Makalah Farmakoterapi Hiperlipidemia
Makalah Farmakoterapi Hiperlipidemia
HIPERLIPIDEMIA
Disusun Oleh :
Kelas A
Kelompok 2
Milyadi S
260112120047
Langlang W
260112120049
Deborah
260112120051
Lideo L
260112120053
Risa D
260112120055
Tina P
260112120003
Siti Nurjanah
260112120025
Putri W
260112120119
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya kalori, yang berfungsi
sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari
makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam sel-sel
lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari
dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan
komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf
serta empedu (Suyatna, 2007).
Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.
Lemak tidak larut dalam cairan plasma, sehingga dia harus mengikat dirinya pada
protein tertentu agar dapat mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan
protein ini disebut lipoprotein.
Kurang gerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang
tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan
adipose yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut yang
lambat laun nampak membuncit (Alam et al., 2003).
BAB II
ISI
I. DEFINISI
II. KLASIFIKASI
Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi dua sub-kategori, yaitu
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar
trigliserida tinggi).
1. Hiperkolesterolemia
Kelebihan kolesterol dalam darah akan menimbulkan suatu proses
kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan
lemak) dalam pembuluh darah, perlekatan monosit, agregasi platelet, dan
Terapeutik, 2007).
a) Hiperlipoproteinemia tipe I
Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit
keturunan yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh
penderita tidak mampu membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak
dan dewasa muda dengan kelainan ini mengalami serangan berulang dari
nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya terdapat pertumbuhan
lemak
berwarna
kuning-pink
(xantoma
eruptif).
Pemeriksaan
darah
penyakit
keturunan
yang
jarang
terjadi,
yang
resiko
terjadinya
aterosklerosis.
Penderita
seringkali
mampu
memetabolisme
dan
membuang
kelebihan
trigliserida
sebagaimana mestinya. Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat
dari penyalahgunaan alkohol, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik,
gagal ginjal dan makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu (UPTBalai Informasi Teknologi LIPI, 2009).
III.
PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 jenis utama lipoprotein, yaitu :
Kilomikron
VLDL (Very Low Density Lipoproteins)
LDL (Low Density Lipoproteins)
HDL (High Density Lipoproteins) (Katzung, 2002).
Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.
Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan
meningkatnya resiko penyakit jantung, sedangkan kolesterol yang dibawa oleh
HDL (disebut juga kolesterol baik) menyebabkan menurunnya resiko penyakit
jantung dan menguntungkan. Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih
dari 130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL.
Kadar HDL harus meliputi lebih dari 25 % dari kadar kolesterol total (Neal,
2006).
Transport dan metabolisme lipoprotein pada orang normal
Sebagai plasma lipid yang terbesar, kolesterol dan trigliserida merupakan
substrat esensial untuk pembentukan membran sel dan sintesis hormon.
Kolesterol dan trigliserida merupkan sumber dari asam lemak bebas. Dislipidemia
dapat diartikan sebagai peningkatan kadar total kolesterol, LDL-C, atau kadar
trigliserida, kadar HDL-C yang rendah, atau kombinasi dari keadaan-keadaan
tersebut. Lemak bersifat tidak larut dalam air sehingga lemak diedarkan dalam
darah sebagai lipoprotein. Hiperlipoprteinemia diartikan sebagai peningkatan
konsentrasi makromolekul lipoprotein yang mentranspor lipid dalam plasma.
Gambar2.3. komposisi lipoprotein yang di isolasi dari subyek normal
Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis diduga berkembang dari transport dan retensi LDL plasma
melalui lapisan sel endothelial ke dalam matriks ekstraselular daerah
subendotelial. Pada dinding arteri, LDL dimodifikasi secara kimia melalui
proses oksidasi dan glikasi nonenzimatik. Perlahan-lahan LDL teroksidasi
Disfungsi endotelium
Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa factor resiko seperti LDL
teroksidasi, luka mekanis terhadap endothelium, peningkatan homosistein,
serangan fungsi imunologi, atau induksi infeksi yang menginduksi perubahan
dalam endothelial dan fungsi intima membawa kepada disfungsi endothelium
dan serangkaian interaksi seluler yang lama kelamaan memuncak menjadi
aterosklerosis. Gejala klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokard,
aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta serta abdomen
dan kematian mendadak.
