Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Pembetulan Pajak

Sesuai dengan sistem self assesment, Wajib Pajak melakukan perhitungan sendiri
atas pajak yang terutang dalam satu masa pajak atau satu tahun pajak.
Perhitungan pajak terutang tersebut dituangkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT).
Kemudian SPT tersebut disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar.
Nah, seiring dengan berjalannya waktu bisa jadi Wajib Pajak merasa bahwa SPT
yang telah disampaikannya ternyata tidak benar atau terdapat kekeliruan. Untuk
mengkoreksi SPT terdahulu yang telah disampaikannya tersebut Wajib Pajak harus
menyampaikan lagi SPT atas masa pajak atau tahun pajak yang sama. Tindakan ini
biasa disebut membetulkan SPT dan SPT yang disampaikannya disebut SPT
Pembetulan.
Undang Undang SPT Pembetulan
DASAR HUKUM :
UU KUP Pasal 8 (1-6) 1983 = UU 28 2007
UU KUP Pasal 13 (1) dan (2)
PP 74 TAhun 2011 Pasal 5 (1) Pasal 6 (1-7)
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 13/PJ/2009
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Persyaratan Pembetulan SPT


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan
mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.
Dalam hal pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT
harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Yang
dimaksud dengan daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah

saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP.
Persyaratan ini pada dasarnya adalah untuk memberikan waktu yang cukup kepada
Dirjen Pajak untuk melakukan pemeriksaan sebelum daluarsa penetapan berakhir.
Dengan demikian, Wajib Pajak tidak bisa memanfaatkan ketentuan pembetulan SPT
ini untuk mengambil keuntungan dari pendeknya waktu pemeriksaan.
Dengan demikian, tidak ada batas waktu untuk menyampaikan SPT Pembetulan
yang menyatakan kurang bayar, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Sebelum berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2007, jangka waktu pembetulan SPT
dibatasi untuk 2 tahun setelah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak.

Pembetulan SPT Terkait Kompensai Kerugian Fiskal


Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU PPh, Wajib Pajak
dapat melakukan pengkompensasian kerugian fiskal dalam satu tahun pajak ke
tahun-tahun berikutnya paling lama 5 tahun. Nah, jika terdapat SKP, keputusan
keberatan, putusan banding atau putusan peninjauan kembali untuk tahun
terjadinya rugi fiskal yang rugi fiskalnya berbeda, maka tentu saja hal ini akan
mengakibatkan perlunya pembetulan SPT tahun tahun berikutnya di mana
kompensasi rugi fiskal dilakukan.
Nah, terkait dengan kompensasi rugi ini Wajib Pajak dapat membetulkan SPT
Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan
pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun
Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal
yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan dibetulkan tersebut,
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
Pembatasan jangka waktu 3 bulan tersebut dimaksudkan untuk tertib administrasi
tanpa menghilangkan hak Wajib Pajak atas kompensasi kerugian. Apabila Wajib
Pajak membetulkan SPT melebihi batas waktu 3 bulan atau tidak melakukan
pembetulan SPT, Direktur Jenderal Pajak akan memperhitungkannya dalam
menetapkan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Pembetulan SPT Terkait Kealpaan Pasal 38 KUP


Pasal 38 KUP mengatur tentang ketentuan pidana alpa di mana Wajib Pajak
melakukan pelanggaran kewajiban perpajakan. Jenis pelanggarannya adalah Wajib
Pajak alpa untuk :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak


lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A.
Jenis pelanggaran ini diancam dengan hukuman pidana berupa denda paling sedikit
1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.
Nah, bagi Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran jenis ini, walaupun telah
dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan
mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut
tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi
administrasi berupa denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar
Pasal 8
(1) Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. ***)
(1a) Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. ***)
(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan
berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan. ***)
(2a) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. ***)
(3) Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan
tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib
Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan
disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. ***)
(4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak
dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan: ***)

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil
dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
(5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum
laporan tersendiri dimaksud disampaikan. ***)
(6) Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah
disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan
tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan
pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.***)
Pasal 13
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai
berikut: ***)
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif
0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4a).
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. ***)

(3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar: ***)
a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu Tahun Pajak;
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan
menjadi
pasti
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan
surat ketetapan
pajak. ***)
(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka
waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau
tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
***)
(6) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan. ***)
Fasilitas
Wajib Pajak yang melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh akan mendapatkan
fasilitas pembebasan (berupa pengurangan atau penghapusan) dari sanksi
administrasi bunga. Pemberian fasilitas pengurangan atau penghapusan sanksi ini
diberikan kepada:
a. Wajib Pajak (baik Orang Pribadi maupun Badan) yang menyampaikan SPT
Tahunan PPh sebelum tahun pajak 2007 dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
berlaku
Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
2007;
atau
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP serta menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum tahun pajak
2007 yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar.
Terhadap Wajib Pajak yang telah melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh maupun
yang secara sukarela telah mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan
menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum tahun pajak 2007 tidak akan dilakukan
pemeriksaan pajak terhadap SPT Tahunan yang disampaikannya tersebut kecuali
jika SPT yang disampaikan tersebut menyatakan tidak benar atau menyatakan lebih
bayar.
Ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 2007 serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2008. Dalam

kedua ketentuan ini, tidak mengatur secara detil pemberian fasilitas ini. Isi dari
kedua aturan pelaksanaan tersebut hanya menjabarkan kalimat dari kedua ayat
dalam Pasal 37A UU KUP tanpa adanya penjelasan detil teknis pelaksanaan dari
Pasal 37 A tersebut. Dalam kedua aturan pelaksanaan ini hanya menjelaskan bahwa
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga diberikan dengan cara tidak
menerbitkan STP.
Sebagai akibat masih belum mengatur secara detil tentang proses pemberian
fasilitas Pasa 37A UU KUP ini, maka Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.03/2008 tanggal 29 April 2008 yang
menggantikan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2008. Beberapa hal
yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.03/2008 ini adalah:
1. a. Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dalam tahun 2008 dan menyampaikan SPT Wajib Pajak Orang
Pribadi (termasuk pembayaran yang dilakukan sendiri terkait dengan PPh Pasal 29,
PPh Pasal 4 ayat (2), dan/atau PPh Pasal 15) untuk tahun pajak tahun 2007 dan
sebelumnya, diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak
yang tidak atau kurang dibayar.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang dapat diberikan penghapusan sanksi administrasi
ini harus memenuhi syarat tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan,
penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di pengadilan atas tindak pidana di
bidang perpajakan; menyampaikan SPT Tahunan Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya
terhitung sejak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif paling lambat tanggal
31 Maret 2009; serta melunasi seluruh pajak yang kurang dibayar yang timbul
akibat penyampaian SPT Tahunan tersebut.
c. Data dan informasi yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang
disampaikan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan
surat
ketetapan
pajak
atas
pajak
lainnya.
d. Terhadap SPT Tahunan PPh yang disampaikan ini tidak dilakukan pemeriksaan,
kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan PPh
tersebut tidak benar, atau SPT Tahunan PPh menyatakan lebih bayar atau rugi. Atas
pemeriksaan ini, DJP dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau Surat
Tagihan Pajak atas seluruh kewajiban perpajakan.
2. a. Wajib Pajak yang dalam tahun 2008 menyampaikan pembetulan SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi atau Badan sebelum tahun pajak 2007 (termasuk pembayaran
yang dilakukan sendiri terkait dengan PPh Pasal 29, PPh Pasal 4 ayat (2), dan/atau
PPh Pasal 15) yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih
besar, diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
b. Wajib Pajak yang dapat diberikan penghapusan sanksi administrasi ini harus
memenuhi
syarat:
- telah memiliki NPWP sebelum tanggal 1 Januari 2008;

- terhadap SPT Tahunan PPh yang dibetulkan belum diterbitkan surat ketetapan
pajak;
- terhadap SPT Tahunan PPh yang dibetulkan belum dilakukan pemeriksaan atau
dalam hal sedang dilakukan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak belum menyampaikan
Surat
Pemberitahuan
Hasil
Pemeriksaan;
- telah dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, tetapi Pemeriksaan Bukti Permulaan
tersebut tidak dilanjutkan dengan tindakan penyidikan karena tidak ditemukan
adanya Bukti Permulaan tentang tidak pidana di bidang perpajakan;
- tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, penyidikan, penuntutan,
atau pemeriksaan di pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan;
- menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya
paling lambat tanggal 31 Desember 2008; dan
- melunasi seluruh pajak yang kurang dibayar yang timbul akibat dari penyampaian
SPT Tahunan tersebut sebelum SPT PPh Pembetulan disampaikan.
c. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan PPh yang sedang dilakukan
pemeriksaan yang juga meliputi jenis pajak lainnya, berlaku ketentuan:
- pemeriksaan tersebut dihentikan kecuali untuk pemeriksaan terhadap SPT atas
pajak lainnya yang menyatakan lebih bayar, atau
- pemeriksaan tersebut tetap dilanjutkan berdasarkan pertimbangan Direktur
Jenderal Pajak.
d. Dalam hal Wajib Pajak membetulkan SPT Tahunan PPh yang tidak sedang
dilakukan pemeriksaan, namun atas SPT jenis pajak lainnya untuk periode yang
sama sedang dilakukan pemeriksaan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
- pemeriksaan tersebut dihentikan, kecuali untuk pemeriksaan terhadap SPT atas
pajak lainnya yang menyatakan lebih bayar, atau
- pemeriksaan tersebut tetap dilanjutkan berdasarkan pertimbangan Direktur
Jenderal Pajak.
e. Dalam hal SPT Tahunan PPh yang dibetulkan menyatakan Lebih Bayar,
pembetulan SPT Tahunan PPh dianggap sebagai pencabutan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang tercantum dalam SPT Tahunan
PPh yang dibetulkan.
f. Data dan informasi yang tercantum dalam pembetulan SPT Tahunan PPh yang
disampaikan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan
surat ketetapan pajak atas pajak lainnya
g. Terhadap SPT Tahunan PPh yang disampaikan ini tidak dilakukan pemeriksaan,
kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan PPh
tersebut tidak benar. Dalam hal terhadap pembetulan SPT Tahunan PPh yang telah
dilakukan pemeriksaan karena terdapat data atau keterangan yang menyatakan

