Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


II.1.1 Pengertian Suppositoria
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya
dimaksudkan untuk dimasukan ke dalam rektum, vagina dan jarang digunakan
untuk uretra (Lachman, hal 1147).
Suppositoria adalah sediaan bentuk silindris atau kerucut berdosis dan
berbentuk mantap yang ditetapkan untuk dimasukan ke dalam rektum, sediaan
ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair (Voight, hal
281).
Suppositoria adalah suatu bentuk unit sediaan yang dimaksudkan untuk
dimasukkan ke dalam rektum, vagina, dan uretra. Suppositoria melebur,
melunak dan melarut pada suhu tubuh (Parrot, hal 382)
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh (FI IV, hal 16).
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara dimasukkan ke dalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan
melebur, melunak, atau larut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel,
hal 576).

Suppositoria adalah bentuk sediaan yang diberikan melalui bagian


tubuh yakni vagina, rektum, atau uretra (DOM, hal 834).
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang dimaksudkan untuk
dimasukkan kedalam salah satu rongga (lubang) tubuh, selain rongga mulut.
Suppositoria diformulasikan untuk larut atau hancur pada temperatur tubuh.
Pada saat ini kata suppository umumnya berhubungan dengan bahan yang
digunakan dalam rektum, vagina atau uretra (Scovilles, hal 367).
Suppositoria dan pasaries (suppositoria vaginal) adalah suatu bentuk
sediaan padat yang dimasukkan melalui rektum dan vagina, pasien harus
diberikan petunjuk dalam penggunaan sediaan ini (Fasttrack, hal 157).
II.1.2 Keuntungan Suppositoria
1. Lachman, hal 282.
Tidak merusak lambung,
Tanpa rasa yang tidak enak,
Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit
menelan dan sebagainya.
2. Ansel, hal 578.
Obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim
dari lambung atau usus,
Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan
rangsangan,

Obat yang dirusak dalam sirkulasi portal, dan tidak melewati hati
setelah sel diabsorbsi pada lambung,
Digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak mau menelan
obat,
Cara yang efektif dalam perawatan pasien yang muntah.
3. DOM, hal 834.
Suppositoria dapat digunakan untuk pasien yang mual atau untuk anak
kecil, untuk pasien yang lemah atau tidak sadarkan diri dan untuk
pasien yang tidak bisa menggunakan obat secara oral.
4. Scovilles, hal 368.
Bentuk obat ini sangat berguna dalam kasus dimana obat tidak bisa
diberikan melalui mulut, juga karena pasien menjadi mual atau
muntah, atau suatu keadaan dimana pemberian oral mengalami kontra
indikasi ini juga berguna dalam kasus dimana memungkinkan aksi
obat yang lebih lama.
5. Fasttrack, hal 157-158.
Bentuk sediaan rektal berhasil digunakan untuk memberikan efek
lokal untuk pengobatan infeksi dan peradangan, misalnya wasir,
Bentuk sediaan rektal digunakan untuk meringankan sembelit atau
membersihkan usus setelah operasi,

Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk memberikan efek


sistemik dimana penyerapan obat secara oral dapat mengiritasi
lambung dan tidak dianjurkan,
Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk efek lokal dalam
pengobatan penyakit usus besar, misalnya kolitis ulserativa.
Dengan mengikuti nasehat dari apoteker, penggunaan bentuk sediaan
rektal dan vagina dapat dengan mudah dilakukan pasien.
II.1.3 Kerugian Suppositoria
1. Lachman, hal 1151.
Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan
yang dapat bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat
melalui pori-pori.
2. Ansel, hal 579.
Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau
lebih kecil daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor
dalam tubuh pasien. Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat
melewati penghalang fisiologis, kemampuan obat untuk diabsorbsi dan
sifat basis suppositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik.
Efek lokal umumnya terjadi dengan waktu setengah jam sampai 4 jam.
3. Voight, hal 282.
Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin)
terlindungi dari cahaya, bebas udara, disimpan pada tempat yang

aman,

tidak

pada

sembarang

tempat

yang

bertujuan

untuk

memperpanjang stabilitasnya.
4. Fasttrack, hal 158.
Di negara-negara tertentu khususnya Amerika dan Inggris, bentuk
sediaan rektal kurang dikenal, khususnya untuk pengobatan sistemik,
dimana hal ini berbeda dengan di Eropa.
Petunjuk dari ahlinya diperlukan dalam pemberian bentuk sediaan ini.
Penyerapan bahan obat dari rektum berlangsung lambat.
Pemberian rektal dari bahan obat dapat menghasilkan efek samping
lokal.
Pembuatan suppositoria di industri lebih sulit daripada bentuk rektum
lainnya.
5. Scovilles, hal 368.
Ketika bahan obat diberikan dalam bentuk suppositoria, akan
diabsorbsi secara lambat dan menghasilkan aksi terapetik setelah
waktu yang lama.
II.1.4 Bentuk-bentuk Suppositoria
1. Ansel, hal 576-577.
a. Suppositoria rektal
Berbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo dan
berjari-berjari kecil. Panjangnya 32 mm (1,5 inci). Amerika
menetapkan beratnya 2 gram untuk orang dewasa bila oleum cacao

yang digunakan sebagai basis, sedangkan untuk bayi dan anak-anak


ukuran dan beratnya dari ukuran dan berat orang dewasa.
b. Suppositoria vagina
Berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik
resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, tergantung pada
jenis basis, berat untuk vagina ini berbeda-beda.

c. Suppositoria uretra
Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke
dalam saluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria
bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran
ini bervariasi. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4
gram. Suppositoria urin wanita, panjang dan beratnya dari ukuran
untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, jika menggunakan
basis oleum cacao.
2. Lachman, hal 1148.
a. Suppositoria rektal
Berat suppositoria rektal untuk orang dewasa kira-kira 2 gram dan
biasanya lonjong seperti torpedo. Suppositoria untuk anak-anak
beratnya kira-kira 1 gram dan ukurannya lebih kecil.
b. Suppositoria vaginal
Beratnya suppositoria vaginal kira-kira 3-5 gram, bentuk bulat telur.
c. Suppositoria uretra

Berbentuk pensil dan meruncing pada salah satu ujungnya.


Suppositoria uretra yang digunakan untuk laki-laki beratnya kira-kira
4 gram dan panjangnya 100-150 mm. Sedangkan untuk wanita,
beratnya masing-masing suppositoria 2 gram dan biasanya mempunyai
panjang 60-75 mm.

3. FI IV, hal 16-17.


a. Suppositoria rektal
Untuk dewasa berbentuk lonjong pada suatu atau kedua ujungnya dan
biasanya berbobot 2 gram.
b. Suppositoria vagina
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dengan bobot 5 gram.
4. Parrot, hal 382.
a. Suppositoria rektal
Bentuknya kerucut atau silindris dan lonjong, suppositoria rektal
beratnya 2 gram, panjangnya 30 mm, berdiameter 10 mm.
b. Suppositoria vagina
Berbentuk bundar atau oval, beratnya bervariasi dari 3-9 gram.
5. Prescription, hal 260-261.
a. Suppositoria rektal

10

USP mendeskripsikan suppositoria rektal untuk dewasa biasanya


memiliki berat 2 gram dan berbentuk torpedo, cara pemasukannya
dimulai dari kepala dan diberi tekanan oleh sfingter luar, melalui
rektum. Dimana diameter terbesar dari suppositoria ini sekitar 13 mm,
biasanya 7 mm, memiliki panjang sekitar 25-30 mm. Untuk anak
kecil, diameter dan panjangnya lebih kecil, dengan berat 1 gram.

b. Suppositoria vagina
Memiliki bentuk bervariasi dan biasanya berbentuk kerucut atau
bentuk yang dimodifikasi. Memiliki berat sekitar 5 gram, tetapi
kebanyakan produk komersial suppositoria vagina yang beratnya
sekitar 3-4 gram dan beberapa yang memiliki berat 8 gram.
Suppositoria umumnya digunakan untuk memberikan efek lokal, akan
tetapi perlu diingat bahwa epitel mucus pada vagina terisi penuh
dengan sirkulasi darah. Jadi obat dapat diabsorbsi dan memberikan
efek sistemik.
c. Suppositoria uretra
Bentuk silinder dengan diameter 3-6 mm. Untuk saluran urin pria
panjangnya sekitar 100-150 mm. Sedangkan untuk saluran urin wanita
panjangnya sekitar 60-70 mm.
6. Fasttrack, hal 163.

11

Berat suppositoria sekitar 1-4 gram, dimana suppositoria dengan berat 2


gram yang biasa digunakan. Suppositoria yang paling kecil biasanya
disiapkan untuk penggunaan pada anak-anak dan ukuran yang paling besar
digunakan untuk dewasa. Contohnya: suppositoria gliserin yang digunakan
untuk mengobati konstipasi pada orang dewasa.
II.1.5 Penggunaan jenis-jenis suppositoria
1. Ansel, hal 578 dan 593.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering
digunakan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal
dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anorektal lainnya.
Suppositoria antiwasir seringkali mengandung sejumlah zat, termasuk
anastetik lokal, vasokontriksi, astringen, analgetik, pelunak yang
menyejukkan dan zat pelindung. Suppositoria laksatif yang terkenal adalah
suppositoria gliserin, yang menyebabkan efek laksatif (pencahar) karena
iritasi lokal dari membran mukosa. Contoh lain: suppositoria rektum
aminofilin, aspirin, bisakodil, kloropromazepin.
2. Ansel, 578 dan 596.
Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal digunakan
terutama sebagai antiseptik pada hygiene wanita dan sebagai zat khusus
untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit (bakteri patogen)
Obat-obatan

yang

umum

digunakan

adalah

trikomonasida

untuk

memerangi vaginitas yang disebabkan oleh tricomonas vaginals, candida


(monilia) albicons, dan mikroorganisme lainnya.