Respon inflamasi
LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh
beberapa zat kimia penarik dan sitokin, misalnya Monosite Colony
Stimulating
Factor
(MCSF),
melekul
adhesi
intraselular,
Platelet
Faktor genetik
Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial adalah
ketidak mampuan
MANIFESTASI KLINIK
Hiperlipidemia tidak memberikan tanda-tanda klinis, namun terdapat gejala yang
nyata yang disebut xantoma yaitu penumpukan jaringan lemak di dalam tendo (urat
daging) dan di dalam kulit yang sering dijumpai antara lain di lipatan kelopak mata.
Jika kadar kolesterol tidak terkontrol lama kelamaan akan menumpuk, menjadi
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Gejala hiperlipidemia diantaranya yaitu
merasa sakit, berdebar, berkeringat, gelisah, bernafas pendek, kehilangan kesadaran
atau sulit dalam berbicara atau bergerak, sakit abnominal, dan kematian secara
mendadak. Pasien yang terkena sindrom metabolisme kemungkinan memiliki tiga
atau lebih komplikasi, yaitu obesitas abdominal, atherogenic dyslipidemia, tekanan
darah tinggi, resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa), keadaan
prothrombotic, atau keadaan proinflammatory (Dipiro et al,. 2008).
Hiperkolesterolemia familial dijelaskan dengan peningkatan selektif LDL plasma
dan perubahan penyimpanan turunan kolesterol LDL pada tendon (xantoma) dan
arteri (ateroma) (Sukandar et al., 2008).
Defisiensi lipoprotein lipase famial dijelaskan dengan akumulasi masif
kilomikron dan berhubungan dengan meningkatnya trigliserida plasma atau pola
lipoprotein tipe I (peningkatan kilomikron). Gejala yang muncul termasuk serangan
berulang pankreatitis dan nyeri abdominal, munculnya xantomatosis kutaneus, dan
hepatosplenomegali yang diawali sejak kecil. Gejala buruk proporsional dengan
asupan lemak dalam makanan dan mengakibatkan peningkatan kilomikron.
Pembentukan aterosklerosis tidak dipercepat dengan penyakit ini (Sukandar et al.,
2008).
Gejala klinis pasien dengan hiperlipoprotein familial tipe III (peningkatan IDL
atau Intermediate Density Lipoprotein) berkembang setelah umur 20 tahun yaitu
xantoma striata palmaris (perubahan warna menjadi kuning pada palma dan
berkerutnya digital); tuberosa xantoma (bulbus kutaneus xantoma); dan ateroslerosis
parah yang melibatkan arteri koroner, karotid internal, dan aorta abdominal (Sukandar
et al., 2008).
Kolesterol total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL-Direk,
Trigliserida
ApoB
Lp(a)
(Lpa),
Apolipoprotein
A1,
Apolipoprotein
A2,
Apolipoprotein B
j. Tes diagnostik lain, meliputi : Lipoprotein (a), homosistein, serum amiloid
a, dan LDL tebal/padat (pola B). Berbagai skrining tes untuk manifestasi
dari penyakit pembuluh (index mata kaki berkenaan dengan lengan,
latihan pengujian, Magnetis Resonansi Imaging) dan diabetes (glukosa
puasa, uji toleransi glukosa oral).
VI.
Penanganan hiperlipidemia
1. Terapi farmakologis
a. Asam Fibrat
Klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat asam fibrat
yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat, dan
bezafibrat. Obat ini diduga bekerja dengan cara berikatan dengan resptor
peroxisome proliferator-activated receptors alpha (PPARa) dengan
peningkatan oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi
Apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang
kaya trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati akan menurunkan
VLDL. HDL meningkat secara moderat karena peningkatan ekspresi Apo
A-I dan Apo A-II (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007).
Resorpsinya dari usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati segera
dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekskresinya berlangsung melalui
kemih sebagai glukuronida.
Efek samping berupa gangguan (sementara) saluran cerna, kadang kala
nyeri kepala, kantuk, eksantema, timulasi nafsu makan, rambut rontok,
dan impotensi.
Interaksi. Efek derivat kumarin diperkuat, begitu pula efek furosemida dan
antidiabetika oral berdasarkan pendesakan dari ikatan proteinnya.
Dosis. Permulaan 500 mg sehari, berangsur-angsur dinaikkan sampai
3-4 dd 500 mg d.c./p.c. (Tjay, 2010).
b. Resin (damar pengikat asam empedu)
Contohnya adalah kolestiramin dan kolestipol. Resin menurunkan
kadar kolesterol dengan mengikat asam empedu dalam saluran cerna,
mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang
bersifat asam dalam tinja mengikat. Resin menyebabkan penurunan
kolesterol dalam hati. Hal ini meningkatkan katabolisme LDL dan
meningkatkan aktivitas HMG CoA reduktase. Peningkatan aktivitas HMG
CoA akan mengurangi efek penurunan kolesterol oleh resin. Oleh karena
itu efek resin akan meningkat bila diberikan bersama penghambat HMG
CoA reduktase.
Efek samping tersering ialah mual, muntah dan konstipasi yang
berkurang setelah beberapa waktu. Akibat gangguan absorpsi lemak atau
steatore dapat terjadi gangguan absorpsi vitamin A, D, dan K serta
hipoprotrombinemia.
Obat
ini
mengganggu
absorpsi
klorotiazid,
dikombinasikan dengan
LDL obat ini kurang kuat dibandingkan resin. Pemberian bersama resin
meningkatkan efek hipolipidemiknya. Probukol menimbulka konsistensi
tinja yang lunak sehingga memperbaiki efek samping resin yang
menimbulkan konstipasi. Kombinasi probukol dengan klofibrat tidak
boleh dilakukan karena kadar HDL akan lebih rendah.
Efek samping. Reaksi yang sering terjadi berupa gangguan
gastrointestinal ringan (diare, flatus, nyeri perut dan mual). Kadangkadang terjadi eosinofilia, parestesia dan edema angioneurotik. Pada
wanita yang merencanakan hamil dianjurkan agar menghentikan probukol
6 bulan sebelumnya.
Dosis. Dosis dewasa 250-500 mg sebaiknya ditelan bersama makanan,
2 kali sehari. Biasanya dikombinasi dengan obat hipolipidemik yang lain
(resin atau penghambat HMG CoA reduktase) (Departemen Farmakologi
dan Terapeutik. 2007).
f. Lain-lain:
- Penghambat absorpsi: ezetimibe menghambat absorpsi sitosterol dan
kolesterol dalam usus. Obat ini efektif menurunkan LDL dan
kolesterol total. Pemberian bersama fibrat meningkatkan kadar
ezetimibe
dalam plasma.
Sebaliknya
bila
diberikan
bersama
5-10
mg/hari,
diberikan
sekali
sehari
(Departemen
TERAPI
Tujuan terapi yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan
kolesterol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark
miokardiak, angina, gagal jantung, stroke, iskemia, atau kejadian lain pada penyakit
arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic abdominal (Sukandar et
al., 2008)
Tujuan terapi dinyatakan dengan kadar LDL-C dan tingkat inisiasi terapetik
perubahan gaya hidup (TLC) dan terapi obat yang diberikan untuk masing-masing
orang dewasa dan anak-anak. Alasan utama untuk mengembangkan terapi terapetik
perubahan gaya hidup dan obat untuk mengurangi risiko kejadian pertama atau
peristiwa berulang seperti MI, angina, gagal jantung, stroke iskemik, dan bentukbentuk lain dari penyakit arteri perifer, seperti carotid stenosis dan aneurisma aorta
abdominal (Dipiro et al., 2008).
Menetapkan perubahan dan hasil yang ditargetkan dengan penguatan tujuan
yang konsisten untuk mencapai tujuan mengurangi hambatan untuk mengoptimalkan
terapetik perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. Terapetik perubahan gaya
hidup harus diterapkan pada semua pasien sebelum mempertimbangkan terapi obat.
Komponen terapetik perubahan gaya hidup termasuk (Dipiro et al., 2008):
secara umum, aktivitas fisik intensitas sedang 30 menit per hari dalam
seminggu harus dilakukan. Pasien dengan CAD dikenal atau yang
berisiko tinggi harus dievaluasi sebelum mereka melakukan olahraga
berat.
Berat dan BMI harus ditentukan pada setiap kunjungan, pola dan gaya
hidup untuk menginduksi penurunan berat badan dari 10% harus
VIII. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Alam, A., Subardja, D., Fadil, R., Rustama, D.S. 2003. Hiperlipidemia Familial
Homozigot Dan Mikropenis Pada Seorang Anak Balitamkb Vol.35
No.1.
Tersedia
di:
Fat).
Tersedia
di: