INOVASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan
INOVASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan
Inovasi
Dalam Sistem Pendidikan
Potret Praktik Tata Kelola
Pendidikan Menengah Kejuruan
Inovasi
Dalam Sistem Pendidikan
Potret Praktik Tata Kelola
Pendidikan Menengah Kejuruan
Tim Penulis:
Doni Muhardiansyah
Aida R. Zulaiha
Wahyu D. Susilo
Annisa Nugrahani
Sulistyanto
Fahrania I. Rosalba
Bariroh Barid
IGA Nyoman Lia O.
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesaikannya Buku Inovasi dalam
Sistem Pendidikan : Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan.
Kegiatan pengembangan buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan ini dilakukan dalam rangka mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance) di
dunia pendidikan, khususnya di tingkat unit layanan di sekolah. Pelaksanaan tata
kelola yang baik diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas layanan
publik.
Untuk memudahkan Pembaca memahami pola praktik inovasi tata kelola yang
dilakukan, buku ini menggunakan alur pembahasan berurutan mulai dari profil
daerah dan unit layanan, kondisi sebelum adanya inovasi, praktik inovasi pendidikan
yang dilakukan, kapabilitas Inovasi, dan keberlangsungan program inovasi. Objek
studi inovasi ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan unit layanan
terpilih adalah SMKN 4 Kota Malang, SMKN 8 Kota Makassar dan SMKN 2
Kabupaten Subang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Untuk penyempurnaan
buku ini sangatlah kami harapkan.
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Pelaksanaan Studi
1.4 Cakupan Studi
1.5 Pengumpulan dan Analisis Data
BAB 2 POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI INDONESIA
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan
2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan
2.3 Kebijakan Pengembangan SMK
2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK:SMA
2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008
2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK
2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK
2.4 Program Pengembangan Sekolah Menegah Kejuruan
2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal
2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah
2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan
BAB 3 PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH
3.1 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang
3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah
3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi
3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan
a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis
dan Kegiatan Produktif
b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun
c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)
d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)
3.1.4 Kapabilitas Inovasi
a. Strategi yang Dilakukan
b. Proses
c. Sumber Daya Manusia
d. Teknologi
e. Pengukuran
3.1.5 Kesinambungan Program
iv Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Hal
iii
iv
vii
1
1
3
3
4
4
5
5
6
7
7
9
9
9
9
9
10
12
14
14
14
18
18
18
19
19
21
22
22
23
25
26
26
29
3.2 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar
3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah
3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi
3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan: Pengembangan Sistem Blok
3.2.4 Kapabilitas Inovasi
a. Strategi yang Dilakukan
b. Proses
c. Sumber Daya Manusia
d. Teknologi
e. Pengukuran
3.2.5 Kesinambungan Program
3.3 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 2 Kabupaten Subang
3.3.1 Profil Daerah dan Sekolah
3.3.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi
3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan
a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan
b. Program Kelas Wirausaha/Mandiri
c. Program Kelas Termediasi (Kelas Jauh)
d. Program Pengembangan Teaching Factory
e. Income Generating Unit
3.3.4 Kapabilitas Inovasi
a. Strategi yang Dilakukan
b. Proses
c. Sumber Daya Manusia
d. Teknologi
e. Pengukuran
3.3.5 Kesinambungan Program
BAB 4 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN
DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN INOVASI SMK
4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan
Pendidikan Nasional
4.2 Peran Pemerintah Daerah
4.2.1 Peran Pemerintah Kota Malang
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK
4.2.2 Peran Pemerintah Kota Makassar
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK
4.2.3 Peran Pemerintah Kabupaten Subang
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK
29
29
32
33
35
35
36
37
37
37
41
42
42
45
46
46
48
49
50
52
55
55
57
58
62
63
66
67
67
68
69
69
71
74
74
76
76
76
78
80
80
81
83
DAFTAR TABEL
Road Map Pengembangan SMK 2010-2014
Tabel.1 Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN 4 Malang
Tabel.2 Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN 4 Malang
Tabel.3 Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN 4 Malang
Tabel.4 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang di Industri
Tabel.5 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program
Keahlian Persiapan Grafika
Tabel.6 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika
Tabel.7 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Multimedia
Tabel.8 Siklus Pembelajaran
Tabel.9 Ilustrasi Sistem Blok Bidang Pariwisata untuk Siswa
Tingkat I SMKN 8 Makassar
Tabel.10 Daya Serap Lulusan SMKN 8 Makassar
Tabel.11 Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar
Tahun 2007-2008
Tabel.12 Rata-rata Nilai UAN Siswa SMKN 8 Makassar Periode
Tahun 2003-2008
Tabel.13 Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/
Mandiri SMKN 2 Subang
Tabel.14 Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran
SMKN 2 Subang
Tabel.17 Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang
Tabel.19 Alokasi APBD untuk Pendidikan Kota Malang
Tabel.20 Rasio SMK: SMA Kota Malang
Tabel.21 Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar
Tabel.22 Rasio Jumlah SMK:SMA Kota Makassar Tahun 2005-2009
Tabel.23 Alokasi APBD untuk Sektor Pendidikan Subang
Tabel.24 Rasio SMK:SMA di Subang
Hal
8
27
27
27
28
28
28
28
33
34
39
40
43
49
54
64
70
73
75
75
77
78
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa kita sadari kebiasaan mencontek saat ujian di sekolah dulu merupakan salah
satu akar dari tindakan korupsi yang terjadi selama ini. Mencontek sebenarnya
bukan sekedar kenakalan yang dilakukan oleh banyak anak sekolah. Namun, apabila
dikaji lebih jauh, hal ini tidak terlepas dari permasalahan sistem pendidikan di
Indonesia. Pendidikan bukan sekedar pengayakan intelektual, tetapi juga
menumbuhkan nilai-nilai luhur insani bagi kemajuan peradaban bangsa, termasuk
penguatan akhlak mulia, karakter unggul, dan wawasan kebangsaan.1 Akan tetapi,
sistem pendidikan kita kurang mampu mengadirkan pendidikan dalam nuansa
tersebut.
Penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu
menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan. Pengalaman
membuktikan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah
sesederhana dan semudah yang dibayangkan. Banyak aspek dari pendidikan yang
perlu ditata ulang sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Selama ini mungkin banyak orang berpendapat bahwa satu-satunya jawaban atas
permasalahan mutu pendidikan tersebut adalah tersedianya dana yang memadai
untuk pengembangan pendidikan, sehingga tidak jarang mahalnya biaya pendidikan
atau sekolah menjadi tolok ukur bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan
yang bermutu.
Penerapan tata kelola yang baik (good governance) menawarkan solusi baru bagi
upaya peningkatan mutu pendidikan. Tata kelola yang baik yang diartikan sebagai pengelolaan yang baik merupakan serangkaian tindakan nyata untuk
menghasilkan kondisi yang lebih kondusif dalam peningkatan mutu pendidikan.
Menurut United Nation Development Programme (UNDP), tata kelola yang baik
memiliki delapan prinsip sebagai berikut: partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
efektivitas dan efisiensi, kepastian hukum, ketanggapan, konsensus, serta setara
dan inklusif. Dalam konteks pengelolaan pendidikan, beberapa karakteristik yang
melekat dalam praktik good governance menurut Effendi (2005) adalah sebagai
berikut: pertama, praktik good governance harus memberi ruang kepada pihak di
luar pemerintah yaitu masyarakat untuk berperan secara optimal sehingga
1 Nandika, Dodi. (2009). Pendidikan : Rahmat bagi Sekalian Alam, Penangkal Korupsi. Makalah
dipresentasikan pada Seminar Hari Anti Korupsi Sedunia. Jakarta.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
memungkinkan adanya sinergi di antara mereka dalam hal ini pelanggan atau
stake holder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik good governance terkandung
nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga pendidikan dapat lebih
efektif bekerja. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai
yang penting, efektivitas dan efisiensi yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan
pendidikan; ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang
bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik, dalam
hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.
Secara lebih praktis tata kelola yang baik harus menjabarkan tujuan pendidikan
nasional dan menterjemahkan dalam rumusan visi dan misi dari lembaga pendidikan
serta mengembangkan kompetensi-kompetensi dan mekanisme kerja dalam
lembaga pendidikan agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien mewujudkan
visi dan misinya.
Tata Kelola yang baik (good governance) dengan karakteristik yang melekat padanya
tidak hanya menciptakan pengelolaan dan pengurusan pendidikan yang lebih
baik akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi lagi mampu mendorong sekolah
untuk melakukan terobosan-terobosan baru menciptakan inovasi dalam pengembangan
pendidikannya. Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna pembaharuan; perubahan (secara) baru, sementara Rogers dan Shoemaker
mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek
yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat
sasaran.2 Dalam buku 24/7 Innovation, Stepen M. Shapiro melihat inovasi sebagai
sebuah keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan. Shapiro mengembangkan
konsep untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam berinovasi dengan
melihat lima elemen kapabilitas inovasi: strategi (strategy), pengukuran (measurement),
proses (processes), sumber daya manusia (people), dan teknologi (technology). Kapabilitas inovasi memungkinkan sebuah organisasi dapat melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya
proses, sumber daya manusia, dan tekonologi. Kapabilitas inovasi berasal dari
strategi yang secara nyata dilakukakan oleh organisasi dan mampu mengantarkan
output yang dapat diukur.
Buku ini bertutur tentang penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan
pendidikan yang ternyata tidak hanya menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam
pengelolaannya akan tetapi juga mendorong beberapa sekolah menengah kejuruan
(SMK) di beberapa daerah untuk melakukan terobosan baru/inovasi dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesuai dengan
kewenangannya berperan sebagai trigger mechanism merasa perlu untuk terus
mendorong semangat pelaksanaan tata kelola yang baik di setiap layanan publik.
2
Sanusi, Effendi. (2009). Inovasi : Pengertian dan Karakteristik. Diambil dari Sumber Elektronik
http://blog.unila.ac.id/effendisanusi/ tanggal 9 Nopember 2009.
Wujud dorongan semangat ini antara lain dengan memberikan gambaran nyata
dari pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan di beberapa SMK di
Indonesia.
No
Unit Layanan
Program Kejuruan
Pelaksaanan Observasi
SMKN 4 Malang
SMKN 8 Makassar
SMKN 2 Subang
Pertanian
BAB 2
POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DI INDONESIA
2.1 Sekolah Menengah Kejuruan
Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional,
menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan secara lebih spesifik, bahwa:
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk
jenis pekerjaan tertentu.3
Keberadaan sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sebelum Indonesia merdeka.
Dari rujukannya, Sekolah Kejuruan mulai didirikan sejak zaman penjajahan Belanda,
diantaranya adalah SMKN 4 Malang dan SMKN 8 Makassar. Dedi Supriadi (2002)
menyebut Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri tahun 1853 adalah sekolah
kejuruan yang pertama di Indonesia4. Rentang waktu yang cukup panjang sejak
penjajahan Belanda sampai sekarang, sekolah kejuruan mengalami berbagai dinamika dalam perkembangannya.
Dahulu, citra SMK sebagai sekolah kelas dua setelah SMA (Sekolah Menengah Atas,
atau yang dikenal juga dengan sebutan SMU atau Sekolah Menengah Umum)
sangat melekat dibenak masyarakat. Banyak orang tua beranggapan bahwa jalan
sukses bagi anak-anak adalah dengan menyekolahkannya ke SMA, dengan
perngharapan bahwa setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.
Menyandang predikat sarjana dianggap merupakan suatu jaminan mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik dan diidam-idamkan.
Akan tetapi fakta menunjukkan lain. Sejak krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia
pada tahun 1997, angka pengangguran tidak berkurang namun justru setiap
tahun semakin bertambah. Struktur tenaga kerja di Indonesia menggambarkan
dari 76 juta tenaga kerja ternyata didominasi oleh tenaga kerja yang tidak memi3
4
liki keterampilan (unskilled labor) dan hanya 19 juta tenaga kerja diantaranya yang
memiliki keterampilan. Sementara itu, tenaga kerja yang memiliki keahlian (atau
dengan kualifikasi expert/ahli) hanya sejumlah 4,5 juta pekerja.5 Melihat kondisi
seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain dalam menghadapi
era globalisasi seperti sekarang.
Belajar dari fenomena tersebut, Indonesia harus mengembangkan sistem
pendidikannya sehingga dapat mencetak dan meningkatkan tenaga siap kerja,
yang sekaligus juga dapat mencegah bertambahnya pengangguran. Sekolah
kejuruan (SMK) menjadi salah satu komponen yang patut dikembangkan untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang cukup potensial tersebut.
5 Ibid
6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Inovasi Dalam Sistem Pendidikan
#+ #+ #+
#+ #+
Road Map
#
Pengembangan SMK 2010-2014
+#"
%(&1121
- #+
='> #+9'> #
.
Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan
jumlah siswa SMK dalam mencapai
perbandingan
70%
siswa
SMK
dan
30%
siswa
SMA diantaranya dilakukan dengan
) ! #+
cara:
#+2
a) Bersama
mitra dariindustri
berupaya
meningkatkan
jumlah
siswa SMK
)
terus
disamping
juga
terus
meningkatkan
mutu
SMK;
FFF ""F#+ "
b) Menumbuhkan
minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki
2
paradigma dan persfektif baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif
jalur pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang;
c) Kemdiknas dalam dua tahun terakhir melakukan conditioning guna
meyakinkan masyarakat terutama siswa lulusan SMP agar lebih berminat
memilih pendidikan kejuruan dalam menempuh karier pendidikan lebih
lanjut.
Dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi sekolah kejuruan, Kementerian Pendidikan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Nomor 252/C/KEP/
MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008, menetapkan 6 (enam) bidang studi
keahlian, yaitu:
1. Teknologi dan rekayasa
2. Teknologi informasi dan komunikasi
3. Kesehatan
4. Seni, kerajinan dan pariwisata
5. Agribisnis dan agroteknologi
6. Bisnis dan manajemen
Dalam era otonomi daerah yang diikuti dengan desentralisasi, penentuan
pengembangan bidang studi keahlian SMK perlu dipertimbangkan dan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Pencapaian efisiensi tenaga kerja SMK yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS), sehingga SMK dapat memperoleh justifikasi eksistensi kuat
dari masyarakat.
Saat ini pemerintah memberikan otonomi yang luas pada tingkat sekolah,
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai
dengan prioritas kebutuhan sekolah tersebut. Dengan adanya otonomi ini
sekolah dituntut mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan
prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah, dengan
tetap memperhatikan tata kelola yang baik. Secara rinci Manajemen Berbasis
Sekolah bertujuan untuk:
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memperdayakan sumber daya yang tersedia;
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai
Prinsip utama pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah :
a) Fokus pada mutu
b) Bottom up planning and decision making
c) Manajemen yang transparan
d) Pemberdayaan masyarakat
e) Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, ada beberapa kewenangan yang
didesentralisasi pada sekolah, yaitu:
a) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhan nya (school-based plan);
b) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi dan pemantauan
terhadap pelaksanaan dan hasil program-program sekolah, khususnya
evaluasi yang dilakukan secara internal;
c) Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya dan memodifikasi) kurikulum, namun tetap dalam koridor standar pendidikan
nasional atau tidak dapat mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara
nasional;
d) Sekolah diberi kebebasan memiliki strategi, metode, dan teknik-teknik
pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya
yang tersedia di sekolah;
e) Pengelolaan ketenagakerjaan, mulai dari analisa kebutuhan, perencanaan,
rekrutmen, pengembangan, insentif dan sanksi (reward and punishment),
hubungan kerja, sampai dengan evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah
(guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya) dapat dilakukan
oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian/pengupahan/imbal
jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih
ditangani oleh Pemerintah Pusat/Daerah;
f ) Sekolah dapat melakukan pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan),
mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai
11
g)
h)
i)
j)
13
BAB 3
PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DI DAERAH
Kehadiran manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam penyelenggaraan sekolah
kejuruan memberikan ruang bagi sekolah untuk mengelola sumber daya dan sumber
dana sesuai dengan prioritas kebutuhan dari sekolah tersebut. Dengan adanya
otonomi ini sekolah dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan
sumber-sumber baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah dengan tetap
memperhatikan tata kelola yang baik.
Dari sinilah, SMK melakukan inovasi di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya
pengembangan pendidikan kejuruan. Kapabilitas inovasi memungkinkan SMKSMK itu melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara
tipikal menghendaki adanya kapabilitas processes, people, dan technology. Processes
mencakup bagaimana semua aktivitas dalam organisasi berjalan, people meliputi
antara lain struktur organisasi, peraturan, budaya dan perilaku organisasi, sementara
technology meliputi perangkat keras seperti teknologi informasi dan komunikasi
serta perangkat lunak yang membantu aktivitas dalam organisasi. Kapabilitas
inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukan oleh organisasi dan mampu
mengantarkan hasil yang dapat diukur. Berikut adalah praktik inovasi pendidikan
yang dilakukan oleh SMK di beberapa daerah di Indonesia.
Sejarah telah menempatkan Malang sebagai Kota yang kental akan tradisi
pendidikannya. Sekolah-sekolah peninggalan Belanda seperti HIS setingkat
SD, MULO setingkat SMP, dan AMS setingkat SMU pernah berdiri di Malang.
Nuasan inilah yang sampai sekarang hidup dan menjadi simbul Kota Malang sebagai Kota Pendidikan.