12

3. Ansel, hal 578.


Suppositoria uretra biasa digunakan sebagai antibakteri dan sebagai sediaan
anestetik lokal untuk pengujian uretra.
II.1.6 Aksi Lokal dan Aksi Sistemik
1. Ansel, hal 578.
Aksi lokal
Begitu dimasukkan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut
dan menyebarkan bahan obat yang dibawanya ke jaringan-jaringan di
daerah tersebut. Obat ini dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang
tersebut dan memberikan efek kerja lokal.
Aksi sistemik
Untuk efek sistemik membran mukosa rektum vagina memungkinkan
absorbsi dari kebanyakan obat yang dapat larut.
2. Lachman, hal 1184-1186.
Suppositoria untuk efek lokal
Obat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak
diabsorpsi, misalnya obat-obat untuk wasir, anastetik lokal dan
antiseptik. Basis-basis yang digunakan untuk obat-obat ini sebenarnya
ini tidak dapat diabsorbsi, lambat meleleh dan lambat melepaskan
obat, berbeda dengan basis-basis suppositoria yang dimaksudkan
untuk obat-obat sistemik.
Suppositoria untuk efek sistemik

13

Pemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus


diperhatikan. Ketersediaan obat dalam sirkulasi sistemik dan harga
basis suppositoria harus dipertimbangkan sebelum pengerjaan
formulasi dimulai.
II.1.7 Anatomi Rektum dan Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Suppositoria
1. Ansel, hal 579-580
Rektum manusia panjangnya 15-20 cm. Pada waktu isi kolon kosong,
rektum hanya berisi 2-3 mL cairan mukosa yang inert dalam keadaan
istirahat, rektum tidak ada gerakan, tidak ada vili dan mikrovili pada
mukosa rektum akan tetapi terdapat muskularisasi yang berlebihan dari
bagian submukosa dinding rektum dengan darah dan kelenjar porta.
Adapun faktor fisiologi yang mempengaruhi absorbsi obat dari rektum,
yaitu:
a.

Kandungan kolon
Apabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung
obat, absorpsi yang lebih besar lebih banyak terjadi pada rektum yang
kosong daripada rektum yang digelembungkan oleh feses. Ternyata
obat lebih mungkin berhubungan dengan permukaan rektum dan kolon
yang mengabsorbsi ketika tidak ada feses. Oleh karena itu bila
diinginkan suatu enema untuk pengosongan dapat digunakan dan
dimungkinkan pemberiaannya sebelum penggunaan suppositoria
dengan obat yang diabsorbsi.
b. Jalur sirkulasi

14

Obat yang diabsorbsi melalui rektum, tidak seperti yang diabsorbsi


setelah pemberian secara oral, dimana obat tidak melalui sirkulasi
portal sehingga dengan demikian obat dimungkinkan untuk tidak
dimetabolisme dalam hati. Untuk memperoleh efek sistemik pembuluh
hemoroid bagian bawah yang mengelilingi kolon menerima obat yang
diabsorbsi lalu mulai mengedarkannya ke seluruh tubuh tanpa melalui
hati.
c. pH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan rectum.
Karena cairan rektum pada dasarnya netral pada pada pH (7-8) dan
kemampuan bentuk obat yang digunakan lazimnya secara kimia tidak
berubah oleh lingkungan rektum.
2. Lachman, hal 1149
Hati mengubah sebagian besar obat secara kimia sehingga keefektifan
sistemiknya sering kali berkurang. Sebaliknya sebagian besar obat yang
sama dapat diabsorbsi dari daerah anorektal dan nilai terapetisnya masih
dapat dipertahankan. Vena hemoroid yang lebih bawah mengelilingi kolon
dan rektum dalam kafa inferior, jadi menghindari hati. Vena hemoroid yang
lebih atas tidak berhubungan dengan vena porta yang menuju ke hati.
II.1.8 Basis Suppositoria yang Ideal
1. Lachman, hal 1168.
Telah mencapai kesetimbangan kristalinitas, dimana sebagian besar
komponen mencair pada temperatur rektal 36oC, tetapi basis dengan

15

kisaran leleh tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum,


penambahan minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang
digunakan pada iklim tropis.
Secara

keseluruhan basis tidak toksik dan tidak mengiritasi pada

jaringan yang peka dan jaringan yang meradang.


Dapat bercampur daengan berbagai jenis obat.
Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendingin,
sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas
cetakan.
Basis suppositoria tersebut tidak merangsang
Basis suppositoria tersebut mempunyai sifat membasahi dan
mengemulsi
angka air tinggi, maksudnya presentase air yang tinggi dapat
dimasukkan kedalamnya.
Basis suppositoria tersebut stabil pada penyimpanan, maksudnya
warna, bau, atau pola penglepasan obat tidak berubah.
Suppositoria dapat dibuat dengan mencetak dengan tangan, mesin
kompresi, atau eksfursi. Jika basis tersebut berlemak maka mempunyai
persyaratan tambahan sebagai berikut.
-

angka asam dibawah 0,2

angka penyabunan berkisar 200 sampai 245

angka iod kurang dari 7

16

Interval antara titik leleh dan titik memadat kecil atau kurva
SFI-nya tajam.

2. Voight, hal 282-283.


Secara fisiologi netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus)
Secara kimia netral
Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)
Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku
Interval yang rendah antara titik lebur dan titik lebur jernih
Viskositas

memadai

(mampu

mengurangi

sedimentasi

bahan

tersuspensi).
Suppositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu
tubuh atau melarut
Pembebasan dan reabsorpsi yang baik
Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan,
pewarnaan, pengerasan)
Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil
3. Ansel, hal 581.
Basis harus mampu mencair, melunak, atau melarut sehingga dapat
melepaskan kandungan obatnya untuk diabsorbsi.
4. Scovilles, hal 371.

17

Stabil, mudah dituangkan, cepat memadat, tidak membutuhkan pelicin


cetakan, memiliki penampakan yang baik, mudah dikeluarkan dari
cetakan dan bercampur dengan semua jenis obat.
Dari titik absorbsi obat, basis harus netral dalam reaksi, tidak
mengiritasi, menghasilkan obat dalam bentuk siap diabsorbsi, melebur
dengan sempurna atau melarut pada suhu tubuh dalam rektum
sedikitnya 30 menit, dan tidak mudah keluar dari rektum.
II.1.9 Jenis-jenis basis
1. Ansel, hal 582
Basis berminyak atau berlemak
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena
pada dasarnya oleum cacao termasuk kelompok ini, utama dan
kelompok ketiga merupakan golongan basis-basis lainnya.
Basis yang larut dalam air dan bercampur dengan air merupakan
kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin gliserin dan
polietilen glikol.
Basis lainnya
Dalam kelompok basis lain termasuk campuran bahan bersifat seperti
lemak dan yang larut dalam air atau bercampur dengan air.
2. Voight, hal 283-287.

Lemak dan massa sejenis lemak, terdiri dari :


a.Lemak coklat

18

Lemak coklat bersifat netral secara kimia dan fisiologis. Basis ini
banyak digunakan mengingat suhu leburnya (21-34C). Kerugiannya
adalah bahwa lemak coklat seperti semua lemak alami dapat menjadi
tengik, memerlukan kondisi penyimpanan yang tepat sehingga
stabilitasnya dapat diperpanjang.
b. Lemak keras
Lemak keras banyak dicantumkan dalam farmakope sebagai massa
suppositoria yang telah mendekati sifat ideal basis suppositoria.
Massa lebur suhu tinggi larut air (polietilen glikol)
Polietilen glikol yang melebur jauh diatas suhu tubuh, harus larut dalam
usus. Akan tetapi orang dewasa hanya memiliki 1-2 mL cairan usus,
yang terdistribusi diatas 10-20 m panjang rektum. Untuk melarutkan
suppositoria ini dapat dilakukan oleh sejumlah cairan, melalui gaya
osmotik, meskipun memerlukan waktu yang cukup panjang.
Massa elastis larut air (gliserol gelatin)
Kedalam kelompok ini gliserol gelatin elastis. Pada suhu kamar
bentuknya mantap, dan mencair pada suhu tubuh. Keuntungannya
adalah melarut dengan cepat pada cairan rektum. Kerugiannya bahwa
suppositoria khusus dengan konsentrasi gliserol yang rendah merupakan
media makanan yang baik bagi bakteri.
3. Lachman, hal 1168
Minyak cokelat

19

Sebagian besar minyak coklat memenuhi syarat basis yang ideal karena
minyak ini tidak berbahaya, lunak dan tidak reaktif serta meleleh pada
suhu tubuh.
Basis khusus
Sejumlah basis suppositoria tersedia dalam perdagangan, dibuat untuk
tujuan tertentu.
Basis hidrofilik (gelatin gliserin)
Basis

ini

sering

digunakan

dalam

suppositoria

vagina,

yang

dimaksudkan untuk efek lokal dari zat antimikroba.


