wiring Harness

144.000 pct

88,1 juta/bln

Sumber : SMKN 2 Subang

3.3.5 Kesinambungan Program

Keberlanjutan inovasi membutuhkan komitmen yang tinggi dari pihak


SMKN 2 Subang untuk tetap istiqomah pada visi dan misi awal. Konsistensi
dalam memastikan jalannya proses sesuai dengan rencana atau bagaimana
SMK meningkatkan kualitas layanan dan tingkat produknya sangat
dibutuhkan. Untuk itu perlu mekanisme dalam hal memantau, mengavaluasi
dan melakukan langkah perbaikan secara berkelanjutan. Pelaksanaan
mekanisme ISO untuk menjamin kualitas menuntut profesionalisme dari
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

65

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

sumber daya manusia yang ada. Tingkat aktivitas pekerjaan yang semakin
tinggi yang harus dihadapi oleh manajemen SMK dalam menghadapi
pekerjaan seperti rutinitas sekolah (kewajiban mengajar), memastikan
mekanisme ISO berjalan dan pengelolaan aktivitas unit pelayanan jasa
menyebabkan waktu menjadi sumber daya yang langka dan tekanan yang
tinggi bagi pihak pengelola. Peningkatan pada aktivitas diharapkan berjalan
seiring dengan peningkatan manfaat dari semua pihak yang terlibat sehingga
keberlanjutan program dapat terjamin.

66 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 4
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN
INOVASI SMK
4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan Pendidikan
Nasional
Seluruh kebijakan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional tidak terlepas dari reformasi kerangka hukum bidang pendidikan,
yang diawali oleh amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 sampai pada tahun
2002. Melalui amandemen UUD 1945 pendidikan tidak hanya sekedar hak warga
negara akan tetapi telah menjadi hak azasi manusia. Untuk menjamin hak setiap
warga negara dan hak azasi manusia atas pendidikan, Pemerintah diamanatkan
untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
Demi terlaksananya sistem tersebut, negara diamanatkan untuk memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Semangat reformasi pendidikan telah menginspirasi Kementerian Pendidikan
Nasional untuk mengambil berbagai kebijakan terobosan yang mendasar dan
berskala massal selama periode tahun 2005-2008 yang diharapkan akan berdampak
besar pada peningkatan dan pemerataan akses, mutu, relevansi, dan daya saing
serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan yang merupakan
tiga pilar pembangunan pendidikan nasional. Sebelas kebijakan terobosan
berskala massal yang telah diambil selama kurun waktu 2005-2008, adalah sebagai
berikut :
1. Pendanaan Massal Pendidikan
2. Peningkatan Kualifikasi dan Sertifikasi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
secara Massal
3. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara Massal untuk
e-Pembelajaran dan e-Administrasi
4. Pembangunan Prasarana dan Sarana Pendidikan secara Massal
5. Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Pendidikan secara Massal
6. Reformasi Perbukuan secara Massal
7. Peningkatan Mutu dan Daya Saing Pendidikan dengan Pendekatan Keomprehensif
8. Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK : SMA
9. Otonomisasi Satuan Pendidikan
10. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendidikan Non-Formal dan Informal untuk
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

67

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Menggapai Layanan Pendidikan kepada Peserta Didik yang Tak Terjangkau


Pendidikan Formal
11. Penguatan Tata kelola, Akuntabilitas dan Citra Publik Pendidikan dengan
Pendekatan Komprehensif.

