PREDIKSI EROSI
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara
energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30),
K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah yang
diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang 72,6 kaki (22 m) terletak
pada lereng 9 % tanpa tanaman;
L : Faktor panjang lereng 9 %, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan
erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22 m) di bawah keadaan yang identik;
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatutanah dengan kecuraman
lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang
identik;
C : Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi
dari tanah yang identik tanpa tanaman;
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi
perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam
strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam kedaan yang
identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang terjadi di
suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan besarnya erosi
menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian,
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor
erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max =curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan.
Perhitungan faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung dengan menggunakan
rumus di bawah ini.
R = (0.41 x H)1.09
dimana H = curah hujan (mm/th).
2. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau menyebabkan erosi.
Indeks erosivitas hujan yang digunakan adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena
pengaruh jatuhan butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan
sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan,
dimana keduanya mempengaruhi besar energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum, yaitu
parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak, 1995).
Persamaan yang umum digunakan untuk menghitung erosivitas adalah persamaan yang
dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :
keterangan :
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumlah E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain dapat menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) sebagai berikut :
R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih sederhana karena
hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
3. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per satuan
indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha
pencegahan erosi, lereng 9% (5), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995). Faktor
erodibilitas tanah menunjukan kekuatan partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi
partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas tanah
ditentukan oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas
infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan nilai faktor
K secara cepat dapat dilihat pada Tabel 2 dengan terlebih dahulu mengetahui informasi jenis
tanah. Nilai faktor K juga dapat diperoleh dengan menggunakan nomograf erodibilitas tanah
seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. Nomograf ini disusun oleh lima parameter yaitu %
fraksi debu dan pasir sangat halus, % fraksi pasir, % bahan organik, struktur tanah, dan
permeabilitas tanah (Purwowidodo,1999).
Gambar 1. Nomograf Erodibilitas Tanah (United States Environmental Protection Agency, 1980 di dalam
Asdak, 1995)
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah
(Wischmeier et al., 1971). Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan
nomograph atau rumus Wischmeier et al. (1971) sebagai berikut:
100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a : % bahan organik (% C x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kode kelas permeabilitas penampang tanah
Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi), angka 6% tersebut
digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian struktur dan permeabilitas tanah masingmasing menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah
No Tipe struktur tanah
1
Granular sangat halus (very fine granular)
2
Granular halus (fine granular)
3
Granular sedang dan besar (medium, coarse granular)
4
Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif)
Sumber: Wischmeier et al., 1971
Kode penilaian
1
2
3
4
Kode penilaian
1
2
3
4
5
6
Menurut Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS adalah faktor panjang dan kemiringan lahan; S adalah kemiringan lahan (%) L
adalah panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan untuk
lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumus Gregory et al. (1977) sebagai
berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
= panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%; 0,3 untuk lereng < 3,4% C =
34,7046
Pengelolaan tanaman
Ubi kayu + kedelai
Ubi kayu + kacang tanah
Padi + sorgum
Padi + kedelai
Nilai C
0,181
0.195
0,345
0,417
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
0,495
0,049
0,571
0,096
0,120
0.136
0,259
0,377
0.387
0,079
15
16
17
ton /ha
Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam
Pola berurutan
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa
0,347
0,498
0.357
tanaman
18 Pola tanam tumpang gilir
0,588
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)
6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha konservasi
tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya) dengan tanpa adanya usaha konservasi
tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku). Bila diteraskan, nilai P dianggap
sama dengan nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan menganggap
panjang lereng sebagai jarak horizontal dari masingmasing teras. Konservasi tanah tidak
hanya tindakan konservasi secara mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang
bertujuan untuk mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih mudah apabila
digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan
erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP perlu dilakukan dengan hati-hati karena
adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.
Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No.
Teras bangku
a. Sempurna
b. Sedang
c. Jeleh
2
Teras tradisional
3
Padang rumput (permant grass field)
a. bagus
b. jelek
Nilai
p
0.04
0.15
0.35
0.40
0,04
0,40
4
5
ambar 2.
Metode GUEST
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses erosi
yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir-butir hujan dan
aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam model ini, erosi terjadi
karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu pelepasan (detachment) oleh butir-butir
hujan, pengangkutan (transportation) sedimen, dan pengendapan (deposition) sedimen
(Rose et.al., 1983).
Persamaan model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagai berikut:
SL = 2700 S (C r ) (Q)
Keterangan :
SL: total tanah yang hilang (kg.m-3);
: efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).
Hubungan antara fluks sedimen, pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan sedimen, dalam
proses erosi tanah (Rose dan Freebairn, 1985)
Persamaan (1) diturunkan berdasarkan konsep konservasi masa sedimen dalam
beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yang dikombinasikan dengan teori
konsentrasi sedimen dan hidrologi. Secara matematis persamaan tersebut ditulis dalam
bentuk,
dimana qsi = q ci, yaitu fluk (flux) sedimen pada arah aliran (x), q adalah fluk sedimen
(debit spesifik), ci= konsentrasi sedimen, h = tebal aliran permukaan, ei = pelepasan
(detachment) oleh butir-butir hujan, ri = pengangkutan (entrainment) sedimen, dan di =
pengendapan (deposition) sedimen.
Sejalan dengan perkembangan ilmu komputer, model GUEST disempurnakan menjadi
event-based proses model untuk erosi lembar (sheet erosion). Namun demikian model
tersebut dapat juga diaplikasikan untuk erosi alur (rill erosion). Model ini dapat pula
dianggap sebagai semi-static model, karena erosi dapat diprediksi per kejadian hujan (event
by event) (Schmitz dan Tameling, 2000).
GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misra dan Rose pada tahun 1990 dan telah
mengalami beberapa pengembangan selama Proyek ACIAR (Australian Centre for
International Agricultural Research) (Rose et al., 1997a). Untuk daerah tropis (Philippina,
Malaysia, Thailand dan Australia), GUEST telah divalidasi pada skala plot (72-1.000m2)
dan menunjukkan hasil yang baik (Rose et al., 1997a; Schmitz dan Tameling, 2000; ICRAF,
2000).
GUEST merupakan model persamaan fisik (physical equation) yang perhitungannya
didasarkan pada konsentrasi sedimen yang tersuspensi di dalam aliran permukaan,
dikembangkan oleh Rose dan Hairsine (1988). Besar konsentrasi sedimen pada keadaan bera
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Ct adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan; F adalah fraksi tenaga aliran yang
digunakan untuk mengerosikan tanah;
air;
adalah
ks
tanaman penutup dan tanpa tanaman (bera) dengan permukaan kontak seperti tersaji dalam
persamaan 12.
Keterangan:
c
cb
Cs
ks
Akhirnya, dengan menambahkan persamaan 11, 12, dan total aliran permukaan
(Q) pada persamaan 9, maka jumlah keseluruhan masa tanah yang
hilang pada setiap kejadian erosi (M) disajikan pada persamaan 13.
Prosedur perhitungan erosi dengan metode Rose pada prinsipnya adalah
mengakomodasikan besaran aliran permukaan dan konsentrasi sedimen dalam aliran
permukaan pada setiap kejadian hujan.
Tabel 6. Perbedaan Metode USLE dan Metode GUEST
Karakteristik
Temporality
Persamaan
Proses
Kompleksitas
Kebutuhan
Skala
Aplikasi
Keterbatasan
USLE
GUEST
Statis
(simulasi
erosi Semi-statis (simulasi erosi
pada rata-rata tahunan)
dapat
dilakukan
per
kejadian)
Empiris, berdasarkan data Physically
based
statistik
dari penelitian (meskipun
beberapa
pengukuran erosi
hubungan
empirik
digunakan)
Implisit
(tidak
dapat Explicit (memungkinkan
mengisolasi
atau untuk mengisolasi atau
memisahkan pengaruh dari memisahkan pengaruh dari
given viable)
suatu given viable)
Simple (sederhana)
Lebih komplesk
Input perameter sedikit
Parameter
tidak terlalu
banyak
Plot size (ukuran plot)
Plot dan small catchments
bila di opresikan dengan
program geostatistik yang
dinamik
Croplamd
(lahan Croplamd
(lahan
pertanaman), range land pertanaman), range land
(lahan penggembalaan),dan (lahan
hutan
penggembalaan),dan hutan
Ketidakakuratan untuk area- Hubungan
empiris
area tanpa kalibrasi lapangan dimasukkan
untuk
tidak
digunakan
pada menyederhanakan
Keuntungan
Fasilitas
computer
Out put
Rata-rata
erosi
jangka Konsentrasi sedimen per
panjang per unit area
kejadian hujan
Sumber: disarikan dari ICRAF, 2001
II
Dalam
<15
SR
15-60
R
>90
Sedang
0
R
I
S
II
B
III
SB
IV
SB
60-90
II
III
IV
IV
Dangkal
SB
SB
SB
30-60
Sangat dangkal
II
B
III
SB
IV
SB
IV
SB
IV
SB
V
>480
SB
<30
III
IV
IV
IV
IV
Sumber : Departemen Kehutanan. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi (1998)
Keterangan :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prediksi terjadinya suatu erosi dapat dihitung menggunakan metode USLE
berdasarkan dari erosivitas hujan, erodibitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng,
pengolahan tanah dan jenis tanaman serta dengan perhitungan metode GUEST.
3.2 Saran
Suatu perhitungan prediksi erosi perlu ketelitian dan pemilihan metode yang tepat
dalam menganalisa besarnya laju erosi pada suatu lahan berdasarkan bentuk lahan tersebut
dan faktor-faktor pendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ke tiga. Dargama,
Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Pertama. Gadjah
Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Departemen
Kehutanan RI. Jakarta.
Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
ICRAF (International Center for Research AgroForestry). 2001. Modelling Erosion at Differrent
Scales, Case Study in The Sumber Jaya Watershed, Lampung, Indonesia. Internal
Report (Unpublished). Bogor. 84p.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Laboratorium
Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses pada tanggal 10
Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.
Diposkan oleh adi dwiguna di 11/27/2013 04:08:00 AM
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)