Basis hidrofilik (polietilen glikol)
Suppositoria dengan basis PEG tidak dapat dibuat dengan cara
menggulung suppositoria dengan tangan.
Basis yang dapat terdispersi dengan air
Basis yang dapat terdispersi dalam air memberikan keuntungan
tambahan pada penyimpanan dan penanganan pada temperatur lebih
tinggi, dengan tuntutan tercampurkannya obat-obat secara tidak
membantu pertumbuhan mikroba, tidak toksik dan tidak sensitif.
4. Scoville, hal 371
Minyak cokelat
Merupakan basis yang lebih sering digunakan untuk suppositoria rektal
berasal dari biji Theobroma cacao, atau tanaman coklat keras dan

20

menyerupai lilin pada suhu ruangan tapi melebur pada suhu 86 - 95F
(30-35C).
Gliserin gelatin
Bahan ini banyak memiliki ciri-ciri yang membuat basis yang
diinginkan dalam suppositoria. Suppositoria yang dibuat dengan gliserin
gelatin melarut dengan lambat dalam cairan sekresi dan berkelanjutan
dalam pelepasan obat.
Polietilen glikol
Basis dengan polietilen glikol larut dalam air berbentuk cairan jernih
tidak mudah terhidrolisis menjadi busuk, tidak mendukung pertumbuhan
bakteri serta tidak menyebabkan iritasi pada membran mukosa.
II.1.10 Metode pembuatan suppositoria
1. Ansel, hal 505-592

Pembuatan dengan cara mencetak


Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode pencetakan khusus (a).
melebur basis, (b) mencampurkan bahan obat yang diinginkan, (c)
menuang hasil leburan kedalam cetakan, (d) membiarkan leburan
dingin

dan

mengental

menjadi

suppositoria,

(e)

melepaskan

suppositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, polietilen glikol.

Pembuatan dengan cara kompressi


Suppositoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri
dari campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus

21

memakai mesin pembuat suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara


kompresi dalam cetakan, basis suppositoria dan bahan lainnya dalam
formula dicampurkan dengan baik.
Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan.
Pengolahan suppositoria dengan menggunakan tangan oleh

ahli

farmasi sekarang rasanya hampir tidak pernah dilakukan. Namun


demikian, membentuk suppositoria dengan tangan merupakan bagian
dari sejarah seni para ahli farmasi.
2. Lachman, hal 1179.

Mencetak dengan tangan


Metode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan paling tua
adalah dengan tangan, yakni dengan menggulung basis suppositoria
yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi
bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk
dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan lumpang dan alu
sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk.
Bahan-bahan aktif biasanya diserbuk halus atau dilarutkan dalam air,
atau kadang-kadang dicampur dengan sedikit lemak bulu domba untuk
mempermudah penyatuan dengan basis suppositoria. Kemudian massa
digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan
panjang yang dikehendaki, atau menjadi bola-bola vaginal sesuai
dengan berat yang dikehendaki.

22

Mencetak kompressi
Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa
suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong
ke dalam cetakan (biasanya tiga)

Mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air
atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang
berlebihan,

kemudian

bahan-bahan

aktif

diemulsikan

atau

didispersikan ke dalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan


logam yang telah didinginkan yang umumnya dilapisi krom atau nikel.

Mesin pencetak otomatis


Pelepasan pencetakan (penuangan, pendinginan, dan pemindahan)
dapat dilakukan dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran, dan
pembersihan cetakan, semua dijalankan secara otomatis produksi suatu
mesin putar khusus berkisar antara 3500-6000 suppositoria per jam.
3. Voight, hal 291-293

Cara penuangan
Cara ini paling sering digunakan setelah massa melebur dan disatukan
dengan bahan obat, dituang ke dalam cetakan untuk menjamin
pembentukan

yang

cepat

sehingga

lebih

mengurangi

proses

sedimentasi bahan obat. Pada saat peleburan massa harus diperhatikan


bahwa suhu tidak naik terlalu tinggi dan terbentuk larutan yang jernih.

23

Cara pencetakan
Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan dengan
bahan obat yang diserbuk halus. Material awal diisikan dalam sebuah
pencetak suppositoria dengan alat khusus suppositoria kemudian
didorong keluar.

II.1.11 Masalah-masalah dalam suppositoria


1. Lachman, hal 1186-1189

Air dalam suppositoria


Penggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat dalam
basis suppositoria harus dihindarkan untuk alasan sebagai berikut :
a. Air mempercepat oksidasi lemak
b. Jika air menguap, zat-zat yang terlarut akan membentuk kristalkristal
c. Kecuali jika jumlah air berada dalam jumlah lebih tinggi dari yang
dibutuhkan untuk melarutkan obat, air mempunyai nilai kecil dalam
membantu absorpsi obat
d. Reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam suppositoria
tampaknya lebih sering terjadi dengan adanya air
e. Pemasukan air atau zat-zat lain yang dapat dikontaminasi oleh
pertumbuhan

bakteri

memerlukan

bakteriostatik seperti paraben

Higroskopisitas

tambahan

bahan-bahan

24

Suppositoria gelatin yang mengandung gliserin gelatin kehilangan


lembap oleh penguapan dalam iklim kering dan mengadsorpsi lembap
dalam kondisi kelembapan yang tinggi. Basis PEG juga higroskopis.

Ketidakcampuran
Basis-basis PEG ternyata tidak dapat bercampur dengan garam-garan
perak, asam tanat, aminopirin, kirin, dan sulfonamid.