4.2 Peran Pemerintah Daerah


Melihat peran strategis SMK ke depan, perbaikan rasio SMK : SMA menjadi salah satu
terobosan kebijakan pendidikan nasional. Dalam upaya mendorong pengembangan SMK, Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan kebijakan dan pelaksanaan program pengembangan SMK dalam keranga tiga pilar pendidikan nasional,
yaitu:
1. Perluasan akses pendidikan
Kebijakan membalik rasio SMK : SMA menjadi 70:30 di tahun 2015. Dalam upaya
membalik rasio tersebut berbagai program telah dilaksanakan yaitu :
Penambahan USB SMK
Peningkatan proporasi alokasi anggaran untuk SMK
Ekstensifikasi dan intesifikasi penyelengaraan pendidikan kejuruan melalui
SMK besar, SMK jarak jauh, SMK di daerah perbatasan, SMK kecil di daerah
terpencil.
Menumbuhkan minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki paradigma dan persfektif baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif jalur
pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
Kebijakan dilakukan antara lain dengan:
Pengembangan fasilitas pada SMK-SMK misalnya fasilitas laboratorium praktik kerja yang up to date.
Mengembangkan kerja sama dalam ikatan kemitraan dengan dunia usaha/
industri, seperti pengembangan teaching factory.
Penerapan MBS dalam penyelengaraan sekolah
3. Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik
Peningkatan tata kelola dilakukan dengan adanya penjaminan mutu pekerjaan
manajerial dan administratif melalui sertifikasi ISO 9001-2000.
Di tingkat pusat berbagai kebijakan pengembangan SMK sudah dilakukan dengan berpedoman kepada tiga pilar pembangunan pendidikan nasional. Akan
tetapi di tingkat daerah, semua kebijakan di atas belum tentu terimplementasikan dengan baik. Peran Pemda, melalui Dinas Pendidikan, menjadi sangat penting karena sering kali jangkauan pusat tidak sampai ke daerah secara
optimal.
68 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

4.2.1 Peran Pemerintah Kota Malang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum


1. Perda Tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan
Sejalan dengan kaidah otonomi dan desentralisasi di berbagai
kehidupan dan sektor pembangunan, pusat pengambilan keputusan
pengelolaan pendidikan juga makin tersebar ke tingkat daerah,
masyarakat, dan akhirnya satuan-satuan pendidikan. Pengelolaan
pendidikan sebagaimana dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 20002004, menjadi lebih berbasis daerah, masyarakat, dan sekolah (local,
community, and school based management).

Berpedoman kepada seluruh peraturan perundang-undangan yang


berlaku tersebut, maka ditetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem
Penyelenggaran Pendidikan, yaitu Perda Malang No. 13 Tahun 2001.
Dalam Perda tersebut diatur antara lain:
Anggaran pendidikan. Pasal 11 ayat (1) menyatakan: Pemerintah
Kota berkewajiban mengalokasikan sekurang-kurangnya 10%
dari APBD untuk pembangunan sektor pendidikan.
Keterjaminan sumberdaya pendidikan. Pasal 14 ayat (5) menyatakan: Harta benda bergerak dan atau tidak bergerak yang merupakan prasarana dan atau sarana pendidikan tidak dapat dialihfungsikan selain untuk pendidikan.
Peran serta masyarakat. Pasal 15 ayat (1) menyatakan: Masyarakat
berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Kerjasama dengan dunia usaha. Pasal 15 ayat (2) menyatakan: Pemerintah Kota bertanggungjawab mendorong dan/atau mengatur kerjasama saling menguntungkan dengan dunia usaha dan
dunia pendidikan.
Pengendalian mutu pendidikan. Pasal 20 ayat (1) yang
menyatakan: Terhadap satuan pendidikan dilakukan pembinaan dan pengendalian baku mutu pendidikan.

2. Perda Kota Malang No.13/2001 telah direvisi menjadi Perda No.3


Tahun 2009 tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 32
Perda No.3/2009 menyatakan bahwa anggaran untuk pendidikan harus
dianggarkan minimal 10% dari belanja daerah, di luar gaji pegawai
dan pembiayaan pendidikan tinggi politeknik. Hal ini menunjukan
adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Malang untuk
pengembangan pendidikannya.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

69

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Tabel.19
Alokasi APBD untuk Pendidikan Kota Malang
Tahun

