Oleh:
Nanda Nabilah Ubay
153112620120100
Kelas Fisiologi Manusia B-Selasa
UNIVERSITAS NASIONAL
BIOLOGI MEDIK 2016/2017
I.
Acara Latihan
Kesanggupan/Daya Tahan/Endurance Tubuh (Physical Fitness)
II.
Tujuan Latihan
Latihan ini bertujuan untuk menetapakan indeks kesanggupan tubuh,baik
kesanggupan otot, kesanggupan kardiovaskuler, maupunrespirasi dengan berbagi cara
dan menggolongkan orang percobaan ke dalam golongan hipereaktor atau hiporeaktor
III.
Dasar Teori
Latihan akan berefek akut atau sesaat pada tubuh yang memengaruhi: sistem
otot, sistem hormonal, sistem peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan,
metabolisme, dan sistem pembuangan. Efeknya tidak dapat dirasakan langsung oleh
tubuh, namun dapat terungkap melalui pemeriksaan laboratoris (Sebastianus,
2011:3).
Pada saat latihan, ketika suplai oksigen ke otot yang aktif tidak memadai
untuk tingkat metabolisme selanjutnya, metabolit menumpuk dan merangsang saraf
sensorik dalam otot. Aktivasi saraf ini memunculkan chemoreflex dari saraf
mekanoreseptor
otot
yang
meningkatkan
aktivitas
saraf
simpatik
untuk
Chemoreflex mengirim
respons melalui saraf eferen dan dibawa menuju sistem saraf pusat (SSP). Pusat
saraf otonom SSP memberikan respons dengan mensupresi tonus vagal
(parasimpatis), menyebabkan peningkatan kerja simpatis lebih dominan, sesuai
dengan intensitas latihan yang dilakukan (Aaron et al, 2010:65).
Meningkatkan respirasi.
Plasma norepinefrin akan dilepas apabila latihan telah mencapai
Target
organ/sistem
Efek simpatis
Otot jantung
Jantung:pembuluh
darah koroner
Terjadi vasodilatasi
Paru-paru
Terjadi
bronkodilatasi, Terjadi
kontriksi
ringan
pada bronkokontriksi
pembuluh darah
Tekanan darah
Hati
Menstimulasi
glukosa
Metabolisme
selular
Meningkatkanlaju
metabolisme
Efek parasimpatis
Terjadi vasokontriksi
atau
Jaringan adiposa
Menstimulasi
(pemecahan
menjadi energi)
Kelenjar adrenalin
Menstimulasi
pengeluaran Tidak berefek
epinefrin dan norepinefrin
Sistem pencernaan
Menurunkan
aktivitas Meningkatkan
kelenjar
dan
otot, peristaltik dan kelenjar
pencernaan,
kontriksisphincters
relaksasisphinters
Ginjal
Terjadi
vasokontriksi, Tidak berefek
meningkatkan formasi urin
dalam
serabut
otot
melalui
ekstravasasi cairan ke dalam otot. Selain itu, kehilangan cairan melalui keringat
menyebabkan volume plasma menurun sebesar 15% selama menjalani latihan berat.
Kehilangan cairan ini sebagian dikompensasi oleh peningkatan reabsorpsi cairan
pada vascular bed yang mengalami vasokontriksi, sehingga tekanan kapiler
menurun (Aaronson, 2010:65).
Latihan fisik
5.900
24.000
Jantung
250
1000
Otak
750
750
650
20.850
650
300
500
500
3100
600
Curah jantung
Aliran darah ke:
Otot
skelet
inaktif
Kulit
Ginjal,
hati,
saluran
gastrointestinal,
dll
Perubahan kardiovaskular pada saat latihan disimpulkan dalam tabel 5 di bawah ini:
Perubahan
Kardiovaskular
Penyebab
Terjadi
jantung
simpatis
akibat
peningkatan
aktivitas
penurunan
aktivitas
dari
meningkat
oleh
saraf
simpatis
serta
meningkat
apabila
secara
waktu
pengisian
bermakna
akibat
peningkatan
kontraktilitas
meningkat
Aliran
darah
ke meningkat
Aliran
darah
ke tidak
otak
berubah
lokal
mempertahankan
aliran
darah meningkat
kekulit
Aliran
darah
ke menurun
saluran
pencernaan, ginjal
umum.
perifer menurun
total
jantung,
dan
kulit
menurun
darah meningkat
arteri rata-rata
(sedang)
hingga
sub-maksimal
(Hautala,
2004:23).
Peningkatan vagal
11
Bahan:
1. Orang Percobaan
2. Air Es (Suhu 4oC)
Cara Kerja:
Harvard Step Test
1) Orang percobaan (OP) berdiri menghadap bangku setinggi19 inci sambil
mendengarkan detakan metronome dengan frekuensi 120 per menit
2) Pada saat tepat satu detakan metronome, OP menempatkan salah satu kakinya di
bangku
3) Pada detak berikutnya kaki lainnya dinaikan sehingga OP berdiri tegak lurus di
atas bangku
4) Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan
5) Pada detakan keempat kaki yang masih di atas bangkuditurunkan juga, sehingga
OP berdiri tegak lurus kembali didepan bangku (Gambar 1)
13
Hasil Percobaan
Terlampir
14
VI.
Pembahasan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia kesanggupan
Tes ketahanan
tubuh merupakan
tes ketahanan
tubuh yang
dapat
kerja jantung dapat merespon secara efektif terhadap beban aktivitas fisik yang diujikan.
Saturasi oksigen juga dapat terlihat, jika baik maka tidak nampak kelelahan dan napas
yang terengah-engah pada OP setelah dilakukan percobaan. Secara fisiologis, tubuh
yang jarang melakukan aktivitas fisik akan cenderung stagnan, lambat dalam merespon
beban kerja yang diberikan. Hal tersebut tergambar dengan adanya pemberian aktivitas
fisik menyebabkan kenaikan frekuensi detak jantung dari keadaan basal dan baru pulih
kembali setelah 2-3 menit.
Dari percobaan menahan nafas yang telah dilakukan memberikan penilaian bahwa
OP memiliki kesanggupan yang baik. Kesanggupan dalam menahan nafas yang lama (>
50 detik) menggambarkan kapasitas paru-paru. Kapasitas paru-paru berhubungan
dengan otot pernafasan dan diagfragma. Agar didapatkan kesanggupan menahan napas
yang lebih lama diperlukan latihan olah pernapasan.
Berdasarkan data percobaan cold pressor test didapatkan kondisi OP yang
hiporeaktor. Kondisi hiporektor erat kalitannya dengan control autonomy saraf simpatik
pernapasan. Kondisi hiporeaktor tidak 100%mengurangi resiko hipertensi, karena
15
percobaan
lari 1.5
mile cooper,
OP
dapat disimpulkan
16
VIII.
Daftar Pustaka
17