Portofolio Kolelitiasis
Portofolio Kolelitiasis
Topik :
Kolelitiasis
Tanggal (kasus) :
November 2014
Presenter :
dr. Ristari Okvaria
Tanggal Presentasi :
Desember 2014
Pendamping : dr. Retno Suryani S
Tempat Presentasi :
Ruang Komite Medik RSUD Siti Aisyah
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Wanita, 40 tahun, mengeluh nyeri perut kanan atas, demam, mual, dan muntah
Tujuan :
Menegakkan diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama : Ny. E, 42 tahun, BB 70
Data Pasien :
No. Registrasi : 0070725
kg. TB 160 cm
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah
Telp : (0733) 451902
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien merasakan nyeri di perut kanan atas, nyeri menjalar
ke bahu sampai tembus ke belakang, nyeri hilang timbul, makin bertambah setelah pasien
memakan daging sapi, ayam, dan ikan. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah
frekuensi 5kali, isi cairan dan sisa makanan, demam, nafsu makan menurun dan mengalami
penurunan berat badan.
2. Pemeriksaan fisik : Demam, IMT 27,34 kg/m2, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
Tokyo guidelines for the management of acute cholangitis and cholecystitis. J Hepatobiliary
Pancreat Surgery 14; 2007. p. 1-10.
2. Vogt DP. Gallbladder disease:An update on diagnosis and treatment. Cleveland Clinic
Journal of Medicine vol. 69 (12); 2002.
3. Miura F, Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Wada K, Hirota M, et al. Flowchart for the
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.
5. Khan AN, Karani J, Patankar TA. Acute Cholecystitis Imaging. [Diakses pada: 8 November
2014]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/365698-overview.
6. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
7. Strasberg SM. Acute Calculous Cholecystitis. N Engl J Med 358 (26); 2008.
8. Tjandra J. J. A.J. Gordon. Dkk. Textbook Of Surgery. Third Edition.New Delhi:Blackwell
Publishing.2006.
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis
Subjektif :
menjalar ke bahu, dan hilang timbul. Demam tidak ada. Mual ada. Muntah tidak
ada. Pasien berobat ke bidan diberi obat, tidak tahu apa nama obatnya, keluhan
2
tidak berkurang. Sejak lima hari SMRS, nyeri di perut kanan atas semakin hebat,
nyeri menjalar ke bahu sampai tembus ke belakang, nyeri hilang timbul, makin
bertambah setelah pasien memakan daging sapi, ayam, dan ikan. Nyeri ulu hati
(+), mual (+), muntah(+), frekuensi 5 kali, isi cairan dan sisa makanan. Demam
(+), menggigil (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-), nafsu makan menurun (+),
riwayat penurunan berat badan (+) tidak diketahui berapa banyak. BAK lancar,
warna kuning. BAB biasa, warna coklat, konsistensi lunak. Pasien lalu berobat ke
IGD RS Siti Aisyah Lubuk Linggau kemudian dirawat.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat darah tinggi ada, sejak 1 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur
Kesadaran
Nadi
Suhu
: 38,60 C
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
IMT
: 27,34 kg/m2
: 82x/menit
Status Internus
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk oval, simetris, deformasi (-), eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema
palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks
cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah baik. Edema subkonjungtiva (-).
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula serta
tidak ada nyeri penekanan.
Leher
Pembesaran tiroid tidak ada, JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), Spider nevi (-).
Paru-paru
I : Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada kedua lapangan paru kanan dan kiri
A: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung linea sternalis dextra, batas kiri
jantung linea midklavikula sinistra ICS IV
A : HR = 82x/menit, iregular, murmur (-), gallop (-)
Perut
I : Datar
P : Lemas, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan hipokondrium dekstra (+), Murphy
sign (+), distensi abdomen (-), defense muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-),
rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba
: 12,1 gr/dl
Ht
: 38 %
LED
: 15 mm/jam
: 4,2 juta/mm
: 8600/mm3
Trombosit
: 346.000/mm3
Hitung jenis
: 2/0/0/74/19/5
: 0,50 mg/dl
Bilirubin direct
: 0,20 mg/dl
Bilirubin indirect
: 0,30 mg/dl
SGOT
: 10 u/dl
SGPT
: 13 u/dl
USG Abdomen:
Hepar
tajam
Gall Bladder
Lien
Ginjal kanan dan bentuk dan ukuran normal, batas korteks medulla jelas, tak
kiri
tampak batu
Vesica urinari
bentuk dan ukuran normal, dinding reguler, tak tampak batu
Kesan: kolesistitis + kolelitiasis
2. Assesment(penalaran klinis) :
Ny. E, wanita, usia 42 tahun, mengeluh nyeri di perut kanan atas, nyeri menjalar
ke bahu, dan hilang timbul sejak 1 bulan SMRS. Dari keluhan nyeri di perut kanan
atas ini bisa saja didapatkan dugaan bahwa ini berhubungan dengan gangguan di
hati, empedu, pankreas ataupun duodenum.