APBD Pendidikan

Total

2007

212.876.236.926,08

649.952.517.958,55

32,75

2008

253.420.507.155,12

756.081.751.567,41

33,52

2009

266.877.762.900,41

784.042.598.314,90

34,04

3. PSB Online
Latar belakang dari pelaksanaan Penerimaan Siswa Baru (PSB) online
adalah agar hasil penyaringan siswa baru lebih cepat, mudah akurat
dan transparan dan murni berdasarkan DANUN (daftar nilai ujian
nasional). Dengan PSB online, jumlah penerimaan siswa di suatu
sekolah dapat dipantau guna menghindari keributan dan provokasi
kekosongan bangku. Selain itu, PSB online juga dapat menghindari
terjadinya pencabutan berkas pendaftaran oleh calon siswa yang
mendaftar di sekolah-sekolah. Dengan sistem ini, masing-masing
siswa hanya dapat diterima di satu pilihan saja.
4. Dewan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat
yang memadai. Untuk memperoleh dukungan tersebut, langkah
alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menumbuhkan
keberpihakan konkret dari semua lapisan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Keberpihakan konkret
ini disalurkan secara politis menjadi suatu gerakan bersama dalam
wadah berupa Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan dibentuk
melalui Keputusan Walikota Malang.
Tugas Pokok Dewan Pendidikan adalah:
Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Mendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
Mengontrol (contolling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan keluaran pendidikan.
70 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sebagai mediator antara Pemerintah dan DPR Kota Malang dengan


masyarakat di bidang pendidikan.
Fungsi Dewan Pendidikan adalah:
Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan bermutu.
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, masyarakat, pemerintah,
dan DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan
bermutu.
Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masyarakat.
Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
Pemerintah Kota atau DPRD mengenai kebijakan dan program
pendidikan, kriteria kinerja daerah di bidang pendidikan, kriteria
tenaga pendidikan, fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan pendidikan.
Mendorong partisipasi orang tua dan masyarakat guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.
Unsur keanggotaan Dewan Pendidikan terdiri dari unsur-unsur
masyarakat yang dapat berasal dari:
LSM bidang pendidikan
Tokoh masyarakat
Tokoh pendidikan
Yayasan penyelenggara pendidikan
Organisasi profesi pendidikan
Komite Sekolah
Orang tua peserta didik
Unsur lain yang dianggap penting
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK
1. Pengembangan Kota Vokasi
Kebijakan umum Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tahun 2005 2009 diantaranya adalah berupa perluasan dan pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis
dan jenjang pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kemdiknas, peningkatan
Akses pendidikan di tingkat menengah akan lebih ditekankan pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana pada tahun 2010
perbandingan SMK-SMA adalah 60%:40%. Berangkat dari kebijakan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

71

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

diatas, pada tahun 2007 Direktorat Pembinaan SMK mendorong


dan mengapresiasi pertumbuhan SMK yang ada di wilayah tersebut
dengan menggulirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada
pertumbuhan peserta didik di daerah. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk Program Imbal Swadaya
Pengembangan Kota Vokasi. Kota Vokasi adalah suatu daerah/
wilayah yang memiliki kemampuan besar untuk menjadi pusat
pembelajaran kejuruan, penyedia tenaga kerja berkualitas dan pusat
produksi barang dan jasa.
Program ini merupakan bentuk penghargaan bagi Kabupaten/Kota
yang berhasil dalam pengembangan pendidikan menengah kejuruan sesuai Road-Map Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2006-2010.
Program pengembangan kota vokasi ini merupakan program rintisan (pilot project) dengan menekankan pada pelaksanaan Teaching
Factory, dimana Teaching Factory merupakan suatu instalasi yang
dapat digunakan untuk pembelajaran siswa dengan melakukan
perakitan produk atau pelayanan jasa lainnya. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih meningkatkan kemampuan kewirausahaan para siswa
SMK. Pelaksanaan program ini melibatkan unsur Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan masyarakat,
dengan memberdayakan komunitas-komunitas usaha kecil dan industri serta dengan mengembangkan kejuruan berbasis sektoral
perekonomian wilayah kabupaten/kota (seperti teknologi, pertanian, pariwisata, dan lainnya).
Kota Malang menjadi salah satu Kota Vokasi dari empat Kota Vokasi
di Indonesia pada tahun 2007. Ketiga Kota lainnya adalah Bandung,
Yogyakarta dan Surakarta. Sebagai kota vokasi Malang telah memiliki
infrastruktur yang memadai untuk pengembangan sekolah kejuruan.
Di Kota Malang telah dibangun gedung vokasi sebagai pusat pembelajaran produktif bagi semua SMK di Malang. Hal ini merupakan salah
satu dorongan dari pemerintah kota dalam pengembangan SMK di
Kota Malang. Di gedung vokasi tersebut terdapat laboratorium
perakitan komputer dan laptop bekerjasama dengan Zyrex, bengkel
dan perakitan otomotif, dan laboratorium animasi. Infrastruktur lain
yang mendukung pengembangan SMK di Kota Malang antara lain
adalah ICT-Center di SMKN 4 Malang, laboratorium multimedia di
SMKN 5, Edotel di SMKN 2 Malang dan masih banyak lagi.
Pengembangan kota vokasi diharapkan mampu mensinergikan
seluruh sumberdaya kejuruan sehingga tercipta pertumbuhan
72 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

ekonomi yang berkesinambungan dan mengurangi pengangguran.