Viskositas
Viskositas massa suppositoria yang mencair adalah penting dalam
pembuatan suppositoria.

Kerapuhan
Pecahnya suppositoria seringkali disebabkan oleh pendinginan yang
cepat dari basis yang mencair dalam suatu cetakan yang sangat dingin.

Kerapatan
Jika volume penyusutan terjadi dalam cetakan selama pendingin,
penambahan pengganti harus dibuat untuk mendapatkan berat
suppositoria yang tepat.

Penyusutan volume

25

Penyusutan dapat dihilangkan dengan menuangkan massa sedikit


diatas temperatur bekunya ke dalam suatu cetakan yang dihangatkan
sampai temperatur sama.

Faktor penggantian dosis


Jumlah basis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam formulasi
suppositoria dapat dihitung.

Pelumas atau zat penglepas cetakan


Minyak cokelat melengket pada cetakan suppositoria karena volume
penyusutan rendah.

Pengawasan bobot dan volume


Jumlah bahan-bahan aktif dalam suppositoria tergantung pada
konsentrasinya dalam massa tersebut, variasi volume dalam cetakan
dan variasi bobot antar suppositoria.

Ketengikan dan antioksidan


Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan penguraian berturutturut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak jenuh,
berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan tidak
menyenangkan.

26

II.I.12 Evaluasi suppositoria


1. Lachman, hal 1191-1194

Uji kisaran leleh


Uji ini merupakan suatu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria
untuk meleleh sempurna bila dicelupkan kedalam penangas air dengan
temperatur tetap (370C).

Uji pencairan atau uji waktu melunak


Uji tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam
penangas air yang bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu sisi
menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Setelah
batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas suppositoria dan waktu
yang diperlukan batangan untuk melewati supo sampai penyempitan
tersebut dicatat sebagai waktu melunak.

Uji kehancuran
Uji ini untuk mengukur keregasan atau kerapuhan suppositoria. Alat
yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding
rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air 37C
dipompa melewati dinding rangkap ruang tersebut dan suppositoria
diisikan kedalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng
dimana suatu bidang dilekatkan.

27

II.2

Rancangan Formula
Tiap 2 gram suppositoria mengandung :

II.3

Ketoprofen

100 mg

Tween-80

2%

Komponen basis

ad 2 gram

PEG 1000

96%

PEG 4000

4%

Alasan penambahan
Alasan Formulasi
Zat aktif yang digunakan dalam sediaan ini adalah ketoprofen.
Ketoprofen merupakan obat golongan AINS turunan asam fenil alkanoat.
Pada penggunaan oral, ketoprofen dapat diabsorbsi cepat dengan kadar
puncak dicapai pada 0,5-2 jam, waktu paruh (T 1/2) eliminasinya pendek
(1,5-4 jam). Bentuk sediaan sustained releasenya menyisahkan masalah
yakni tingkat infasi saluran cerna yang lebih tinggi karena pelepasan obat
yang berlangsung perlahan dan lamanya preparan obat (kapasitas serap
niosom terhadap ketoprofen dan prediksi penggunaan transdermal).
Ketoprofen diabsorbsi dilambung dengan waktu paruh plasma sekitar 2
jam. Efek samping dari penggunaan oral obat ini antara lain terutama
menyebabkan gangguan saluran cerna dan reaksi hipersensivitas
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, hal : 240). Ketoprofen diabsorbsi dengan
baik dari rute intramuskular dan rektal (Martindale 36th Edition, hal 73).

28

Ketoprofen dalam bentuk tablet salut dapat menyebabkan gangguan


saluran cerna berupa tukak peptik, atau pendarahan saluran cerna,
dyspersia, mual, muntah, nyeri lambung, pusing, sakit kepala, dan
gangguan fungsi ginjal. Juga bisa terjadi flatulen, heartburn, serta rasa
tidak enak pada perut (DOI, hal 954).
Berdasarkan uraian diatas, maka ketoprofen ini dibuat dalam bentuk
sediaan suppositoria. Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang
pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada
tubuh dimana akan melebur, melunak dan melarut dan memberikan efek
lokal atau sistemik (Ansel, hal 567).
Sediaan suppositoria ini memiliki keuntungan sebagai berikut :
- Bentuk sediaan rektal ini mungkin digunakan untuk memberikan efek
-

lokal untuk pengobatan infeksi dan peradangan misalnya wasir.


Bentuk sediaan rektal digunakan untuk melancarkan sembelit atau
untuk membersihkan usus sebelum operasi. Bentuk sediaan rektal
digunakan untuk memberikan efek sistemik dimana penyerapan obat

secara oral dapat mengiritasi lambung dan tidak dianjurkan.


Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk efek lokal pada

pengobatan penyakit usus besar misalnya kolitis ulsinativa.


Dengan mengikuti nasehat dari apoteker, penggunaan bentuk sediaan
rektal dan vaginal dapat dengan mudah dilakukan oleh pasien.
Suppositoria ketoprofen ini dibuat dengan bobot 2 gram karena

suppositoria ketoprofen ini ditujukan untuk orang dewasa. Dimana


suppositoria rektal untuk orang dewasa adalah 2 gram. Sedangkan untuk
anak-anak adalah 1 gram (Lachman, hal 1148).

29

Digunakan ketoprofen 100 mg sebagai zat aktif karena dosis


ketoprofen itu sendiri adalah 2 kali 100 mg sehari (Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, hal 241).
Farmakologi Ketoprofen
1. Rapid Review Pharmacology, hal 129.
NSAID mempunyai ikatan reversible dengan COX-1 dan COX-2,
memperlihatkan efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi yang
serupa dengan aspirin. Efek antipiretik dapat memblokade produksi
prostaglandin pada sistem saraf pusat untuk mengatur kembali
temperatur pada hipotalamus, memfasilitasi hilangnya panas dengan
cara pelebaran pembuluh darah
2. DOI, hal 964.
Ketoprofen adalah antiinflamasi non steroid yang berskhasiat
analgesik, antipiretik. Sifat antiinflamasi ketoprofen muncul karena
obat ini mampu menghambat sintesa prostaglandin dan menstabilkan
membran lisosom. Sifat analgetik ketoprofen muncul karena
ketoprofen mempunyai aktivitas antibradikinin. Sebab bradikinin
bersamaan dengan prostaglandin dapat menyebabkan timbulnya rasa
sakit. Kerja antipiretik ketoprofen bisa timbul karena kerja sentral obat
pada pusat pengatur panas di hipotalamus yang menimbulkan
vasodilatasi perifer, peningkatan aliran darah di kulit, berkeringat dan
kehilangan panas pada tubuh.
Alasan Penambahan Zat tambahan
1. PEG 1000 dan 4000 (Komponen basis)
- Basis manapun yang digunakan, obat harus didispersikan secara
homogen didalamnya, tetapi obat tersebut harus dapat dilepaskan
dengan laju yang dikehendaki pada cairan tubuh yang encer yang

30

ada di sekitar suppositoria terebut. Oleh karena itu, kelarutan


bahan-bahan aktif dalam air atau pelarut lainnya harus diketahui.
Jika obat larut dalam air, maka basis lemak dengan angka air kecil
yang dipilih. Sebaliknya, jika obat tersebut sangat mudah larut
dalam lemak, suatu basis tipe air, yang ditambahkan surfaktan
untuk menambah kelarutan merupakan pilihan utama (Lachman,
-

hal 1184).
Dalam hal ini ketoprofen memiliki kelarutan praktis tidak larut
dalam air. Sehingga digunakan basis tipe air seperti polietilen
glikol yang memiliki kelarutan praktis tidak larut dalam air (FI IV,

hal 1509)
Selain itu basis PEG memiliki beberapa kelebihan diantaranya
basis ini tidak mudah terhidrolisis menjadi busuk, mendukung
pertumbuhan mikroba atau tidak menyebabkan iritasi pada

membran mukosa (Scoville, hal 371).


PEG merupakan basis yang dapat didispersikan dalam air yang
memberikan keuntungan tambahan pada penyimpanan dan
penanganan pada temperatur yang tinggi, tidak membantu
pertumbuhan mikroba, tidak toksik dan tidak sensitif (Lachman,

hal 1176)
Digunakan kombinasi PEG sebagai basis suppositoria dimana
campuran PEG ini banyak memiliki kelebihan dibandingkan basis
lemak, misalnya titik leleh suppositoria dibuat lebih tinggi untuk
menahan paparan iklim hangat, pelepasan obat yang tidak
tergantung pada titik lebur titik leleh, stabilitas fisik, dalam

31

penyimpanan yang baik, suppositoria tidak dapat segera larut


dalam cairan tubuh, dalam hal ini cairan rektum (Handbook Of
-

Pharmaceutical Excipient 6th Edition, hal 545).


Kombinasi PEG digunakan adalah PEG 1000 dan 4000. PEG 1000
mempunyai titik lebur 37-40OC sedangkan PEG 4000 mempunyai
titik lebur 50-58OC. Penambahan PEG 1000 kedalam basis
suppositoria PEG 4000 dapat menurunkan titik lebur suppositoria.

(Sugita P, 2010).
Dalam hal ini suppositoria dengan basis PEG tidak melebur ketika
terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan
tubuh. Oleh karena itu, basis ini tidak perlu diformulasikan supaya
melebur pada subu tubuh (Ansel, hal 584).

Konsentrasi dari kedua komponen basis yang digunakan adalah


Polietilenglikol 1000
96%
Polietilenglikol 4000
4%
Basis ini mempunyai titik leleh rendah dan mungkin perlu
pendingin pada musim panas. Basis ini berguna bila diinginkan

pelepasan obat yang cepat (Ansel, hal 1174).


2. Tween 80 (Surfaktan)
- Jika obat sangat mudah larut dalam lemak, digunakan suatu basis
tipe air dan ditambahkan surfaktan untuk menambah kelarutan
-

merupakan pilihan utama (Lachman, hal 1184)


Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan golongan non

ionik yang bersifat tidak toksik seperti tween 80 (Sagita P, 2010).


Konsentrasi tween 80 yang digunakan adalah 2 %. Dimana
konsentrasi tween sebagai bahan pembasah adalah 0,1-3% dan

32

sebagai penambah kelarutan adalah 1-15% (Handbook Of


-

Pharmaceutical Excipient 6th Edition, hal 550).


Selain itu menggunakan surfaktan Na-Lauryl Sulfat 2%. Namun
penggunaan Na-Lauryl Sulfat dapat bersifat toksik, sehingga
surfaktan yang digunakan adalah tween 80 dengan konsentrasi 2%
(Sagita P, 2010).

Alasan tidak menggunakan perhitungan nilai tukar


- Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot lemak coklat yang
mempunyai volume yang sama dengan 1 gram obat (Syamsuni, hal
-

159)
Nilai tukar ini digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang
mengganti 1 gram oleum cacao (Fasttrack, 172). Jadi, nilai tukar ini
hanya berlaku untuk basis oleum cacao. Sedangkan basis dalam
formula ini adalah PEG.

II.4

Uraian Bahan
1. Ketoprofen (FI IV hal 478-488 ; ISO VOLUME 47 hal 23 dan 40 ; Fater
hal 231)
Nama Resmi :
RM/BM
:
Pemerian
:

Ketoprofenum
C16H14O3 / 254,3
Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau

Kelarutan

hampir tidak berbau


Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam

Penyimpanan :

eter ; praktis tidak larut dalam air


Dalam Wadah tertutup rapat

33

Indikasi
Farmakologi

Untuk mengurangi nyeri, inflamasi (peradangan),

serangan gout, dan rheumatic artritis


Ketopofen adalah salah satu antiinflamasi non steroid
yang termasuk dalam golongan AINS turunan dari
asam

propinoat.

Ketoprofen

memiliki

aktifitas

antiinflamasi dan analgesik secara sentral dan perifer.


Ketoprofen menghambat sintesa prostaglandin dengan
cara menghambat enzim siklooksigenase
Dosis
: 100 mg
2. PEG (FI IV, hal 508)
Nama Resmi : Polietilen Glikol
Sinonim
: Makrogol
RM
: (HOCH2CCH2OCH2)2 CH2OH
BM
: 4000 = 3000-4800
6000 = 5700-6130
Pemerian
: PEG > 1000 berbentuk padat, putih atau tidak berwarna
Kelarutan

seperti lilin
Mudah larut dalam air ; dalam aseton, dalam etanol
95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol mono etil

Penyimpanan :

eter dalam etil asetat dan dalam toluena


Diwadah yang tertutup rapat, kering, sejuk dan

Kestabilan

terlindungi dari cahaya


Semua kelarutan senyawa phenyl murcuri membentuk

residu hitam logam ketika terkena cahaya atas setelah


penyimpanan lama larutan dapat disterilkan dengan
Inkompatibilitas :

autoklaf
Inkom dengan komponen bahan pembantu lainnya,
tidak bercampur dengan garam-garam perak, asam
borat,

kinnin,

lecitamol,

aspirin,

benzokain,

34

inkompatibel dengan halide, patikulen bromide, dan


topoda
Konsentrasi
: Polietilenglikol 1000 = 96%
Polietilenglikol 4000 = 4%
3. Tween-80 (FI IV hal 687 ; Handbook of pharmaceutical Excipient 6th
edition, hal. 549)
Nama Resmi
:
Sinonim
:
RM/BM
:
Pemerian
:

Polysorbatum
Polisorbat-80, Tween-80
C64H12O26 / 1310
Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda
hingga coklat muda, bau khas lemah rasa pahit dan

Kelarutan

hangat
Sangat mudah larut dalam air, kelarutan tidak berbau
dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, etil

Penyimpanan
Stabilitas

:
:

asetat, tidak larut dalam minyak mineral


Dalam wadah yang tertutup rapat
Stabil dalam elektrolit dari asam serta basa lemah,
proses penyabunan bertahap terjadi dengan asam kuat
dan basa kuat, polisorbat yang higroskopis harus
diperhatikan kadar airnya sebelum digunakan dan jika

Inkompatibilitas :

perlu dikeringkan
Perubahan warna dan / atau presipitat terjadi pada
berbagai

zat,

khususnya

fenol,

tanin.

Aktivitas

pengawet antimikroba paraben, dapat berkurang dengan


Konsentrasi

adanya polisorbat.
Sebagai Pembasah = 0,1-3%
Sebagai Penambah kelarutan = 1-15%

35

Anda mungkin juga menyukai