Makalah Vitamin
Makalah Vitamin
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini. Tidak lupa juga kita sanjung sajikan selawat beriringkan salam kepada nabi
kita yakni Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kebodohan
hingga alam yang penuh pengetahuan yang seperti kita sarakan pada saat ini.
Tak lupa kami ucapkan dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu Kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun motivasi. Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................4
C. TUJUAN...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
VITAMIN A...........................................................................................6
VITAMIN D.........................................................................................11
VITAMIN E.........................................................................................12
VITAMIN B1........................................................................................15
VITAMIN B2........................................................................................18
VITAMIN B6........................................................................................21
VITAMIN B12.......................................................................................23
VITAMIN C.........................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin.
Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbeda. Anak-anak, orang tua,
C. TUJUAN
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. VITAMIN A
Vitamin A mempunyai struktur kimia sebagai berikut :
Gugus R
maks
E11 cm
BM
Vitamin A
Vitamin A asetat
Vitamin A palmitat
H
CH3CO
C15H31CO
324,5 nm
326 nm
326 nm
1841
1534
961
286,44
328,48
524,44
maks.
Absorbsi pada
Absorbansi relatif
0,550
0,907
1,000
0,811
0,299
dikoreksi
Jika harga absorbansi yang telah dikoreksi terletak lebih kecil
dari 85 % dan lebih besar dari 103 % dari harga yang belum
dikoreksi atau jika panjang gelombang absorbansi maksimal
tidak terletak antara 326 nm sampai 329 nm, maka penetapan
2. Metode Kolorimetri
a. Metode Carr-Price
Alfa-tokoferol
Alfa-tokoferol asetat
Gugus R
H
CH3CO
Susunan
C29H50O2
C31H52O3
Berat molekul
430,72
472,76
1 SI
1 mg (D-L) --tokoferol
1,1 SI
1 mg D--tokoferol asetat
1,36 SI
1 mg D--tokoferol
1,49 SI
ayan.
Vitamin E Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat meningkat. Antikoagulan digunakan untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah. Akibatnya :
D. VITAMIN B1
Dalam makanan, vitamin B1 (Thiamin HCl) dapat ditemukan dalam
bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks
protein-fosfat.
V NaOH N NaOH BE
100
mg sampel
4. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi
Kadar Tiamin HCl=
V HCLO 4 N HCLO 4 BE
100
mg sampel
5. Metode Argentometri
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara
argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan
dengan metode Volhard suasananya harus asam maka akan terjadi
reaksi antara perak nitrat dengan basa membentuk Ag(OH) yang pada
tahap selanjutnya akan membentuk endapan putih Ag2O, akibatnya
perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi
dengan basa.
Prosedur uji : lebih kurang 100 mg tiamin hidroklorida yang
ditimbang saksama dilarutklan dalam 20 mL air. Larutan diasamkan
dengan asam nitrat encer dan ditambahkan 10mL perak nitrat 0,1N,
Endapan yang terjadi disaring dan dicuci dengan air sampai tidak
mengandung klorida. Filtrate selanjutnya dititrasi dengan larutan baku
ammonium tiosianat 0,1N menggunakan indicator besi (III) ammonium
sulfat. Tiap mL perak nitrat 0,1N setara dengan 16,86 mg tiamin
hidroklorida.
Berat Ekuivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara
argentometri adalah setengah dari berat molekulnya (BM/2). Hal ini
disebabkan karena tiap 1 moltiamin hidroklorida (yang mengandung 2
Cl-) bereaksi dengan 2 mol AgNO3.
6. Metode Gravimetri
Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan
secara gravimetric dengan cara mengendapkan larutan tiamin
menggunakan asam silikowolframat.
Prosedur uji tiamin dengan metode gravimetric: sejumlah tertentu
tablet yang telah ditimbang secara saksama dan setara denngan lebih
kurang 50 mg tiamin hidroklorida, diencerkan dengan air secukupnya
hingga 50 mL lalu ditambah 2 mL asam klorida pekat dan dipanadkan
hingga mendidih. Pada larutan yang telah mendidih ini selanjutnya
ditambah dengan cepat tetes demi tetes 4 mL asam silikowolframat
yang baru disaring lalu dididihkan selama 4 menit. Larutan disaring
melalui kaca masir lalu dicuci dengna 50 mL campuran mendidih yang
terdiri atas 1 bagian volume asam klorida pekat dan 19 bagian air yang
mengandung asam silikowolframat 0,2 % b/v, kemudian dicuci 2 kali
tiap kali dengna 5 mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105 C
selama satu jam lalu didinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam
eksikator di atas larutan asam sulfat 38% lalu ditimbang. Tiap gram sisa
setara dengan 192,9 mg tiamin hidroklorida.
E. VITAMIN B2
BC
AB
2. Metode Spektrofotometri
Larutan riboflavin dalam dapar pH 4,0 menunjukan absorbansi
maksimum ( max) pada 444 nm dengan
1 %}
E1 cm 320. Cara ini
Piridoksin HCl
Piridoksal
Piridoksamin HCl
BM=205,65
BM=203,63
BM=241,12
Gambar 2.6. Struktur kimia piridoksin HCl, piridoksal HCl, dan piridoksamin HCl.
E11 cm
Pelarut
Asam klorida 0,1 N
Dapar fosfat pH 7
Natrium Hidroksida 0,1 N
Maks
291nm
254nm
324nm
244nm
309nm
E11 cm
430
180
350
326
338
kalium iodat.
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas
sifat mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6-
untuk titrasi.
Dilakukan juga 3 kali titrasi blanko yang terdiri atas 5,0 mL
larutan HPO3- CH3COOH dan 2 mL H2O. di hitung untuk
titrasi blanko (misalkan Y)
ii.
askorbat/100 mL).
Untuk sampel kering yang mengandung senyawa basa dalam
jumlah cukup tinggi.
Sampel diserbukkan dengan penggerusan lemah, lalu
ditambah larutan HPO-CH3COOH-H2SO4 untuk mengatur
pH 1,2. Larutan diencerkan dengan HPO-CH3COOH
sampai volume yang gterukur. Volume ini ditandai dengan
V mL.
Digunakan 10 mL larutan pengestraksi/g sampel kering.
(Larutan akhir diusahakan mengandung 10-100 mg asam
iii.
askorbat/100 mL)
Untuk sampel cair
menit. Intensitas fluoresensi larutan sampel (F) dan blanko (F0) diukur
pada panjang gelombang eksitasi 318 nm dan panjang gelombang emisi
422 nm. Selanjutnya dihitung selisih F-Fo.
Sampel injeksi dfan tab let vitamin C dianalisis kandungan
vitamiunnya dengan metode diatas. Sebanyak 20 tablet ditimbang lallu
berat rata-rata tablet dihitung sebewlum digerusa menjadi serbuk.
Sejumlah serbuk yang setara dengan berat tablet rata-rata dilarutkan
dalam air lalu disaring dan ditambahkan air lagi hingga 25,0 mL.
Sampel injeksi juga diencerkan sedemikian rupa hingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi yang sesuai.
Metode ini linier pada kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 X 1010
simpangan baku relatifd metode ini 1,6 % pada konsentrasi 7,0 X 10-9
M ( 11 kali replikasi).
Metode spektroflurometri lain untuk analisis kuantitatif vitamin
adalah berdasarkan pada reaksi antara asam askorbat (AA) dengan
metilen biru (MB). Intensitas fluoresensi MB diukur pada panjang
gelombang eksitasi 664 nm dan panjang gelombang emisi 682 nm.
Konsentrasi MB menurun sebagai fungsi penurunan intensitas
fluorosensi MB karena terbentuk MB yang kurang bewarnas (LeucoMB) setelah terjadi reaksi antara AA dan MB. Reaksi ini merupakan
reaksi redoks, yang mana AA akan dioksidasi menjadi asam
dehidroaskorbat sementara MB akan direduksi menjadi Leuco-MB
yang kurang bewarna.
Suatu hubungan linier diperoleh antara penurunan intensitas
fluoresensi MB dan konsentrasi AA pada kisaran 3,0 X 10-7 sampai 6,0
X 10-6 M. batas deteksi metode ini 2,5 X 10-7 M. Metode ini telah
sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam tablet
supplement vitamin.
6. Metode Kromatografi
Suatu metode kramotografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah
dikembangkan untuk penentuan asam askorbat dalam minuman ringan
Vitamin C Antikoagulan
Efek antikoagulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah. Akibatnya:
antikoagulan mungkin tidak seefektif yang diharapkan. Warfarin dan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu)
untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam
DAFTAR PUSTAKA
Hardkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, ITB, Bandung.
Hoan Tjay, Tan., Rahardi, Kirana., 2007, Obat-Obat Penting Edisi Keenam, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Gan Gunawan, Sulistia, 2007, Farmakologi dan Terapi, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Sudjadi, dan Rohman, A., 2008, Analisis Kuantitatif Obat, Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
Underewood, A.L., dan Day Ji, R.A., 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Surabaya.