Dengan terwujudnya dukungan, perhatian dan kerjasama yang baik
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Kabupaten/kota serta dunia
usaha/dunia industri sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing pihak, diharapkan Program Pengembangan Kota
Vokasi dapat direalisasikan dan masyarakat mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya.
Tabel . 20
Rasio SMK:SMA Kota Malang
Tahun

SMA

SMK

Total

%SMA

%SMK

2006/2007

18.909

15.863

34.772

54,38

45,62

2007/2008

17.406

18.587

35.993

48,36

51,64

2008/2009

16.459

23.995

40.454

40,69

59,31

4.2.2 Peran Pemerintah Kota Makassar

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum


Kebijakan dan program yang dilakukan Pemerintah Kota Makassar selaras dan merupakan pengejewantahan dari kebijakan pendidikan di
tingkat pusat. Dari tiga pilar kebijakan pendidikan nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, penekanan pengembangan
kebijakan Pemerintah Daerah dilakukan pada aspek perluasan dan pemerataan akses pendidikan. Jika di tingkat nasional kebijakan pendanaan
massal dilakukan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Program BOS Buku, program Bantuan Khusus Murid (BKM), program
Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dan program beasiswa
pelajar/beasiswa, maka Pemerintah Daerah dalam hal ini meluncurkan
sebuah program penyelenggaraan pendidikan gratis di Provinsi Sulawesi Selatan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan No. 4 Tahun 2009. Program sekolah gratis tersebut berbentuk:
Program biaya pendidikan bagi peserta didik yang sekolahnya memperoleh bantuan penuh pembiayaan;
Program subsidi biaya pendidikan bagi peserta didik yang sekolahnya memperoleh bantuan tidak penuh atau sebagian;
Program beasiswa pendidikan bagi peserta didik berprestasi yang
berasal dari keluarga tidak mampu.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

73

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Sebagai contoh implementasi lainnya, berdasarkan Perda tersebut,


Walikota Makassar mengeluarkan Keputusan Walikota Makassar No.
421.2/366/Kep/IV/09 yang menetapkan sekolah penyelenggara rintisan
sekolah bersubsidi penuh (Sekolah Gratis) tingkat sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama dinas pendidikan kota Makassar.
Sasaran penyelenggaraan pendidikan gratis adalah jalur pendidikan
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang terdiri atas
SD, SMP, SMPLB, SMA/SMK. Tata laksana penyelenggaraan pendidikan
gratis di Kota Makassar berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kota dengan sumber pembiayaan yang berasal
dari kedua belah pihak (dialokasikan dalam APBD), dukungan dunia
usaha, masyarakat dan sumber lain yang tidak mengikat. Komponen
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan gratis meliputi biaya kegiatan
proses belajar mengajar yang mencakup, biaya operasional, pemeliharaan,
ekstrakurikuler, insentif pendidik dan tenaga kependidikan.
Pada tahun 2007 program ini dimulai dengan memberikan bantuan
pada 15 SD dengan jumlah siswa 3.810 dan 3 SMP dengan jumlah siswa
860 di Makassar. Bantuan ini berlanjut hingga tahun 2009 hingga mencapai 128 SD dengan jumlah siswa 35.519, 7 SMP dengan jumlah siswa
3.280 dan 2 SMA dengan jumlah siswa 696. Pada tahun 2010 direncanakan program akan mencakup SMK.
Selain itu, Pemerintah Kota Makassar juga mengeluarkan Peraturan Daerah
No. 3 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan pendidikan, yang didalamnya
mengatur beberapa kewajiban yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat, termasuk perihal pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan tenaga pendidikan, kurikulum lokal, buku
pelajaran, peralatan pendidikan, tanah gedung atau bangunan serta pemeliharaannya, dan penyelenggaraan kurikulum nasional. Pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan penerapan manajemen
berbasis sekolah (MBS) memberikan otonomi atau kemandirian kepada
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Daerah. Dalam usaha peningkatan mutu, peraturan ini
mendukung optimalisasi peran dan pemberdayaan gugus sekolah,
kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
serta Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan partisipasi masyarakat
dalam bentuk Komite Sekolah.

74 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Berikut adalah alokasi APBD Pemerintah Kota Makassar untuk sektor


pendidikan yang terus mengalami kenaikan:
Tabel.21
Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar
(dalam milyar)
No

2005

2006

2007

2008

2009

Pendapatan

Uraian

595.73

821.89

920.97

1082.84

1197.74

Belanja

618.02

848.66

949.47

1190.99

1306.67

Pembiayaan

22.22

26.76

28.5

108.15

108.92

Sisa Lebih

Anggaran

126,92

151,3

307.24

400.27

471.90

%APBD

20.54

17.83

32.36

33.61

36.11

Sumber : BAPPEDA Kota Makassar

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK


Kebijakan dan program pendidikan Pemerintah Kota Makassar yang
ditujukan untuk mendorong pengembangan SMK baru sebatas
mengikuti arahan kebijakan pusat terkait sebelas kebijakan terobosan
berskala massal yang telah dijalankan oleh Kemdiknas. Salah satu
diantaranya adalah terkait perbaikan rasio peserta didik SMK : SMA.
Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi
pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Langkah yang diambil untuk mendukung kebijakan tersebut adalah
dengan mempermudah ijin SMK dan menekan izin operasional SMA.
Tabel. 22
Rasio Jumlah SMK: SMA Kota Makassar Tahun 2005 -2009
No

Tahun

SMK
Neg

Swasta

Jumlah

SMA
Neg

Swasta

Jumlah

Rasio
SMK:SMA

2005

53

61

20

84

104

37:63

2006

57

65

20

84

104

38:62

2007

63

71

21

84

105

40:60

2008

67

75

22

85

107

41:60

2009

81

90

22

88

110

45:55

Sumber : Kementerian Pendidikan Kota Makassar

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

75

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Kondisi dan lingkungan terutama geografi dan ekonomi mendukung Kota


Makassar untuk menjadi salah satu pusat pengembangan pendidikan dikawasan
timur. Aktivitas perekonomian yang tinggi terutama yang ditunjang oleh
sektor perdagangan, perhotelan dan restoran mendorong kebutuhan dan
permintaan tenaga kerja disektor ini. Hal ini kemudian akan memberikan
kesempatan pada institusi pendidikan yang dapat menawarkan kebutuhan
akan tenaga kerja disektor perdagangan, perhotelan dan restoran. Adanya
dukungan dan komitmen pemerintah daerah bagi pengembangan dunia
pendidikan secara umum berupa visi dan misi, kebijakan dan anggaran
diatas 20% dari total APBD dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk
mengembangkan diri.
Penerapan sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seperti yang tertuang
dalam Peraturan Daerah Kota Makassar No. 3 Tahun 2006 memungkinkan
Sekolah pada umumnya dan SMK pada khususnya untuk melakukan inovasiinovasi bagi pengembangan institusi. Sementara kebijakan pemerintah
pusat untuk mengubah proporsi SMK dan SMA dapat dilihat sebagai sebuah
peluang dimana perhatian pemerintah kedepan akan lebih difokuskan pada
pengembangan pendidikan vocational. Kebijakan ini tentu akan memberikan kosekuensi pada perhatian dan alokasi sumber daya untuk mendukung
kebijakan tersebut.
Sejauh ini, dukungan langsung Pemerintah Darah pada pengembangan
SMK belum terlihat, selain pemberian kemudahan perijinan yang diarahkan
pada usaha peningkatan mutu, dan tata kelola yang baik. Fokus pengembangan sektor pendidikan Pemerintah Daerah masih diseputar aspek akses
dan pemerataan pendidikan tingkat dasar dan menengah (SD dan SMP).
Ini menciptakan tantangan sendiri bagi SMK yang ingin mengembangkan
kualitas dan tata kelola yang baik ke tingkat yang lebih tinggi atau menyesuaikan dengan kualitas Internasional, seperti SMKN 8 misalnya.