Sebagai Kota Pendidikan, Malang selalu melakukan upaya-upaya pengembangan
pendidikan dengan jargon PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan). Peningkatan peran serta masyarakat senantiasa digalakkan
dengan menerapkan pendidikan berbasis komunitas (community based
education) melalui pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
serta lingkungan sekitar.
Selain itu Kota Malang juga dikenal sebagai Kota Vokasi, dimana antara
sekolah umum dan kejuruan berbanding 50:50. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan pendidikan di Kota Malang berorientasi kepada penciptaan lulusan
yang siap kerja. Sebagai kota vokasi, Malang menyimpan banyak cerita
menarik tentang upaya sekolah kejuruan dalam merespon tantangan khas
yang harus dihadapinya. Salah satu diantaranya adalah cerita tentang SMKN
4 Malang dalam pengembangan sekolah kejuruannya.
SMKN 4 Malang didirikan pada tahun 1938 oleh Keuskupan Malang dan
merupakan Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan nama STM Grafika Malang. Periode kepemimpinan pertama dan kedua (1949-1959) dikepalai oleh
seorang warga Belanda, HBA. Lommelaars dan Nolascus Waijers. SMKN 4
Malang telah mengalami beberapa kali perubahan nama. Terakhir, setelah
perubahan nama STM menjadi SMK, ada suatu kebijakan yang memberi
kebebasan sekolah untuk membuka jurusan/program studi sesuai dengan
muatan lokal. Dari sinilah SMKN 4 Malang mulai membuka program keahlian yang lain diluar grafika.
Visi SMKN 4 Malang adalah:
Unggul dalam bidang Iptek yang dilandasi Imtaq.
Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah Misi SMKN 4 Malang
sebagai berikut:
1. Meningkatkan bimbingan terhadap siswa untuk melaksanakan agama
yang dianut dengan konsekuen.
2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
membentuk tenaga profesional dibidang Grafika dan Teknologi informasi
dan Komunikasi.
3. Meningkatkan kualitas tamatan menjadi warga negera yang produktif
serta memiliki budi pekerti yang luhur, cinta pada bangsa, dan negara.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
15
Desain situs/web
Animasi 2 dimensi dan 3 dimensi
Audio video editing
Presentasi multimedia
Shooting
d) Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/Pemrograman
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli pemograman
perangkat lunak. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar perangkat
keras komputer dan pemasangan perangkat lunak, menguasai bahasa
pemrograman, dan mengatur database.
e) Jurusan Animasi
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli produksi
film animasi. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain,
penguasaan teknik menggambar, baik manual maupun digital,
menguasai perangkat lunak animasi, 2D 3D, dan teknik spesial efek
animasi, fotografi, sinematografi, dan memproduksi film animasi.
f ) Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli dalam
menangani troubleshooting perangkat keras dan perangkat lunak, serta
melakukan perencanaan, pemasangan dan pengelolaan jaringan.
Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 4 Malang:
LITBANG
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
KASUBAG TAUS
KOORD
SESBID
8
WAKA KESISWAAN
WAKA SARANA
WAKA KURIKULUM
KOORD SESBID 1
TEAM BELANJA
STAF KURIKULUM
KAPROKAL
PERSIAPAN GRAFIKA
KAPROKAL
PRODUKSI GRAFIKA
KAPROKAL
MULTIMEDIA
KAPROKAL
RPL
KAPROKAL
ANIMASI
PENANGGUNG JAWAB
WALI KELAS 1,2,3 DAN SISWA, MASYARAKAT
17
Citra sekolah kejuruan sebagai sekolah kelas dua salah satunya tercermin
dari tidak berkembangnya program kejuruan yang ada. Hal serupa sempat
dialami SMKN 4 Malang pada tahap awal perjalanannya. Dalam rentang
waktu kurang lebih 64 tahun sejak pertama berdiri di tahun 1938, SMKN 4
Malang hanya memiliki dua program kejuruan. Paradigma penyelenggaraan
pendidikan masih menggunakan pola-pola lama, seperti sistem pembelajaran
berbasis waktu; fungsi guru sebagai instruktur, dimana keterlibatan siswa
sangat minim dalam proses belajar mengajar; dan tidak ada kejelasan
mengenai kompetensi apa saja yang harus dikuasai dari setiap mata
pelajaran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan dari
SMKN 4 Malang baik dari sisi akademis maupun produktif.
Hadirnya kebijakan baru yang memberi ruang kepada sekolah kejuruan
untuk membuka program kejuruan sesuai dengan keunggulan lokal menjadi
titik awal berkembangnnya SMKN 4 Malang sampai seperti sekarang.
19
untuk Siswa kelas III yang sudah lulus ujian Nasional maupun ujian keahlian/
kompetensi.
Pada awalnya jaringan pasar kerja dibangun melalui program kemitraan dalam rangka prakerin. Prakerin menjadi sarana memperlihatkan bagaimana kinerja dan kualitas siswa SMKN 4 Malang, sehingga pada akhirnya
permintaan akan lulusan SMKN 4 oleh pihak industri pun semakin
meningkat.
Syarat Keanggotaan BKK adalah:
1. Alumni SMK N 4 Malang
2. Mengisi form anggota BKK
3. Menyerahkan pas foto 3x2 sebanyak 1 lembar dan 4X6 sebanyak 2
lembar
4. Menyerahkan biaya administrasi Rp.20.000,Hak Anggota BKK:
1. Menerima kartu anggota BKK dengan masa berlaku 1 tahun mulai
tanggal diterbitkan
2. Berhak mengisi lowongan kerja di BKK sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan perusahaan
3. Membawa surat pengantar tes kerja atau pengantar kerja dari sekolah ke perusahaan.
Kewajiban anggota BKK :
1. menyerahkan surat lamaran lengkap (sesuai dengan persyaratan
yang diminta perusahaan)
2. Menjaga nama baik sekolah dengan bekerja di perusahaan yang
menerima minimal 6 bulan
3. Sanggup mengikuti seleksi yang diadakan di sekolah maupun di
tempat lain sesuai permintaan perusahaan
4. Melapor kepada BKK apabila sudah diterima oleh perusahaan
5. Berpakaian sopan dan rapi.
Kriteria seleksi lamaran pekerjaan meliputi: 1) Spesialisasi jurusan, 2) Sertifikat Prakerin, Transkrip, dan 3) Surat lamaran.
Skema 1
Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK
1
INDUSTRI
2
BKK
ALUMNI
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh SMK dalam pengembangan organisasi adalah ketersediaan sumber daya dan jam terbang yang cukup
untuk pengembangan relevansi kompetensi organisasi. Kebanyakan
SMK memberdayakan unit-unit pelayanannya yang selama ini digunakan untuk proses pembelajaran untuk digunakan juga dalam melayani
kepentingan konsumen yang lebih luas. SMKN 4 Malang merupakan
salah satu dari SMK lainnya yang mendirikan unit pelayanan ini dan
mengelolanya secara serius.
UPJ melakukan aktifitas pelaksanaan produksi dan jasa di SMKN 4 Malang, yang disesuaikan dengan program kejuruannya. Jenis produksi
dan jasa UPJ yang ditawarkan meliputi:1) Desain Grafis, 2) Setting,
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
21
Skema
2
%
Proses KBM
SMKN 4 Malang
#&&
# #?(''.&'''
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
$
23
25
d. Teknologi
Pada tahun 1999, SMKN 4 Malang memiliki e-mail resmi pertama
sebagai sarana komunikasi langsung dengan Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan. Pada saat itu belum banyak sekolah atau perguruan tinggi yang memiliki e-mail. Inilah tahapan penting yang mengantarkan SMK Negeri 4 Malang lebih dikenal sebagai SMK Grafika sekaligus
SMK Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Perkembangan peran teknologi informasi dan komunikasi ini dimulai
sejak implementasi Jaringan Internet (Jarnet) tahun 2000. Kemudian
berturut-turut adalah Jaringan Informasi Sekolah (JIS) Kota Malang
tahun 2001, Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online tahun 2002, Wide Area
Network (WAN) Kota Malang tahun 2003, ICT Center Kota Malang tahun
2004, SMK Besar tahun 2005, Televisi Edukasi (TVE) Kota Malang tahun
2005, SMK Bertaraf Internasional tahun 2006 dan Client ICT Center Kota
Malang tahun 2006. Kepercayaan tersebut berkesinambungan sampai
dengan hari ini.
Aplikasi teknologi informasi dan telekomunikasi menjadi dasar
pengembangan sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang. Pengembangan
sarana dan prasarana di SMKN 4 Malang meliputi:
1. Peningkatan kualitas proses belajar dan mengajar yang menarik dan
menyenangkan berbasis multimedia melalui penyediaan perangkat
LCD data projector dan wallscreen permanen di bengkel-bengkel kerja
bidang keahlian Grafika dan ruang-ruang kelas.