Nyeri di perut kanan atas semakin hebat sejak lima hari SMRS, nyeri menjalar
ke bahu sampai tembus ke belakang, nyeri hilang timbul. Ini menandakan gejala
primer dimana ini biasanya disebut sebagai refered pain yakni nyeri menjalar ke
bahu yang kemudian berjalan ke daerah thorax bagian belakang. Gejala ini
merupakan gejala dari gallbladder disease.
Gejala batu empedu yang khas adalah kolik bilier, keluhan ini didefinisikan
sebagai nyeri di perut atas berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam,
biasanya lokasi nyeri di perut kanan atas atau epigastrium tetapi bisa juga di kiri
dan prekordial. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan, tetapi pada sepertiga
kasus timbul tiba-tiba. Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah,
skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah
Pasien mengeluh nyeri makin bertambah setelah pasien memakan daging sapi,
ayam, dan ikan. Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak
hewani berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen
dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi
batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi batu.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan
gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan
6
Wanita juga mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis d
ibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon estrogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade ke6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan prevalensinya meningkat
dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita.
Untuk memperdalam analisis kita dari anamnesis, kita lanjutkan dengan
pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan sakit sedang, compos mentis, BB: 70 kg,TB:
160 Cm, IMT: 27,34 kg/m2 {obesitas (overweight)}. IMT pasien ini mendukung ke
arah cholesititis karena salah satu faktor risiko terjadi kolelitiasis. Orang dengan
Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
7
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
Tekanan darah 170/100 mmHg menunjukkan adanya hipertensi stage II,
pernafasan 20x/menit, nadi 82x/menit, suhu 38,6 C (tanda inflamasi). Pada
pemeriksaan kepala, leher, thorax dan jantung kesan normal. Pada pemeriksaan
fisik Abdomen didapatkan datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
hipokondrium dekstra (+),
muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator
sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba. Murphy sign yang positive menandakan
bahwa terdapatnya cholesistitis.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang yang lain berupa
laboratorium dan usg abdomen. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin masih
dalam batas normal. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan kolesistitis
et causa kolelitiasis.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium serta
USG abdomen, pasien ini didiagnosis sebagai kolesistitis et causa kolelitiasis +
Hipertensi stage II
Adapun penatalaksanaan pada pasien ini meliputi istirahat, diet rendah lemak,
IVFD RL + drip ketorolac 2 ampul gtt xx/ menit untuk mengurangi nyeri.
Cefotaxime 2x1 gr iv, Ranitidin 2 x 50 mg iv dan ondancentron 2 x 8 mg iv
diberikan untuk menghilangkan rasa mual dan muntah pada pasien. Amlodipin 1x
10 mg tab p.o untuk mengobati hipertensi pada pasien ini. Paracetamol 3x500 mg
tab p.o diberikan sebagai terapi suportif untuk menurunkan panas. Selain itu
direncanakan konsultasi dengan spesialis bedah untuk dilakukan kolesistektomi.
3. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Kolesistitis et causa Kolelitiasis + Hipertensi Stage II
TERAPI
Istirahat
Cefotaxime 2x1 gr iv
Ranitidin 2 x 50 mg iv
Ondancentron 2 x 8 mg iv
O/
Thorax
Abdomen
hipokondrium dekstra (+), Murphy sign (+), distensi abdomen (-), defense
muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-),
obturator sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba.
Ekstremitas
O/
HR : 88 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,8 OC
Kepala
Thorax
Abdomen
hipokondrium dekstra (+), Murphy sign (+), distensi abdomen (-), defense
muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-),
obturator sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba.
Ekstremitas
O/
Thorax
Abdomen
hipokondrium dekstra (+), Murphy sign (+), distensi abdomen (-), defense
muscular (-), Nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-),
obturator sign (-), Hepar / Lien / Ren : tidak teraba.
Ekstremitas
10
Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan faktor risiko timbulnya penyakit yang
dideritanya dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien meliputi
tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu empedu.
Konsultasi : dilakukan konsultasi ke spesialis bedah terutama bedah digestif untuk
dilakukan kolesistektomi
Kontrol :
Kegiatan
Nasihat
Periode
Setiap
hari
bangsal
kunjungan
setelah
pengobatan
konsumsi
inap
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menegakkan diagnosis kolesistitis dan kolelitiasis, harus dimulai
dari anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat.
a. Gejala Klinis
Pasien dengan batu empedu, dapat dibagi menjadi 3 kelompok : pasien
dengan batu asimptomatik, pasien dengan batu dengan batu empedu
simptomatik, dan pasien dengan komplikasi batu empedu (kolesistitis akut,
ikterus, kolangitis dan pankreatitis). Sebagian besar (80%) pasien dengan batu
empedu tanpa gejala baik waktu dengan diagnosis maupun selama
11
Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat,
20 % wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin meningkat
usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan:
2. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon estrogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade
ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan prevalensinya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada
wanita.
3. Body Mass Index (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi
garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
4. Makanan.
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani
berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari
lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi
batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi
batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan
gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan
penurunan kontraksi kandung empedu.
b. Pemeriksaan Fisik
Kalau ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi,
seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrops kandung
empedu, empiema kandung empedu, atau pankreatitis.2
Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan di kuadran kanan atas abdomen
dengan punktum maksimum di daerah letak anatomi kandung empedu. Tanda
Murphy postitif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik
13
napas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari
tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik napas.2,5
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Biasanya, jika sudah terjadi infeksi, maka akan ditemukan leukositosis
USG
Merupakan teknik yang cepat, tidak invasive, dan tanpa pemaparan
14
juga mendeteksi batu yang berada pada duktus dengan terlihat adanya
gambaran dilatasi duktus.6
Bila USG ada, maka ketepatan mendekati 90 persen. Positif palsu
jarang terjadi (1 sampai 3 persen) tetapi negatif palsu timbul sekitar 10
persen pada kesempatan sekunder terhadap ketidakmampuan USG
mendeteksi 1. Batu dalam vesika biliaris yang dipadati batu, 2. Batu yang
sangat kecil 3. Batu tersangkut dalam duktus sistikus. Pada keadaan
tertentu, kolesistogram oral diperlukan untuk mengkonfirmasi ada atai
tidak adanya penyakit vesika biliaris. Penemuan koledokolitiasis tidak
dapat diandalkan dengan USG.6
USG sangat bermanfaat pada pasien ikterus. Sebagai teknik
penyaring, tidak hanya dilatasi duktus intra dan ekstrahepatik yang bisa
diketahui secara meyakinkan, tetapi kelainan dalam parenkim hati atau
pankreas (seperti mass atau kista) juga bisa terbukti. Pada tahun
belakangan ini, USG jelas telah ditetapkan sebagai tes penyaring awal
untuk memulai diagnostk bagi ikterus. Bila telah diketahui duktus
intrahepatik berdilatasi, maka bisa ditegakkan diagnosis kolestasis
ekstrahepatik.
Jika
menggambarkan
tidak
kolestasis
didapatkan
dilatasi
intrahepatik.
duktus,
Ketepatan
maka
USG
ini
dalam
15
duodenum
atau
fleksura
koli
dekstra
bisa
juga
16
endoskopi Ampulla Vateri dan disuntikan retrogad zat kontras. Selain pada
kelainan pancreas, ERCP digunakan dalam pasien ikterus ringan atau bila
lesi tidak menyumbat seperti batu duktus koledokus. Keuntungan ERCP
yaitu kadang-kadang terapi sfingterotomi endoskopi dapat dilakukan
serentak untuk memungkinkan lewatnya batu duktus koledokus secara
spontan
atau
untuk
memungkinkan
pembuangan
batu
dengan
17
Pemeriksaan radionuklida
Asama dimetil iminodiasetat ditandai teknetium 99m ( 99mTc-HIDA)
Pemeriksaan pencitraan
o Temuan yang sesuai pada pemeriksaan USG atau skintigrafi
Diagnosis kolesistitis jika 1 tanda lokal, disertai 1 tanda sistemik dan hasil
USG atau skintigrafi yang mendukung.2
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi
keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.
2. Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Yoshida M, Mayumi T, Sekimoto M et
al. Background: Tokyo guidelines for the management of acute cholangitis
and cholecystitis. J Hepatobiliary Pancreat Surgery 14; 2007. p. 1-10.
3. Vogt DP. Gallbladder disease:An update on diagnosis and treatment.
Cleveland Clinic Journal of Medicine vol. 69 (12); 2002.
4. Miura F, Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Wada K, Hirota M, et al.
Flowchart for the diagnosis and treatment of acute cholangitis and
cholecystitis: Tokyo Guidelinex. J Hepatobiliary Pancreat Surgery 14;
2007. p. 27-34.
20
November
2014].
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/365698-overview.
21