bahwa SPT Tahunan PPh tersebut tidak benar, DJP dapat menerbitkan surat
ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak atas seluruh kewajiban perpajakan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian, pengadministrasian
serta penghapusan sanksi administrasi sehubungan dengan penyampaian dan/atau
pembetulan SPT Tahunan PPh, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
4. Ketentuan ini mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2008 dan
menyatakan bahwa aturan tersebut tidak berlaku lagi.
5. Ketentuan ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008.
WP ORANG PRIBADI PILIH TAX AMNESTY ATAU PEMBETULAN SPT
A. TAX AMNESTY
Tarif uang tebusan sudah jelas dihitung sesuai tarip dikalikan aset bersih, dan
mendapat fasilitas :
1. Tidak diusut asal usul tambahan aset bersih;
2. Jaminan tidak diperiksa tahun pajak 2015 dan tahun-tahun sebelumnya;
3. Semua sanksi dan denda (jika ada) otomatis dihapuskan;
4. Jika sedang dilakukan pemeriksaan maka pemeriksaan otomatis berhenti
sepanjang menyatakan ikut TA;
5. Tidak ada sanksi pidana;
6. Data pengampunan pajak tidak dapat dijadikan alat bukti untuk pidana lain.
B. PEMBETULAN SPT
Jika ingin membetulkan SPT, maka yang dibetulkan adalah SPT mulai tahun 2011 sd
2015 (SPT 2010 sudah kedaluwarsa per 31 Des 2015).
Perhatikan hal- hal berikut :
1. Penghasilan neto setahun yang dilaporkan, dikurangi taksiran biaya hidup
setahun, sisanya apakah cukup untuk mengcover kenaikan aset dalam tahun
tersebut ?
2. Jika kenaikan aset tidak cukup dicover dengan sisa penghasilan sebagaimana
butir 1, maka Anda harus menambahkan penghasilan pada SPT Pembetulan pada
tahun tersebut;
3. Penambahan penghasilan pada butir 2 berakibat PPh yang harus dibayar
bertambah sebesar tambahan penghasilan dikalikan tarif PPh. Jika tarif progresif
Anda telah mencapai tarif 25% maka silahkan tambahan penghasilan dikalikan tarif
25% (atau mungkin Anda hanya kena lapisan 15% ?)
4. Kekurangan bayar PPh pada butir 3 akan dikenai sanksi bunga sebesar 2%
sebulan,
5. Hitung PPh kurang bayar setiap tahunnya dari tahun 2011 sd 2015 (dengan cara
sesuai butir 1 sd 4).
6. Karena tidak ikut TA maka Anda masih membuka pintu rumah Anda lebar-lebar
mempersilahkan DJP melakukan pemeriksaan pajak untuk tahun 2015 dan tahuntahun sebelumnya.
Antara Tax Amnesty dan Pembetulan SPT

bila anda memilih pembetulan SPT, maka aset baru yang dilaporkan dalam SPT
akan diperiksa dan ditelusuri asal usulnya oleh aparat pajak. Bila anda yakin aset
itu diperoleh dari penghasilan yang telah dipotong pajaknya maka tidak masalah.
Namun bila aset tersebut didapat dari penghasilan yang tidak dipotong pajak, maka
akan jadi masalah.
Apabila anda memilih ikut tax amnesty, maka asal usul aset yang baru saja anda
laporkan tidak akan diusut dan ditelusuri oleh aparat pajak. Tapi, dalam tax
amnesty, anda harus membayar tebusan.

Anda mungkin juga menyukai