2. Penambahan sarana praktik Grafika berupa mesin digital printing.
Pengembangan sumber daya informasi dan komunikasi meliputi:
1. Pengembangkan fasilitas intranet dan internet di sekolah, untuk
mendukung program edukasi dan administrasi berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
2. Peningkatkan kualitas dan profesionalitas guru dengan menggunakan
notebook/laptop sebagai alat bantu belajar dan mengajar.
3. Melengkapi komputer dengan perangkat lunak standar yang berlisensi
sebagai wujud kesadaran hak atas kekayaan intelektual.
e. Pengukuran (Measurement)
Pencapaian SMKN 4 dapat dilihat berdasarkan tingkat kelulusan dan rerata
nilai UAN siswa sekolah. Selama periode 2005-2008, tingkat kelulusan
terendah mencapai 98.3 % dan tingkat tertinggi mencapai 100%dengan
tingkat rerata UAN diatas 7. Rerata nilai UAN dari siswa SMKN 4 Malang
selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
26 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Tabel. 1
Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN
Tahun
Jumlah
Siswa
B. Indonesia
B. Inggris
Matematika
Rata2 Total
%Kelulusan
2005/2006
117
7,59
6,78
7,64
7,34
98,3
2006/2007
150
7,60
7,61
7,94
7,72
100
2007/2008
199
7,72
7,20
7,02
7,31
99,5
2008/2009
210
7,39
7,82
7,82
7,68
100
Tabel.2
Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN
Tahun
Jumlah
Siswa
B. Indonesia
B. Inggris
Matematika
Rata2 Total
%Kelulusan
2005/2006
193
7,41
6,36
7,77
7,18
99,5
2006/2007
229
7,18
7,38
8,02
7,52
98,7
2007/2008
265
7,15
7,15
7,67
7,32
99,3
2008/2009
289
7,38
7,63
7,80
7,60
99,3
Tabel.3
Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN4 Malang
Nilai Rata-Rata UAN
Tahun
Jumlah
Siswa
B. Indonesia
B. Inggris
Matematika
Rata2 Total
%Kelulusan
2005/2006
193
7,41
6,36
7,77
7,18
100
2006/2007
229
7,18
7,38
8,02
7,52
99,03
2007/2008
265
7,15
7,15
7,67
7,32
100
2008/2009
289
7,38
7,63
7,80
7,60
100
Pencapaian SMKN 4 juga dapat dilihat dari sisi serapan siswa pada pasar
tenaga kerja. Dibandingkan dengan rata-rata industri, capaian SMKN 4 Malang memiliki kecenderungan tren yang semakin membaik dari periode
2005/2006 ke 2007/2008. Bahkan untuk tahun 2007/2008 capaian serapannya
melebihi capaian serapan SMK secara keseluruhan ataupun jika dibandingkan
dengan SMK kelompok teknologi yang lain di Malang. Ilustrasi dari hal
tesebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
27
Tabel.4
Daya Serap Lulusan SMKN4 Malang di Industri
No
2005/2006
2006/2007
2007/2008
Keterangan
63.23%
62.0%
59.25%
57.51%
60.98%
56.07%
45.14%
60.17%
71.03%
Tabel.5
Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program Keahlian Persiapan
Grafika
Tahun
Jml
Tamatan
PNS
Mandiri
Swasta
Relevan
Swasta
Lain
Perti
Blm
Bekerja
2005/2006
117
55
19
38
2006/2007
149
109
11
15
13
2007/2008
199
103
18
28
47
Tabel.6
Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika
Tahun
Jml
Tamatan
PNS
Mandiri
Swasta
Relevan
Swasta
Lain
Perti
Blm
Bekerja
2005/2006
193
74
11
10
94
2006/2007
226
116
10
93
2007/2008
263
181
24
15
38
Tabel.7
Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Multimedia
Mandiri
Swasta
Relevan
Swasta Lain
2005/2006
19
20
2006/2007
10
33
47
12
2007/2008
60
13
33
Tahun
Perti
Blm Bekerja
Sederet prestasi penghargaan berhasil diraih oleh siswa-siswi SMKN 4 Malang (tercatat 82 penghargaan sejak tahun 2003) mulai dari yang sifatnya
kegiatan ektrakulikuler - seperti band dan teater - sampai ke hal yang sifatnya
teknis kompetensi - seperti Juara 1 Animasi LKS SMK di Makassar yang
secara tidak langsung menunjukkan output dari SMKN 4 Malang memiliki
keunggulan. Selengkapnya mengenai prestasi, dapat dilihat pada lampiran.
29
akibat serangan kompeni dagang belanda (VOC) pada tahun 1669. Selama
dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang terlupakan. Baru setelah
pemerintah Hindia Belanda menggantikan kompeni (VOC) yang bangkrut
pada akhir abad ke 18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya
sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846.
Pada awal abad ke-20, Belanda menjadikan Makassar sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Dideklarasikan sebagai Kota Madya
pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua luar
jawa. Pada tahun 1971 terjadi penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan Jumpandang yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman. Baru pada tahun
1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya pada tanggal 13 Oktober
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999.
Secara geografis Kota Makassar memiliki kedudukan strategis yang berimplikiasi pada bidang ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar dapat menjadi simpul jasa distribusi yang menawarkan efisiensi yang
lebih dibandingkan daerah lain untuk kawasan Indonesia bagian timur. Aktivitas perekonomian yang tinggi terutama yang ditunjang oleh sektor perdagangan, perhotelan dan restoran mendorong kebutuhan dan permintaan tenaga kerja disektor ini semakin tinggi. Hal inilah yang kemudian
akan memberikan kesempatan pada institusi pendidikan yang dapat menawarkan kebutuhan akan tenaga kerja disektor perdagangan, perhotelan
dan restoran.
SMKN 8 Makassar-lah yang mampu merespon tantangan-tantangan tersebut. SMKN 8 Makassar berdiri pada tanggal 27 Nopember 1947/1950 dengan nama OSVO (Opleiding School Voor Onderwyseres). Dari OSVO berubah
menjadi SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) pada tahun 1951 dengan
lama pendidikan empat tahun. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka pada tahun 1964 SGKP mengalami
perubahan kurikulum dan pada tahun 1968 namanya menjadi SKKA (Sekolah
Kesejahteraan Keluarga Atas) dengan lama pendidikan tiga tahun. SKKA
mempunyai dua program jurusan, jurusan Bagian A dan B yaitu Menjahit
dan Memasak/Binatu.
Pada tahun 1976/1977 sampai dengan tahun pelajaran 1993/1994 SKKA
berubah menjadi SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga),
30 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
dengan program kejuruan Tata Boga, Tata Busana dan Tata Graha. Pada
tahun 1994/1995 diberlakukan kurikulum baru, seiring dengan perubahan
tersebut nama SMKK berubah menjadi SMK sehingga kurikulum 1994/1995
disebut Kurikulum SMK Kelompok Pariwisata. Pada tahun 1997 menjadi
SMK Negeri 8 Makassar hingga saat ini.
Visi dari SMKN 8 Makassar adalah:
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar
Internasional.
Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan Misi SMKN 8 sebagai berikut:
1. Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar Internasional.
2. Mengembangkan program Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata berstandar
Internasional.
3. Mengembangkan program pengabdian masyarakat pada bidang pariwisata.
4. Mengembangkan kemitraan nasional dan internasional.
SMK Negeri 8 Makassar yang termasuk dalam sekolah kelompok pariwisata
telah membuka dua bidang studi keahlian dan tujuh kompetensi keahlian,
yaitu:
1. Bidang studi keahlian pariwisata 1. Terdiri dari dua program studi keahlian,
yaitu:
a) Program studi keahlian pariwisata, dengan kompetensi keahlian:
Akomodasi perhotelan (SBI), (Front Office & House Keeping).
Usaha Perjalanan Wisata
b) Program studi keahlian Tata Boga. Dengan kompetensi keahlian:
Jasa Boga
Patiseri
2. Bidang studi keahlian pariwisata 2. Terdiri dari dua program studi keahlian,
yaitu:
a) Program studi keahlian Tata Busana, dengan kompetensi keahlian
Busana Butik.
b) Program studi keahlian Tata Kecantikan, dengan kompetensi kecantikan
rambut dan kulit.
31
Pada awalnya pihak hotel dan mitra industri beranggapan bahwa lulusanlulusan SMKN 8 Makassar belum siap kerja dikarenakan pola pembelajaran
masih menggunakan metode-metode konvensional. Pada pembelajaran
konvensional, tidak dibedakan minggu pembelajaran praktik dan pembelajaran
teori, sehingga sering ditemukan setelah belajar olah raga siswa belajar
praktik memasak atau tata hidang. Sementara badan sudah berkeringat dan
durasi praktik tidak mencerminkan sistem kerja di hotel.
Prakerin bila hanya 3 bulan dianggap tidak memberi kontribusi kepada
industri tempat prakerin. Penerapan sistem blok membawa perubahan
besar dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMKN 8 Makassar.
Teori Umum
(normatif/adaptif)
teori kejuruan
Praktik
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok III
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok I
(Berulang)
33
Area
Hari
Dapur
Instruksi
Dapur
Produksi/Cafe
Restoran
Patiseri
Senin
Selasa
House Keeping
Front Office
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Output atau keluaran yang dihasilkan oleh siswa pada saat praktik akan
digunakan oleh siswa yang lain sebagai sarana praktik juga. Sebagai contoh, kue atau makanan yang dihasilkan didapur atau bagian patiseri akan
disajikan di restoran atau kafe oleh siswa yang praktik tata boga di restoran.
Sistem blok yang dikembangkan menuntut sebuah proses yang berkelanjutan dan saling terkait sehingga satu bagian dari sistem tersebut tidak boleh
ada yang berhenti berproduksi/berproses.
34 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
35
a. Supervisi kelas
b. Menganalisa laporan pencapaian sasaran mutu.
c. Menyelenggarakan rapat-rapat rutin yang membahas kemajuan
pekerjaan dan membahas pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi.
d. Membuat laporan berkala yang memuat hal-hal yang menyangkut
kemajuan pekerjaan.
e. Apabila terdapat ketidaksesuaian dari hasil pemantauan dan
pengukuran tersebut, maka akan dilakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan yang memadai.
4. Pemantauan dan Pengukuran Produk
SMKN 8 mengukur dan memantau karakteristik produk atau jasa atau
peserta didik (siswa) untuk memverifikasi bahwa persyaratan kompetensi
tersebut telah dipenuhi. Untuk itu SMKN 8 mengambil langkah-langkah
pemeriksaan/pemantauan awal terhadap barang/material ataupun
jasa yang dibeli, pemeriksaan/pemantauan dalam proses belajar mengajar dan pemeriksaan/pemantauan akhir.
Penyerahan produk dan jasa atau peserta didik (siswa) tidak boleh
dilakukan sampai semua pengaturan pemeriksaan pemantauan telah
selesai secara memuaskan.
5. Pengendalian Produk Tidak Sesuai / Peserta Didik Bermasalah
Semua produk dan jasa tidak sesuai atau peserta didik yang bermasalah
diiidentifikasi dan dikendalikan, untuk mencegah penggunaan atau
penyerahan yang tidak dikehendaki.
Adapun yang dimaksud dengan produk tidak sesuai misalnya:
Calon peserta didik yang tidak memenuhi persyaratan.
Peserta didik belum menyelesaikan semua kompetensi yang
dipersyaratkan.
Peserta didik yang secara hukum terlibat dalam tindak kriminal
dan asusila.
Peserta didik yang belum menyelesaikan persyaratan administrasi.
c. Sumber Daya Manusia
Pengembangan Iklim dan Budaya Sekolah
Pengembangan iklim dan Budaya sekolah yang mendekati atau
dikondisikan sesuai dengan dunia kerja memungkinkan SMKN 8 membentuk siswa yang dapat dengan cepat beradaptasi di dunia kerja. Sebagai
ilustrasi pembentukan ini, Pihak sekolah menugaskan siswa-siswa SMKN
8 sebagai petugas piket setiap hari secara bergiliran sebagai pihak pen-
37
No
Keterangan
Kuliah
2004
Jmlh
50
2005
2006
2007
2008
Jmlh
Jmlh
Jmlh
Jmlh
25.3
42
22.7
29
17
25
16.6
17
8.4
Bekerja
130
65.7
124
67
120
70.5
97
64.2
177
87.6
Tanpa Info
18
19
10.3
10
5.8
15
9.9
3.9
Jumlah Tamatan
198
100
185
100
170
100
151
100
202
100
39
siswa dan industri). Sebagai indikasi awal dapat dilihat pada table berikut ini yang menunjukkan adanya peningkatan secara perlahan jumlah
siswa yang mendaftar dan diterima selama dua tahun belakangan ini.
Tabel.11
Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar
Tahun 2007-2008
Bidang Keahlian
2007/2008
2008/2009
Pendaftar
Diterima
Pendaftar
Diterima
193
155
203
134
60
38
39
36
61
48
83
80
314
241
325
314
Total
Sumber: SMKN 8
2004/2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008
2008/2009
Bahasa
Indonesia
Mata Pelajaran
5.72
6.04
5.98
6.31
6.33
6.75
Matematika
5.73
5.66
4.8
5.17
3.87
6.16
Bahasa Inggris
3.58
6.05
6.09
6.79
5.96
6.54
7.79
7.74
7.92
6.52
5.98
6.84
Produksi
Rata-rata Total
5.01
5.92
5.62
41
43
KEPALA SEKOLAH
WAKA
DIKLAT
KOORD. TU
WAKA
MANAJEMEN
MUTU &
LINGKUNGAN
KOMITE
WAKA
KETARUNAAN
WAKA
HKI
WAKA
SARPRAS
KA. PRODI. BB
KA. PRODI. JB
KA. PRODI. TM
KA. PRODI. TO
PEMBIMBING/WALI KELAS/GURU
TARUNA
45
siswa menurun dan motivasi belajarnya rendah Hasil Monitoring dan Evaluasi
(M&E) SMK dan Kepala SMK sebelum tahun 1997 berkisar antara cukup dan
kurang.
3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan
a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan
1. Landasan utama diterapkannya sistem ketarunaan adalah
a) Kebutuhan Pelanggan (institusi pasangan, DU/DI, orang tua
siswa, masyarakat) yang mengharapkan calon tenaga kerjanya/
anaknya/warganya yang sehat, kuat, disiplin dan berbudaya
(komunikasi/bahasa, tata krama/etika, kemampuan komputer
dan mengakses informasi, serta kemampuan mengembangkan diri).
b) Kebutuhan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa untuk
mencapai standar taruna
c) Kebutuhan Guru Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif dalam
menerapkan nilai-nilai kecakapan hidup.
2. Tujuan
Latihan Dasar Ketarunaan bertujuan untuk membentuk karakter taruna
sebagai berikut :
a) Sehat sesuai standar yang ditetapkan pelanggan
b) Kuat
c) Disiplin
d) Memahami dan Menerapkan Peraturan Baris Berbaris
e) Memahami dan Menerapkan Tata Cara Penghormatan Sipil dan
Militer
f ) Memahami dan Menerapkan Tata Upacara Bendera
g) Memahami dan Mampu Melaksanakan Survival dan Cross Country
h) Memahami dan Mampu Melaksanakan Search and Resque (SAR)
i) Memahami dan Mampu Melaksanakan Sholat sesuai ketentuan
j) Memahami dan Mampu Mengekspresikan diri
k) Memahami dan Mampu Berorganisasi
l) Memahami dan Mampu Melaksanakan Tugas
3. Materi
a) Tes Kesehatan oleh Dokter Pemerintah dan tindaklanjut pelayannya
b) Pendidikan Jasmani Taruna (Lari, sit up, push up, pull up, angkat
beban, olah raga permainan)
c) Peraturan Baris Berbaris (PBB) dan Tata Cara Penghormatan Sipil
dan Militer
d) Tata Upacara Bendera
e) PMR, P3K, SAR, Survival dan Cross Country
46 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
47
31.386 orang yang tidak melanjutkan. Permasalahan tersebut salah satunya adalah kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah sehingga
kalau dipaksakan, kalau sekolah tidak bisa makan kalau bisa makan tidak
bisa sekolah. Padahal tidak sedikit dari keluarga tidak mampu tersebut
terdapat siswa-siswa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan,
kedepannya mereka dapat berubah tarap hidupnnya punya harkat dan
martabat yang lebih baik. Melihat kenyataan tersebut SMK Negeri 2 Subang
mencoba menawarkan satu program agar anak-anak tidak mampu
tersebut mendapatkan akses pendidikan melalui pembukaan kelas
wirausaha/mandiri.
Kelas Wirausaha/Mandiri adalah kelas untuk taruna atau siswa yang
kurang mampu. Para taruna diharapkan dapat membiayai dirinya sendiri
untuk proses pendidikan dan pelatihannya melalui kegiatan produksi
yang dilakukan semala proses pembelajaran. Taruna yang diterima melalui
jalur ini adalah taruna yang mempunyai kemauan untuk merubah
kehidupannya melalui bekerja keras, mempunyai motivasi ingin
meningkatkan kesejahteraan, dan diutamakan dari kalangan taruna
yang tidak mampu.
Proses pembelajaran di kelas wirausaha/industri mandiri dititikberatkan
pada kegiatan produksi pada masing-masing program studi keahlian.
Setiap program studi keahlian dapat memiliki lebih dari satu kegiatan
unit usaha, hal ini didasarkan pada customer need analysis. Taruna kelas
wirausaha/mandiri diseleksi berdasarkan minat dan bakat untuk masuk
pada satu kegiatan unit usaha.
Taruna yang telah masuk pada kegiatan unit usaha akan mendapatkan
jatah makan siang setiap harinya, dapat membayar uang sekolah dari
hasil kerjanya,dan menyisihkan sedikit setiap bulannya untuk uang
saku. Selain itu sekolah juga memiliki target untuk taruna yaitu setiap
taruna nantinya diharapkan memperoleh pendapatan dari kegiatan unit
usaha sekolah atau teaching factory sebagai berikut: untuk taruna kelas
X memperoleh pendapatan dari kegiatan produksi sebesar Rp 5.000,00
setiap hari, kelas XI memperoleh Rp 8.000 per hari dan kelas XII
memperoleh Rp 10.000,00 per hari.
Mekanisme pengaturan pelaksanaan pembelajaran siswa wirausaha/
mandiri tiga semester digunakan untuk pembelajaran normatif/adaptif
dan tiga semester untuk pembelajaran produktif.
Tabel.13
Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/Mandiri SMKN 2 Subang
Semester
1, 2
3, 4, 5
6
Kegiatan
Kegiatan ketarunaan dan normatif/adaptif
Kegiatan produktif (di plasma industri)
Kegiatan normatif/adaptif untuk persiapan UAN
49
sekolah sambil bekerja atau bekerja sambil sekolah tanpa harus meninggalkan desanya.
Kelas jauh (kelas termediasi) SMK Negeri 2 Subang adalah rombongan
belajar atau tempat belajar yang berada di luar sekolah SMK Negeri
2 Subang, berada di kecamatan atau daerah yang ada di lingkungan
Kabupaten Subang dan pengelolaannya dilakukan oleh wakil kepala
sekolah dari SMK Negeri 2 Subang yang mendapat Surat Keputusan
dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.
Kemampuan memberdayakan sumber daya serta menggerakan partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses dari program kelas termediasi.
Kelas termediasi cermin dari pendidikan yang sesungguhnya, karena
bisa mengatasi batasan-batasan yang selama ini justru mengungkung
hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Mereka belajar bisa dimana
saja, tidak tergantung gedung sekolah yang megah, mereka mengandalkan pemuka-pemuka masyarakat sebagai tenaga pendidik pada awalnya. Sebagai wahana praktikum mereka bisa terjun pada proyek-proyek
dari Dinas Pertanian, Dinas Perikanan maupuan aktivitas masyarakat setempat. Semua dilakukan dengan tidak mengorbankan standar pendidikan yang telah ditetapkan di Kelas Induk yaitu SMKN 2 Subang.
Dengan karakter siswa SMK Negeri 2 yang disiplin, sehat, kuat, dan
mudah beradaptasi, serta bukti yang ditunjukkan taruna atau siswa
saat melaksanakan praktik kerja di industri, timbul kepercayaan pihak
industri terhadap SMK Negeri 2 Subang. Sehingga pihak industri
meminta siswa untuk prakerin di PT. Banshu secara berkesinambungan
dan sepanjang tahun, dan pihak sekolah berusaha untuk memenuhi
kapan saja industri meminta taruna untuk prakerin.
Hasil keseriusan sekolah memenuhi permintaan perusahaan berdampak kepada semakin meningkatnya kepercayaan industri
kepada sekolah, kepercayaan itu ditunjukkan oleh perusahaan dengan menerima lulusan SMKN 2 Subang terutama taruna yang pernah
praktik kerja di PT. Banshu.
Dalam tahap uji coba ini ternyata hasil yang diperoleh belum
memenuhi standar yang diharapkan industri. Banyak kendala yang
dihadapi terutama kualitas sumber daya manusia yang kurang baik
sehingga berdampak kepada kualitas produk yang tidak sesuai
dengan persyaratan industri.
51
Terobosan lain yang dilakukan oleh SMKN 2 Subang adalah dalam hal
pembiayaan. Salah satu sasaran mutu SMK Negeri 2 Subang adalah
meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Selain itu sekolah juga memiliki target untuk siswa kelas mandiri agar mampu membiayai kegiatan pendidi-
kannya sendiri. Pencapain sasaran ini diharapkan diperoleh dari peningkatan kegiatan usaha yang dikembangkan di sekolah, bukan berasal
dari dana sumbangan orang tua siswa. Oleh karena itu masing-masing
program keahlian di dorong untuk mengembangkan unit usahanya.
Sistem pengelolaan unit usaha diserahkan kepada masing-masing program keahlian. Yang menarik dari pengembangan unit usaha ini, disatu
sisi siswa akan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
sekolahnya sementara disisi lain siswa dapat melakukan pembelajaran
produktif sesuai dengan standar industri. Hal ini yang akan membentuk
karakter atau profil lulusan SMKN 2 Subang relevan dengan kebutuhan
industri.
Sistem bagi hasil diterapkan dalam pengelolaan hasil usaha dari unit
produksi yang dikembangkan oleh SMKN 2 Subang. Berikut adalah ilustrasi
konsep bagi hasil usaha unit produksi restoran untuk Program Keahlian
Tata Boga.
A. Pendapatan dan Pengeluaran
Tabel.14
Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran SMKN 2 Subang
No
Uraian
Volume
Jumlah (Rp)
22,492,500.00
19 Orang
100,000.00
1,900,000.00
4 Orang
1,250,000.00
5,000,000.00
1 bulan
453,000.00
453,000.00
1 bulan
250,000.00
250,000.00
1 bulan
7,823,526.00
7,823,526.00
15,426,526.00
Sisa Saldo
7,065,974.00
53
Bagian Besar
Presentasi
(%)
Sekolah
Program
Keahlian
60
40
Sub Bagian
Presentasi
(%)
30
Pemeliharaan
20
30
Pengelola
10
Pengelola
Program Keahlian
Kesra Program Keahlian
40
30
30
Total
100
D. Akuntabilitas Kegiatan
Kegiatan produksi dari unit usaha dikelola oleh masing-masing
program keahlian. Mekanisme pertanggungjawaban dilakukan secara berjenjang, di tingkat program keahlian yang menjadi penanggung jawab terhadap semua kegiatan dan pelaporan keuangan adalah pelaksana dimana proses montoring dan evaluasi dilakukan oleh
Ketua Program Keahlian. Di tingkat sekolah Ketua Program Keahlian
menjadi penanggungjawab kegiatan sementara proses monitoring
dan evaluasi dilakukan oleh tim monev sekolah. Dan akhirnya semua kegiatan sekolah harus dipertanggungjawabkan kepada stakeholders melalui komite sekolah.
E. Rencana Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha akan dilakukan setelah usaha jasa boga
menunjukan kemajuan yang berarti. Pengembangan bisa diarahkan
pada variasi jenis makanan yang dikelola, pembukaan cafe, pelayanan
terhadap tamu sekolah dan jasa catering untuk pelatihan yang diadakan
di sekolah.
54 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
55
3.
4.
5.
6.
7.
8.
besar. Keberhasilan program kelas jarak jauh misalnya tidak terlepas dari
bagaimana sekolah mampu meyakinkan siswa dan orang tua siswa untuk tetap sekolah dengan kondisi darurat, meyakinkan bagaimana
warga masyarakat bersedia mendukung pelaksanaan program
dengan mendonorkan semua sumber daya. Begitupun dengan
program pengembangan plasma industri di sekolah adalah bukti dari
kemampuan sekolah dalam membangun jejaring dan hubungan dengan
mitra industrinya. Dan stakeholders inilah yang pada akhirnya menuntun
dan mengarahkan sekolah pada arah pengembangan sekolah kedepannya.
b. Proses
57
Beberapa karakteristik yang melekat dalam praktik tata kelola yang baik
muncul dalam penerapan SMM di SMKN 2 seperti :
1. Tersedianya ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat
untuk berperan secara optimal sehingga memungkinkan adanya
sinergi diantara mereka dalam hal ini pelanggaran atau stake holder
lembaga pendidikan. Program kelas jarak jauh, pengembangan plasma industri bukti nyata dari sinergi semua stakeholders.
2. Hadirnya nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga
pendidikan dapat lebih efektif bekerja, seperti efisiensi, keadilan, dan
daya tanggap menjadi nilai yang penting disini. Program kelas jarak
jauh dan kelas wirausaha/mandiri menjadi satu contoh dari pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien.
3. Praktik tata kelola yang baik adalah praktik pemerintahan yang bersih
dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik
yaitu kepentingan pelanggaan pendidikan. Sistem akuntabilitas dari
pengelolaan unit usaha yang berjenjang bentuk pratik pengelolaan
kegiatan sekolah yang bersih serta berorientasi kepada kepentingan
stakeholders sekolah.
59
Menumbuhkembangkan Kapabilitas
a) In House Training dan Workshop
Selama proses akseptabilitas berlangsung sekolah secara bertahap
juga meningkatkan kapabilitas seluruh pendidik dan tenaga
kependidikan terhadap kebijakan pemerintah, filosofi dan konsep
dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK), penyusunan kurikulum
implementasi standar industri/profesi/nasional/internasional,
implementasi kurikulum di sekolah dan di industri, pengembangan
KBK, sistem pelayanan administrasi pendidikan KBK, motivation
training, dan team building. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan
dalam in house training (IHT) setiap akhir tahun pelajaran selama
enam hari efektif.
Hasil IHT ditindaklanjuti dengan workshop di setiap program
keahlian selama enam hari. Materinya adalah mendeskripsikan
berbagai kesepakatan IHT dalam sasaran mutu dan action plan
program keahlian, serta menyusun program kerja guru mata
pelajaran secara terpadu. Dengan demikian selama dua minggu
setiap program keahlian telah memiliki program kerja dan KTSP
sesuai kesepakatan dengan institusi pasangannya masing - masing.
b) Rapat Tim Manajemen
Rapat Tim Manajemen dilaksanakan setiap hari senin yang diikuti
oleh para wakasek dan para Ketua Program Keahlian. Rapat
dipimpin oleh kepala sekolah atau wakasek sesuai bidangnya.
Setiap hari Senin minggu pertama dilaksanakan bersama Komite
Sekolah dan Koordinator BP/BK serta dipimpin langsung oleh
kepala sekolah. Rapat ini merupakan wahana monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan di masing-masing program keahlian
serta penyampaian informasi terkini yang hasilnya digunakan
sebagai bahan rapat di tingkat program keahlian.
c) Rapat Kerja Program Keahlian
Rapat kerja di program keahlian dilaksanakan minimal sebulan
dua kali dengan materi hasil rapat kerja tim manajemen, hasil
monitoring dan evaluasi mata pelajaran, laporan perkembangan
taruna, serta tindaklanjut yang akan dilakukan oleh masingmasing anggota tim. Rapat dipimpin oleh ketua program
keahlian atau anggota lainnya sesuai masalah yang dibahas.
d) Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Pendidikan
Magang, sertifikasi, dan studi lanjutan bagi guru/teknisi/staf
administrasi adalah merupakan penghargaan bagi kinerja yang
bersangkutan. Proses seleksi dilakukan di tingkat program
keahlian dan hasilnya dibahas dalam rapat tim manajemen.
60 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
61
d. Teknologi
Pengembangan sistem menajemen mutu di SMKN 2 Subang, membutuhkan dukungan dari pengembangan sistem berbasis IT dan website.
Saat ini sekolah sedang mengembangkan sebuah sistem informasi
manajemen yang dirancang khusus sebagai alat bantu pengelolaan
manajemen sekolah baik manajemen administrasi, pembelajaran, dan
keuangan. Sistem informasi manajemen tersebut meliputi :
1. EMIS (Education Management Information System) atau Sistem Informasi Manajemen Pendidikan/sekolah, yang terdiri dari :
a) SAS (Sistem Administrasi Sekolah) digunakan untuk pengelolaan
administrasi siswa (data pokok, kehadiran, nilai, prestasi),
pendidik (data pokok, pangkat golongan, pendidikan, keahlian,
tugas mengajar) dan tenaga kependidikan (data pokok, pangkat
golongan, pendidikan, dan tugas).
b) SFS (Sistem Fasilitas Sekolah) digunakan untuk pengelolaan fasilitas
sekolah (bangunan, peralataan, dan infrastruktur)
c) SPS (Sistem Pembelajaran Sekolah) untuk pengelolaan pembelajaran
(inventory, modul, dan multimedia).
d) Pembelajaran jarak jauh antara sekolah induk dan kelas termediasi
(multi kampus).
e) Sistem informasi perpustakaan sebagai pendukung sistem
pembelajaran sekolah.
2. FMIS (Financial Management Information System) atau Sistem Informasi
Keuangan Sekolah) yang terdiri dari :
a) SKR (Sistim Keuangan Rutin) untuk pengelolaan anggaran rutin
(APBD, SPP, UP).
b) SKP (Sistim Keuangan Pengembangan) untuk pengelolaan
anggaran pengembangan SMK SBI-INVEST (ADB dan Pemerintah).
3. PMIS (Project Management Information System) atau Sistem Informasi
Manajemen Proyek.
Sistem PMIS ini digunakan sebagai alat bantu pengelolaan pengembangan SMK SBI-INVEST. PMIS berbasis website juga merupakan
muara dan kompilasi dari EMIS dan FMIS yang dirancang untuk memudahkan pengguna mengakses data dan informasi SMK SDB-INVEST secara online dan memanfaatkannya sesuai dengan tugas dan
fungsi penggunanya. PMIS diharapkan sebagai media koordinasi
dan komunikasi antara institusi yang terkait dengan pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi pengembangan SMK ADB-INVEST. Dengan
pengembangan sistem berbasis IT diharapkan akan sangat membantu pelaksanaan sistem manajemen mutu sekolah, disamping tentunya
seni diharapkan bisa membantu sekolah dalam mewujudkan visi dan
misinya di samping
e. Pengukuran (Measurement)
Tahun Ajaran
2004/2005
Lokasi-Kecamatan
Kelapa Bueruem -Cisalak
Kasomalang- Cisalak
Muncul-Pagaden
Kumpai - Cijambe
Jumlah
2005/2006
Miftahul Ridwan
Al Falah
Al Hidayah
Ukil Ardli
Miftahul Ridwan
Al Falah
Al Hidayah
Ukil Ardl
Caracas
1. Miftahul Ridwan
2. Al-Fallah
3. Alhidayah
4. Ukir Ardi
5. Caracas
6. Binong
7. Legon kulon
8. Cibogo
9. Cisampih
10. Cikaum
11. Ciasem
12. Tanjung Siang.
Jumlah
1
1
1
1
4
Jumlah
2008/2009
1
1
1
1
4
Jumlah
2006/2007
Junmlah
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
63
Tahun Ajaran
2008/2009
Lokasi-Kecamatan
1. SMK Cisalak
2. SMK Cikaum
3. SMK Patok Beusi
4. SMK Binong
5. SMK Legon kulon
6. SMK Cibogo
7. SMK Cisampih
8. SMK Cikaum
9. SMK Ciasem
10. SMK Kasomalang
11. SMK Cijambe
Junmlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
2006/2007
1. SMK Cisalak
2. SMK Cikaum
3. SMK Patok Beusi
4. SMK Binong
5. SMK Legon kulon
6. SMK Cibogo
7. SMK Cisampih
8. SMK Ciasem
9. SMK Kasomalang
10. SMK Cijambe
11. SMK Pagaden Timur
12. SMK Pagaden
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
12
Tabel . 17
Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang
Keterserapan
No
Tahun
Akademik
Jumlah
Lulusan
Bekerja
Wiraswasta
TNI/Polri
ke PT
2005/2006
114
93
16
114
2006/2007
214
90
65
15
36
213
2007/2008
278
134
86
10
13
35
278
2008/2009
301
167
77
11
37
301
Jumlah
Program Keahlian
Jenis Usaha
Volume Usaha
Nilai Usaha
BIAT
Pembenihan ikan
12000 m2
25 juta/periode
Budidaya Tanaman
Tanaman Sayuran
Tan Hias dan Buah
1 ha
100 tan/periode
48 juta/periode
2 juta/periode
Budidaya Ternak
Pembibitan Ternak
sapi
9 ekor
18 juta/periode
Budidaya Ternak
2500 ekor
35 juta/periode
Pengolahan Hasil
Pertanian Pangan
3600 cup
3,6 juta/bln
Tata Boga
Katering
7800 porsi
35 juta/bln
Teknik Mekanik
Otomotif
Wiring Harness
144.000 pct
88,1 juta/bln
65
sumber daya manusia yang ada. Tingkat aktivitas pekerjaan yang semakin
tinggi yang harus dihadapi oleh manajemen SMK dalam menghadapi
pekerjaan seperti rutinitas sekolah (kewajiban mengajar), memastikan
mekanisme ISO berjalan dan pengelolaan aktivitas unit pelayanan jasa
menyebabkan waktu menjadi sumber daya yang langka dan tekanan yang
tinggi bagi pihak pengelola. Peningkatan pada aktivitas diharapkan berjalan
seiring dengan peningkatan manfaat dari semua pihak yang terlibat sehingga
keberlanjutan program dapat terjamin.
BAB 4
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN
INOVASI SMK
4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan Pendidikan
Nasional
Seluruh kebijakan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional tidak terlepas dari reformasi kerangka hukum bidang pendidikan,
yang diawali oleh amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 sampai pada tahun
2002. Melalui amandemen UUD 1945 pendidikan tidak hanya sekedar hak warga
negara akan tetapi telah menjadi hak azasi manusia. Untuk menjamin hak setiap
warga negara dan hak azasi manusia atas pendidikan, Pemerintah diamanatkan
untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
Demi terlaksananya sistem tersebut, negara diamanatkan untuk memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Semangat reformasi pendidikan telah menginspirasi Kementerian Pendidikan
Nasional untuk mengambil berbagai kebijakan terobosan yang mendasar dan
berskala massal selama periode tahun 2005-2008 yang diharapkan akan berdampak
besar pada peningkatan dan pemerataan akses, mutu, relevansi, dan daya saing
serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan yang merupakan
tiga pilar pembangunan pendidikan nasional. Sebelas kebijakan terobosan
berskala massal yang telah diambil selama kurun waktu 2005-2008, adalah sebagai
berikut :
1. Pendanaan Massal Pendidikan
2. Peningkatan Kualifikasi dan Sertifikasi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
secara Massal
3. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara Massal untuk
e-Pembelajaran dan e-Administrasi
4. Pembangunan Prasarana dan Sarana Pendidikan secara Massal
5. Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Pendidikan secara Massal
6. Reformasi Perbukuan secara Massal
7. Peningkatan Mutu dan Daya Saing Pendidikan dengan Pendekatan Keomprehensif
8. Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK : SMA
9. Otonomisasi Satuan Pendidikan
10. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendidikan Non-Formal dan Informal untuk
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
67
69
Tabel.19
Alokasi APBD untuk Pendidikan Kota Malang
Tahun
APBD Pendidikan
Total
2007
212.876.236.926,08
649.952.517.958,55
32,75
2008
253.420.507.155,12
756.081.751.567,41
33,52
2009
266.877.762.900,41
784.042.598.314,90
34,04
3. PSB Online
Latar belakang dari pelaksanaan Penerimaan Siswa Baru (PSB) online
adalah agar hasil penyaringan siswa baru lebih cepat, mudah akurat
dan transparan dan murni berdasarkan DANUN (daftar nilai ujian
nasional). Dengan PSB online, jumlah penerimaan siswa di suatu
sekolah dapat dipantau guna menghindari keributan dan provokasi
kekosongan bangku. Selain itu, PSB online juga dapat menghindari
terjadinya pencabutan berkas pendaftaran oleh calon siswa yang
mendaftar di sekolah-sekolah. Dengan sistem ini, masing-masing
siswa hanya dapat diterima di satu pilihan saja.
4. Dewan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat
yang memadai. Untuk memperoleh dukungan tersebut, langkah
alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menumbuhkan
keberpihakan konkret dari semua lapisan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Keberpihakan konkret
ini disalurkan secara politis menjadi suatu gerakan bersama dalam
wadah berupa Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan dibentuk
melalui Keputusan Walikota Malang.
Tugas Pokok Dewan Pendidikan adalah:
Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Mendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
Mengontrol (contolling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan keluaran pendidikan.
70 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
71
SMA
SMK
Total
%SMA
%SMK
2006/2007
18.909
15.863
34.772
54,38
45,62
2007/2008
17.406
18.587
35.993
48,36
51,64
2008/2009
16.459
23.995
40.454
40,69
59,31
73
2005
2006
2007
2008
2009
Pendapatan
Uraian
595.73
821.89
920.97
1082.84
1197.74
Belanja
618.02
848.66
949.47
1190.99
1306.67
Pembiayaan
22.22
26.76
28.5
108.15
108.92
Sisa Lebih
Anggaran
126,92
151,3
307.24
400.27
471.90
%APBD
20.54
17.83
32.36
33.61
36.11
Tahun
SMK
Neg
Swasta
Jumlah
SMA
Neg
Swasta
Jumlah
Rasio
SMK:SMA
2005
53
61
20
84
104
37:63
2006
57
65
20
84
104
38:62
2007
63
71
21
84
105
40:60
2008
67
75
22
85
107
41:60
2009
81
90
22
88
110
45:55
75
APBD
Alokasi Pendidikan
2004
493.283.773.594,66
135.605.997.391,00
27,49
2005
516.866.021.112,58
147.574.027.800,47
28,55
2006
735.896.952.380,00
172.443.043.332,44
23,43
2007
970.994.923.136,60
326.884.003.659,62
33,66
2008
1.080.440.284.036,00
393.398.376.626,33
36,41
2009
1.045.615.420.247,00
435.288.358.268,62
41,63
77
TAHUN
JUMLAH SISWA
SMK
SMA
SMA
2004/2005
7.073
12.851
35,5
64,5
2005/2006
7.073
12.851
35,5
64,5
2006/2007
11.703
16.069
42,14
57,86
2007/2008
13.411
17.086
43,97
56,03
2008/2009
18.116
15.913
53,24
46,76
79
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Belajar dari pengalaman ketiga SMK di atas, penerapan tata kelola yang baik dalam
dunia pendidikan bisa menjadi sebuah solusi untuk mengatasi kendala-kendala
yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini. Seperti diketahui bahwa
permasalahan pendidikan di Indonesia masih berkisar pada permasalahan
tentang pemerataan akses terhadap pendidikan, permasalahan mutu dan
relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan.
Penerapan tata kelola yang baik membawa perubahan positif dalam dunia
pendidikan. Pertama, mampu memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah,
yaitu masyarakat, agar ikut berperan optimal sehingga tercipta sinergi antara
lembaga pendidikan dengan stakeholdernya. Kedua, penerapan tata kelola kepemerintahan yang baik memberikan nilai-nilai, seperti nilai keadilan, efisiensi, dan
daya tanggap, yang mendorong lembaga pendidikan maupun Pemerintah lebih
efektif dalam bekerja tanpa mengabaikan orientasi pada kebutuhan pelanggan
pendidikan. Yang terakhir, tata kelola kepemerintahan yang baik memberikan kondisi
bersih dari korupsi yang berorientasi pada kepentingan publik, bukan sekelompok
orang atau golongan. Untuk pelaksanaan tata kelola yang baik tersebut, diperlukan
adanya:
1. Komitmen yang kuat baik dari pihak-pihak di dalam lembaga pendidikan tersebut
maupun pihak-pihak di luar lembaga pendidikan seperti pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
2. Koordinasi yang baik, integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral
tinggi.
3. Pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas,
dan nyata yang berakar pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif, efisien,
bersih, dan bertanggung jawab.
Fakta menunjukkan bahwa penerapan tata kelola yang baik tidak hanya menjadi
solusi dari segala permasalahan pendidikan yang dihadapai sekarang ini, namun
juga telah melahirkan sekolah-sekolah yang mampu merespon setiap tantangan
yang dihadapinya menjadi sebuah keunggulan dalam bentuk kapabilitas untuk
melakukan inovasi dalam pendidikan. Yang lebih fundamental, penerapan tata
kelola yang baik dalam pengeloaan pendidikan dapat membangun sebuah sistem
anti korupsi dalam institusi pendidikan yang akan melahirkan generasi-generasi
penerus bangsa ini.
5.2 Rekomendasi
Inovasi guna peningkatan kualitas pendidikan dan pengelolaannya tidak hanya
menjadi kewajiban pihak sekolah, namun juga perlu dukungan dari Pemerintah
dan pihak lain, selain juga adanya sinergi di antara stakeholders pendidikan. Yang
dihasilkan dalam studi tentang inovasi sistem pendidikan menengah kejuruan ini
adalah:
5.2.1 Sekolah diharapkan meningkatkan kapabilitas inovasi pendidikan
melalui:
a. Pelaksanaan tata kelola yang baik dan bersih di lingkungan sekolah, yang
mengedepankan karakteristik partisipatif, beriorientasi pada konsensus,
akuntabel, transparan, responsif, efektif dan efisien, serta sesuai dengan
peraturan dan hukum, dengan menjaga nilai-nilai luhur pendidikan.
b. Tanggap terhadap kebutuhan nasional, daerah, perkembangan teknologi,
dan keinginan masyarakat, yang disesuaikan dengan program pendidikan.
c. Pengembangan jaringan kerjasama, baik dengan pihak di dalam maupun
di luar negeri.
d. Pengembangan sistem dan modul pendidikan, termasuk di dalamnya
memasukkan nilai-nilai lokal dan anti korupsi, selama masih sesuai dan
dalam koridor standar pendidikan nasional.
e. Pengembangan sistem pengawasan dan kendali mutu pelaksanaan
kegiatan pendidikan, terkait dengan pelaksanaan tata kelola yang baik,
terhadap integritas, profesionalitas, dan etos kerja para pendidik dan
siswa-siswi.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
81
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan Nasional. Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan
di Indonesia. Jakarta, 2006.
Nandika, Dodi. Pendidikan: Rahmat bagi Sekalian Alam, Penangkal Korupsi. Jakarta:
Makalah pada Seminar Hari Anti Korupsi Sedunia, 2009.
Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2000 tentang Perubahan atas PP No. 38 Tahun
1992 Tenaga Kependidikan.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam
Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
Sanusi, Effendi. Inovasi: Pengertian dan Karakteristik. http://blog.unila.ac.id/
effendisanusi/, November 2009.
Stephen M. Shapiro, 24/7 Innovation: A Blueprint for Surviving and Thriving in an
Age of Change. McGraw-Hill, 2002.
Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
83