4.2.3 Peran Pemerintah Kabupaten Subang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum


Selaras dengan kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional,
kebijakan umum pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang diarahkan pada enam pilar kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang,
yaitu:
1. Kebijakan Pemerataan/Perluasan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
Pelaksanaan kebijakan diarahkan kepada peningkatan kesadaran
dan motivasi orang tua dan siswa untuk melanjutkan pendidikan
serta upaya untuk meringankan beban biaya pendidikan dan diikuti
dengan peningkatan daya tampung sekolah dan program PLS.

76 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

2. Kebijakan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan


Kebijakan peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan
peningkatan profesionalisme guru dan pemberdayaan MBS dan
Komite Sekolah.
3. Kebijakan dalam Efisiensi Manajemen Pendidikan
Kebijakan dilakukan dengan peningkatan profesionalisme tenaga
penunjang pendidikan serta pengembanga karir.
4. Kebijakan dalam Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijakan dilakukan dengan peningkatan mutu kurikulum muatan
lokal dan pengembangan sistem ganda (PSG) khusus untuk SMK.
5. Kebijakan dalam Pembinaan dan Pengembangan Program-Program
Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Kebijakan dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan
program-program PLS seperti program kejar paket A yang setara SD
dan paket B yang setara SMP, program magang, kursus, dan
sebagainya.
6. Kebijakan dalam Pembinaan dan Pengembangan Program Kepemudaan
dan Olahraga
Kebijakan dilakukan dengan dengan pembinaan dan pengembangan
program kepemudaan dan olahraga.
Pemerintah Daerah mengalokasikan APBD untuk mengembangkan
pendidikan yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, berikut
data yang diperoleh:
Tabel. 23
Alokasi APBD Untuk Sektor Pendidikan Subang
TAHUN

APBD

Alokasi Pendidikan

2004

493.283.773.594,66

135.605.997.391,00

27,49

2005

516.866.021.112,58

147.574.027.800,47

28,55

2006

735.896.952.380,00

172.443.043.332,44

23,43

2007

970.994.923.136,60

326.884.003.659,62

33,66

2008

1.080.440.284.036,00

393.398.376.626,33

36,41

2009

1.045.615.420.247,00

435.288.358.268,62

41,63

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, 2009

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

77

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK


Dukungan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan SMK belum terlalu terasa, namun dengan kerangka tiga pilar pendidikan nasional, Pemerintah Daerah Subang mengarahkan pengembangan SMK pada:
1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah
Sasaran programnya adalah sebagai berikut:
Meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP yang ditampung di
SMA/MA/SMK;
Meningkatnya jumlah lulusan SMA/MA/SMK;
Meningkatnya rasio guru : murid, dan rasio ruang kelas : sekolah;
Terpenuhinya kebutuhan ruang kelas, meningkatnya jumlah
ruang kelas baik;
menurunnya jumlah ruang kelas rusak.
Kegiatannya adalah:
Pembangunan Gedung Sekolah SMA/SMK;
Rehabilitasi sedang/berat ruang sekolah;
Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu;
Pembinaan SMK Kelas Jauh;
Penyebarluasan Berbagai Informasi Pendidikan Menengah.
Tabel. 24
Rasio SMK : SMA di Subang
No

TAHUN

JUMLAH SISWA
SMK

SMA

Rasio SMK : SMA


SMK

SMA

2004/2005

7.073

12.851

35,5

64,5

2005/2006

7.073

12.851

35,5

64,5

2006/2007

11.703

16.069

42,14

57,86

2007/2008

13.411

17.086

43,97

56,03

2008/2009

18.116

15.913

53,24

46,76

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang

78 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing


Sasaran Programnya adalah:
Meningkatnya kualitas lulusan dilihat dari rata-rata nilai UN,
Meningkatnya jumlah sekolah SBN/SBI,
Meningkatnya ketersediaan perpustakaan,
Tersedianya buku pelajaran, sumber belajar dan media belajar,
Persentase lulusan SMK yang berusaha sendiri/ berwirausaha,
Meningkatnya kewirausahaan sekolah, dan
Meningkatnya lulusan SMA/SMK melek baca Al Quran.
Kegiatan yang dilakukan :
Pemberian insentif bagi guru-guru yang melaksanakan program
jam tambahan / remedial, serta pelaksanaan Pra-Ujian Nasional
Penyediaan sarana, fasilitas PBM dan buku pokok.
Penyediaan Dana Pendamping SSN/SBI
3. Peningkatan tata kelola
Kebijakan yang dilakukan adalah :
Peraturan tentang izin operasional SMK yang harus ada ajuan dari
Dunia Usaha/Dunia Industri
Pengembangan transparansi pengelolaan pendidikan, melalui
RAPBS, Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan laporan berkala
Adanya kendali mutu penyerlenggaran pendidikan
Sosialisasi ISO 9001-2008 dan pengadaan dan pendamping untuk
sertifikasi ISO.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

79

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Belajar dari pengalaman ketiga SMK di atas, penerapan tata kelola yang baik dalam
dunia pendidikan bisa menjadi sebuah solusi untuk mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini. Seperti diketahui bahwa
permasalahan pendidikan di Indonesia masih berkisar pada permasalahan
tentang pemerataan akses terhadap pendidikan, permasalahan mutu dan
relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan.
Penerapan tata kelola yang baik membawa perubahan positif dalam dunia
pendidikan. Pertama, mampu memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah,
yaitu masyarakat, agar ikut berperan optimal sehingga tercipta sinergi antara
lembaga pendidikan dengan stakeholdernya. Kedua, penerapan tata kelola kepemerintahan yang baik memberikan nilai-nilai, seperti nilai keadilan, efisiensi, dan
daya tanggap, yang mendorong lembaga pendidikan maupun Pemerintah lebih
efektif dalam bekerja tanpa mengabaikan orientasi pada kebutuhan pelanggan
pendidikan. Yang terakhir, tata kelola kepemerintahan yang baik memberikan kondisi
bersih dari korupsi yang berorientasi pada kepentingan publik, bukan sekelompok
orang atau golongan. Untuk pelaksanaan tata kelola yang baik tersebut, diperlukan
adanya:
1. Komitmen yang kuat baik dari pihak-pihak di dalam lembaga pendidikan tersebut
maupun pihak-pihak di luar lembaga pendidikan seperti pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
2. Koordinasi yang baik, integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral
tinggi.
3. Pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas,
dan nyata yang berakar pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, efisien,
bersih, dan bertanggung jawab.
Fakta menunjukkan bahwa penerapan tata kelola yang baik tidak hanya menjadi
solusi dari segala permasalahan pendidikan yang dihadapai sekarang ini, namun
juga telah melahirkan sekolah-sekolah yang mampu merespon setiap tantangan
yang dihadapinya menjadi sebuah keunggulan dalam bentuk kapabilitas untuk
melakukan inovasi dalam pendidikan. Yang lebih fundamental, penerapan tata
kelola yang baik dalam pengeloaan pendidikan dapat membangun sebuah sistem
anti korupsi dalam institusi pendidikan yang akan melahirkan generasi-generasi
penerus bangsa ini.

80 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

Dengan adanya desentralisasi, peran Pemerintah Daerah menjadi sangat strategis


dalam mendorong pengembangan pendidikan di daerah. Kapabilitas inovasi dari
Pemerintah Daerah dalam menterjemahkan kebijakan dan program yang telah
didesain Pemerintah Pusat menjadi sebuah tuntutan. Dari pengalaman tiga daerah di
atas menunjukkan bahwa inovasi dalam pengembangan pendidikan justru lebih
banyak muncul dari inisiatif pihak sekolah. Inovasi di tingkat kebijakan dan program
dari Pemerintah Daerah sangat kurang. Pemerintah daerah hanya sebatas meneruskan
semua kebijakan dari Pemerintah Pusat, dan kurang fokus pada pengembangan
SMK - terlebih lagi pada orientasi pengembangan berdasarkan potensi daerah.
Kisah SMKN 4 Malang, SMKN 8 Makassar, dan SMKN 2 Subang telah menunjukkan
bahwa pihak sekolah bisa melakukan inovasi-inovasi meningkatkan kualitas
pendidikan dan lulusan di tengah tantangan yang mereka hadapi masing-masing.
Akan tetapi perlu disadari oleh Pemerintah, khsusunya Pemerintah Daerah, bahwa
kapabilitas inovasi di level sekolah saja masih belum cukup namun sangat diperlukan
kapabilitas inovasi Pemerintah untuk menciptakan kebijakan dan program inovatif
yang mendukung pengembangan pendidikan, baik dari segi sistem pendidikan,
pengelolaan dan kualitas pendidikan, kualitas lulusan dan tujuan lainnya.

5.2 Rekomendasi
Inovasi guna peningkatan kualitas pendidikan dan pengelolaannya tidak hanya
menjadi kewajiban pihak sekolah, namun juga perlu dukungan dari Pemerintah
dan pihak lain, selain juga adanya sinergi di antara stakeholders pendidikan. Yang
dihasilkan dalam studi tentang inovasi sistem pendidikan menengah kejuruan ini
adalah:
5.2.1 Sekolah diharapkan meningkatkan kapabilitas inovasi pendidikan
melalui:
a. Pelaksanaan tata kelola yang baik dan bersih di lingkungan sekolah, yang
mengedepankan karakteristik partisipatif, beriorientasi pada konsensus,
akuntabel, transparan, responsif, efektif dan efisien, serta sesuai dengan
peraturan dan hukum, dengan menjaga nilai-nilai luhur pendidikan.
b. Tanggap terhadap kebutuhan nasional, daerah, perkembangan teknologi,
dan keinginan masyarakat, yang disesuaikan dengan program pendidikan.
c. Pengembangan jaringan kerjasama, baik dengan pihak di dalam maupun
di luar negeri.
d. Pengembangan sistem dan modul pendidikan, termasuk di dalamnya
memasukkan nilai-nilai lokal dan anti korupsi, selama masih sesuai dan
dalam koridor standar pendidikan nasional.
e. Pengembangan sistem pengawasan dan kendali mutu pelaksanaan
kegiatan pendidikan, terkait dengan pelaksanaan tata kelola yang baik,
terhadap integritas, profesionalitas, dan etos kerja para pendidik dan
siswa-siswi.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

81

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

f. Dapat memperluas akses layanan pendidikan yang merata, termasuk


peluang pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
5.2.2 Pemerintah berperan aktif meningkatkan kapabilitas inovasi pendidikan,
berupa:
a. Sinkronisasi peraturan dan kebijakan terkait penyelenggaraan pendidikan
dan pendukungnya (reformasi kerangka hukum dan kebijakannya).
b. Pemerataan akses layanan atau ikut menggiring arah pengembangan
akses layanan pendidikan menengah kejuruan yang sesuai dengan
potensi sosial budaya ekonomi masyarakat untuk mendapatkan konsep
dan arahan implementatif yang holistik.
c. Pengembangan modul pendidikan yang memuat nilai-nilai lokal dan
semangat anti korupsi skala nasional ataupun lokal.
d. Pemerataan penyediaan layanan pendidikan menengah kejuruan yang
lebih terjangkau.
e. Pemerataan perbaikan fasilitas dan sarana sekolah.
f. Pemberian dukungan penuh terhadap SMK dan program-programnya,
serta tanggap akan kebutuhan SMK.
g. Pemberian pelatihan dan pendidikan bagi para pendidik untuk menjaga
kualitas pengajaran.
h. Membuka peluang kerjasama dengan Badan/Institusi Pemerintah ataupun
dengan pihak swasta untuk membuka kesempatan atau menjembatani
kerjasama pelatihan dan praktik keahlian.
i. Membuka peluang kerjasama atau menjembatani kerjasama dengan
sumber dana lainnya.
j. Pelaksanaan tata kelola yang baik dan bersih di lingkungan pemerintah
bidang pendidikan.

82 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Inovasi Dalam Sistem Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan Nasional. Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan
di Indonesia. Jakarta, 2006.
Nandika, Dodi. Pendidikan: Rahmat bagi Sekalian Alam, Penangkal Korupsi. Jakarta:
Makalah pada Seminar Hari Anti Korupsi Sedunia, 2009.
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2000 tentang Perubahan atas PP No. 38 Tahun
1992 Tenaga Kependidikan.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam
Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
Sanusi, Effendi. Inovasi: Pengertian dan Karakteristik. http://blog.unila.ac.id/
effendisanusi/, November 2009.
Stephen M. Shapiro, 24/7 Innovation: A Blueprint for Surviving and Thriving in an
Age of Change. McGraw-Hill, 2002.
Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

83

Anda mungkin juga menyukai