ABORTUS INKOMPLIT
Oleh:
Febilya Kusumaningtyas
125070107121009
125070100111070
125070100111035
125070100111112
Pembimbing:
dr. Rahajeng, Sp.OG(K)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh:
Febilya Kusumaningtyas
125070107121009
125070100111070
125070100111035
125070100111112
Menyetujui:
Pendamping,
Pembimbing,
DAFTAR ISI
Halaman Judul . i
Lembar Pengesahan ii
DAFTAR ISI .... iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat .. 2
BAB II URAIAN KASUS ..
2.1 Identitas . 3
2.2 Subjektif . 3
2.3 Objektif ... 5
2.4 Catatan Perkembangan Pasien . 9
BAB III PERMASALAHAN ..
10
11
4.2 Diagnosa ..
11
4.3 Tatalaksana .
14
15
4.5 Observasi .
16
18
5.1 Kesimpulan ..
18
5.2 Saran .
18
DAFTAR PUSTAKA .. 20
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan
dapat
terjadi
pada
setiap
usia
kehamilan
1.1.3
1.3
Manfaat
1.3.1 Menambah informasi dan wawasan mengenai kasus abortus inkomplit
1.3.2 Mampu mengenali abortus inkomplit sehingga tidak terjadi komplikasi
1.3.3
BAB II
URAIAN KASUS
2.1 IDENTITAS
2.1.1 Pasien
No. Reg.
10037xxx
Nama
Ny. F
Umur
41 tahun
Agama
Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Jawa
Bangsa
Indonesia
Alamat
Status
Kehamilan
G2 P1001 Ab000 AT 14 th
HPHT
Nama
Tn. AA
Usia
41 tahun
Agama
Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Jawa
Bangsa
Indonesia
Alamat
2.1.2 Pasangan
Pasien masih mengalami keluar darah dari jalan lahir semakin banyak.
Pasien periksa ke RS RKZ, dan dilakukan pemeriksaan USG oleh seorang
dokter spesialis obstetri ginekologi, tampak kantong kehamilan di dalam
rahim. Pasien pulang dan diberi obat penguat kandungan.
27 September 2016 pkl. 20.00
Pasien masih mengalami keluar darah dari jalan lahir semakin banyak (kirakira 2 pembalut besar penuh) dan bergumpal-gumpal. Pasien juga mengeluh
nyeri di perut bagian bawah dengan nilai VAS 5. Pasien datang ke IGD
RSSA.
Tidak ada riwayat keputihan dan anyang-anyangen. Pasien mengaku tidak
pernah pergi untuk pijat tradisional atau mengkonsumsi jamu-jamuan.
Selama 1 bulan terakhir pasien tidak aktif melakukan hubungan seksual.
2.2.3 Riwayat Pernikahan:
Pasien menikah satu kali, dengan usia pernikahan 15 tahun.
2.2.4 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
N
o.
1
At/P/I/
BBL
Cara Lahir
Ab/E
At
3050
Spontan
Hamil
gram
-
pervaginam
-
UK
Pe
nolong
Do
L/P
Umur
H/M
14 thn
kter
-
12-14
minggu
dengan
perdarahan
2.2.5 Riwayat Kontrasepsi:
Pasien menggunakan kontrasepsi jenis suntik (setiap 1 bulan) sejak anak
pertama berusia 5 tahun, dan lepas kontrasepsi sejak 2 tahun yang lalu.
2.2.6 Riwayat Haid
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 8 hari
Jumlah haid
: 2 pembalut
Nyeri haid
: sewaktu haid
HPHT
: 16 Juli 2016
: Tampak Baik
Kesadaran
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 60 kg
BMI
: 26.67 kg/m2
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit, reguler
RR
Suhu
Thorax
Jantung
Paru
: v/v
Rhonki - / -
Wheezing - / -
v/v
-/-
-/-
v/v
Abdomen
-/-
-/-
Status Ginekologi
Genitalia eksterna : fluxus (+) fluor (-)
Inspekulo
VT
2.3.2 Assessment
G2P1001Ab000 Gr. 12-14 minggu + Abortus Inkomplit
2.3.3 Planning
ampul) IV.
Planning monitoring: Observasi Vital Sign, fluxus
Planning edukasi: KIE (Komunikasi, Infomasi, Edukasi) pasien
tentang kondisi pasien saat ini, prosedur yang akan dilakukan,
komplikasi dari prosedur yang akan dilakukan, edukasi.
Result
Normal Value
10,6
4 x 106
9.470
32,1%
308.000
78,3
25,9
33,0
4,6/0,6/62,0/27,1/5,7 %
9,3
10,1
0,9
9,4-11,3 detik
28,4
26,8
24,6-30,6 detik
Jernih
Kuning
6,0
1,010
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1+
Jernih
Kuning
4,5 - 8,0
1,005 1,030
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1,6/lpk
-
2,3/lpb
0,4/lpb
6,9 x 103
Positif
2
Negatif
5
93 x 103/mL
2.3.5 Tatalaksana
Laporan Kuretase
DPJP Bedah
Operator
Asisten Operator
Abdomen
: v / v Rh - / - Wh - / v/v
-/-
-/-
v/v
-/-
-/-
Pasien KRS.
BAB III
PERMASALAHAN
10
BAB IV
PEMBAHASAN
2013).
Sedangkan
menurut
Prawirohardjo,
abortus
adalah
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu untuk
hidup di luar kandungan (Prawirohardjo, 2007).
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan
abortus provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa
11
Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
peraban adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena
masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak
12
sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap,
maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretase tidak perlu
dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah
isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali.
Apabila 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus
inkompletus
atau
endometritis
pasca
abortus
harus
dipikirkan
13
Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
Hasil
10 g/dl
4.10x106/l
32.1%
78.3 fl
25.9 pg
7.20x103/l
308000/l
4.6/0.6/62/27.1/5.
11.4-15.1
4.0-5.0
38-42
80-93
27-31
4.7-11.3
142000-424000
0-4/0-1/51-67/25-
33/2-5
Tes Kehamilan
Pengenceran
Positif
1/25
Dari tabel hasil pemeriksaan hematologi dan tes kehamilan didapatkan
hasil yang mendukung untuk diagnosis abortus, yaitu: adanya tes kehamilan
yang positif. Selain itu, pada pasien didapatkan anemia hipokromik mikrositer
dan tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.
4.3 Tatalaksana
Menurut WHO tahun 2013, penatalaksaan dan perawatan pertama
kali pada kasus abortus adalah sebagai berikut:
14
Pada abortus inkomplet, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu dengan
pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-obat
uterotonika dan antibiotika (Mochtar, 2007).
Pada pasien ini, dilakukan pengeluaran jaringan dengan cunam abortus
dan curetase biasa dan berhasil dikeluarkan jaringan plasenta sebanyak kira-kira
10 gram dengan jumlah perdarahan selama kuretase sekitar 10 cc. Kemudian
diberikan methergin tab 0,125mg 2 x 1 dan amoxicillin tab 500mg 3x1.
4.4 Konseling Informasi dan Edukasi
Komunikasi, infomasi, dan edukasi (KIE) hendaknya diberikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam agar pasien dan keluarganya
benar-benar mengerti kondisi pasien dan terapi yang paling sesuai. KIE yang
baik juga akan melindungi tenaga medis dari tuduhan malpraktik yang sekarang
marak diperbincangkan.
Pada kasus ini, paramedis telah memberikan KIE mengenai penyakit
yang diderita, penyebab, dan komplikasinya agar pasien dan keluarga
mengetahui keadaan serta prognosa dari pasien. KIE dapat berupa penjelasan
abortus yaitu berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu untuk
hidup di luar kandungan (Prawirohardjo, 2007). Penyebabnya bermacammacam, namun pada kasus ini cenderung karena faktor resiko abortus yang
dimiliki oleh ibu yaitu usia tua (>35 tahun). Kejadian abortus meningkat pada
wanita hamil yang berumur 30 tahun atau 35 tahun, hal ini disebabkan
meningkatnya kelainan genetik seperti mutasi dan kelainan maternal pada usia
tersebut (Henderson dan Jones, 2006). Faktor ibu sebagai perokok pasif juga
15
16
17
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
kurang dari 500 gram setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas
abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit,
5.2 Saran
1. Pentingnya KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang pentingnya
pencegahan terjadinya abortus meliputi infeksi kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme,
diabetes
melitus,
malnutrisi,
penggunaan
obat-obatan,
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Treatment
Obstetrics
&
Gynecology.
McGraw-Hill
Companies,Incorporated: California
Fransisca S,K. 2007. Aborsi/abortus. Probolinggo: Universitas Wijaya Kusuma
Hadijanto, Bantuk. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam : Sarwono
Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2014. Hal 459-474.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF et al., 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Mirza FG, Patricia C. Devine, Sreedhar Gaddipati. Trauma in pregnancy: a
systematic approach. Am J Perinatol 2010; 27: 579-86.
Mochtar R. 2007. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis
Obstetri. Edisi kedua. Editor : Lutan D. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sastrawinata, Sulaeman. 2008. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung
Srinarmwong, Chatchai. Trauma during pregnancy: a review of 38 cases. The
Thai Journal of Surgery 2007; 28: 138-42.
WHO. 2013. Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Edisi 1. Jakarta, Indonesia.
20