Anda di halaman 1dari 14

II.

PREDIKSI EROSI

2.1 Pengertian erosi


Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno, 1995). Secara
deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor iklim, tanah,
topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam.
2.2 Pengertian Prediksi Erosi dan Macam-Macam Metode Perhitungan Prediksi Erosi
Prediksi erosi adalah suatu pendugaan terjadinya terkikisnya tanah (erosi) pada lahan
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, iklim dan manusia. Metode-metode yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat laju erosi dapat menggunakan metode USLE dan metode
GUEST.
2.2.1

Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)


USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah
dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan
pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978). Bentuk erosi yang dapat diprediksi
adalah erosi lembar atau alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Wischmeier
dan Smith, 1978 dalam Arsyad, 2000).Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa
metode yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss
Equation (USLE). Adapun persamaan ini adalah:
A= R. K . L. S . C. P
Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1;

R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara
energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30),
K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu tanah yang
diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang 72,6 kaki (22 m) terletak
pada lereng 9 % tanpa tanaman;
L : Faktor panjang lereng 9 %, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng tertentu dan

erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22 m) di bawah keadaan yang identik;
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatutanah dengan kecuraman
lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9 % di bawah keadaan yang
identik;
C : Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi
dari tanah yang identik tanpa tanaman;
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi
perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam
strip atau teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam kedaan yang
identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang terjadi di
suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan besarnya erosi
menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian,
sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor
erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max =curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan yang bersangkutan.
Perhitungan faktor erosivitas hujan (R) yang lain dapat dihitung dengan menggunakan
rumus di bawah ini.
R = (0.41 x H)1.09
dimana H = curah hujan (mm/th).
2. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau menyebabkan erosi.
Indeks erosivitas hujan yang digunakan adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena
pengaruh jatuhan butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air hujan

sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan,
dimana keduanya mempengaruhi besar energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum, yaitu
parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Asdak, 1995).
Persamaan yang umum digunakan untuk menghitung erosivitas adalah persamaan yang
dikemukakan oleh Bols (1978) dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :

El30 = 6,119 R 1,21 x D -0,47 x M 0,53

keterangan :
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumlah E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm)
D : Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain dapat menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) sebagai berikut :
R = 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih sederhana karena
hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
3. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun per satuan
indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha
pencegahan erosi, lereng 9% (5), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995). Faktor

erodibilitas tanah menunjukan kekuatan partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi
partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas tanah
ditentukan oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas
infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan nilai faktor
K secara cepat dapat dilihat pada Tabel 2 dengan terlebih dahulu mengetahui informasi jenis
tanah. Nilai faktor K juga dapat diperoleh dengan menggunakan nomograf erodibilitas tanah
seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. Nomograf ini disusun oleh lima parameter yaitu %
fraksi debu dan pasir sangat halus, % fraksi pasir, % bahan organik, struktur tanah, dan
permeabilitas tanah (Purwowidodo,1999).
Gambar 1. Nomograf Erodibilitas Tanah (United States Environmental Protection Agency, 1980 di dalam
Asdak, 1995)
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah
(Wischmeier et al., 1971). Penentuan besarnya nilai K dapat dilakukan dengan menggunakan
nomograph atau rumus Wischmeier et al. (1971) sebagai berikut:
100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a : % bahan organik (% C x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kode kelas permeabilitas penampang tanah
Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi), angka 6% tersebut
digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian struktur dan permeabilitas tanah masingmasing menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah
No Tipe struktur tanah
1
Granular sangat halus (very fine granular)
2
Granular halus (fine granular)
3
Granular sedang dan besar (medium, coarse granular)
4
Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif)
Sumber: Wischmeier et al., 1971

Kode penilaian
1
2
3
4

Tabel 2. Penilaian kelas permeabilitas tanah


No. Kelas permeabilitas tanah
1
Cepat (rapid)
2
Sedang sampai cepat (moderate to rapid)
3
Sedang (moderate)
4
Sedang sampai lambat (moderate to slow)
5
Lambat (slow)
6
Sangat lambat (very slow)
Sumber: Wichmeser et al. (1971)

Kode penilaian
1
2
3
4
5
6

4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)


Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan
panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah gundul,curamlereng 9%,
panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi) yang mempunyai nilai LS = 1.
Menurut Weismeier dan Smith (1978) dalam Hardjoamijojo dan Sukartaatmadja (1992),
faktor lereng dapat ditentukan dengan persamaan :
LS = m (0,065 + 0,045 S + 0,0065 S2)
keterangan :
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5

Menurut Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS adalah faktor panjang dan kemiringan lahan; S adalah kemiringan lahan (%) L
adalah panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan untuk

lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumus Gregory et al. (1977) sebagai
berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
= panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%; 0,3 untuk lereng < 3,4% C =
34,7046

udut kemiringan lahan, dalam derajat.


Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut
kemiringan lerengnya seperti ditunjukan pada Tabel 3 berikut .
Tabel 3. Penilaian kelas kelerengan (LS)
Kelas lereng
Kemiringan lereng (%)
Nilai LS
A
0-5
0.25
B
5 15
1.20
C
15 35
4.25
D
35 50
9.50
E
> 50
12.00
Sumber : Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta (1986)
5. Faktor Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis
pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pada kondisi permukaan lahan
yang sama tetapi tanpa pengelolaan tanaman atau diberakan tanpa tanaman. Pada tanah yang
gundul (diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Untuk mendapatkan nilai C
tahunan perlu diperhatikan perubahan-perubahan penggunaan tanah dalam setiap tahun.
Terdapat sembilan parameter sebagai faktor penentu besarnya nilai C, yaitu konsolidasi
tanah, sisa-sisa tanaman, tajuk vegetasi, sistem perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan
pengelolaan lahan, faktor kontur, kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumputrumputan
(Asdak, 1985).
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan Lahan
NO
1
2
3
4

Pengelolaan tanaman
Ubi kayu + kedelai
Ubi kayu + kacang tanah
Padi + sorgum
Padi + kedelai

Nilai C
0,181
0.195
0,345
0,417

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kacang tanah+ gude


Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha
Kacang tanah +kacang tunggak
Padi + mulsa jerami 4 ton/ha
Kacang tanah + mulsa jagung 3 ton/ha
Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha
Kacang tanah+mulsa kacang tanah
Kacang tanah + mulsa jerami
Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha
Pola tanam numpang gilir 1 ] + mulsa jerami 6

0,495
0,049
0,571
0,096
0,120
0.136
0,259
0,377
0.387
0,079

15
16
17

ton /ha
Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam
Pola berurutan
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa

0,347
0,498
0.357

tanaman
18 Pola tanam tumpang gilir
0,588
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)
6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang hilang bila usaha konservasi
tanah dilakukan (teras, tanaman, dan sebagainya) dengan tanpa adanya usaha konservasi
tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku). Bila diteraskan, nilai P dianggap
sama dengan nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan menganggap
panjang lereng sebagai jarak horizontal dari masingmasing teras. Konservasi tanah tidak
hanya tindakan konservasi secara mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang
bertujuan untuk mengurangi erosi tanah. Penilaian faktor P di lapangan lebih mudah apabila
digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan
erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP perlu dilakukan dengan hati-hati karena
adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.
Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No.

Teknik Konserfasi Tanah

Teras bangku
a. Sempurna
b. Sedang
c. Jeleh
2
Teras tradisional
3
Padang rumput (permant grass field)
a. bagus
b. jelek

Nilai
p

0.04
0.15
0.35
0.40
0,04
0,40

4
5

Hill side ditch atau field pits


0,3
Countur croping
a. kemiringan 0-8%
0,5
b. kemiringan 9-20%
0,75
c. kemiringan 20%
0,9
6
Limbah jerami yang digunakan
a. 6 ton/ha/tahun
0,3
b. 3 ton/ha/tahun
0,5
c. 1 ton/ha/tahun
0,8
7
Tanaman perkebunan
a. Penutupan tanah rapat
0,1
b. Penutupan tanah sedang
0,5
8
Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal
0,3
9
Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman dijadikan 0.5
mulsa
10
Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa
0,087
11
Jagung- mulsa jerami padi
0,008
12
Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi
0,193
13
Kacang tanah-kacang hijau
0,730
Sumber : Abdukrahman, dkk. (1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan Sukartaatmadja S. (1992)
2.2.2

ambar 2.

Metode GUEST
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses erosi
yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir-butir hujan dan
aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam model ini, erosi terjadi
karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu pelepasan (detachment) oleh butir-butir
hujan, pengangkutan (transportation) sedimen, dan pengendapan (deposition) sedimen
(Rose et.al., 1983).
Persamaan model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagai berikut:
SL = 2700 S (C r ) (Q)
Keterangan :
SL: total tanah yang hilang (kg.m-3);
: efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).

Hubungan antara fluks sedimen, pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan sedimen, dalam
proses erosi tanah (Rose dan Freebairn, 1985)
Persamaan (1) diturunkan berdasarkan konsep konservasi masa sedimen dalam

beberapa bagian elemen dari aliran permukaan yang dikombinasikan dengan teori
konsentrasi sedimen dan hidrologi. Secara matematis persamaan tersebut ditulis dalam
bentuk,
dimana qsi = q ci, yaitu fluk (flux) sedimen pada arah aliran (x), q adalah fluk sedimen
(debit spesifik), ci= konsentrasi sedimen, h = tebal aliran permukaan, ei = pelepasan
(detachment) oleh butir-butir hujan, ri = pengangkutan (entrainment) sedimen, dan di =
pengendapan (deposition) sedimen.
Sejalan dengan perkembangan ilmu komputer, model GUEST disempurnakan menjadi
event-based proses model untuk erosi lembar (sheet erosion). Namun demikian model
tersebut dapat juga diaplikasikan untuk erosi alur (rill erosion). Model ini dapat pula
dianggap sebagai semi-static model, karena erosi dapat diprediksi per kejadian hujan (event
by event) (Schmitz dan Tameling, 2000).
GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misra dan Rose pada tahun 1990 dan telah
mengalami beberapa pengembangan selama Proyek ACIAR (Australian Centre for
International Agricultural Research) (Rose et al., 1997a). Untuk daerah tropis (Philippina,
Malaysia, Thailand dan Australia), GUEST telah divalidasi pada skala plot (72-1.000m2)
dan menunjukkan hasil yang baik (Rose et al., 1997a; Schmitz dan Tameling, 2000; ICRAF,
2000).
GUEST merupakan model persamaan fisik (physical equation) yang perhitungannya
didasarkan pada konsentrasi sedimen yang tersuspensi di dalam aliran permukaan,
dikembangkan oleh Rose dan Hairsine (1988). Besar konsentrasi sedimen pada keadaan bera
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Ct adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan; F adalah fraksi tenaga aliran yang
digunakan untuk mengerosikan tanah;
air;

adalah berat jenis sedimen; adalah berat jenis

adalah rata-rata kecepatan pengendapan sedimen;


S adalah kemiringan lahan; dan V

adalah kecepatan aliran permukaan.


Kecepatan aliran permukaan pada persamaan 3 menggunakan rumus Mannings
yang disajikan dalam persamaan 4, yaitu:
Keterangan:
n adalah koefisien kekasaran Mannings; R adalah jari-jari hidraulik; dan S
kemiringan lahan.

adalah

Jika debit aliran permukaan mengikuti persamaan 5, kemudian disubsitusikan kedalam


persamaan 3, maka persamaan kecepatan aliran permukaan dapat dijabarkan menjadi
persamaan 6.
Q = VA
Keterangan :
Q adalah debit aliran permukaan per unit dan A adalah luas penampang permukaan.
Bila persamaan 6 disubsitusikan dalam persamaan 3, maka persamaan konsentrasi
sedimen dapat dijabarkan mengikuti persamaan 7, yaitu:
Selanjutnya persamaan 7 disederhanakan menjadi persamaan 8, yaitu
Rose et al. (1997a) dan Yu et al. (1997) mengungkapkan perlu dilakukan upaya
untuk memperoleh aliran permukaan yang stabil dengan mencari debit aliran permukaan
effektif

(Q eff ) dengan perubahan persamaan menjadi persamaan 9.

Dengan nilai Qeff seperti persamaan 10 di bawah ini.


Untuk mendapatkan kondisi aktual di lapangan, maka faktor erodibilitas tanah dan
faktor penutupan lahan atau vegetasi harus ditambahkan. Erodibilitas tanah didefinisikan
sebagai ketahanan tanah terhadap gerakan aliran air permukaan. Istilah ini disebut juga
sebagai kohesi tanah atau ketahanan agregat tanah. Kohesi tanah mempunyai hubungan yang
negatif dengan jarak antar partikel, tetapi mempunyai hubungan yang positif dengan luas
permukaan spesifik partikel tanah.
Hubungan erodibilitas tanah dengan konsentrasi sedimen pada aliran permukaan
disajikan dalam persamaan 11.
Keterangan:
adalah parameter erodibilitas; C adalah konsentrasi sedimen dalam aliran permukaan.
Faktor penutupan lahan sangat signifikan mengurangi kerusakan tanah yang
diakibatkan pukulan butiran air hujan, dan dapat menurunkan laju aliran permukaan.
Penutupan lahan mempunyai hubungan eksponensial dengan permukaan kontak dan erosi
yang dihasilkan serta mempunyai nilai yang bervariasi tergantung pada tipe penggunaan
lahannya (Rose et al. 1997b).
Selain itu permukaan kontak mempunyai hubungan eksponensial dengan konstanta
permukaan kontak yaitu

ks

. Nilai ini diperoleh dari hubungan tanah yang tererosi dengan

tanaman penutup dan tanpa tanaman (bera) dengan permukaan kontak seperti tersaji dalam

persamaan 12.
Keterangan:
c

erosi tanah pada tanaman tertentu;

cb

erosi tanah pada kondisi bera;

Cs

fraksi dari permukaan kontak penutupan; dan

ks

konstanta permukaan kontak.

Akhirnya, dengan menambahkan persamaan 11, 12, dan total aliran permukaan
(Q) pada persamaan 9, maka jumlah keseluruhan masa tanah yang
hilang pada setiap kejadian erosi (M) disajikan pada persamaan 13.
Prosedur perhitungan erosi dengan metode Rose pada prinsipnya adalah
mengakomodasikan besaran aliran permukaan dan konsentrasi sedimen dalam aliran
permukaan pada setiap kejadian hujan.
Tabel 6. Perbedaan Metode USLE dan Metode GUEST
Karakteristik
Temporality
Persamaan

Proses

Kompleksitas
Kebutuhan
Skala

Aplikasi

Keterbatasan

USLE
GUEST
Statis
(simulasi
erosi Semi-statis (simulasi erosi
pada rata-rata tahunan)
dapat
dilakukan
per
kejadian)
Empiris, berdasarkan data Physically
based
statistik
dari penelitian (meskipun
beberapa
pengukuran erosi
hubungan
empirik
digunakan)
Implisit
(tidak
dapat Explicit (memungkinkan
mengisolasi
atau untuk mengisolasi atau
memisahkan pengaruh dari memisahkan pengaruh dari
given viable)
suatu given viable)
Simple (sederhana)
Lebih komplesk
Input perameter sedikit
Parameter
tidak terlalu
banyak
Plot size (ukuran plot)
Plot dan small catchments
bila di opresikan dengan
program geostatistik yang
dinamik
Croplamd
(lahan Croplamd
(lahan
pertanaman), range land pertanaman), range land
(lahan penggembalaan),dan (lahan
hutan
penggembalaan),dan hutan
Ketidakakuratan untuk area- Hubungan
empiris
area tanpa kalibrasi lapangan dimasukkan
untuk
tidak
digunakan
pada menyederhanakan

Keuntungan

Fasilitas
computer
Out put

keadaan gully (ephemeral persamaan


gully),
masalah
untuk
multiple land uses pada suatu
kemiringan lahan, kadangkadang overestimasi, tidak
bias
digunakan
untuk
prediksi
sedimentasi
deposition,
tidak
untuk
menghitung distribudi spasial
sedimen pada lerenng bukit
(hill slope)
Sederhana, diterima dan Divalidasi untuk Negaradigunakan secara luas
negara di daerah tropis,
menggunakan run off
untuk menghitung erosi
Ya atau tidak
Ya

Rata-rata
erosi
jangka Konsentrasi sedimen per
panjang per unit area
kejadian hujan
Sumber: disarikan dari ICRAF, 2001

2.3 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE)


Perkiraan erosi dan kedalaman tanah dipertimbangkan untuk memprediksi Tingkat
Bahaya Erosi (TBE) untuk setiap satuan lahan. Kelas Tingkat Bahaya Erosi diberikan pada
tiap satuan lahan dengan matriks yang mengguanakan informasi solum tanah dan perkiraan
erosi menurut Rumus USLE.
Tabel 7. Kelas tingkat bahaya erosi
Kelas erosi
III
IV
Erosi (ton/ha/thn)
60-180
180-480
S
B

II

Dalam

<15
SR

15-60
R

>90
Sedang

0
R

I
S

II
B

III
SB

IV
SB

60-90

II

III

IV

IV

Dangkal

SB

SB

SB

30-60
Sangat dangkal

II
B

III
SB

IV
SB

IV
SB

IV
SB

Solum tanah (cm)

V
>480
SB

<30
III
IV
IV
IV
IV
Sumber : Departemen Kehutanan. Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi (1998)
Keterangan :

0 SR = Sangat Ringan; I R = Ringan; II S = Sedang; III B = Berat; IV SB = Sangat


Berat
III.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prediksi terjadinya suatu erosi dapat dihitung menggunakan metode USLE
berdasarkan dari erosivitas hujan, erodibitas, erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng,
pengolahan tanah dan jenis tanaman serta dengan perhitungan metode GUEST.
3.2 Saran
Suatu perhitungan prediksi erosi perlu ketelitian dan pemilihan metode yang tepat
dalam menganalisa besarnya laju erosi pada suatu lahan berdasarkan bentuk lahan tersebut
dan faktor-faktor pendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ke tiga. Dargama,
Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Pertama. Gadjah
Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Departemen
Kehutanan RI. Jakarta.
Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
ICRAF (International Center for Research AgroForestry). 2001. Modelling Erosion at Differrent
Scales, Case Study in The Sumber Jaya Watershed, Lampung, Indonesia. Internal
Report (Unpublished). Bogor. 84p.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Laboratorium
Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses pada tanggal 10
Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.
Diposkan oleh adi dwiguna di 11/27/2013 04:08:00 AM
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai